Anda di halaman 1dari 27

1

IMPLEMENTASI TUGAS DAN KEWENANGAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA


HULU MIGAS BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2013
TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MIGAS
BERKAITAN UNDANG UNDANG DASAR 1945 PASAL 33 AYAT 3

URAI ZULHENDRI TRI HAYATI

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM KEKHUSUSAN TENTANG TATA NEGARA
DEPOK
JULI 2014

ABSTRAK

Nama : Urai Zulhendrie


Program Studi : Ilmu Hukum
Judul • Implementasi Tugas Dan Kewenangan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Migas Berkaitan
UndangUndang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3.

Pengelolaan minyak dan gas bumi di Indonesia telah diatur dalam pasal 33 ayat (3)
UndangUndang Dasar 1945. Dalam pengaturan tersebut terdapat konsepsi penting terkait
pengelolaan minyak dan gas bumi yaitu konsep "hak menguasai negara". Pada perjalanan sejarah
peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan minyak dan gas bumi sejak awal
Indonesia merdeka dan hingga kini, konsepsi ini masih selalu menjadi perdebatan. Hingga
akhirnya terjadi judicial review yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi terhadap UU No. 22
tahun 2001. Putusan Mahakamah Konstitusi yang tertuang pada putusan Nomor 36/PUU-X/2012
memiliki ekses besar dengan dibubarkannya BP Migas sebagai badan pelaksana pengelolaan
sektor hulu migas Indonesia. Oleh karena itu akhirnya melalui Peraturan Presiden No. 9 tahun
2013 dibentuklah SKK Migas untuk menggantikan peran dari BP Migas. Dalam Perpres No. 9
tahun 2013 ini kemudian akan terlihat implementasi pasal 33 ayat (3) (JUD 1945 pada tugas dan
kewenangan SKK Migas sebagai pelaksana pengelolaan sektor hulu migas di Indonesia terutama
terkait konsepsi hak pengusaan oleh negara.

Kata kunci:
BP Migas, Mahkamah Konstitusi, SKK Migas.

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, Ul, 2014
2
Fl--l
ABSTRACT

Name : Urai Zulhendrie


Study Program : Legal Study
Title • Implementation Duties And Authority Of Executive Upstream Oil And Gas Perform
According To Regulation Of The President Number 9 Year 2013 About
Management Organization Upstream Oil And Gas Law Relating To Article 33
Of 1945 Verse 3 Of The Constitution 1945.

Management of oil and gas in Indonesia is regulated in Article 33 paragraph (3) of the
Constitution of 1945. In these regulation, there is an important concept related to the
management of oil and gas specifically the concept of "right of control by the state". In the
history of legislation governing the management of oil and gas since the beginning of Indonesia's
independence, and until now, this concept is still always a debate. Until finally happened judicial
review filed with the Constitutional Court against the Law No. 22/2001 contained in the
Constitutional Court decision No. 36/PUU-X/2012 have large excesses with the dissolution of
BP Migas as the executing agency management of upstream oil and gas sector in Indonesia.
Therefore finally through Presidential Regulation. No. 9/2013, SKK MiGas was formed to
replace the role of BP Migas. In Perpres. 9/2013 will then be visible implementation of Article
33 paragraph (3) of the 1945 Constitution on the duties and authority of the executive
management of oil and gas SKK upstream oil and gas sector in Indonesia is mainly related to
"right of control by the state".

Keyword:
BP Migas, Mahkamah Konstitusi, SKK Migas.

A. Latar Belakang
Minyak dan gas bumi (Migas) l
adalah sumber daya energi tak terbarukan
(unrenewable).Energi tak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber daya alam yang
waktu pembentukannya sampai jutaan tahun2 . Dengan waktu pembentukannya jutaan tahun
sehingga semua orang berlomba-lomba untuk berburu migag ini. Migas merupakan kekayaan
alam yang sangat straregis Negara. Hal ini dikarenakan Migas merupakan sumber daya energi
yang sangat vital karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Ketersediaan dan harga migas
sangat menentukan stabilitas ekonomi, politik, dan sosial suatu negara. Perjalanan panjang
likaliku negeri ini terhadap kebijakan dan penguasaan SDA khususnya pada sektor Migas yang

