Anda di halaman 1dari 22

BAB 2 GAGASAN BARU

2.1. RANCANGAN GAGASAN

Gagasan atau ide adalah istilah yang dipakai baik secara populer maupun dalam
bidang filsafat dengan pengertian umum "citra mental" atau "pengertian". Terutama Plato
adalah eksponen pemikiran seperti ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
ide/gagasan adalah rancangan yang tersusun di pikiran. Selama gagasan belum dituangkan
menjadi suatu konsep dengan tulisan maupun gambar yang nyata, maka gagasan masih
berada di dalam pikiran. Gagasan menyebabkan timbulnya konsep, yang merupakan dasar
bagi segala macam pengetahuan, baik sains maupun filsafat. Sekarang banyak orang
percaya bahwa gagasan adalah suatu kekayaan intelektual seperti hak cipta atau paten.
Sementara gagasan baru merupakan ide-ide yang terancang untuk memperbarui
pemikiran-pemikiran sebelumnya. Gagasan baru ini biasa timbul karena adanya kendala
atau ketidaksempurnaan pada gagalan terdalulu yang terbukti mellui eksperimen-
eksperiman. Secara garis besar, kendala dapat diartikan sebagai faktor atau keadaan yang
membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian tujuan dan sasaran.
Sebagai perusahaan yang mempunyai berbagai macam pengalaman dibidangnya,
tentunya telah merekam berbagai kendala baik kendala teknis maupun non-teknis.
Termasuk seperti pekerjaan ini yang dirancang harus melakukan survei literatur dan
lapangan. Kendala yang biasa dihadapi diantaranya adalah:
1. Kendala Administratif
Administrasi dalam pengertian ; setiap kegiatan kerjasama antara dua orang atau
lebih, berdasarkan rasionalitas tertentu, untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. (Prof. Dr. Sondang P. Siagian). Dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap kegiatan manusia dalam hubungan sosialnya pastilah
merupakan kegiatan administrasi, karena manusia itu merupakan makhluk sosial dan
tidak bisa hidup sendiri, pasti membutuhkan bantuan, selalu berhubungan dan
membutuhkan keterlibatan dari manusia yang lainnya. Hanya saja setiap daerah atau
wilayah mempunyai akar sejarahnya masing-masing, sehingga dalam
perkembangannya, pelaksanaan administrasi yang berlaku baik di wilayah atau
negara tertentu tidak bisa serta merta akan baik apabila di terapkan di wilayah yang
berbeda, karena pasti setiap wilayah/negara/daerah pasti mempunyai hukum-
hukum dan akar historis budaya yang berbeda. Oleh karenanya, kendala adminstrasi
ini harus di atasi dengan gagasan-gagasan baru.
2. Kendala Lapangan
Kajian ini merupakan kajian yang membutuhkan survei lapangan. Penelitian
lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya
berdasarkan konteks. Penelitian lapangan biasa diadakan di luar ruangan atau
disebut dengan survei lapangan atau disebut juga dengan survei lapangan. Dalam
melakukan survei, seringkali mengalami kendala atau situasi di luar perkiraan yang
dapat menghambat tujuan. Oleh karenanya, kendalah ini harus di atasi dengan
gagasan-gagasan baru.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka disusunlah kerangka gagasan baru di akan
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efisien. Kerangka baru diawali
dengan mengenali kendala/masalah, mendefinisikan masalah, mengumpulkan informasi
yang relevan, kemudian menganalisis informasi yang relevan.

Kerangka
Gagasan

mengumpulkan menganalisis
mengenali mendefinisikan
informasi yang informasi yang
kendala/masalah masalah
relevan relevan

