(Skripsi)
Oleh
ANGGA PRATAMA ZULKARNAEN
NPM. 18742010030
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI
BANDAR LAMPUNG
2
2022
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Konsepsional
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara Hukum tercantum dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-
Bhineka Tunggal Ika yang bisa disimpukan bahwa tujuan negara tersebut
adalah untuk menciptakan negara yang aman, tentram dan taat hukum.
1
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Penerbit Liberty,
Yogyakarta, 2006, hlm. 79.
2
selama kehidupan berjalan, jadi usaha yang harus dilakukan oleh manusia
secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu upaya penal (Hukum
terjadi). Sebaliknya upaya non penal menitik beratkan pada sifat preventif
alat bukti yang memberi keterangan yaitu saksi sehingga kemungkinan untuk
dikeroyok oleh Awang dan dua orang lainnya sudah melaporkan peristiwa itu
Berdasarkan laporan Rendy tersebut, tim penyidik Polsek Kedaton juga telah
melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan meminta keterangan dari
tidak perlu terjadi. Bila pasien mendapati kelalaian dokter, perawat, atau
Perawat memang tidak bisa lepas dari kesalahan (nursing error) atau kelalaian
bisa diancam dengan pidana kelalaian yang mengakibatkan luka sesuai dengan
Pasal 360 KUHP atau bila mengakibatkan luka berat atau mati, sesuai Pasal
359 KUHP. Selain itu, Pasal 84 Ayat (1) Undang-Undang Tenaga Kesehatan
2
Ega Yudha, https://www.jpnn.com/news/soal-kasus-penganiayaan-perawat-puskesmas-
kedaton-polisi-bilang-begini, Tanggal 4 Maret 2022, Pukul 12.10 WIB.
4
36 Tahun 2014 juga mengatur pidana terhadap setiap tenaga kesehatan yang
Perawat yang dituntut dengan pasal itu terancam pidana penjara paling lama
Tanjung Karang
1. Permasalahan
2. Ruang Lingkup
3
Denza Perdana, Tidak Perlu Kekerasan, Pasien Bisa Lakukan Ini kalau Ada Kelalaian
Perawat, diakses dari https://www.suarasurabaya.net/senggang/2021/tidak-perlu-kekerasan-
pasien-bisa-lakukan-ini-kalau-ada-kelalaian-perawat/, Tanggal 3 Maret 2022, Pukul 07.35 WIB.
5
1076/Pid.B/PN Tjk.
1. Tujuan Penelitian
Lampung.
2. Kegunaan Penelitian
6
a. Kegunaan Teoritis
b. Kegunaan Praktis
D. Konsepsional
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta
landasan dari suatu hal yang telah diatur secara mengikat oleh hukum.5
pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar
tapi sebelum itu mengenai dilarang dan diancamnya suatu perbuatan yaitu
yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih
bahasa latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia lege
(tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu).6
luka pada orang lain. Akan tetapi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit
atau luka pada orang lain tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau
5
Ibid, hlm. 45.
6
Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm 23
7
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Pemberantas Dan
Prevensinya), Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 5.
8
8
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5eaa9a59e79a5/tenaga-medis-dan-
tenaga-kesehatan-itu-berbeda/, diakses Tanggal 3 Maret 2022, Pukul 06.45 WIB,
9
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu
pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila
pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang
Tinggi/Mahkamah Agung.9
teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan sehingga didapatkan hasil
penelitian yang maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek. Salah
tidak memihak. Hakim dalam memberi suatu keadilan harus menelaah terlebih
dengan hukum yang berlaku. Setelah itu hakim baru dapat menjatuhkan
9
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2016,hlm.140.
10
peristiwa yang diajukan kepadanya. Hal ini diatur dalam Pasal 16 Ayat (1)
Tahun 2009 yaitu: pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan
mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau
yurisprudensil dan pendapat para ahli hukum terkenal (doktrin). Hakim dalam
hidup dalam masyarakat, hal ini dijelaskan dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2009 yaitu: “Hakim wajib menggali, mengikuti, dan
Kasasi, dan Peninjauan Kembali menyatakan antara lain bahwa Tindak Pidana
Ringan merupakan jenis tindak pidana yang dapat digolongkan ke dalam acara
10
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP, Sinar Grafika.
Jakarta, 2009, hlm. 99
11
Berdasarkan Pasal 205 ayat (1) KUHAP tindak pidan ringan yaitu Perkara
yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan
dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 7500 (tujuh ribu lima ratus rupiah);
(Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran lalu lintas) (Pasal 205 ayat (1)
(tiga) bulan atau denda lebih dari Rp 7500, juga termasuk wewenang
Tahun 1983).
dirumuskan dalam Pasal 354 KUHP yang rumusannya adalah sebgai berikut:
Penganiayan berat (zwar lichamelijk letsel toebrengt) atau dapat disebut juga
menjadikan berat pada tubuh orang lain haruslah dilakukan dengan sengaja.