1 Minyak dan Gas Bumi adalah Minyak Bumi dan Gas Bumi, Indonesia (a), Pasal 1 angka l.

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
3
2 Energi tak terbarukan. http://penelitihukum.org/tag/pengertian-sumber-energi-tak-terbarukan/ Diunduh
Maret 2014.
dimiliki, dimulai dari era pra-kemerdekaan hingga pasca-kemerdekaan dan masuk pada orde
reformasi sekarang, masih menjadi pekerjaan rumah-tangga yang belum terselesaikan hingga kini
karena buruknya tata kelola persoalan migas.
Undang-Undang Dasar 1945 dan dalam penulisan selanjutnya disebut IJUD 1945
mengandung gagasan demokrasi politik dan demokrasi ekonomi yang artinya bahwa pemegang
kekuasaan tertinggi di Indonesia adalah rakyat, baik dibidang politik maupun ekonomi. Seluruh
sumber daya politik dan ekonomi dikuasai oleh rakyat yang berdaulat. Pengertian demokrasi
ekonomi yang dimaksud oleh Undang-Undang adalah penguasaan hak pengelolaan atas sumber
daya alam yang mempunyai kemampuan pengembangan ekonomi nasional untuk kehidupan
hajat hidup orang banyak oleh negara dan hal ini tertuang dalam Undang Undang Dasar 1945
pada Pasal 33.

Pasal 33 dalam naskah Undang-Undang Dasar 1945 yang asli memiliki jumlah tiga (3)

ayat, pasca reformasi terjadi empat (4) kali amandemen terhadap UUD 1945 dan termasuk pada

pasal 33 yang menjadi lima (5) ayat. Adapun bunyi UUD 1945 pasal 33 adalah:4

(1). Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
(2). Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
(3). Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(4). Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
(5). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undangundang.
Di mana komponen penting yang menjadi pondasi dalam membentuk landasan hukum dan
politik pengelolaan sumber daya alam utamanya dalam hal migas terdiri dan.
a) Kepemilikan Kekayaan Alam
b) Penguasaan oleh Negara dan
c) Kewenangan Perusaahaan Negara dalam pengusaahaan migas hingga sampai pada
prinsip kerjasama dengan pihak ketiga (khususnya pihak asing).

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
4

3 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Ekonomi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010), hlm353.

4 Indonesia (b), Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5 Patmosukismo, Op.Cit., hlm42.


Untuk menjalankan amanat Proklamasi dan Konsttusi Undang-Undang Dasar 1945, maka
oleh A.H Nasution1 dibentuk PT Eksplorasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT ETMSU) pada
tanggal 15 Oktober 1957 dan sebagai pemimpin pertamanya adalah Dr. Ibnu Sutowo. Yang pada
akhirnya pada tanggal 10 Desember 1957 PT ETMSU ini berubah menjadi PT Perusahaan
Minyak Nasional (PT PERMINA), perubahan dilakukan agar lebih bersifat nasional.23
Dalam rangka memperkuat perusahaan yang masih berumur muda tersebut dan sebagai
langkah awal politik hukum Indonesia untuk mengusai dan mengelola sendiri sumber daya alam
berupa migas yang kemudian dituangkan dalam hukum postif. Hingga pada akhirnya Pemerintah
Republik Indonesia dengan segala upayanya berhasil menerbitkan Undang-Undang Nomor 44
Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
Undang-Undang No 44 Tahun 1960 dan selanjutnya dalam penulisan sebagai UU Migas
No. 44/Prp/1960. Ada beberapa konsideran penting yang diatur didalam UU No. 44/Prp/1960,
adalah:8
1. Segala bahan galian Migas yang ada didalam wilayah hukum pertambangan Indonesia
merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara.
2. Pertambangan Migas hanya diusahakan oleh negara dan pengusahaannya dilaksanakan
oleh perusahaan negara.
3. Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor untuk Perusahaan Negara
apabila diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak
1 "Jenderal Besar TNI (Purn) Abdul Haris Nasution adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang
merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September PKI atau biasa disebut
dengan G30S/PKI, lahir di Kotanopan, Sumatera Utara pada tanggal 3 Desember 1918. Semasa hidup pernah
menjabat Kepala Staff Angkatan Darat (KASAI)) pada tahun 1952 dan menjabat Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia pada tahun 1955, kemudian pada tanggal 5 Oktober 1997, bertepatan dengan hari ABRI,
Nasution dianugerahi pangkat Jendral Besar bintang lima, dan tutup usia di RS Gatot Soebroto pada 6 September
2000yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta"
http://profil.merdeka.com/indonesia/a/a-h-nasution/ diunduh 20 Maret 2014.

