Anda di halaman 1dari 15

1

JURNAL
TINDAK PIDANA PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
DITINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA
(Studi di Pengadilan Negeri Mataram)

Oleh:
RISA RIZKY NURLITA
D1A 010 296

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2014

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING


TINDAK PIDANA PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
DITINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA
(Studi di Pengadilan Negeri Mataram)

Oleh :
RISA RIZKY NURLITA
D1A 010 296

Menyetujui:
Pembimbing Pertama

(Elly Kurniawati M., SH., MH.)


NIP. 19510407 197602 2 001

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2014

ABSTRAK
TINDAK PIDANA PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
DITINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA
(Studi di Pengadilan Negeri Mataram)
RISA RIZKY NURLITA
D1A 010 296
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan sanksi
terhadap tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) di
Pengadilan Negeri Mataram dan untuk mengetahui Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan terhadap tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak
(BBM) oleh Pertamina Mataram dan POLDA NTB. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian empiris. Hasil penelitian sebagai berikut : 1.
Penerapan sanksi terhadap tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak
(BBM) di Pengadilan Negeri Mataram adalah dijatuhi Pasal 53 huruf (c)
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2. a)
Upaya Pencegahan pihak Pertamina lebih pada pengawasan terhadap
pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) Upaya tersebut berfungsi untuk
mencegah adanya pendistribusian sebagian Bahan Bakar Minyak (BBM)
kepada para penimbun. b) Upaya Penanggulangannya pihak POLDA NTB
lebih pada menghukum pelaku tindak pidana penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) untuk memberikan efek jera.
Kata Kunci : Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM)
CRIMINAL ACTS OF HOARDING FUEL IN TERMS OF INDONESIA
CRIMINAL LAW
Abstract
The purpose of this study is to investigate the application of sanctions
against the crime of hoarding fuel oil (BBM) in Mataram District Court and to
determine the Prevention and Control of the crime of hoarding fuel oil (BBM)
in Pertamina 's Office and Police Mataram NTB. This type of research is
empirical research. The results of the study as follows : 1. Application of
sanctions against the crime of hoarding fuel oil (BBM) in Mataram District
Court was sentenced to Article 53 point (c) of Law No. 22 of 2001 on Oil and
Gas. 2. Prevention and Combating crime of hoarding fuel oil (BBM) : a)
Prevention Pertamina over menenkan to every business in the field of Oil and
Gas to have a letter of recommendation or permit. Where the recommendation
letter serves to prevent consumers in the purchase of fuel oil (BBM) in large
quantities. b) Abatement Efforts NTB Police parties over the law enforcement
action in order to provide a deterrent effect to the perpetrators of the crime of
hoarding fuel oil (BBM) .
Key words : hoarding fuel oil

I. PENDAHULUAN
Minyak merupakan sumber daya alam strategis yang tidak dapat diperbaharui
dan dikuasai oleh negara. Pengelolaannya harus dilakukan secara maksimal
agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Kekayaan alam dipahami sebagai karunia Tuhan yang diserahkan
pengelolaannya kepada bangsa indonesia, konkritnya kekayaan alam tersebut
merupakan hak milik bangsa Indonesia yang pelaksanaannya dan penguasaan
hak tersebut dikuasakan kepada negara 1. Disebagian negara berkembang
seperti Indonesia kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin hari
semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.
Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) ini dapat diperoleh masyarakat
melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU). Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun
tidak dipungkiri suatu saat cadangan sumber daya alam yang berupa minyak
akan habis karena dikonsumsi secara terus menerus. Kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) pada bulan Juni lalu dimanfaatkan oleh beberapa oknum
yang tidak bertanggung jawab. Salah satunya dengan cara melakukan
penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) . Modus yang dilakukan oleh pelaku
bermacam-macam, tetapi yang lebih sering digunakan adalah modus klasik
yaitu membeli berulang kali pada SPBU yang berbeda yang kemudian hasil
tangki tersebut ditimbun atau digunakan untuk kepentingan pribadi. Berawal
dari pemikiran bahwa manusia merupakan srigala bagi manusia lain (homo