Gambar 2.1 Kerangka Gagasan


1. Mengenali masalah
Sebelum menyelesaikan masalah yang akan diselesaikan, terlebih dahulu sebaiknya
mengenali masalah tersebut, apakah masalah itu rumit atau sederhana.
2. Mendefinisikan masalah
Mencoba mengidentifikasi masalah, mengelompokkan dan mengerti masalah yang
dihadapi dengan mengumpulkan banyak spesifikasi dan fakta konkrit tentang
kemungkinan masalah, mengidentifikasi permintaan, rintangan dan tujuan yang
realistik dalam menyelesaikan masalah
3. Mengumpulkan informasi yang relevan
Sebelum mengambil langkah berikutnya, kumpulkan terlebih dahulu informasi-
informasi yang relevan. Untuk menunjukkan bahwa suatu masalah tersebut dapat di
analisis pada tahap berikutnya.
4. Menganalisis informasi yang relevan
Analisis berarti menguji antar bagian dan hubungkan dengan bagian yang lain,
membandingkannya dengan situasi yang berbeda, dan mengurutkan rangkaiannya.
Memverifikasi analisis masalah untuk dirundingkan dengan rekan atau orang lain.
Kemampuan menyelesaikan kendala/masalah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Kemampuan kreatif
Kemampuan kreatif yaitu sifat kreatif itu merupakan salah satu sikap yang dibawa
dari setiap individu-individu itu tersendiri. Kreatif juga merupakan salah satu sifat
yang harus dimiliki oleh seorang manajer dalam pekerjaannya. Seseorang yang
mempunyai kemampuan yang kreatif maka ia dapat menyelesaikan masalah dikantor
dengan mudah. Dengan adanya perkumpulan-perkumpulan orang yang kreatif maka
ide-ide baru akan muncul dan disatukan menjadi satu untuk memecahkan suatu
permasalahn, dengan adanya ide yang terkumpul maka pemecahan masalah akan
lebih mudah terselesaikan.
2. Kemampuan logis
Seseorang yang akan membuat keputusan seharusnya mempunyai kemampuan
logis, karena kreatifitas dan logika masing-masing bekerja bersama, maka keduanya
dapat saling melengkapi dalam suatu permasalahan. Seseorang yang mempunyai
logika yang bagus maka ia tidak mempunyai prasangka yang buruk dalam
pekerjaannya, dan selalu berfikir positif dalam menyelesaikan permasalahan. Dengan
situasi ini maka tujuan akan lebih mudai untuk dicapai.
Pada tahap ini merupakan tahap yang mungkin dibilang kritis atau kreatif dalam proses
pengembangan masalah. Dan suatu alternatif tersendiri untuk menghilangkan
kendala/masalah tersebut. Pengembangan alternatif untuk pemecahan masalah merupakan
suatu cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai dengan suatu tindakan.
Dalam alur pekerjaan, menunjukkan bahwa adanya kendala/masalah administrarif dan
survey lapangan dapat diselesaikan dengan membangun gagasan baru. Berikut merupakan
bagan yang menggambarkan metoda membangun gagasan baru

Penyusunan
kembali

Substitusi
Modifikasi
(penggantia)
Metode
Membangun
Gagasan
Baru

Menghilang-
Kombinasi
kan

Gambar 2.2 Metoda Membangun Gagasan Baru


Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa tahap metoda membangun
gagasan baru meliputi modifikasi, penyusunan kembali, substitusi (penggantian),
menghilangkan, kombinasi. Sehingga disusunlah kerangka gagasan baru di akan digunakan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efisien.
2.2. GAGASAN BARU

Agar pekerjaan terselesaikan dengan efektif dan efisien, maka diperlukan gagasan
baru dalam tahap pelaksanaan pekerjaan. Gagasan baru disusun berdasarkan
kendala/masalah yang ditemui dari berbagai pengalaman terdahulu.

2.2.1. Gagasan Baru Administratif


Gagasan baru dalam bidang administratif khususnya surat-menyurat yang
mendukung kegiatan survey, Focus Group Discussion (FGD), maupun workshop yaitu
dengan perancangan konsep. List kebutuhan administratif pelaksanaan pekerjaan dirancang
pada saat pekerjaan dimulai. Hal ini untuk mengantisipasi missing list pada saat pekerjaan
sudah berjalan. Berikut merupakan konsep gagasan administratif dalam bentuk diagram alir
pelaksanaan admintrasi yang berkaitan dengan substansi pekerjaan.
Gambar 2.3 Diagram alir pelaksanaan administrasi