2 Bachrawi Sanusi, Potensi Migas di Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlml 9.

3 Patmosukismo, Op. Cit., 111m 7.


Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
5
dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan negara yang bersangkutan pemegang kuasa
pertambangan.
4. Kontrak kerja yang tersebut pada poin 3 diatas mulai berlaku setelah disahkan dan
diundangkan,
5. Kuasa pertambangan tidak meliputi hak tanah atas permukaan bumi. Demikian pula
pekerja kuasa pertambangan tidak boleh dilakukan diwilayah yang ditutup untuk
kepentingan umum.
Pergeseran rezim dari orde lama (Soekarno) ke orde baru (Soeharto), tidak mengubah
secara mendasar orientasi pengelolaaan migas nasional. PN Pertamina sebagai perusahaan yang
baru dilebur menjadi perusahaan negara satu-satunya dalam sektor migas tetap mengacu pada
UU Migas No.44/Prp/1960 sampai ada pengaturan Undang-Undang yang baru. Hingga pada
tahun 1971, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Minyak dan
Gas Bumi dan selanjutnya dalam penulisan ini disebut sebagai UU No. 8/71, dimana
UndangUndang ini untuk bertujuan mempunyai satu perusahaan nasional yang lebih efisisen,
efektif, dan terintergrasi. Dengan dibentuknya Undang-Undang ini, Pertamina merupakan satu-
satunya Perusahaaan Negara Migas dalam hal ini PN PERTAMINA yang diberikan tugas
mengelola seluruh kegiatan Migas di Indonesia dari sektor Hulu (eksplorasi dan eksploitasi)
sampai sektor Hilir (pembangunan dan operasi kilan, pengumpulan, transportasi, dan
niaga/distribusi BBM didalam negeri), serta kegiatan penjualan ke luar negeri (ekspor)4
Pertamina dianggap memonopoli kegiatan pada sektor Migas, pada akhirnya dibentuklah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan selanjutnya dalam
penulisan ini disebut UU No. 22/01. Dimana Pertamina selaku Perusahaan Negara berubah status
menjadi PT (Persero) dan hanya sebagai pelaku bisnis dalam setiap kegiatan Migas di Indonesia,
untuk pelaksana kegiatan usaha Hulu Migas dibentuk Badan Pelaksana Migas (BP Migas), serta
pelaksana kegiatan usaha Hilir Migas dibentuk Badan Pengatur BPH Migas (BPH Migas). Hal
ini agar fungsi pemerintah sebagai pengatur, Pembina, dan pengawas dapat berjalan efektif dan
efisien.
Dengan diundangkan UU No. 22/01, berbagai reaksi muncul dari berbagai pihak dan
kalangan diantanranya tokoh pemerintahan, akademisi, lembaga swadaya masayarakat (LSM),

4 Patmosukismo, Op.Cit., hlm10.


Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
6
dan bahkan pekerja Pertamina sendiri. Pihak-pihak tersebut beranggapan UU No. 22/01 adalah
jalan kembalimenuju liberalisasi sektor Migas. Bahkan upaya penolakan itu sampai pada
pengajuan permohonan pengujian formil dan materiil atas UU No. 22/01 ini. Akan tetapi
Mahkamah Konstitusi (MK) I O
menolak pengujian formil dan materiil yang digugat oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat, Serikat Pekerja Pertamina, maupun perorangan dengan alasan
bahwa gugatan tersebeut tidak cukup beralasan.
Penolakan demi penolakan terus terjadi terhadap (JU No. 22/01, akhirnya tibalah saat yang

bersejarah pada tangal 13 November bulan November 2012 yaitu Keputusan pembubaran BP

Migas l I
Oleh MK yang tercantum dalam amar putusan nomor 36/PUX/2012 tentang

permohonan pengujian LJU No. 22/01 terhadap UUD 1945. Dengan melihat historis kasus dan

perspektif yang ada, serta tinjauan-tinjauan hukum atas keputusan MK dalam mengabulkan

judicial review terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

yang salah satunya menyatakan bahwa keberadaan BP Migas inkonstitusional.

