Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam dan

karakteristik minyak dan gas bumi dengan jumlah yang melimpah,

maka dalam hal ini sangat penting bagi pemerintah Indonesia untuk

mengembangkan sumber daya alam secara efektif.1 Berdasarkan

Alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), guna mencapai

tujuan tersebut maka Indonesia membutuhkan pembangunan ekonomi

nasional yang berkesinambungan sehingga mengacu pada Pasal 33

UUD 1945 yang menyatakan bahwa tujuan awal pembentukan

Pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial diselanggarakan berdasarkan

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi,

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,

serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional dan juga kemakmuran semua orang.2

1
Rudi M. Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi, Jakarta: Djambatan, 2000,
hlm. 1
2
Madjedi Hasan, Kontrak Minyak dan Gas Bumi Berazas Keadilan dan Kepastian
Hukum, Jakarta: Fikahati Aneska, 2009, hlm. 1

1
2

Dasar hukum dari hak menguasai negara ini senyatanya

tercantum dalam Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang menyatakan

bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh negara, selanjutnya

dijelaskan juga mengenai bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hak menguasai ini memberikan

kekuasaan kepada negara untuk mengorganisasi dirinya secara bebas,

bagaimana kekayaan alam tersebut akan dikelola dan digunakan yang

mencakup pengelolaan dan konservasi sumber daya alam sesuai

dengan kebijakan pembangunan nasional.3

Mengacu pada uraian di atas, pengertian ‘dikuasai’ dapat

diartikan ‘yang memberi wewenang kepada negara’ sebagai organisasi

kekuasaan dari bangsa Indonesia untuk mengatur dan

menyelengarakan terlaksananya Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945.

Hal ini mengandung arti bahwa baik perseroangan, masyarakat,

maupun pelaku usaha, jika memiliki hak atas sebidang tanah maka ia

tidak memiliki hak untuk menguasai atau memiliki minyak dan gas bumi

yang terkandung dibawahnya.4

3
Madjedi Hasan, “Tinjauan Yuridis Kontrak Minyak dan Gas Bumi di Indonesia”,
Makalah Disampaikan Pada Training on The of Oil and Gas, Jakarta, 7 Juni 2010, hlm. 2
4
N. J. Schrijver, “Sovereignty Over Natural Resources: Balancing Rights and
Duties in an Interdependent World”, Maret 1995,
http://dissertations.ub.rug.nl/FILES/faculties/jur/1995/n.j.schrijver/thesis.pdf [15/05/2019],
hlm. 391
3

Dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, kegiatan

eksplorasi dan eksploitasi merupakan kegiatan yang padat modal dan

teknologi, serta berisiko tinggi dan penuh dengan ketidakpastian,

namun memberikan keuntungan yang sangat besar.5 Hal ini selaras

dengan pendapat Dito Ganinduto,6 dengan banyaknya risiko dan

sulitnya dalam melakukan kegiatan minyak dan gas bumi, maka para

pelaku usaha dalam bidang minyak dan gas bumi pada umumnya

secara bersama-sama menyepakati perjanjian kerjasama.

Perjanjian kerjasama tersebut mengandung hak dan kewajiban

yang biasa disebut participating interest. Istilah ini mulai ramai

diperbincangkan setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor

35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

(selanjutnya disebut PP Hulu Migas), yang mengatur mengenai pokok-

pokok pengelolaan industri minyak dan gas bumi dan dalam hal ini

participating interest dapat dikatakan membagi beban dan risiko dalam

melakukan kegiatan minyak dan gas bumi. 7

Participating interest ini senyatanya telah diatur dalam Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 37 Tahun 2016

tentang Ketentuan Penawaran Participating Interest 10% (Sepuluh

Persen) Pada Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi (selanjutnya disebut

5
Madjedi Hasan, Op.Cit., hlm. 4
6
Anggota Komisi VII DPR, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energy & Resources,
“Cost Recovery Bukan Komoditas Publik”, Buletin BPMIGAS Nomor 12, Oktober 2006
7
Joko Purwanto, ”Minyak Tidak Untuk Rakyat: Sejarah & Participating Interest
Industri Minyak dan Gas Bumi Blok Cepu”, Makalah Disampaikan Pada Seminar
Transparansi di Bidang Industri Ekstraktif di Indonesia, Jakarta, 13 Juni 2007
4

Permen ESDM Penawaran PI), peraturan ini berguna untuk

meningkatkan peran serta daerah melalui kepemilikan participating

interest dan juga untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 PP Hulu

Migas, yang pada pokoknya menyatakan bahwa sejak disetujuinya

rencana pengembangan lapangan yang akan di produksi dari suatu

wilayah kerja, kontraktor wajib menawarkan participating interest 10%

(sepuluh persen) kepada Badan Usaha Milik Daerah (selanjutnya

disebut BUMD).

Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber

daya alam minyak dan gas bumi di daerah Provinsi Jawa Barat telah

dibentuk BUMD di bidang minyak dan gas bumi lingkup kegiatan usaha

hulu yang berbentuk Perseroan Terbatas berdasarkan Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2013 tentang

Pembentukan BUMD Bidang Minyak dan Gas Bumi Lingkup Kegiatan

Usaha Hulu (selanjutnya disebut Perda Provinsi Pembentukan BUMD

Migas), dalam hal ini adalah PT Migas Hulu Jabar sebagai BUMD yang

bergerak di bidang hulu minyak dan gas bumi guna memenuhi

kebutuhan energi Jawa barat.

PT Migas Hulu Jabar memiliki berbagai kegiatan usaha, yaitu

penyertaan modal pada lapangan produksi (Farm In), penyedia jasa

kegiatan hulu migas, dan pengelolaan participating interest. Guna

mengimplementasikan Permen ESDM Penawaran PI, PT Migas Hulu

Jabar bersama dengan BUMD daerah lainnya, yaitu PT Jakarta


5

Propertindo, PD Petrogas Persada Karawang, PD Bumi Wiralodra

Indramayu, PT Subang Sejahtera, dan PT Bina Bangun Wibawa Mukti,

membentuk Perusahaan Perseroan Daerah (selanjutnya di sebut

Perseroda), yaitu PT Migas Hulu Jabar ONWJ sebagai anak

perusahaan dari PT Migas Hulu Jabar, yang didirikan pada tanggal 30

Januari 2017 khusus bergerak dalam bidang pengelolaan participating

interest di Wilayah Kerja Offshore North West Java (selanjutnya disebut

WK ONWJ).

Participating interest ini senyatanya telah dilaksanakan oleh

Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (selanjutnya disebut

PHE ONWJ) sebagai pengelola WK ONWJ yang terbentang dari

Kepualauan Seribu hingga Cirebon Utara (meliputi daerah DKI Jakarta,

Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu), dalam hal ini PHE ONWJ pada

awalnya memiliki 100% participating interest dan kemudian bermaksud

memberikan 10% participating interest kepada BUMD di sekitar WK

ONWJ sebagaimana telah diuraikan di atas yang selanjutnya

participating interest tersebut diberikan kepada PT Migas Hulu Jabar

ONWJ.

Hal tersebut telah terimplementasi dengan penandatanganan

Perjanjian Pengalihan dan Pengelolaan 10% Participating Interest

(selanjutnya disebut Perjanjian PI) pada tanggal 19 Desember 2017,8

8
Pertamina, “PHE ONWJ Serahkan Participating Interest 10% ke BUMD”, Energia
Weekly No. 06 Tahun LV, 11 Februari 2019, hlm. 4
6

yang membuat provinsi Jawa Barat dapat ikut berperan aktif dalam

pengelolaan minyak dan gas bumi dan diharapkan menjadi awal baik

untuk bersama-sama memajukan industri minyak dan gas bumi di Jawa

Barat guna mendukung kebutuhan energi nasional dan kebutuhan

pelaku industri, hal ini merupakan komitmen bersama untuk menuju

kemitraan yang sustainable antara industri dengan daerah.

Pemberian participating interest ini bertujuan agar daerah dapat

benar-benar berpartisipasi dalam pengelolaan hulu minyak dan gas

bumi. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber daya alam

yang tidak terbarukan sehingga dalam pengelolaannya membutuhkan

sumber daya manusia yang mumpuni dan teknologi yang canggih.

Bisnis di bidang minyak dan gas bumi juga penuh dengan

ketidakpastian (dalam hal ini adalah ketidakpastian hukum atau

regulasi, ketidakpastian fiskal atau ekonomi, dan proses administrasi

atau birokrasi yang rumit).9

Skema pemberian participating interest berdasarkan Pasal 12

Permen ESDM Penawaran PI ini memberikan keleluasaan pada

Perseroda yang tidak perlu kesulitan untuk mengeluarkan biaya

operasional minyak dan gas bumi karena dapat ditanggung terlebih

dahulu oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (selanjutnya disebut

KKKS). Hal ini mendapat tanggapan dari KKKS yang merasa keberatan

9
Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas), Sarasehan Migas Nasional
Ke-2 di Kantor SKK Migas, Jakarta 10 Oktober 2019
7

jika diwajibkan untuk menanggung terlebih dahulu dan timbul suatu

permasalahan mengenai pengembalian biaya operasi tersebut.

