BAB I
PENDAHULUAN
Dalam setiap kegiatan industri dapat menghasilkan limbah bahan beracun dan berbahaya
yang sifat dan konsentrasinya mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga dapat
merusak lingkungan, mengganggu kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup manusia serta
organisme lainya. Limbah bahan beracun dan berbahaya yang sering menjadi masalah dalam
pencemaran lingkungan yaitu air raksa, pestisida,oli bekas, karbon monoksida (CO), nikel dan lain
– lainnya.
Salah satu kegiatan industri yang menghasilkan limbah bahan beracun dan berbahaya yang
sangat berbahaya yaitu dari aktivitas industri karet. Dari 2 pengolahan karet ini dapat
menghasilkan limbah gas, padat dan cair. Komponen utama karet setengah jadi ini yaitu karet yang
sudah dibekukan dan campuran bahan kimia. Dari pengolahan bahan baku tersebut dapat
menghasilkan limbah gas, padat dan cair. Limbah ini dapat mencemari lingkungan sekitar apabila
tidak dilakukan pengendalian pencemaran dengan baik. Salah satunya limbah B3 dari pengolahan
karet yaitu oli bekas yang dihasilkan dari pemakaian mesin forklift dan kendaraan pengangkut
karet serta mesin yang digunakan. Salah satu tempat penyimpanan sementara limbah bahan
beracun dan berbahaya dalam pengolahan karet yaitu tempat penyimpanan sementara oli bekas,
dimana pada tempat penyimpanan sementara ini terjadi kurangnya penerangan dalam ruangan dan
pengkodean serta karakteristik limbah bahan beracun dan berbahaya yang ada pada tempat
penyimpanan sementara. Hal ini tidak sesuai dengan pengolahan limbah bahan beracun dan
berbahaya yang merujuk ke PP No. 101 Tahun 2014.
Pencemaran limbah oli bekas memiliki posisi hukum yang diatur dalam berbagai peraturan dan
undang-undang di Indonesia. Beberapa pasal yang berlaku terhadap pelaku pencemaran limbah oli
bekas antara lain:
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Usaha dan/atau Kegiatan Lain
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Usaha dan/atau Kegiatan Lain di Kawasan Industri
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menjadi posisi hukum terhadap pelaku pencemaran limbah oli bekas di Indonesia
dan Bagaimana peraturan perundang-undangan di Indonesia mengatur tentang pencemaran
limbah oli bekas?
2. Bagaimana proses penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran limbah oli bekas di
Indonesia?
3. Bentuk apa saja peran pemerintah terhadap penecemaran lingkungan limbah oli bekas?
1.3 TUJUAN
Pencemaran lingkungan dengan limbah oli bekas terjadi karena banyak orang yang
membuangnya dengan sembarangan. Padahal, limbah oli bekas termasuk limbah berbahaya dan
beracun yang proses pembuangannya harus dilakukan secara tepat. Oli bekas termasuk limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) yang terdiri dari campuran bahan kimia aditif, hidrokarbon, asam
korosif, logam berat yang bersifat karsinogenik, serta sisa-sisa hasil bakaran yang bersifat deposit.
Kandungan tersebut bisa mengancam keselamatan lingkungan dan makhluk hidup yang tinggal di
dalamnya. Jika tidak sengaja masuk ke dalam tubuh, zat tersebut bisa menyebabkan kerusakan
ginjal, syaraf, hingga memicu kanker.
Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan tanggung jawab dari semua pihak, baik
pemerintah, masyarakat, maupun pelaku usaha, untuk menjaga lingkungan hidup dari pencemaran
limbah oli bekas kendaraan bermotor.
Pencemaran lingkungan adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh
undang-undang, yang mengakibatkan kerusakan atau perubahan pada lingkungan hidup.
Posisi hukum terhadap pencemaran limbah oli bekas didasarkan pada prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pencemaran limbah oli bekas dapat mencakup pencemaran air, tanah, dan udara, yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, serta mengganggu ekosistem.
DASAR HUKUM
Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib
melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta melakukan pemulihan
lingkungan hidup.
Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan dengan
pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada
masyarakat, pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, dan pemulihan
terhadap pencemaran yang terjadi. Prinsipnya, setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2023 tentang Norma, Standar,
Prosedur, dan Kriteria Pengawasan
Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Posisi hukum terhadap pelaku dan Bagaimana peraturan pencemaran limbah oli bekas.