Dengan dikabulkannya keputusan para pemohon tersebut, terciptalah sebuah keadaan


hukum baru, dimana BP Migas sebagai pelaksana kegiatan hulu Migas dibubarkan. Sehingga
terjadilah kekosongan hukum dalam hal pelaksana tugas dan fungsi kegiatan usaha hulu Migas.
Dan pada akhirnya Presiden SBY menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 tentang
Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. dan
pada tahun 2013, sebagai tidak lanjut dari Peraturan Presiden sebelumnya, Presiden SBV
kembali mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 Peraturan Presiden mengenai

Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.


Terbitnya Peraturan Presiden ini melahirkan sebuah lembaga baru yatiu Satuan Kerja
Khusus Pelaksasna Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) untuk mengambil alih tugas dan
kewenangan BP Migas yang telah dibubarkan, serta Peraturan Presiden dianggap tidak membawa
perubahan yang subtantif atau mendasar dari persoalan tata kelola migas Indonesia. Karena dari
segi kewenangan tidak ada perbedaan yang mendasar antara SKK Migas dan BP Migas.

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
7

10 Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi
Nomor 8 Tahun 2001, Pasal I angka l .

1 1 Badan Pelaksana adalah suatu badan yang dibentuk untuk melakukan pengendalian Kegiatan Usaha
Hulu dibidang Minyak dan Gas Bumi, Indonesia (a), Pasal 1 angka 23.
B. Konsepsi Pengelolaan Migas Menurut Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945
Menilik pada sejarah, setelah pengeboran sumur Telaga Said oleh Belanda tahun 1884,
lapangan-lapangan minyak Indonesia saat itu dikuasai oleh setidaknya 18 perusahaan milik
Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Penguasaan ini berdasarkan kontrak konsesi yang
memberikan kepemilikan sumber daya migas kepada pemegang hak konsesi (perusahaan asing).
5
Negara hanya memperoleh royalti berdasarkan persentase produksi. Konsep ini tidak sesuai
dengan UUD 1945, mengingat penguasaan atas migas yang menyangkut hajat hidup rakyat
seharusnya ada di tangan negara.67
Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan:
" Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Salah satu tujuan membentuk Negara Indonesia termuat dengan jelas dalam alinea keempat
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 89
Melihat kepada konsepsi ini maka kita dapat
5 Gde Pradyana, Pengelolaan Kegiatan Hulu Migas Dari Masa Ke Masa.
http://moneter.co/pengelolaankegiatan-hulu-migas-dari-masa-ke-masa/ diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 16.00
WIB

6 Ibid.

7 Indonesia (b), Pasal 33 ayat (3).

8 "Kemudian dari pada itu untuk membentllk suatll Pemerintah Negara

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban clunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusun[ah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradah,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosia/ bagi seluruh rakyat Indonesia.
Alinea ke-4 Undang Undang Dasar 1945. Diakses dari http://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file storage
1386157387.pdf pada tanggal 25 Mei 2014 pukul
9 .23 WIB
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
8
mengetahui bahwa konsepsi ekonomi pengelolaan sumber daya migas Indonesia telah diatur
secara jelas dalam konstitusi kita.