2.2.2. Gagasan Baru Pelaksanaan Survei


Pelaksanaan survei dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder atau data yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya. Pelaksanaan survei lapangan akan lebih
rumit apabila dilakukan pada multi lokasi atau lebih dari satu lokasi. Maka dalam
gagasan baru ini yaitu: Pertama, menerapkan survei lapangan dalam bentuk paralel
seperti bagan dibawah ini. Survei paralel akan lebih efektif dan efisien dalam
melaksanakan survei multi lokasi. Karena dalam waktu yang bersamaan, survei
dilakukan secara serentak. Konsekuensinya adalah menambah lebih banyak tenaga
ahli survei yang sesuai dengan bidangnya.
Gambar 2.4 Diagram alir Pelaksanaan Survei

Kedua, melakukan pra-survey meeting untuk sosialisasi pelaksanaan survei. Gagasan


baru yang terkait dengan pengumpulan data khususnya data sekunder. Dalam
pelaksanaan pengambilan data sekunder, setelah terkumpul data sekunder akan
dilakukan analisis dan verifikasi data. Verifikasi data yang dimaksud adalah tahap
pengecekan data oleh Tenaga Ahli yang terkait. Apabila data dinyatakan sesuai dari
sisi keakuratan dan kelengkapan, maka akan dilakukan kajian ke tahap selanjutnya.
Namun jika ditemui missing data, seharusnya penambilan data kembali dilakukan.
Namun hal ini sangat tidak efektif dan efisien. Maka dalam gagasan baru ini akan
menggunakan metode pengambilan data via online dengan memanfaatkan teknologi
internet dalam kondisi missing data setelah verifikasi data. Alur pengambilan data
sekunder lebih jelas lagi akan dipaparkan pada diagram berikut:
MULAI SURVEI
LAPANGAN

PRA-SURVEI MEETING

KELENGKAPAN
SOSIALISASI
ADMINISTRASI

KONFIRMASI
KETERSEDIAAN DATA

JADWAL PELAKSANAAN
SURVEI

GAGASAN BARU
PENGAMBILAN DATA SECARA
PENGAMBILAN DATA
ONLINE (E-MAIL/INTERNET,
DLL)

PENGAMBILAN DATA
WAWANCARA
SEKUNDER

Missing
VERIFIKASI DATA

FIX

ANALISIS DATA

Gambar 2.5 Alur Pengambilan Data

2.2.3. Gagasan Baru Aplikasi Analisis dan Penanggulangan Bencana


Secara prinsip, setiap obyek dan fenomena alam yang berada di ruang permukaan
bumi dapat dideteksi dari citra satelit. Jadi, bencana alam, baik obyek yang dikenainya dan
fenomena yang menyertainya dapat terekam oleh satelit yang melintas di atasnya.
Kemampuan citra satelit dalam mendeteksinya sangat tergantung dari resolusinya, baik
spasial, spektral, radiometrik, dan temporal. bencana geologi berhubungan dengan proses
geologi, yaitu proses-proses yang berasal dari permukaan bumi (eksogen) atau di bawah
permukaan bumi (endogen) yang melibatkan material batuan penyusunnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, citra satelit berkembang dengan sangat
pesat dari resolusi spasial yang sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Aplikasinya juga
berkembang dari aplikasi cuaca, pemetaan sumberdaya alam, hingga perencanaan tata
ruang perkotaan. Teknik/metode berkembang dengan cepat dari teknik klasifikasi
berbasiskan pixel, subpixel hingga berbasiskan objek. Perkembangan ini juga ditunjang
dengan perkembangan teknologi pengolah data yang semakin memudahkan pengguna
untuk menganalisa citra satelit yang diperoleh. Sampai saat ini, terdapat citra yang mampu
merekam dengan resolusi spasial hingga mencapai 0.3 meter (citra World View 3). Dengan
menggunakan citra ini, obyek manusia yang sedang berjalan kaki dapat diamati dengan
mudah.

A. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Deteksi Bencana Alam

Secara prinsip, setiap obyek dan fenomena alam yang berada di ruang permukaan bumi
dapat dideteksi dari citra satelit. Jadi, bencana alam, baik obyek yang dikenainya dan
fenomena yang menyertainya dapat terekam oleh satelit yang melintas di atasnya.
Kemampuan citra satelit dalam mendeteksinya sangat tergantung dari resolusinya, baik
spasial, spektral, radiometrik, dan temporal. Seperti telah dijelaskan di depan, bencana
geologi berhubungan dengan proses geologi, yaitu proses-proses yang berasal dari
permukaan bumi (eksogen) atau di bawah permukaan bumi (endogen) yang melibatkan
material batuan penyusunnya. Letak Indonesia yang berada pada pertemuan antar lempeng
tektonik menjadi penyebab utama Indonesia rawan terjadi bencana geologi. Bencana
geologi yang sering melanda wilayah Indonesia meliputi erupsi gunungapi, gerakan tanah
(tanah longsor), gempa bum i dan tsunami.
a) Erupsi Gunungapi
Gunungapi merupakan suatu entitas di permukaan bumi yang terbentuk secara alami,
menempatisuatu wilayah dan menunjukkan gejala-gejala yang unik & spesifik (vulkanisme).
Erupsi adalahperistiwa keluarnya magma dari dalam bumi. Erupsi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu Erupsi Letusan (Explosive Eruption) dan Erupsi Non-letusan (Non-explosive
Eruption). Jenis erupsi yangterjadi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kekentalan
magma, kandungan gas di dalam magma,pengaruh air tanah serta kedalaman dapur magma
(magma chamber). Produk-produk ekstrusifakibat erupsi vulkanik, yang seringkali
menimbulkan bencana, akan terekam oleh sensor satelit, baikoptis maupun radar. Terkait
dengan erupsi gunungapi, citra penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi:
Sebaran asap letusan yang menyebar di atmosfer,
Endapan piroklastik,
Sebaran lava pijar,
Sebaran lahar dingin,
Deformasi kepundan.
Informasi tersebut di atas sangat diperlukan khususnya pada fase tanggap darurat
bencana. Selain itu, dari citra penginderaan jauh dapat diperoleh juga informasi kondisi
penutup lahan, bentuklahan, pola aliran, jenis batuan penyusun (litologi) dan struktur
geologi. Informasi ini merupakan data masukan untuk analisis daerah rawan bahaya,
kerentanan bencana dan untuk analisis resiko bencana.
Kejadian erupsi G.Sangeangapi di Nusa Tenggara Timur pada tanggal 31 Mei 2014
yang terekam oleh satelit Terra dan Aqua MODIS diperlihatkan pada Gambar 1. Dari citra
tersebut, dapat dideteksi arah dan sebaran asap yang dihasilkan (tampak berwarna
kecoklatan). Bencana ini telah menganggu transportasi udara (pesawat) yang menuju dan
berasal dari Bima, Kupang serta Darwin. Gambar 2 memperlihatkan peristiwa erupsi yang
sama yang direkam secara lebih detil dari citra Landsat-8.
Informasi deformasi kubah lava dan kawah sangat penting diketahui untuk
mengetahui perubahan bentuk kubah serta kawah akibat erupsi. Pemahaman tersebut
diperlukan untuk mengetahui pola dan karakter erupsi serta penting untuk memprediksi
erupsi berikutnya. Citra SAR (Synthetic Aperture Radar) sangat handal diperlukan untuk
analisis ini. Gambar berikut memperlihatkan citra TerraSAR-X Gunungapi Kelud yang
menunjukkan hancurnya kubah lava akibat letusan yang eksplosif.
Gambar 2.6. Hancurnya kubah lava G. Kelud akibat letusan eksplosif yang teramati dari citra
TerraSAR X.
(Gambar diambil dari website: www.lapan.go.id).

b) Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan salahsatu jenis gerakan massa tanah atau batuan, atau
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng tersebut (BAKORNAS PB, 2007). Pada dasarnya,
penyebab terjadinya longsor adalah adanya gaya gravitasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya longsor adalah geologi, tata guna lahan, topografi dan
kegempaan. Terdapat enam tipe tanah longsor, yaitu: longsoran transisi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batuan, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Tipe tanah
longsor aliran bahan rombakan identik dengan istilah banjir bandang, yaitu banjir yang
disertai dengan longsoran.
Analisis daerah rawan longsor, kajian kerentanan longsor serta analisis resiko
bencana tanah longsor dapat dilakukan dengan dukungan data penginderaan jauh. Dalam
hal ini, informasi masukan dapat diperoleh dari analisis citra. Informasi tersebut meliputi:
penutup lahan, morfologi, tanah, geologi, serta curah hujan. Pada proses tanggap darurat
bencana, pada banyak kasus, endapan hasil longsoran dan dampak kerusakan yang
ditimbulkannya dapat diamati dengan jelas dari citra satelit.
Pada gambar diperlihatkan kondisi sebelum longsor dan setelah longsor. Pada
resolusi tersebut dapat diketahui luas wilayah terkena longsoran, berapa jumlah rumah
yang hancur tertimpa material longsoran, berapa panjang jalan yang terputus, serta luas
lahan tanaman yang hancur. Dari informasi ini dapat juga diperkirakan jumlah korban
manusia yang mungkin tertimpa longsoran, yaitu diprediksi dari jumlah rumah yang hancur.
Satu informasi penting lainnya adalah dapat diketahui potensi longsoran yang akan terjadi,
yaitu diindikasikan oleh adanya bukaan calon longsoran (pada gambar disimbolkan
dengan arah panah). Jadi, informasi dari citra ini sangatbermanfaat selain untuk mendukung
upaya mitigasi bencana, juga untuk penyusunan programrehabilitasi rekonstruksi serta
untuk kesiapsiagaan terhadap potensi bencana berikutnya.

c) Gempa Bumi dan Tsunami


Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Gempa bumi
merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada
bagian dalam bumi secara tiba-tiba Penyebab gempa bumi dapat berasal dari proses
tektonik-pergerakan kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi, pergerakan
geomorfologi secara lokal, aktivitas gunungapi, atau ledakan nuklir. Tsunami diartikan
sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif
dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi
vulkanik atau longsoran (BAKORNAS PB, 2007).
Sampai ini, data penginderaan jauh belum mampu dipergunakan untuk mendeteksi
parameter gempa bumi maupun tsunami seperti waktu kejadian, lokasi pusat gempa bumi
di permukaan (episentrum), kedalaman sumber gempa, kekuatan/magnitudo gempa bumi,
serta intensitas gempa bumi. Namun, citra penginderaan jauh sangat bermanfaat untuk
mengetahui dampak dari gempa bumi dan tsunami, yaitu kerusakan yang ditimbulkannya.
Selain itu, data penginderaan jauh sangat mendukung analisis bahaya, kerentanan dan
resiko tsunami.

Gambar 2.7. Contoh dampak gempa bumi dan tsunami di Aceh, 26 Desember 2004 diamati
dari citra IKONOS.

B. Penentuan Daerah Bahaya dan Resiko Bencana

Bahaya gunung api di Indonesia umumnya berupa bahaya primer (misalnya: aliran
lava, piroklastik) dan bahaya sekunder (aliran lahar dingin). Lava adalah materi erupsi
gunung api yang berupa zat cair yang umumnya keluar secara meleleh (effusif). Aliran
piroklastik yang dikenal ilmiah sebagai kepadatan arus piroklastik (PDC) adalah aliran yang
bergerak sangat cepat berupa gas panas (yang dapat mencapai suhu sekitar 1000 C (1830
F)) dan batuan (secara kolektif dikenal sebagai tephra), dengan kecepatan umumnya
mencapai 700 km / h (450 mph). Lahar dingin dihasilkan dari interaksi antara penumpukan
material letusan dengan curah hujan yang jatuh. Lahar dingin merupakan aliran sedimen
pekat yang terdiri atas batu, kerikil, pasir serta abu vulkanik yang tercampur air.
Bahaya gunungapi ini memiliki resiko yang sangat tinggi, jika terjadi di wilayah yang
padat penduduk dan banyak infrastruktur yang penting di daerah tersebut. Oleh karena itu,
dipandang sangat penting untuk dapat memetakan zona bahaya akibat letusan gunung api
tersebut. Setelah itu, pada daerah bahaya dapat dilihat berapa jumlah penduduk sebagai
objek yang rentan terhadap bahaya, dan juga infrastuktur apa sajakah yang ada di zona
bahaya. Hingga akhirnya peta dan analisa resiko dapat dilakukan dengan mengintegrasikan
zona bahaya dan kerentanan gunung api.
Salah satu metode pendekatan untuk zonasi bahaya gunung api berdasarkan data
penginderaan jauh adalah metode probabilistik yang dikembangkan oleh Felpeto et al
(2007) melalui framework Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dinamakan Volcano Risk
Information System (VORIS). Melalui VORIS dapat dilakukan skenario pemetaan zona bahaya
gunung api berdasarkan model probabilistic simulasi numerik aliran lava, Pyroclastic Density
Current (PDC), dan sebaran debu volkanik.
Pada prinsipnya model probabilistik aliran material erupsi mengasumsikan topografi
sebagai faktor utama yang menentukan jalannya aliran (Felpeto et al 2007). Model
probabilistik yang digunakan adalah algoritma Monte Carlo dimana aliran hanya dapat
menyebar dari sel satu ke sel lain pada 8 sel tetangga, jika selisih tinggi topografinya positif.
Peluang untuk aliran berpindah dari satu sel ke sel tetangga yang lain sebanding dengan
selisih topografi tersebut. Selain itu, ada model simulasi aliran pyroclastic yaitu model
Energy Cone yang merupakan model simulasi potensi maksimum suatu wilayah terpengaruh
oleh PDC. Model Energy Cone menggunakan konsep 'energi garis/energy line' yang
menghubungkan lokasi sumber fenomena tersebut dengan jarak batas deposit aliran. Model
ini sangat praktis untuk digunakan dalam memberikan peringatan zonasi bahaya secara
cepat dalam kondisi darurat Malin and Sheridan (1982).
Gambar 2.8a. Peta Citra satelit SPOT-4 Gunung Merapi tahun 2009 dan interpretasinya.