Permasalahan tersebut senyatanya dikarenakan pengelolaan

participating interest oleh daerah tidak dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya dan oleh karenanya sangat diperlukan untuk diterapkannya

prinsip good corporate governance dalam setiap kegiatan usaha

minyak dan gas bumi untuk mensiasati permasalahan yang ada dan

dapat mengadakan hubungan yang baik dengan stakeholders guna

meningkatkan produksi minyak dan gas bumi secara nasional.

Penerapan good corporate governance ini pada dasarnya merupakan

suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).10

Good corporate governance sangat diperlukan untuk

membangun kinerja perusahaan secara baik, teratur, dan terpercaya

sehingga dapat mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan

dan selaras dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan good

corporate governance perlu didukung oleh tiga pilar yang saling

berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia

usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna

produk dan jasa dunia usaha.11 Penerapan good corporate governance

10
Ridwan Khirandy dan Camelia Malik, Good Corporate Governance
Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif Hukum,
Yogyakarta: Total Media, 2007, hlm. 12
11
Ibid., hlm. 25
8

sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat untuk

berkembang dengan baik dan sehat.12

Salah satunya sangat perlu untuk diterapkan di dalam ruang

lingkup BUMD, khususnya yang berbentuk Perseroda, penerapan good

corporate governance diperlukan untuk terus membangun dan

memperbaiki struktur dan prosedur tata kelola perusahaan sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan. Guna mewujudkan pengelolaan

Perseroda secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

corporate governance serta sesuai dengan tujuan didirikanya sebuah

badan usaha untuk melayani kepentingan masyarakat, perlu dilakukan

sinkronisasi dan harmonisasi produk hukum yang mengatur tentang

pengelolaan Perseroda.

BUMD merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dimiliki

oleh Pemerintah Daerah yang memiliki bentuk Perumda dan

Perseroda,13 selama ini pengaturan terkait penerapan good corporate

governance di dalam ruang lingkup BUMD tercantum dalam Pasal 343

ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (selanjutnya disebut UU Pemda) yang menyatakan bahwa

pengelolaan BUMD paling sedikit harus memenuhi unsur “tata kelola

perusahaan yang baik” atau dalam kata lain, pengelolaan BUMD harus

menerapkan prinsip good corporate governance. Selanjutnya juga

12
Anton Sugiono, “Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan”, Jurnal Majalah Ilmiah Informatika Vol. 3 No. 1, Januari 2012, hlm.
78
13
Pasal 331 ayat (3) UU Pemda
9

terdapat aturan penerapan good corporate governance pada BUMD

berdasarkan Pasal 92 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017

tentang BUMD (selanjutnya disebut PP BUMD). Lebih lanjut, jika bentuk

dari BUMD ini adalah Perseroda maka juga tunduk pada ketentuan

mengenai penerapan good corporate governance berdasarkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(selanjutnya disebut UU PT).

Mengacu pada keseluruhan uraian diatas, senyatanya perlu

dikaji mengenai penerapan good corporate governance pada PT Migas

Hulu Jabar ONWJ, agar dapat menjadi Perseroda yang diharapkan

memberi manfaat kepada daerah Jawa Barat dari hasil

keikutsertaannya dalam pengelolaan minyak dan gas bumi di WK

ONWJ. Keterlibatan daerah melalui participating interest bertujuan

untuk mewujudkan daya saing daerah dalam industri minyak dan gas

bumi,14 dalam hal ini PT Migas Hulu Jabar ONWJ dapat menjadi

pioneer dalam pengelolaan participataing interest daerah di WK ONWJ

dan dapat berperan sebagai contoh bagi pengelolaan minyak dan gas

bumi di Indonesia sehingga dapat memberikan kontribusi terbaik

kepada Negara dalam bentuk pendapatan asli daerah.

Guna mencapai tujuan tersebut, PT Migas Hulu Jabar ONWJ

perlu memperhatikan kesiapan komponen dan daya dukung daerah,

14
Muhammad Yusuf Sihite, “Kaji Ulang Penawaran Participating Interest Bagi
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dalam Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas)”,
Jurnal RechtsVinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 2016.
10

seperti izin kegiatan, badan usaha dan bentuk usaha tetap,

permodalan, sumber daya manusia, serta komponen lainnya guna

mendukung pemerataan manfaat industri minyak dan gas bumi bagi

rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Barat, dalam hal ini

sangat diperlukan penelitian terkait penerapan good corporate

governance pada PT Migas Hulu Jabar ONWJ sehingga diharapkan

tujuan pemberian participating interest sebagaimana telah diuraikan

diatas dapat tercapai.