Istilah konstitusi ekonomi (economic constitution) relatif baru dikenal dalam pemikiran
tentang hukum konstitusi, hukum ekonomi, dan ilmu ekonomi pada umumnya. Dapat dikatakan,
bahwa di lingkungan negara-negara sosialis-komunis di Eropa Timur, negara pertama yang
menuangkan prinsip-prinsip dasar kebijakan ekonomi dalam konstitusi adalah Soviet Russia

Indonesiayang melindungi
pada tahun 1918, sedangkan negara sosialis-demokrat di Eropa Barat yang pertama adalah
Republik Weimar Jerman pada tahun 1919. Dalam perkembangannya kemudian, gagasan
konstitusionalisasi kebijakan ekonomi (konstitusi ekonomi) merambah ke negara-negara Barat
setelah negara Irlandia memasukkan prinsip-prinsip dasar perekonomian ke dalam Konstitusi
Tahun 1937. Sejak itulah ide konstitusi ekonomi berkembang luas di negara-negara
nonsosialisme/non-komunisme. Namun, ini tidak berarti adopsi gagasan konstitusi ekonomi
merefleksikan negara-negara tersebut menganut paham sosialisme-komunisme. Gagasan
konstitusi ekonomi dewasa ini juga diterima dan dimuat dalam berbagai konstitusi negara-negara
yang antikomunis, mulai dari Eropa Barat, Asia, Afrika, hingga Amerika Selatan. 10
Jika suatu konstitusi dirumuskan lebih terinci, tersedia peluang bagi konstitusi itu untuk
mengatur pembagian kewenangan yang berhubungan dengan proses-proses ekonomi yang
mempengaruhi melalui kebijakan keuangan (moneter, kurs, dan pajak dan tarif). Bahkan, di
negara-negara dengan konstitusi yang mengatur kebijakan ekonomi itu secara rinci, hal-hal yang
biasa diatur adalah: 11

i. Pembagian kewenangan horizontal antara legislatif-eksekutif dan pembagian kewenangan


vertikal antar pusat-daerah mengenai berbagai kebijakan, seperti: (a) kebijakan moneter;

10 Konstitusi ekonomi. http://www.jimlyschool.com/read/program/258/konstitusi-ekonomi diakses pada Mei


2014.

11 Ibid, hlm. 14.


Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
9
(b) kebijakan perbankan; dan
(c) kebijakan perpajakan dan tarif; ii. Ketentuan-ketentuan yang mengatur hal-hal
dimana monopoli diperbolehkan dan kompetisi dapat ditiadakan atau tidak diperlukan,
seperti tugas dan tanggungjawab yang berkenaan dengan pembangunan berbagai
infrastruktur dan intervensi langsung dalam kebijakan:
(a) penentuan harga;
(b) pengaturan pasar;
(c) pengelolaan ekonomi;
(d) pembiayaan berbagai program subsidi; dan
iii. Ketentuan mengenai kepemilikan oleh negara (the ownership capacity oft/w State), dan Iain-
Iain sebagainya; iv. Ketentuan-ketentuan Iain yang juga biasa dimuat ialah mengenai:
(a) perburuhan dan ketenagakerjaan;
(b) kekayaan energi, sumber daya alam dan mineral;
(c) perbendaharaan negara;
(d) pemeriksaan keuangan dan tanggungjawab pengelolaan keuangan negara;
(e) anggaran pendapatan dan belanja negara dan daerah;
(f) dan Iain-Iain sebagainya;
v. Ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia dan hak konstitusional warga negara di bidang
perekonomian, seperti:
(a) hak-hak dasar manusia (fundamental rights);
(b) kebebasan atas hak milik pribadi (right to property); (c) kebebasan dan
kesemptan yang sama dalam bekerja (right to occupation);
(d) kebebasan dan kesempatan yang sama dalam berusaha;
Ketentuan mengenai kewajiban dan tanggungjawab negara/pemerintah untuk memenuhi hak-
hak asasi manusia dan hak konstitusional warga negara serta menjalankan atau tidak
menjalankan kebijakan dalam rangka memenuhi hak-hak tersebut; vii. Ketentuan mengenai
organ-organ atau institusi-institusi yang akan melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab
negara/pemerintahan tersebut di atas.