Gambar 2.8b. Tingkat peluang aliran material erupsi Gunung Merapi dari data DEM-SRTM
(Parwati et al, 2012)
Gambar 2.8c. Tingkat peluang aliran material erupsi Gunung Merapi dari data DEM-PALSAR
(Yulianto et al, 2014)

Gambar 2.8d. Tingkat peluang aliran material erupsi (lava dan pyroklastik) Gunung Merapi
data DEM-PALSAR dibandingkan dengan data referensi (Yulianto et al, 2014)
Gambar 2.8a merupakan citra satelit SPOT-4 di sekitar wilayah Gunung Merapi tanggal 26
Juni 2009 sebelum kejadian letusan besar yaitu tahun 2010. Berdasarkan analisis
geomorfologi dan interpretasi citra dari rona, tekstur, pola, dan topografi yang terbentuk
dari visualisasi citra, maka dapat diidentifikasi daerah yang berpotensi sebagai aliran lava
serta penutup lahan berupa vegetasi, lahan pertanian, dan permukiman. Aplikasi metode
probabilistik dengan data penginderaan jauh dalam penentuan wilayah yang berpotensi
terkena aliran erupsi ditunjukkan oleh Gambar 2.8b dan 2.8c. Gambar 2.8b merupakan hasil
simulasi peluang aliran material erupsi dari data DEM-SRTM, sedangkan Gambar 2.8c dari
data DEM PALSAR. Aplikasi model Energy Cone dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.8d yang
dibandingkan dengan peta referensi, dimana akurasinya mencapai sekitar 77 % (Yulianto et
al, 2014)
Selain kegiatan penelitian dan pengembangan, LAPAN juga menghasilkan informasi
yang berkaitan dengan aktifitas erupsi gunung api sebagai suatu informasi tanggap darurat
bencana yang diberikan ke Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) dalam upaya
penanganan bencana alam. Beberapa produk informasi tanggap darurat bencana erupsi
gunung api diantaranya adalah pemantauan sebaran abu vulkanik, dan daerah terdampak
erupsi.

C. Sistem Informasi Geografi

Dalam bahasa Indonesia istilah GIS (Geographic Information System) sering


diterjemahkan sebagai Sistem Informasi Geografis yang kemudian disingkat menjadi SIG. GIS
merupakan sistem berbasis komputer yang digunakan dalam analisis informasi spasial
(keruangan) serta menurunkan informasi baru yang berguna. Dalam sistem ini, terdapat
banyak kelompok aktivitas dan analisis, mulai dari pemasukan, pemrosesan, hingga
pencetakan keluaran berupa peta. Namun, untuk kepentingan perencanaan wilayah,
operasi tumpang susun (overlay) peta merupakan metode yang dominan karena mampu
menggabungkan banyak variabel keruangan dalam mencapai optimasi pemanfaatan lahan

Penginderaan Jarak Jauh (Inderaja)/Remote Sensing hampir selalu digandeng dengan


GIS. Di Indonesia remote sensing kurang berkembang engingat banyak kendala yang
dihadapi untuk daerah tropis. Masalah klasik adalah awan, hampir semua wilayah Indonesia
dan hampir setiap saat tertutup awan. Belum lagi kondisi vegetasi yang menyulitkan
pengidentifikasian permukaan tanah. Lebih lagi untuk keperluan geologi yang memerlukan
pemetaan lebih dalam dari sekedar lapisan tanah.