Hlm. 77

Rudi M. Simamora, Hukum Minyak Gas dan Bumi, (Jakarta: Djembatan, 2000),

ii

homini lupus)

elalu mementingkan diri sendiri dan tidak mementingkan

keperluan orang lain

Seringkali para penimbun tersebut memanfaatkan hasil

timbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) itu dengan cara menjualnya kembali
kepada konsumen dengan keuntungan yang lebih besar. Banyaknya kasus
penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM), yang terjadi di berbagai deaerah
tentunya menimbulkan berbagai pertanyaan mulai dari penerapan sanksi pidana
oleh penegak hukum hingga upaya yang dilakukan dalam mencegah dan
menanggulangi tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) jelas merupakan pelanggaran
hukum. Ketentuan sanksi Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) terdapat
pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana penerapan sanksi dalam tindak pidana penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) di Pengadilan Negeri Mataram ?. 2. Bagaimana upaya
pencegahan dan penanggulangan tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) oleh Pertamina Mataram dan POLDA NTB ?. Adapun yang
menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan sanksi
terhadap tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) di
Pengadilan Negeri Mataram serta mengetahui upaya yang dilakukan dalam
pencegahan dan penanggulangan tindak pidana penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) oleh Pertamina Mataram dan POLDA NTB. Manfaat yang
diharapkan dalam penelitian ini yaitu secara akademis untuk menyelesaikan

Topo Santoso & Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), Hlm. 3

iii

studi S1 Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Mataram, secara


teoritis memberikan sumbangan pemikiran pengembangan ilmu hukum pada
umumnya dan ilmu hukum pidana pada khususnya dan secara praktis dapat
bermanfaat bagi aparat penegak hukum maupun pihak Pertamina di dalam
mencegah dan menanggulangi tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak
(BBM). Untuk menjawab permasalahan tersebut, penyusun melakukan
penelitian ini dengan jenis penelitian empiris dengan pendekatan yang
dipergunakan yaitu: Pendekatan Perundang-undangan (statute approach),
Pendekatan Konseptual (conceptual approach), Pendekatan Sosiologis
(sosiological approach), dan Pendekatan kasus. Jenis dan sumber data berupa:
data primer dan sekunder dengan teknik dan alat pengumpulan data
menggunakan teknik observasi dan wawancara dengan menelaah buku-buku
literature serta mengidentifikasi peraturan perundang-undangan yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti, menggunakan analisis kualitatif.

iv

II. PEMBAHASAN
Penerapan Sanksi dalam tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) di Pengadilan Negeri Mataram.
Dalam pelaksanaannya, pemberian sanksi dalam hal tindak pidana
Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) ini merupakan hasil dari proses
penyelidikan dan penyidikan oleh Kepolisian kemudian pelaksanaan
penuntutan oleh Kejaksaan dan pada akhirnya pemeriksaan sidang dan
penjatuhan sanksi oleh hakim dalam suatu sidang pengadilan. Dalam kaitannya
dengan sudut operasionalisasi maka penerapan sanksi ini merupakan tahap
aplikasi dari beberapa tahapan yakni 3 : 1) Tahap Formulasi yaitu tahap hukum
in abstacto oleh badan pembuat undang-undang. ; 2) Tahap Aplikasi yaitu
tahap penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari
Kepolisian sampai Pengadilan.; 3)Tahap Eksekusi yaitu tahap pelaksanaan
hukuman pidana secara konkret oleh aparat-aparat pelaksana pidana.
Ancaman pidana terhadap pelaku tindak pidana Penimbunan Bahan
Bakar Minyak (BBM) terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi yaitu :
1. Pasal 53, berbunyi :
Setiap orang yang melakukan:
(a) Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
Pengolahan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling tinggi Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah);
(b) Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
Pengangkutan dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)

Teguh Prasetyo, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, cet 1 (Bandung : Nusa Media,
2010) Hlm. 111

tahun dan denda paling tinggi Rp. 40.000.000.000,00 (empat puluh


miliar rupiah);
(c) Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
Penyimpanan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling tinggi Rp. 30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar
rupiah);
(d) Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Niaga
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling tinggi Rp. 30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah).
2. Pasal 55 yang berbunyi :
Setiap orang yang menyalahgunakan Pengangkutan dan/atau Niaga Bahan
Bakar Minyak yang disubsidi Pemerintah dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi Rp. 60.000.000.000,00
(enam puluh miliar rupiah).
Setelah mengetahui ancaman pidana terhadap tindak pidana Penimbunan
Bahan Bakar minyak (BBM), dibawah ini akan dikutip Putusan Pengadilan
Negeri Mataram Nomor: 355/PID.SUS/2013/PN.MTR, sebagai berikut :
- Isi Putusan : (1) Menyatakan Terdakwa Syamsuddin tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan
primair.; (2) Membebaskan terdakwa dari dakwaan primair.; (3)
Menyatakan terdakwa Syamsuddin telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Tanpa Izin Usaha
Penyimpanan Minyak dan Gas Bumi. ; (4) Menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan dan
denda sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar maka akan diganti dengan pidana kurungan
selama 1 (satu) bulan.; (5) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani
terdakwa dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.; (6)
Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan.; (7) Menetapkan barang bukti