Pelaku-pelaku limbah oli bekas di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
pelaku usaha yang secara legal mengelola limbah oli bekas dan pelaku ilegal yang melakukan
tindakan pencemaran lingkungan. Berikut adalah pembahasan mengenai kedua kategori pelaku
tersebut:
Pelaku Usaha yang Legal: Pelaku usaha yang secara legal mengelola limbah oli bekas
umumnya telah memenuhi persyaratan perizinan dan pengelolaan limbah yang ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan. Contohnya, di kawasan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara
terdapat 5 pelaku usaha yang telah beroperasi selama hampir satu tahun dalam pengelolaan limbah
oli bekas PT. Putra Adi Bimantara di Desa Petandakan juga merupakan salah satu pelaku usaha
yang telah memiliki perizinan lengkap dan tempat penyimpanan limbah B3
Pelaku Ilegal: Pelaku ilegal dalam pengelolaan limbah oli bekas seringkali melanggar
peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan limbah. Mereka dapat melakukan tindakan
pencemaran lingkungan, seperti membuang limbah oli bekas ke sungai atau mengangkut limbah
B3 tanpa izin. Contohnya, seorang pria berumur 50 tahun ditangkap saat mengangkut limbah B3
tanpa memiliki surat izin pengelolaan. Polisi juga pernah menahan 5 pelaku dari pabrik pengolahan
limbah beracun yang mengolah limbah B3 menjadi oli bekas sekitar 190.000 liter.
Penghentian Izin Usaha: Pasal 136 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 memberikan
kewenangan kepada pemerintah untuk memutuskan izin usaha bagi pelaku yang terbukti
melakukan pelanggaran serius terhadap peraturan lingkungan, termasuk yang berkaitan dengan
limbah oli bekas.
1
1
Universaleco.id. (n.d.). Membuang Oli Bekas Sesuai Aturan Pemerintah. Retrieved from
https://www.universaleco.id/blog/detail/cara-membuang-oli-bekas-yang-benar-sesuai-aturan-pemerintah/14
Kurniawan, A. (2014). Pengelolaan Limbah Oli Bekas di Bengkel-Bengkel Kendaraan Bermotor. Retrieved from
http://e-journal.uajy.ac.id/11440/1/JURNAL.pdf
2.2 Proses penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran limbah oli bekas.
Proses penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran limbah oli bekas di Indonesia
melibatkan beberapa tahapan dan mekanisme mulai dari pengawasan dan pemeriksaan, pemberian
peringatan, sanksi administratif, penegakan Hukum Pidana, penggatian kerugian, sampai
pemulihan lingkungan, berikut proses penegakannya:
Surtikanti, M., & Surakusumah, R. (2004). Pengelolaan Limbah Oli Bekas di Indonesia. Retrieved from http://e-
journal.uajy.ac.id/11440/1/JURNAL.pdf
2.3 Peran pemerintah terhadap kasus ini
Pencemaran lingkungan akibat limbah oli bekas kendaraan bermotor dapat terjadi karena
tidak adanya sistem yang baku mengenai pengelolaan oli bekas terutama dari bengkel-bengkel
kendaraan bermotor.
Berbagai aspek pemerintahan dan pembangunan dirumuskan dalam peraturan pemerintah
termasuk kewenangan dalam pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup. Namun, dalam
peraturan pemerintah khusus untuk oli bekas masih ditangani oleh pemerintah pusat, sedangkan
pemerintah provinsi, kabupaten atau kota hanya diberi tugas sebagai pelapor jika terjadi kasus
mengenai oli bekas. Berikut ini adalah usaha dan solusi pemerintah:
Mendorong pengolahan limbah: Limbah oli bekas dapat diolah melalui proses fisika,
kimia, maupun biologi. Pemerintah dapat mendorong pengolahan limbah oli bekas dengan cara
memberikan insentif atau sanksi bagi bengkel-bengkel kendaraan bermotor yang tidak mematuhi
peraturan pengelolaan limbah
Dalam hal ini, peran pemerintah pusat sangat penting dalam mengeluarkan peraturan yang
mengatur pengelolaan limbah oli bekas kendaraan bermotor secara baku dan memberikan sanksi
bagi pelanggar. Pemerintah daerah juga dapat berperan dalam pengawasan dan pengendalian
limbah B3 serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya pencemaran
lingkungan dan cara pengelolaan limbah oli bekas kendaraan bermotor yang benar.