Penerapan SIG dalam Kajian Geografi

a. Inventarisasi sumber daya alam

Penerapan SIG dengan teknik penginderaan jauh mampu menghasilkan data potensi
sumber daya alam di berbagai daerah, serta dapat menyajikannya dengan cepat dan
tepat. SIG dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi sumber daya alam di antaranya.

1) Sumber daya air


Inventarisasi sumber daya air menjelaskan tentang banyaknya distribusi air, kualitas
air, baik permukaan maupun air tanah
2) Sumber daya lahan
Inventarisasinya meliputi kesediaan, kesesuaian, dan kemampuan lahan
3) Sumber daya mineral
Yang dapat dinventasisasi misalnya jenis, kualit cadangan dan persebarannya.
4) Sumber daya hutan
Misalnya tentang luas, jenis dan kerusakan hutan.
5) Sumber daya laut
Inventarisasinya meliputi potensi sumber daya laut, baik sumber daya mineral
maupun sumber daya hayati laut, jenis, potensi, dan persebarannya.

b. Analisis Keruangan

Untuk keperluan analisis keruangan SIG memiliki beberapa analisis, diantaranya :

1) Analisis overlay (tumpang tindih). Analisis ini untuk mencari dan mendata daerah
yang diliputi oleh dua tema yang berlainan. Analisis ini juga untuk mengetahu
perbedaan batas atau perubahan dari masa ke masa.
2) Analisis sebaran (distribusi). Analisis ini untuk memahami pola dan jumlah atribut
terhadap peluang atau objeknya.
3) Analisis aliran (flow). Untuk menganalisis pola aliran lalu lintas
4) Analisis tiga dimensi

Perencanaan Pembangunan wilayah


Untuk penyusunan rencana pembangunan yang tepat dibutuhkan informasi yang
lengkap dan akurat tentang berbagai masalah dan potensi sumber daya alam yang
terkandung dalam wilayah yang bersangkutan. SIG dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan dengan tepat dan cepat. Sehingga SIG daapt dimanfaatkan untuk
merencanakan pola pembangunan suatu wilayah.

Kegunaan SIG :

a. Merencanakan pembangunan bendungan

SIG digunakan untuk mengetahui daerah genangan air dan volume air, daerah yang
harus digusur, daerah lahan pertanian yang akan tergenang, volume urukan untuk
bendungan, besar masukan dan keluarnya volume air, daerah lahan pertanian yang
diairi, rencana pembuatan pembangkit tenaga listrik, rencana pembangunan jalan, dan
dampak dari pembangunan tersebut.

b. Pemetaan sumber daya

Sistem informasi geogarfi dalam pemetaan sumber daya digunakan untuk pemetaan
penggunaan lahan, pemetaan lahan hijau yang diperlukan bagi keberadaan lahan
pertanian, pemetaan daerah pasang surut, pemetaan geologi untuk kepentingan
eksplorasi dan penanggulanagan bencana

c. Pertanian dan kehutanan

SIG digunakan untuk menginventarisasi tanaman pangan, pemantauan perubahan


penggunaan lahan, inventarisasi tanaman perkebungan, inventarisasi dan pemantauan
hutan untuk reboisasi, perluasan hutan dan pencegahan kerusakan hutan,
inventarisasi lahan kritis, dan inventarisasi tanaman sagu.

d. Transmigrasi

Untuk keperluan transmigrasi SIG bermanfaat untuk pemilihan lokasi transmigrasi,


perencanaan waktu pemindahan penduduk dengan keadaan daerah yang sesuai,
perencanaan pembuatan jalan, dan irigasi

e. Lingkungan Hidup

SIG digunakan untuk perencanaan kota yang berkaitan dengan tata ruang,
pemantauan terhadap pencemaran lingkungan hidup.