vi

berupa :- 80 (delapan puluh) jerigen minyak tanah masing-masing jerigen


berisikan 18 (delapan belas) liter.; - 6 (enam) jerigen minyak tanah masingmasing jerigen berisikan 34 (tiga puluh empat) liter.; Dirampas untuk
Negara: - 2 (dua) lembar terpal warna biru.; Dirampas untuk dimusnahkan.;
(8) Menetapkan agar terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).
Terhadap putusan Majelis Hakim yang menjatuhkan pidana 6 bulan
penjara dan denda sebesar Rp. 2.000.000, 00 terhadap Syamsuddin, terlihat
jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan ancaman pidana yang terdapat
dalam Pasal 53 huruf (c) Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang
Minyak Gas dan Bumi, yang mengancam dengan pidana penjara paling lama 3
tahun dan denda paling banyak Rp. 30.000.000.000, 00 (tiga puluh miliar
rupiah).
Upaya yang dilakukan dalam Pencegahan dan Penanggulangan tindak
pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh Pertamina
Mataram dan POLDA NTB.
1.

Upaya Pencegahan tindak pidana Pimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM)


yang dilakukan oleh Pihak Pertamina, menurut Galih Pradipto yang
menjabat sebagai Sales Executie XI di Kantor Pertamina Mataram yaitu 4:
a. Mengawasi

distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diangkut

menggunakan truck tangki Bahan Bakar Minyak (BBM) ke SPBU.; b.

Hasil Wawancara dengan Galih Pradipto, Sales Executive XI di Kantor Pertamina


Mataram, pada tanggal 5 Maret 2014.

vii

Mengawasi petugas SPBU yang nakal dan berbuat curang.; c. Memantau


lokasi yang dianggap rawan terjadi tindak pidana Penimbunan Bahan
Bakar Minyak (BBM).; d. Memberikan sosialisasi (edukasi) kepada
seluruh masyarakat khususnya pelaku usaha di bidang Minyak dan Gas
Bumi.; e. Memasang spaduk peringatan terhadap tindak pidana
Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).; f. Membuat layanan
pengaduan masyarakat.
2.

Upaya Penaggulangan tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak


(BBM), menurut I Putu Sukanata yang menjabat sebagai BANIT I
SUBDIT IV DITRESKRIMSUS POLDA NTB, harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi

: a. Menghukum pelaku tindak pidana

penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memberikan efek jera.; b.


Memberikan perintah kepada seluruh anggota jajaran POLDA NTB untuk
melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap adanya dugaan
terjadinya tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM). ; c.
Melakukan penindakan secara tegas terhadap setiap pelaku usaha dan/atau
badan hukum yang melakukan, turut serta maupun membantu melakukan
tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).; d. Melakukan
penyitaan terhadap seluruh barang yang terkait dengan terjadinya tindak
pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).; e. Mengembangkan
perkara/ tindak pidana

yang ditangani mulai dari pengecer, pembeli

maupun penampung serta orang yang memberikan modal sehingga terjadi

Wawancara dengan I Putu Sukanata BANIT I SUBDIT IV DITRESKRIMSUS


POLDA NTB, pada tanggal 14 Februari 2014 di Kantor POLDA NTB.

viii

tindak Pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).; f. Menelusuri


harta kekayaan milik pelaku yang diduga diperoleh dari hasil tindak pidana
Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).; g. Melakukan koordinasi lintas
sektoral dengan instansi/ dinas terkait khususnya kepada Dinas Energi
Sumber Daya dan Mineral (ESDM).; g. Melimpahkan perkara (tersangka
dan barang bukti) yang ditangani kepada jaksa penuntut umum untuk dapat
dilakukan penuntutan dan diajukan kepersidangan guna mendapatkan
kepastian hukum dan untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat.; h.
Memberikan layanan pengaduan kepada masyarakat.

ix

III.

PENUTUP
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa: 1. Penerapan sanksi pidana terhadap tindak pidana penimbunan
Bahan Bakar Minyak (BBM) di Pengadilan Negeri Mataram, adalah jauh
lebih ringan dari ancaman pidana yang ada di dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yaitu dijatuhi
hukuman

pidana

penjara

bulan

dan

denda

Rp.