PT Migas Hulu Jabar ONWJ harus dapat benar-benar

membuktikan bahwa Perseroda adalah instrumen daerah untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna kesejahteraan Jawa Barat

karena masih saja terdapat pendapat bahwa BUMD senyatanya tidak

menerapkan prinsip good corporate governance, sangat identik dengan

kinerja yang buruk, tidak transparan, rawan korupsi, kolusi, dan

nepotisme. Padahal dengan diterapkannya prinsip-prinsip good

corporate governance, diharapkan PT Migas Hulu Jabar ONWJ optimis

dapat meningkatkan dan mempertahankan kinerja secara

berkesinambungan.

Kemudian, berdasarkan penelusuran beberapa buku, jurnal dan

hasil penelitian, makalah dan literatur belum terdapat bahasan secara

komprehensif mengenai Penerapan Good Corporate Governance Pada

PT Migas Hulu Jabar ONWJ Sebagai Perusahaan Perseoran Daerah

Dalam Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Melalui Kepemilikan


11

Participating Interest, namun terdapat tulisan yang menjadi acuan

terhadap penelitian ini antara lain:

1. Idah Rosidah, Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat

Dalam Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada Badan

Usaha Milik Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kontribusi

Terhadap Pendapatan Asli Daerah, Skripsi Sarjana Hukum

Universitas Padjadjaran, 2010.15 Pokok permasalahan yang dikaji,

yaitu mengenai pengertian good corporate governance, tujuan

good corporate governance pada badan usaha milik daerah, prinsip

good corporate governance pada BUMD, dampak diterapkannya

good corporate governance dalam rangka meningkatkan

konstribusi pendapatan asli daerah, konsep pengelolaan badan

usaha milik daerah dalam rangka mewujudkan good corporate

governance.

2. Iwan Nuryan, Strategi Pengembangan Dan Penerapan Good

Corporate Governance (GCG) Bagi BUMN Dan BUMD Di

Indonesia, Jurnal AdBispreneur Volume 1 Nomor 2, 2016.16 Pokok

permasalahan yang dikaji, yaitu mengenai corporate governance di

Indonesia, tantangan penerapan good corporate governance di

15
Idah Rosidah (Mahasiswi Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran), Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Dalam Pelaksanaan
Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah Dalam Rangka
Meningkatkan Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah, Skripsi Sarjana Hukum
Universitas Padjadjaran, Bandung, 2010.
16
Iwan Nuryan (Mahasiswa Program Doktor Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran), “Strategi Pengembangan Dan Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) Bagi BUMN Dan BUMD Di Indonesia”, Jurnal AdBispreneur Vol. 1 No.
2, 2016.
12

Indonesia, keberadaan prinsip good corporate governance dalam

BUMN dan BUMD, cara dan upaya yang dapat ditempuh dalam

rangka pengefektifan implementasi prinsip good corporate

governance pada BUMN dan BUMD agar dapat tercipta.

Bedasarkan latar belakang belakang tersebut maka penulis

tertarik untuk meneliti dan dituangkan dalam bentuk Tugas Akhir yang

berbentuk Skripsi dengan judul: Penerapan Good Corporate

Governance Pada PT Migas Hulu Jabar ONWJ Sebagai

Perusahaan Perseroan Daerah Dalam Pengelolaan Minyak dan

Gas Bumi Melalui Kepemilikan Participating Interest.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian tersebut maka penulis merumuskan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan participating interest oleh PT

Migas Hulu Jabar ONWJ dihubungkan dengan prinsip good

corporate governance?

2. Apakah pelaksanaan pengelolaan participating interest oleh PT

Migas Hulu Jabar ONWJ telah memberikan manfaat bagi daerah?


13

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengelolaan

participating interest oleh PT Migas Hulu Jabar ONWJ dengan

memperhatikan prinsip good corporate governance

2. Untuk mengetahui hasil dari pengelolaan participating interest

benar-benar memberikan manfaat bagi pemerintah daerah dengan

memperhatikan penerapan prinsip good corporate governance

dalam kegiatan usahanya

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan masukan bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya dalam

ruang lingkup hukum perusahaan, hukum administrasi negara, dan

hukum pemerindahan daerah, yang membahas terkait good

corporate governance dan BUMD, khususnya Perseroda, serta

dapat mempermudah jika ingin dijadikan referensi bagi penelitian

dengan objek yang sama.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan bagi

masyarakat umum sebagai sumber informasi dan bahan masukan


14

untuk menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance di

dalam ruang lingkup BUMD, khususnya Perseroda, dan juga dapat

dijadikan bahan acuan bagi pemerintah dalam membuat peraturan

konkrit mengenai penerapan prinsip-prinsip good corporate

governance pada BUMD.