f. Pemantauan bencana alam

Dengan bantuan penginderaan jauh yang multitemporal dan multi spectral SIG dapat
digunakan untuk menginventarisasi, mengevaluasi, dan memantau bencana alam,
sepert gunung meletus, gempa bumi, kebaran hutan, dan serangan hama.

g. Perencanaan dan pemantauan daerah pantai dan laut

Dalam hal ini SIG digunakan untuk pencarian lokasi ikan laut, pemantauan perubahan
garis pantai dan daerah abrasi,pantauan proses-proses yang terjadi di laut, seperti
pengangkatan arus dan instrusi air laut.

h. Pemantuan program IDT

SIG digunakan untuk mendapatkan :

1) Informasi potensi desa yang berkaitan dengan LKMD, sarana jalan dan angkutan,
mata pencaharian penduduk, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan,pasar, sarana
komunikasi dan jarak untuk berhubungan.
2) Informasi penduduk yang berkaitan dengan kepadatan, persebaran, pertambahan,
susunan, atau komposisi penduduk.
3) Informasi lingkungan yang berkaitan dengan sumber air, penerangan, tempat
ibadah, tempat pembuangan sampah, jamban atau MCK.
i. Pembangunan jalan raya atau jalan tol baru
SIG digunakan untk mengetahui pembebasan lahan pemukiman dan lahan pertanian,
arah dan penempatan jalan yang efisien, volume pemotongan tanah untuk tanjakan,
volume urukan tanah untuk penimbunan, pembuatan jealan penyebrangan yang
efektif, dan dampak dari pembangunan tersebut.

D. Bantuan Inderaja Dan Manfaatnya

Apabila dimanfaatkan secara proporsional, teknologi inderaja memberikan


kontribusi signifikan dalam perencanaan wilayah dengan bantuan GIS. Kontribusi
paling mendasar diberikan dalam bentuk synoptic overview, di mana gambaran
umum wilayah dapat disajikan secara menyeluruh tetapi ringkas. Citra inderaja juga
menjadi sumber revisi peta dasar yang baik, khususnya untuk fenomena yang cepat
berubah seperti garis pantai yang dinamis.

Di samping itu, citra inderaja multiwaktu dapat memberikan gambaran


mengenai proses yang sudah dan sedang berlangsung. Perubahan penggunaan lahan
karena urbanisasi dapat dipetakan dengan mudah. Zonasi kerentanan bencana dapat
dilakukan dengan cepat karena setiap bencana besar meninggalkan jejak rekaman
berupa pola kenampakan bentang lahan yang khas. Pertumbuhan garis pantai,
abrasi, longsor, gempa bumi, bahkan tsunami baru-baru ini pun meninggalkan jejak
yang dapat membantu para surveyor dan perencana dalam memetakan
wilayahbencana.

Banyak wilayah terpencil yang belum mempunyai data dasar spasial. Ada
pula wilayah yang kehilangan seluruh datanya karena bencana. Untuk wilayah
semacam ini, pendekatan holistik dengan citra inderaja merupakan salah satu
alternatif terbaik. Dengan pendekatan ini, wilayah yang bersangkutan dapat
dipetakan ke dalam satuan-satuan dengan karakteristik homogen, baik sifat fisik
maupun kondisi penutup dan penggunaan lahannya. Berbagai karakteristik ini
kemudian dapat dikelompokkan ke dalam potensi dan hambatan atau ancaman
bencana yang ada. Melalui cara ini, evaluasi kemampuan atau kesesuaian lahan dan
pemilihan letak peruntukan.

Meskipun demikian, pendekatan holistik ini tentu saja mempunyai


kekurangan karena terjadi oversimplification, di mana setiap satuan pemetaan
memuat berbagai karakter lahan dalam batas-batas yang persis sama. Oleh karena
itu, model inventarisasi dan evaluasi lahan semacam ini sebaiknya dijalankan terlebih
dahulu untuk perencanaan yang tidak terlalu rinci sambil secara sistematis mulai
menyusun (kembali) data spasial dasar dan tematik dalam kerangka GIS.

Anda mungkin juga menyukai