Kesengajaan itu harus mengenai ketiga unsur dari kejahatan yaitu, pebuatan
yang dilarang, akibat yang menjadi pokok alasan diadakan larang itu dan
bahwa perbuatan itu melanggar hukum. Ketiga unsur di atas harus disebutkan
dalam undang-undang sebagai unsur dari kejahatan, seorang jaksa harus teliti
dalam merumuskan apakah yang telah dilakukan oleh seorang terdakwa dan
12
pisau), maupun terhadap akibatnya, yakni luka berat. Mengenai luka berat
disini bersifat abstrak bagaimana bentuknya luka berat, kita hanya dapat
merumuskan luka berat yang telah dijelaskan pada Pasal 90 KUHP sebagai
a. Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan
pencaharian.
e. Lumpuh (kelumpuhan).
f. Akal (tenaga faham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu.
Pada Pasal 90 KUHP di atas telah dijelaskan tentang golongan yang bisa
“menganiaya” ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada orang
lain. Akan tetapi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu
sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan
atau pidana denda paling banyak Rp. 4500 (empat ribu lima ratus rupiah).
luka atau penyakit dan tidak menyebabkan si korban tidak bisa menjalankan
a. Kecuali yang tersebut dalam Pasal 353 dan Pasal 356, maka
penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus. Pidana dapat
11
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Pemberantas dan
Prevensinya), Sinar Grafika, Jakarta 2002, hlm 5.
14
kesuatu hal, tetapi tidak sampai pada sesuatu hal yang di tuju, atau hendak
berbuat sesuatu dan sudah dimulai akan tetapi tidak sampai selesai.
bisa membahayakan orang lain dan yang telah diatur dalam Pasal 53 Ayat
(1). Sedangkan percobaan yang ada dalam penganiyaan ini tidak akan
1. Teori Lingkungan
Ada dua macam kontrol yaitu personal kontrol dan sosial kontrol.
3. Teori Spiritualisme
Menurut teori ini sebab terjadinya kejahatan dapat dilihat dari sudut
kejahatan tidak ditentukan oleh satu atau dua faktor yang menjadi
penyebab kejahatan”.
5. Partisipasi Masyarakat
12
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Tarsito, Bandung, 1992, hlm.
32.
13
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung, 1985, hlm. 61.
14
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981, hlm. 113
16
Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjono yang merumuskan kejahatan sebagai
uasaha tersebut:
1. Tindakan Preventif
mencegah kejahatan lebih baik dari pada mendidik penjahat menjadi baik
15
Seodjono D, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Alumni, Bandung, 1976,
hlm. 31
17
kembali, sebab bukan saja diperhitungkan segi biaya, tapi usaha ini lebih
mudah dan akan mendapat hasil yang memuaskan atau mencapai tujuan.16
terpenting adalah:
berbuat jahat.
dan lain-lain.
16
A Qirom Samsudin M, Sumaryono E, Kejahatan Anak Suatu Tinjauan Dari Segi
Psikologis dan Hukum, Liberti, Yogyakarta, 1985, hlm 46
17
Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, PT. Pembangunan Ghalia Indonesia, Jakarta,
1981, hlm. 15
18
2. Tindakan Represif
18
Soejono Soekanto, Op.Cit, hlm.32
19
Simanjuntak B dan Chairil Ali, Cakrawala Baru Kriminologi, Trasito, Bandung, 1980,
hlm. 399
19
Upaya represif adalah upaya yang dilakukan pada saat telah terjadoi
adalah tindakan lanjut dari upaya pre-emptif yang masih dalam tataran
tetapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan
terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha pre-emptif faktor niat akan hilang
A. Pendekatan Masalah
1. Pendekatan Yuridis
2. Pendekatan Empiris
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder.
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm. 43.
21
Ibid, hlm. 44.
21
2. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Dalam
penelitian ini data yang digunakan meliputi 3 (dua) sumber data, yaitu:
Pidana (KUHAP).
Republik Indonesia.
Republik Indonesia.
22
Karang.
a. Pemeriksaan data
b. Klasifikasi data
24
c. Sistematisasi data
telah ditentukan.
D. Analisa Data
kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana
data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
1. Lokasi Penelitian
22
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung,
2004, hlm. 8-9.
25
sekarang.
baseman.