2.000.000,-

rupiah.sedangkan ancaman dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 22


Tahun 2001 tentang Minyak Gas dan Bumi yaitu paling lama 3 tahun dan
denda paling banyak Rp. 30.000.000.000, 00 (tiga puluh miliar rupiah). 2.
Upaya yang dilakukan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh Kantor Pertamina
Mataram dan POLDA NTB dilakukan dengan cara sebagai berikut :Upaya pencegahan tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak
(BBM) oleh Pertamina. a) Mengawasi distribusi Bahan Bakar Minyak
(BBM) yang diangkut menggunakan truck tangki Bahan Bakar Minyak
(BBM) ke SPBU. b) Mengawasi petugas SPBU yang nakal dan berbuat
curang. c) Memantau lokasi yang dianggap rawan terjadi tindak pidana
Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM). d) Memberikan sosialisasi
(edukasi) kepada seluruh masyarakat khususnya pelaku usaha di bidang
Minyak dan Gas Bumi. e) Memasang spaduk peringatan terhadap tindak
pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM). f) Membuat layanan
pengaduan

masyarakat.-Upaya

Penanggulangan

tindak

pidana

Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh POLDA NTB. a)


Menghukum pelaku tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak
(BBM) untuk memberikan efek jera. b) Memberikan perintah kepada
seluruh anggota jajaran POLDA NTB untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikan terhadap adanya dugaan terjadinya tindak pidana Penimbunan
Bahan Bakar Minyak (BBM). c) Melakukan penindakan secara tegas
terhadap setiap pelaku usaha dan/atau badan hukum yang melakukan, turut
serta melakukan tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).
d) Melakukan penyitaan terhadap seluruh barang yang terkait dengan
terjadinya tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM). e)
Mengembangkan perkara yang ditangani mulai dari pengecer, pembeli,
penampung serta orang yang memberikan modal sehingga terjadi tindak
Pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM). f) Menelusuri harta
kekayaan milik pelaku yang diduga diperoleh dari hasil tindak pidana
Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM). g) Melakukan koordinasi lintas
sektoral dengan instansi/ dinas terkait khususnya kepada Dinas Energi
Sumber Daya dan Mineral. h) Melimpahkan perkara (tersangka dan barang
bukti) yang ditangani kepada jaksa penuntut umum. i) Memberikan layanan
pengaduan kepada masyarakat.

xi

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku & Artikel
Ahmad, Wardi Muslich. Hukum Pidana Islam. Sinar Grafika, Jakarta,
2004.
Chazawi, Adami. Pembelajaran Hukum Pidana I (Stelsel Pidana, Tindak
Pidana, Teori-Teori Pemidanaan dan Batas Berlakunya
Hukum Pidana). PT. Raja Ggrafindo Persada, Jakarta,
2002.
Hamzah, Andi. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Lamintang, PAF. Dasar-Dasar Hukum Pidana. PT. Citra Aditya,
Bandung, 1997
Marwan, M. & P. Jimmy. Kamus Hukum. Reality Publisher, Surabaya
2009.
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Prasetyo, Teguh. Kriminalisasi dalam Hukum Pidana. Nusa Media,
Bandung, 2010.
Rifai Edy, Dilema Penimbunan BBM, Artikel Dosen, Lampung, 2012.
Simamora, Rudi M. Hukum Minyak Gas dan Bumi. Djembatan, Jakarta,
2000.
Soekanto, Soejono. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Rajawali Pers, Jakarta, 1983.
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat. Sinar Baru,
Bandung, 1983.
Tongat. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif
Pembaharuan. UMM Pres, Malang, 2009.
Topo Santoso & Eva Achjani Zulfa. Kriminologi. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002

xii

B. Peraturan Peraturan
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab UndangUndang Hukum Pidana.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Gas
dan Bumi. LN No. 136 Tahun 2001.
Indonesia, Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor
5 Tahun 2012. LN No. 41 Tahun 2012.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengendalian
Penggunaan BBM. LN No. 3 Tahun 2013

C. Sumber Lain
Putusan Pengadilan Negeri Mataram Nomor: 355/PID.SUS/2013/PN.MTR
atas nama terdakwa Syamsuddin.
Wawancara

dengan I Putu Sukanata (BANIT I SUBDIT IV


DITRESKRIMSUS POLDA NTB) di POLDA NTB
pada tanggal 14 Februari 2014.

Wawancara dengan Galih Pradipto (Sales Executive XI) di Kantor


Pertamina Mataram pada tanggal 5 Maret 2014.
http://www.google.com

/pbnu-menimbun-bbm-itu-haram/.

Download

tanggal 12 Januari 2014.

http:///www.google.com//pengertian%20BBM.htm. Download tanggal 12


Januari 2014.

http:///www.google.com/faktor-penyebab-penimbunan-bbm.
tanggal14 Januari 2014.

Download

Anda mungkin juga menyukai