JURNAL
TINDAK PIDANA PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
DITINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA
(Studi di Pengadilan Negeri Mataram)
Oleh:
RISA RIZKY NURLITA
D1A 010 296
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2014
Oleh :
RISA RIZKY NURLITA
D1A 010 296
Menyetujui:
Pembimbing Pertama
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2014
ABSTRAK
TINDAK PIDANA PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
DITINJAU DARI HUKUM PIDANA INDONESIA
(Studi di Pengadilan Negeri Mataram)
RISA RIZKY NURLITA
D1A 010 296
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan sanksi
terhadap tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) di
Pengadilan Negeri Mataram dan untuk mengetahui Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan terhadap tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak
(BBM) oleh Pertamina Mataram dan POLDA NTB. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian empiris. Hasil penelitian sebagai berikut : 1.
Penerapan sanksi terhadap tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar Minyak
(BBM) di Pengadilan Negeri Mataram adalah dijatuhi Pasal 53 huruf (c)
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2. a)
Upaya Pencegahan pihak Pertamina lebih pada pengawasan terhadap
pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) Upaya tersebut berfungsi untuk
mencegah adanya pendistribusian sebagian Bahan Bakar Minyak (BBM)
kepada para penimbun. b) Upaya Penanggulangannya pihak POLDA NTB
lebih pada menghukum pelaku tindak pidana penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) untuk memberikan efek jera.
Kata Kunci : Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM)
CRIMINAL ACTS OF HOARDING FUEL IN TERMS OF INDONESIA
CRIMINAL LAW
Abstract
The purpose of this study is to investigate the application of sanctions
against the crime of hoarding fuel oil (BBM) in Mataram District Court and to
determine the Prevention and Control of the crime of hoarding fuel oil (BBM)
in Pertamina 's Office and Police Mataram NTB. This type of research is
empirical research. The results of the study as follows : 1. Application of
sanctions against the crime of hoarding fuel oil (BBM) in Mataram District
Court was sentenced to Article 53 point (c) of Law No. 22 of 2001 on Oil and
Gas. 2. Prevention and Combating crime of hoarding fuel oil (BBM) : a)
Prevention Pertamina over menenkan to every business in the field of Oil and
Gas to have a letter of recommendation or permit. Where the recommendation
letter serves to prevent consumers in the purchase of fuel oil (BBM) in large
quantities. b) Abatement Efforts NTB Police parties over the law enforcement
action in order to provide a deterrent effect to the perpetrators of the crime of
hoarding fuel oil (BBM) .
Key words : hoarding fuel oil
I. PENDAHULUAN
Minyak merupakan sumber daya alam strategis yang tidak dapat diperbaharui
dan dikuasai oleh negara. Pengelolaannya harus dilakukan secara maksimal
agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Kekayaan alam dipahami sebagai karunia Tuhan yang diserahkan
pengelolaannya kepada bangsa indonesia, konkritnya kekayaan alam tersebut
merupakan hak milik bangsa Indonesia yang pelaksanaannya dan penguasaan
hak tersebut dikuasakan kepada negara 1. Disebagian negara berkembang
seperti Indonesia kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin hari
semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.
Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) ini dapat diperoleh masyarakat
melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU). Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun
tidak dipungkiri suatu saat cadangan sumber daya alam yang berupa minyak
akan habis karena dikonsumsi secara terus menerus. Kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) pada bulan Juni lalu dimanfaatkan oleh beberapa oknum
yang tidak bertanggung jawab. Salah satunya dengan cara melakukan
penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) . Modus yang dilakukan oleh pelaku
bermacam-macam, tetapi yang lebih sering digunakan adalah modus klasik
yaitu membeli berulang kali pada SPBU yang berbeda yang kemudian hasil
tangki tersebut ditimbun atau digunakan untuk kepentingan pribadi. Berawal
dari pemikiran bahwa manusia merupakan srigala bagi manusia lain (homo
Hlm. 77
Rudi M. Simamora, Hukum Minyak Gas dan Bumi, (Jakarta: Djembatan, 2000),
ii
homini lupus)
timbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) itu dengan cara menjualnya kembali
kepada konsumen dengan keuntungan yang lebih besar. Banyaknya kasus
penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM), yang terjadi di berbagai deaerah
tentunya menimbulkan berbagai pertanyaan mulai dari penerapan sanksi pidana
oleh penegak hukum hingga upaya yang dilakukan dalam mencegah dan
menanggulangi tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) jelas merupakan pelanggaran
hukum. Ketentuan sanksi Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) terdapat
pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana penerapan sanksi dalam tindak pidana penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) di Pengadilan Negeri Mataram ?. 2. Bagaimana upaya
pencegahan dan penanggulangan tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) oleh Pertamina Mataram dan POLDA NTB ?. Adapun yang
menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan sanksi
terhadap tindak pidana penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) di
Pengadilan Negeri Mataram serta mengetahui upaya yang dilakukan dalam
pencegahan dan penanggulangan tindak pidana penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) oleh Pertamina Mataram dan POLDA NTB. Manfaat yang
diharapkan dalam penelitian ini yaitu secara akademis untuk menyelesaikan
Topo Santoso & Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), Hlm. 3
iii
iv
II. PEMBAHASAN
Penerapan Sanksi dalam tindak pidana Penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM) di Pengadilan Negeri Mataram.