Untuk lantai dasar terdiri dari 7 ruang sidang biasa, 1 (satu) ruang sidang
anak dan 1 (satu) Ruang sidang Utama, Ruang Panitera Muda Pidana,
Ruang Panitera Perdata, Ruang Jaksa, Ruang Posbakum Ruang Juru Sita,
Anak.
5 tahap (tahun 2005 sampai dengan 2009). sedangkan untuk gedung yang
2. Karakteristik Responden
Jabatan: Hakim
tanggal 07 Oktober 2021 tentang Penetapan Hari Sidang serta berkas perkara
saksi, Ahli dan Para Terdakwa dan barang bukti yang diajukan di persidangan
Terdakwa II. Novan Putra Abdillah Bin Hi. Budiono dan Terdakwa III.
Umum;
Hi. Budiono, Terdakwa II. Novan Putra Abdillah Bin Hi. Budiono dan
Terdakwa III. Didit Maulana Bin Jayani berupa pidana penjara masing-
Terdakwa II. Novan Putra Abdillah Bin Hi. Budiono dan Terdakwa III.
C. Pembahasan
penyebab, dan pengendalian perilaku kriminal baik yang terdapat dalam diri
Modus kejahatan adalah cara yang dilakukan oleh para pelaku untuk
diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk kejahatan yang dilakukan oleh
kelompok. Tetapi perbuatan itu dapat juga dilihat sebagai ungkapan pelaku
23
Indah Sri Utari. 2016. Due Proces of law (Proses Hukum Yang Adil Dalam Proses Peradilan),
Thafa Media, Semarang, hlm. 1.
29
perbuatan dibagi dua bila dilihat dari cara perbuatan dilakukan, pada benda
hukum dan nilai hukum yang menderita karena tindak pidana itu.
Penelitian yang diangkat dalam hal ini adalah tentang suatu penganiayaan dan
bersama terhadap orang dengan berbagai cara dan modus yang dilakukan,
tidak perlu terjadi. Bila pasien mendapati kelalaian dokter, perawat, atau
Perawat memang tidak bisa lepas dari kesalahan atau kelalaian. Atas
Ada sejumlah jenis pidana yang bisa dikenakan kepada perawat yang
Sedangkan dari pihak pelaku adalah paniknya pelaku pada saat kejadian
konteks pandemi Covid-19 saat ini, termasuk golongan yang “rentan”, secara
dalam bab XX Pasal 351 sampai dengan Pasal 358 KUHP. Mengenai yang
31
dan menyebar luas frekuensi kejahatan yang diikuti dengan kekerasan dalam
sifatnya, yang salah satu sifat yang sama itu adalah berdasarkan suatu
ancaman atau sanksi pidana bagi barang siapa yang melanggarnya, berarti
Kejahatan Penganiayaan sendiri sudah diatur dalam Pasal 351 Kitab Undang-
Terdapat dua cara yang dimulai dari berdasarkan motif pelaku atau
yang mendalam terhadap pelaku. Karena motif dan sifat-sifat pelaku tidak
dapat disimpulkan berdasarkan seseuatu yang kelihatan dari luar saja. Dalam
seperti ini yang dilakukan beramai-ramai. Namun saat ini tidak sedikit pelaku
meninggal dunia.25
ilmu pengetahuan, juga membawa masalah yang sangat serius. Realita yang
terjadi, kejahatan tidak hanya berkaitan dengan hukum pidana, tapi juga
25
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 60.
33
antara lain norma agama, kebiasaan, kesusilaan dan norma yang berasal dari
suatu reaksi, baik berupa hukuman, cemoohan atau pengucilan. Norma itu
yang wajar dengan perbuatan yang tidak terpuji atau tercela. Perbuatan yang
tidak terpuji dalam masyarakat sering kali dicap sebagai perbuatan kejahatan.
dijatuhi pidana mati. Beberapa peraturan yang berisikan sanksi pidana bagi
substansi hukum oleh penguasa atau rezim sesuai dengan kebijakan sosial
maka yang paling diinginkan oleh masyarakat adalah pelaku harus dijatuhi
rasa keadilan dalam masyarakat. Di sisi lain, hukum selalu dianggap tidak
3. Kerusakan moral
berikut:
kecil saja yang tidak melanggar moral. Pandangan ini melihat moral
hukum pidana. Hal ini karena mereka tidak melihat norma tercermin
berbeda.
terutama bagi korban dan keluarganya. Namun di sisi lain masih ada di
Hal ini terlihat dari sikap anggota masyarakat yang masih kurang berupaya
5. Pembangunan
atau integrasi.
terbuka bagi pelaku. Tidak sedikit peluang itu dibuka oleh masyarakat
37
pihak lain.
i. Terlalu mudah dan cepat percaya kepada orang yang baru dikenal.