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
10
C. Status dan Kedudukan SKK Migas
Kedudukan hukum dari keberadaan Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK
Migas) dalam sektor usaha minyak dan gas bumi nasional yang dibentuk oleh Presiden RI
berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi pasca dibubarkannya BP Migas berdasarkan putusan
Mahkamah Konstitusi RI Nomor 36/PUU-X/2012. Sebagaimana yang telah dijabarkan
sebelumnya bahwa SKK Migas diatur dalam pasal 2 Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2013.
Dibentuknya SKK Migas ini menurut beberapa pengamat merupakan bentuk tidak
konsistennya Pemerintah terhadap putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 36/PUU-X/2012
yang telah membatalkan pasal-pasal mengenai keberadaan BP Migas di dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Sebab dibentuknya SKK Migas hampir
serupa dengan BP Migas sebelumnya, bedanya saat ini terdapat Komisi Pengawas di dalam
struktur SKK Migas sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun
2013 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Menurut Rubi
Rubiandini, Fungsi dewan pengawas ini sama dengan fungsi komisaris dalam perusahaan dan
majelis wali amanat dalam Badan Hukum Milik Negara (BHMN). 18 Pasal 3 Perpres No. 9 Tahun
2013 menyebutkan:19

Keanggotaan Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), terdiri
dari:
a. Ketua : Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
b. Wakil Ketua : Wakil Menteri Keuangan yang membidangi urusan anggaran negara;
c. Anggota :
1. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal;
2. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Komisi Pengawas ini memiliki tugas:20

a. memberikan persetujuan terhadap usulan kebijakan strategis dan rencana kerja SKK
Migas dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas
bumi;
b. melakukan pengendalian, pengawasan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
operasional SKK Migas dalam penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak
dan gas bumi;

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
11
c. memberikan pendapat, saran, dan tanggapan atas laporan berkala mengenai kinerja SICK
Migas;
d. memberikan pertimbangan terhadap usulan pengangkatan dan pemberhentian Kepala
SKR Migas•, dan

Viva News. Apa Perbedaan Migas dengan SICK Migas?


http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/382259-apa-perbedaan-bp-migas-dengan-skk-migas-. diakses pada Mei
2014.

19 Indonesia (i). Pasal 3.

20 Ibid. Pasal 4.
e. memberikan persetujuan dalam pengangkatan dan pemberhentian pimpinan SKK Migas
selain Kepala SKR Migas.

D. Pengelolaan Kegiatan Hulu Migas Berdasarkan PP Noa 42 tahun


2002
Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (selanjutnya disebut PP 42/2002) adalah instrument pelaksana dari LJU
no. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Dalam Pasal 2 PP 42/2002 disebutkan bahwa
Pemerintah membentuk Badan Pelaksana untuk melaksanakan kegiatan usaha hulu
migas.12Badan Pelaksana ini kemudian dalam prakteknya adalah BP Migas.1314 Pembentukan BP
Migas ini juga adalah amanat LJU No. 22 Tahun 2001 yang disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3)
bahwa Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk Badan Pelaksana. 3

Sehingga dapat dikatakan bahwa payung hukum BP Migas dalam mewakili negara pada
pelaksanaan tata kelola migas di Indonesia antara Iain adalah LTU No 22 tahun 2001 dan PP No.
42/2002.

12 Indonesia (f). Pasal. 2.

13 Indonesia (j). Menteri Energi dan Sumher Daya Mineral. Keputusan Menteri No. 1088K/20/MEM/2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Pengawasan Pengaturan dan Pengendalian Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi dan Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.

14 Indonesia (a). Pasal 4.


Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
12
BP Migas memiliki fungsi melakukan pengawasan terhadap Kegiatan Usaha Hulu agar
pengambilan sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi milik negara dapat memberikan manfaat
dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 15
Untuk
menjalankan fungsi tersebut, maka BP migas mempunyai tugas:16

a. memberikan pertimbangan kepada Menteri atas kebijaksanaannya dalam hal penyiapan


dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama;
b. melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama;17
c. mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan
diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja kepada Menteri untuk mendapatk persetujuan;

d. memberikan persetujuan rencana pengembangan lapangan selain sebagaimana dimaksud


dalam huruf c;
e. memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran;
f. melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri mengenai pelaksanaan Kontrak
Kerja Sama;

g. menunjuk penjual Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi bagian negara yang dapat
memberikan keuntungan sebesar-besamya bagi negara.
Sedangkan kewenangan yang diberikan kepada BP Migas dalam menjalankan
tugastugasnya adalah: 18

a. membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegiatan
operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama;

b. merumuskan kebijakan atas anggaran dan program kerja kontraktor Kontrak Kerja Sama;

c. mengawasi kegiatan utama operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama;