2
Republika. (2018, December 14). Kemampuan Bahasa Inggris Warga Indonesia di Bawah Rata-Rata. Retrieved
from https://news.republika.co.id/berita/pjq0na349/kemampuan-bahasa-inggris-warga-indonesia-di-bawah-
ratarata
Sudariyono. (2023, October 5). Pemerintah: Aturan Izin Pengelolaan Limbah B3 Sudah Jelas dan Tegas. Retrieved
from https://www.mkri.id/index.php?id=9834&page=web.Berita
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari sudut hukum lingkungan mengenai pencemaran lingkungan limbah oli
bekas adalah bahwa pencemaran lingkungan akibat limbah oli bekas kendaraan bermotor dapat
terjadi karena tidak adanya sistem yang baku mengenai pengelolaan oli bekas terutama dari
bengkel-bengkel kendaraan bermotor.
Dari sudut hukum lingkungan, posisi dan fungsi hukum dalam kasus pencemaran
lingkungan limbah oli bekas sangat penting. Hal ini terlihat dari adanya peraturan pemerintah yang
mengatur pengelolaan limbah B3 termasuk oli bekas, serta sanksi administratif maupun pidana
yang dapat diberikan kepada pelaku pencemaran limbah oli bekas. Dalam penegakan hukum
terhadap pelaku pencemaran limbah oli bekas, peran Dinas Lingkungan Hidup sangat penting
dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap bengkel-bengkel kendaraan bermotor
yang diduga melakukan pembuangan limbah oli bekas secara sembarangan. Selain itu, pemberian
sanksi administratif maupun pidana dan proses penuntutan hukum juga dapat dilakukan untuk
menegakkan hukum terhadap pelaku pencemaran limbah oli bekas. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran dan tanggung jawab dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun pelaku
usaha, untuk menjaga lingkungan hidup dari pencemaran limbah oli bekas kendaraan bermotor.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas atma jaya. (2018). Latar Belakang Masalah Perkembangan Dunia Bisnis Di Berbagai
Sector. http://e-journal.uajy.ac.id/9226/1/1HK11109.pdf.
Diakses pada 10 oktober 2023 pukul 20.00
Mariana Tarore. (2018). Implementasi Protokol Kyoto Terhadap Ketaatan Hukum Lingkungan.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/19669.
Diakses pada 10 oktober 2023 pukul 20.18
Pera Utami. (2016). Analisis Penegakan Hukum Tindak Pidana Pengangkutan Limbah Bahan
Beracun Berbahaya.
http://digilib.unila.ac.id/21445/18/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf.
Diakses pada 10 oktober 2023 pukul 21.02
Zainal Abidin, Zul Akli, Johari. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat yang
Terpapar Limbah B3. https://ojs.unimal.ac.id/reusam/article/view/3660.
Diakses pada 10 oktober 2023 pukul 21.09
Haro Munthe. (2017). Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Cair Pabrik Di
Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFHUKUM/article/viewFile/17403/16811.
Diakses pada 11 oktober 2023 pukul 18.21
Barcio Tuamano. (2017). Bioremediasi Limbah Oli Bekas Kendaraan Bermotor Dengan Lumpur
Aktif Dengan Variasi Penambahan Bakteri Lokal Yang Diidentifikasi Dengan Sekuen 16s Rdna.
http://e-journal.uajy.ac.id/11440/.
Diakses pada 11 oktober 2023 pukul 18.43
Marifatul F. (2020). Pengolahan Oli Bekas Atas Regulasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengolahan Lingkungan Hidup. http://etheses.uin-
malang.ac.id/38465/1/16220160.pdf.
Diakses pada 11 oktober 2023 pukul 19.04
Rizki Octaviana. (2019). Peran Dinas Lingkungan Hidup Atas Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun (B3) Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 14 Tahun
2002 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
https://eprints.uad.ac.id/14807/1/T1_1500024219_NASKAH%20PUBLIKASI%20kiki.pdf.
Diakses pada 11 oktober 2023 pukul 19.49