Yang Maha Kuasa. Ketika seseorang selalu mengingat kepada Yang Maha
Kuasa maka ia akan terhindar dari berbagai perbuatan yang tidak baik dan
8. Teknologi Canggih
dahulu tidak dikenal, tidak mudah diperoleh, atau tidak cepat kita ketahui,
Berbagai informasi dapat diakses melalui internet baik itu oleh orang
yang merugikan tidak hanya kepada pihak yang mengakses internet, tetapi
juga berdampak pada pihak lain yang ada dalam masyarakat. Kemajuan
Kejahatan saat ini tidak hanya berdimensi nasional, tetapi juga berdimensi
terorganisir.
faktor:
1. Teori Biologis
kejahatan itu, misalnya, dapat dilihat dari ciri-ciri biologis tertentu seperti
muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan lain-lain. Namun
hal ini tidak bisa dijadikan sebagai faktor penyebab terjadinya kejahatan,
pelaku kejahatan. Selain itu, pelaku kejahatan memiliki bakat jahat yang
dimiliki sejak lahir yang diperoleh dari warisan nenek moyang. Karena
2. Teori Psikogenesis
hancur akibat perceraian atau salah asuhan karena orangtua terlalu sibuk
karena pribadi seseorang yang tertekan dengan keadaan hidupnya yang tak
lakukan. Sejalan dengan pemikiran itu bahwa salah satu masalah struktural
ketidakadilan ekonomi.27
mendapatkan uang dalam waktu yang singkat dan dengan cara yang
27
Indah Sri Utami, Aliran dan Teori dalam Kriminologi , Thafa Media, Yogyakarta, 2012, hlm 48.
42
lain misal faktor pendidikan. Orang yang tergolong miskin akan identik
dengan pendidikan yang rendah, karena dalam hidupnya tak mampu untuk
pengangguran atau hanya memiliki pekerjaan apa adanya, sehingga hal ini
3. Teori Sosiogenis
Teori ini menjelaskan bahwa penyebab tingkah laku jahat murni sosiologis
28
Ende Hasbi Nassarudin, Kriminologi , CV Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm 121-122.
43
Terjadinya kejahatan dalam hal ini dapat timbul akibat tekanan kelompok,
peranan sosial, status sosial atau internalisasi simbolis yang keliru. Terkait
dan jahat, hal ini dapat saja terjadi pada pelaku kejahatan yang tinggal di
lingkungan yang kurang baik dan mempunyai perilaku yang kurang baik
Menurut teori ini, perilaku jahat adalah sifat-sifat struktur sosial dengan
pola budaya yang khas dari lingkungan dan masyarakat yang dialami oleh
penjahat. Hal itu terjadi karena populasi yang padat, status sosial-
buruk, atau juga karena banyak disorganisasi familiar dan sosial bertingkat
maksud dari faktor ini adalah penyebab kejahatan dilihat berdasarkan letak
suatu daerah tertentu tempat terjadinya suatu kejahatan. Dalam hal ini
faktor ini adalah terletak di luar dari diri pelaku kejahatan. Biasanya
cenderung foya-foya.29
bertugas adalah faktor emosi dan faktor lingkungan yang termasuk dalam
teori biologis dan psikogenesis. Namun dalam penelitian ini faktor yang
kesehatan oleh keluarga pasien seharusnya tidak perlu terjadi. Bila pasien
bisa lepas dari kesalahan atau kelalaian. Atas kesalahan atau kelalaian
29
Chandra Adiputra, Kriminologi dan Kejahatan, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2014, hlm. 56
45
teori dan praktek. Salah satu usaha untuk mencapai kepastian hukum
kekuasaan kehakiman yang bebas. Hal ini tegas dicantumkan dalam Pasal
dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial, kecuali hal-hal
Hi. Budiono, Terdakwa II. Novan Putra Abdillah, S.H., Bin Hi. Budiono
dan Terdakwa III. Didit Maulana Bin Jayani tersebut diatas, terbukti
A. Kesimpulan
48
bahwa:
adalah faktor emosi dan faktor lingkungan. Namun dalam penelitian ini
tenaga kesehatan oleh keluarga pasien seharusnya tidak perlu terjadi. Bila
bisa lepas dari kesalahan atau kelalaian. Atas kesalahan atau kelalaian
mengalami luka.
B. Saran
49
jera.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
50
Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya
Bhakti, Bandung.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. SUMBER LAIN
Denza Perdana, 2022, Tidak Perlu Kekerasan, Pasien Bisa Lakukan Ini kalau
Ada Kelalaian Perawat, diakses dari
https://www.suarasurabaya.net/senggang/2021/tidak-perlu-kekerasan-
pasien-bisa-lakukan-ini-kalau-ada-kelalaian-perawat/.