E. Kerangka Pemikiran

Peran negara dalam mewujudkan dominasinya terhadap

kepentingan rakyat dapat ditemukan dengan banyaknya badan usaha

yang dapat meningkatkan perekonomian nasional yang senyatanya

telah mendapatkan legitimasi dari konstitusi Negara Indonesia.

Pelaksanaan hal tersebut tetap dalam kerangka filosofi yang berpihak

pada kepentingan umum sehingga dapat memenuhi kesejahteraan

masyarakat berdasarkan Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945.

Penguasaan seluruh kekayaan alam oleh negara ini selaras dengan

fungsi hukum dalam pembangunan sebagaimana yang dikemukakan

oleh Mochtar Kusumaatmadja, 17 yaitu hukum sebagai sarana

pembangunan dan pembaharuan masyarakat.

UUD 1945 menjadi sarana yang mampu mengikat seluruh

masyarakat dalam pengaturan penguasaan sumber daya alam oleh

negara bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Perkataan ‘dikuasai oleh negara’ ini harus diartikan mencakup makna

penguasaan oleh negara dalam arti luas yang bersumber dan berasal

17
Imamulhadi, Ikhtisar Ilmu Hukum, Bandung: K-Media, 2017, hlm. 7
15

dari konsep kedaulatan rakyat atas segala sumber kekayaan, termasuk

pula di dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat

atas sumber-sumber kekayaan sebagaimana yang diamanatkan Pasal

33 ayat (2) dan (3) UUD 1945.18

Kekayaan alam, salah satunya minyak dan gas bumi,

merupakan komoditas penting di Indonesia yang seharusnya dapat

berkontribusi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Cita-cita

mewujudkan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan cita-cita para

pendiri Indonesia yang telah mendeklarasikan Indonesia sebagai

negara kesejahteraan pada pembukaan UUD 1945. Indonesia terus

berusaha mengimplementasikan konsep negara kesejahteraan dalam

sektor minyak dan gas bumi dengan adaya peran aktif negara dan

upaya mewujudkan kemakmuran rakyat.

BUMD merupakan suatu badan usaha yang dikelola oleh

pemerintah daerah untuk menggali potensi daerah yang bertujuan

untuk menambah pendapatan asli daerah dan berguna untuk

pembangunan daerah tersebut, dalam hal ini BUMD dapat menjadi

pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk menjadi sarana dalam

rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat,19 hal ini sebagaimana

diatur di dalam Pasal 1 angka 40 UU Pemda. Pengaturan BUMD

sebelum diundangkannya UU Pemda, mengacu pada Undang-Undang

18
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 111/PUU-XIII/2015
19
Daryanto, “Eksistensi BUMD Dalam Otonomi Daerah”, Majalah BUMN Link, Vol.
1 No. 1, 2012, hlm. 43
16

Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (selanjutnya disebut

UU PD) yang memiliki peraturan pelaksana mengenai lanjutan atau

perubahan yang diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 5

Tahun 1990 tentang Perubahan Bentuk BUMD Kedalam Dua Bentuk

Perumda dan Perseroda (selanjutnya disebut Instruksi Mendagri

Perubahaan Bentuk BUMD) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD (selanjutnya

disebut Permendagri Bentuk Hukum BUMD).

Tugas utama BUMD harus menyeimbangkan antara tujuan

ekonomi dan tujuan sosial sebagaimana diatur di dalam Pasal 33 ayat

(2) dan (3) UUD 1945. Sudah sepatutnya BUMD dapat

menyeimbangkan antara capaian target laba dengan layanan kepada

masyarakat, khususnya untuk produk dan jasa yang menguasai hajat

hidup orang banyak.20 Tujuan akhir BUMD berdasarkan Pasal 331 UU

Pemda, yaitu memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian

daerah dan menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa

penyediaan barang atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan

kebutuhan masyarakat sesuai dengan kondisi, karakteristik, dan

potensi daerah berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik, serta

memperoleh keuntungan bagi perusahaan. BUMD juga diwajibkan

untuk mencantumkan sektor-sektor usaha yang dilakukannya,

20
Rustian Kamajudin, “Peran dan Pemberdayaan BUMD Dalam Rangka
Peningkatan Perekonomian Daerah”, Makalah Disajikan Pada Saat Rapat Koordinasi
BUMD di Depdagri, 2000
17

termasuk cabang-cabang usaha yang penting bagi Negara, sebagai

pihak yang berwenang untuk menguasai hajat hidup orang banyak,

sehingga tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan mengenai

tujuan sosial dari BUMD.