Dalam pelaksanaannya, pemberian sanksi dalam hal tindak pidana
Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) ini merupakan hasil dari proses
penyelidikan dan penyidikan oleh Kepolisian kemudian pelaksanaan
penuntutan oleh Kejaksaan dan pada akhirnya pemeriksaan sidang dan
penjatuhan sanksi oleh hakim dalam suatu sidang pengadilan. Dalam kaitannya
dengan sudut operasionalisasi maka penerapan sanksi ini merupakan tahap
aplikasi dari beberapa tahapan yakni 3 : 1) Tahap Formulasi yaitu tahap hukum
in abstacto oleh badan pembuat undang-undang. ; 2) Tahap Aplikasi yaitu
tahap penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari
Kepolisian sampai Pengadilan.; 3)Tahap Eksekusi yaitu tahap pelaksanaan
hukuman pidana secara konkret oleh aparat-aparat pelaksana pidana.
Ancaman pidana terhadap pelaku tindak pidana Penimbunan Bahan
Bakar Minyak (BBM) terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi yaitu :
1. Pasal 53, berbunyi :
Setiap orang yang melakukan:
(a) Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
Pengolahan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling tinggi Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah);
(b) Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
Pengangkutan dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, cet 1 (Bandung : Nusa Media,
2010) Hlm. 111
vi
vii
viii
ix
III.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa: 1. Penerapan sanksi pidana terhadap tindak pidana penimbunan
Bahan Bakar Minyak (BBM) di Pengadilan Negeri Mataram, adalah jauh
lebih ringan dari ancaman pidana yang ada di dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yaitu dijatuhi
hukuman
pidana
penjara
bulan
dan
denda
Rp.
2.000.000,-
masyarakat.-Upaya
Penanggulangan
tindak
pidana
xi
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku & Artikel
Ahmad, Wardi Muslich. Hukum Pidana Islam. Sinar Grafika, Jakarta,
2004.
Chazawi, Adami. Pembelajaran Hukum Pidana I (Stelsel Pidana, Tindak
Pidana, Teori-Teori Pemidanaan dan Batas Berlakunya
Hukum Pidana). PT. Raja Ggrafindo Persada, Jakarta,
2002.
Hamzah, Andi. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Lamintang, PAF. Dasar-Dasar Hukum Pidana. PT. Citra Aditya,
Bandung, 1997
Marwan, M. & P. Jimmy. Kamus Hukum. Reality Publisher, Surabaya
2009.
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Prasetyo, Teguh. Kriminalisasi dalam Hukum Pidana. Nusa Media,
Bandung, 2010.
Rifai Edy, Dilema Penimbunan BBM, Artikel Dosen, Lampung, 2012.
Simamora, Rudi M. Hukum Minyak Gas dan Bumi. Djembatan, Jakarta,
2000.
Soekanto, Soejono. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Rajawali Pers, Jakarta, 1983.
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat. Sinar Baru,
Bandung, 1983.
Tongat. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif
Pembaharuan. UMM Pres, Malang, 2009.
Topo Santoso & Eva Achjani Zulfa. Kriminologi. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002
xii
B. Peraturan Peraturan
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab UndangUndang Hukum Pidana.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Gas
dan Bumi. LN No. 136 Tahun 2001.
Indonesia, Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor
5 Tahun 2012. LN No. 41 Tahun 2012.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengendalian
Penggunaan BBM. LN No. 3 Tahun 2013
C. Sumber Lain
Putusan Pengadilan Negeri Mataram Nomor: 355/PID.SUS/2013/PN.MTR
atas nama terdakwa Syamsuddin.
Wawancara
/pbnu-menimbun-bbm-itu-haram/.
Download
http:///www.google.com/faktor-penyebab-penimbunan-bbm.
tanggal14 Januari 2014.
Download