BUMD pada hakikatnya memiliki peran yang sangat strategis,

salah satunya dengan membentuk Perseroda, namun sangat

disayangkan kesempatan dan keleluasaan yang diberikan pemerintah

pusat terhadap pemerintah daerah ini belum dimanfaatkan seoptimal

mungkin, misalnya manajemen perusahaan yang kurang baik, yaitu

mengarah pada inefisiensi dan kecurangan. Kesan yang muncul ini

merupakan akibat pada tata kelola Perseroda yang kaku dan kurang

fleksibel dalam melakukan inovasi usaha. Buruknya kinerja Perseroda

pada akhirnya akan merugikan masyarakat, padahal Perseroda

didirikan guna mengelola sumber daya alam Indonesia untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Mengacu pada uraian diatas, senyatanya perlu diatur dengan

jelas mengenai tata kelola Perseroda yang baik berdasarkan prinsip

good corporate governance untuk menghilangkan kesan negatif

terhadap tata kelola BUMD, khususnya Perseroda. Menurut pendapat

Reny Dyah Retno,21 penerapan good corporate governance

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, semakin tinggi tingkat

21
Reny Diah Retno, “Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Nominal Vol. 1 No. 1,
hlm. 8
18

implementasi good corporate governance semakin tinggi nilai

perusahaan yang ditunjukan dengan tingginya harga saham

perusahaan. Good corporate governance adalah suatu pola hubungan,

sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna

memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara

berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan

peraturan perundangan dan norma yang berlaku untuk mencegah

terjadinya konflik kepentingan.22

Dalam arti lain, good corporate governance merupakan sistem

yang terarah dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan agar

setiap elemen perusahaan bekerja untuk mewujudkan tujuan

perusahaan dan dapat mengendalikan perusahaan yang diharapkan

dapat meningkatkan nilai perusahaan23 sehingga penerapan good

corporate governance ini sangat penting bagi seluruh perusahaan di

Indonesia. Lebih lanjut menurut pendapat Ibrahim,24 prinsip-prinsip

good corporate governance ini bukan lagi berasal dari teori agensi, yaitu

hanya berisi organ perusahaan dan bagaimana berjalannya suatu

perusahaan, melainkan sudah berkembang dengan bertambahnya

informasi, transparansi, akuntabilitas, keterbukaan dan kerahasiaan,

22
E Johndan Siswanto Sutojo Aldridge, Good Corporate Governance: Tata Kelola
Perusahaan Yang Sehat, Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka, 2008, hlm. 34
23
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya
Dalam Konteks Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia, 2005, hlm. 24
24
Amin Ibrahim, Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta Implementasinya,
Bandung: Mandar Maju, 2008, hlm. 144
19

code of conduct dan aturan, jaminan hukum, inventors, dan berbagai

macam hak untuk seluruh stakeholders.

Secara umum, guna mewujudkan prinsip-prinsip good corporate

governance dalam ruang lingkup BUMD ini tentunya harus dapat

diterapkan secara riil dengan prinsip-prinsip, yaitu Transparansi,

Akuntabilitas, Responsibilitas, Kemandirian, Kewajaran atau

Kesetaraan. Kelima prinsip tersebut telah selaras dengan Pasal 92 ayat

(2) PP BUMD sebagai peraturan pelaksana dari UU Pemda. Penjelasan

dari kelima prinsip tersebut sebagaimana yang dikembangkan oleh

Komite Nasional Kebijakan Governance (selanjutnya disebut KNKG).25

Prinsip pertama, yaitu Transparansi yang menguraikan bahwa

guna menjaga objektivitas dalam menjalankan binsis, perusahaan

harus menyediakan informasi yang relevan dan mudah diakses, serta

mudah dipahami oleh stakeholders. Prinsip kedua, yaitu Akuntabiilitas

yang menguraikan bahwa perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya karena prinsip ini merupakan

prasyarat yang diperlukan guna mencapai kinerja yang

berkesinambungan. Prinsip ketiga, yaitu Responsibilitas yang

menguraikan bahwa perusahaan harus mematuhi peraturan

perundang-undangan dan melaksanakan tanggung jawab terhadap

stakeholders.

25
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia, Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006,
hlm. 1
20

Prinsip keempat, yaitu Independensi yang menguraikan bahwa

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ perusahaan tidak saling mendominasi. Prinsip kelima,

yaitu Kewajaran dan Kesetaraan yang menguraikan bahwa dalam

melaksanakan kegiatannyam perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan stakeholders berdasarkan asas kewajaran

dan kesetaraan. Kelima prinsip ini sangatlah penting bagi pengelolaan

suatu perusahaan agar terciptanya suatu hubungan yang baik antara

organ di dalam perusahaan maupun dengan stakeholders.

Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber

daya alam di daerah Provinsi Jawa Barat, daerah penghasil minyak dan

gas bumi perlu berkontribusi melalui Perseroda, dalam hal ini dapat

berbentuk hak pengelolaan atau participating interest, yaitu hak untuk

berpartisipasi dalam kegiatan produksi minyak dan gas bumi dengan

menyetorkan modal dengan kompensasi mendapatkan bagian dari

hasil bersih minyak dan gas bumi yang dihasilkan.26 Perusahaan dalam

kegiatan usaha di sektor hulu minyak dan gas bumi diharapkan dapat

memberi manfaat kepada daerah melalui keterlibatan Perseroda

secara langsung.27 Participating Interest yang menjadi hak daerah

harus dipastikan dimanfaatkan oleh daerah melalui Perseroda yang

26
Pasal 33 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
27
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Pokok-Pokok Pengusahaan Kegiatan
Minyak dan Gas Bumi, Jakarta: Bagian Perundang-Undangan, 2005, hlm. 9
21

sepenuhnya dimiliki oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Partisipasi dalam pengelolaan minyak dan gas bumi ini

didapatkan oleh pemerintah daerah melalui perjanjian dengan

kontraktor yang mengandung hak dan kewajiban serta presentase

kepemilikan participating interest sehingga para pihak diharapkan

dapat mematuhi hasil kesepatakan sebagaimana tercantum di dalam

perjanjian tersebut agar tidak menimbulkan suatu permasalahan

dikemudian hari.

Tingkat perekonomian masyarakat di daerah penghasil minyak

dan gas bumi seharusnya berada pada taraf sejahtera. Namun faktanya

angka kemiskinan di beberapa daerah penghasil minyak dan gas bumi

masih tinggi. Hal ini dikarenakan masalah pendanaan menjadi

tantangan terbesar dalam bisnis hulu minyak dan gas bumi.28 Diketahui

bahwa Indonesia memiliki potensi minyak dan gas bumi yang sangat

besar, hal tersebut membuat Pemerintah Indonesia berupaya

meningkatkan produksi minyak dan gas bumi dalam negeri.

Hal ini senyatanya perlu didukung dengan penerapan good

corporate governance, mengingat minyak dan gas bumi merupakan

sumber daya alam yang tidak terbarukan, memerlukan teknologi yang

canggih, sumber daya manusia yang mumpuni sehingga dengan

penerapan good corporate governace tujuan pemberian participating

28
Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas), Op.Cit.
22

interest ini dapat tercapai, yaitu agar daerah Jawa Barat dapat benar-

benar berpartisipasi dalam pengelolaan hulu minyak dan gas bumi.

Perseroda dituntut untuk menghilangkan kesan buruk dan harus

mengimplementasikan prinsip good corporate governance dalam

kegiatan usahanya sehingga diharapkan dapat menjadi Perseroda

yang benar-benar berpartisipasi dalam pengelolaan hulu minyak dan

gas bumi melalui pemberian participating interest di daerah Jawa Barat.

Kesan buruk yang masih saja terjadi ini pada dasarnya menjadi

tantangan bagi kita semua, khususnya generasi penerus bangasa,

yang dituntut untuk mampu berkontribusi dan mengakselerasi

penuntasan berbagai permasalahan. Generasi penerus bangsa

diharapkan mampu meneladani perilaku baik para pendahulunya dan

mengesampingkan atau bahkan dapat menghapus perilaku buruk para

pendahulunya. Pada dasarnya, melalui kerja sama lintas generasi dan

semangat kebersamaan, permasalahan-permasalahan bangsa ini akan

dapat dituntaskan dengan baik.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan

data-data yang diperlukan untuk menjawab persoalan.29 Metode

pendekatan yang dilakukan adalah yuridis normatif, yaitu penelitian

29
Bambang Sunggono, Metode Peneitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997, hlm. 27-28
23

hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem

norma.30 Metode pendekatan ini juga digunakan untuk mengkaji

asas-asas dan norma hukum yang terdapat dalam berbagai

peraturan perundang-undangan, yurisprudensi serta hukum

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat dan pendekatan kasus

yang berkaitan dengan penelitian tentang penerapan prinsip good

corporate governance dalam pengelolaan BUMD.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dilakukan secara deskriptif analisis,

yaitu suatu penelitian yang membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. 31

Deskripstif analisis menggunakan cara penulisan yang

menggambarkan permasalahan yang didasarkan pada data-data

yang ada, lalu dianalisa lebih lanjut untuk kemudian di ambil sebuah

kesimpulan. Dalam hal ini, penulis akan menguraikan

permasalahan dan bagaimana penerapan good corporate

governance dalam ruang lingkup BUMD berdasarkan kajian yang

telah penulis teliti.

30
Fahmi M. Ahmadi. Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010, hlm. 31
31
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, hlm. 8
24

3. Tahap Penelitian

a. Studi Kepustakaan

1) Bahan Hukum Primer

Bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat seperti peraturan perundang-undangan. Adapun

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

penelitian ini, yaitu:

a) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas

b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah

c) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang

Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

d) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang

Badan Usaha Milik Daerah

e) Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 tentang

Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan

Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

f) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu

Minyak dan Gas Bumi

g) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14

Tahun 2013 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik


25

Daerah Bidang Minyak dan Gas Bumi Lingkup

Kegiatan Usaha Hulu

h) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10

Tahun 2014 tentang Penyertaan Modal Pemerintah

Provinsi Jawa Barat Pada PT Migas Hulu Jabar

i) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor 37 Tahun 2016 tentang Ketentuan Penawaran

Participating Interest 10% (Sepuluh Persen) Pada

Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi

j) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor 52 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor 8 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross

Split

2) Bahan Hukum Sekunder

Memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

sekunder, seperti:

a) Hasil penelitian

b) Hasil karya ilmiah para sarjana

c) Artikel

d) File elektronik

e) Website

f) Buku-buku
26

g) Racangan Undang-Undang

h) Jurnal hukum

i) Makalah hukum

j) Dan lain-lain yang berhubungan dengan pokok

permasalahan dalam penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

yaitu:

a) Kamus hukum

b) Kamus besar bahasa Indonesia

c) Kamus bahasa Inggris

d) Kamus bahasa Belanda

e) Dan lain sebagainya.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah cara memperoleh data yang

bersifat primer. Studi lapangan dapat berupa wawancara

dengan narasumber, seperti:

a) Bagian Legal Counsel PT Migas Hulu Jabar ONWJ,

PHE ONWJ, dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

(selanjutnya disebut SKK Migas)


27

b) Dosen Hukum Perusahaan dan Hukum Administrasi

Negara, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara

studi dokumen, yaitu suatu metode pengumpulan dengan cara

membaca atau merangkai buku-buku peraturan perundang-

undangan dan sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan

dengan objek penelitian, dan wawancara terhadap responden

terpilih untuk mengumpulkan data primer.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah yuridis normatif

yang bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma

hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan

norma-norma yang hidup dan berkembang di masyarakat. Data

yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis untuk

mendapatkan kesimpulan yang mengandung kebenaran obyektif.

6. Lokasi Penelitian

1. PT Migas Hulu Jabar ONWJ

a. Kantor Pusat

Jalan Cipunagara Nomor 25, Kelurahan Cihapit RT.04

RW.04, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung

b. Kantor Perwakilan

Wisma Staco Lantai 7 Jl. Casablanca Kav. 18 Jakarta 12870


28

2. PHE ONWJ

PHE Tower Lantai Mezanin - Lantai 10, Jalan TB. Simatupang

Kav. 99, RT.1/RW.1, Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu,

Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520

3. SKK Migas

Wisma Mulia Lantai 35, Jl. Gatot Subroto Kav. 42, RT.3/RW.2,

Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Kota Jakarta

Selatan, DKI Jakarta 12710

4. PT Super Energy Tbk

Gedung Equity Tower Lt. 29 Unit E SCBD Lot 9 Jln. Jend.

Sudirman Kav. 52-53 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12190

5. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

a. Kampus Dipati Ukur

Jalan Dipati Ukur No.35, Lebakgede, Kecamatan Coblong,

Kota Bandung, Jawa Barat 40132

b. Kampus Jatinangor

Jalan Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah,

Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

45363

Anda mungkin juga menyukai