15 Indonesia (f). Pasal. 10.

16 Ibid. Pasal. 11.

17 Dalam hal penandatanganan Kontrak Kerja Sama, maka Badan Pelaksan yang dalam hlm ini BP Migas,
dilakukan Oleh Kepala BP Migas. Lihat Indonesia (f) Pasal 15 poin (b).

...,
18 Thid. Pasal. 12.
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
13
d. membina seluruh aset kontraktor Kontrak Kerja Sama yang menjadi milik negara;

e. melakukan koordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang diperlukan dalam
pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu.
Lebih lanjut ditegaskan dalam UU No. 21 tahun 2002 pada pasal 42, kewenangan BP Migas
dalam hal pengawasan meliputi:19

a. konservasi sumber daya dan cadangan Minyak dan Gas Bumi;


b. pengelolaan data Minyak dan Gas Bumi;
c. penerapan kaidah keteknikan yang baik;
d. jenİs dan mutu hasil olahan Minyak dan Gas Bumi;
e. alokasi dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan bahan baku;
f. keselamatan dan kesehatan kerja;
g. pengelolaan lingkungan hidup;

h. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam
negeri;
ı. penggunaan tenaga kerja asing;
j. pengembangan tenaga kerja Indonesia;

19 Indonesia (a). Pasal 42.


Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
14

k. pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat;


l. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi Minyak dan Gas Bumi;
m. kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi sepanjang
menyangkut kepentingan umum.
Pola Kegiatan Kegiatan Usaha Hulu dilaksanakan oleh badan usaha atau Bentuk Usaha
Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama (KKS)20 dengan badan pengusahaan (Badan Pelaksana
Migas pada saat ini) yang harus diberitahukan secara tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia setelah ditandatangani. 21 Jangka waktu Kontrak kerja sama ditentukan paling
lama 25 (dua puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Kontrak kerja sama terdiri atas jangka waktu eksplorasi dan jangka waktu eksploitasi. Jangka
waktu eksplorasi dilaksanakan 6 (enam) tahun dan dapat diperpanjang hanya 1 (satu) kali
periode yang dilaksanakan paling lama 4 (empat) tahun.
Dari penjelasan dari pihak pemohon maupun pemerintah beserta dengan para saksi ahli
masing-masing dalam persidangan judicial review terhadap UU No. 21 tahun 2002, terdapat
beberapa permasalahan konstitusional terutama bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945,
yaitu:22

a. Kedudukan dan Wewenang BP Migas,


b. Kontrak Kerja Sama,
c. Penentuan harga BBM melalui mekanisme
d. persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan,
e. Larangan penyatuan sektor hulu dan hilir,
f. Fungsi DPR yang hanya sebatas diberitahukan atas kontrak KKS yang telah ditanda
tangani.

20 Ibid. Pasal 1 ayat (19): Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja sama
lain dalam kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih menguntungkan Negara dan hasilnya dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat;

21 Juli Panglima Saragih, Menata Ulang Kebijakan Pengelolaan Minyak dan Gas.
http•//berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/buku tim/buku-tim-9.pdf. Diakses pada Mei 2014. Hlm. 37
22 Saragih, Op. Cit., hlm, 3. Lihatjuga Putusan Mahkamah Konstitusi 36/PUU/2012.

..., Fl-l
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, Ul, 2014
15
Pada PP No. 42/2002 sebagai pelaksaan teknis dari UU no. 21/2002 penguasaan negara
yang diberikan kepada BP Migas terlihat dalam fungsi, tugas, kewenangan, dan ruang lingkup
pengawasan. Dalam amar putusannya MIC memutuskan Pasal 1 angka 23 UU No. 22/2001 dan
Pasal 4 ayat (3) terkait makna penguasaan oleh negara bertentangan dengan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.23


Dalam pola fungsi kerja yang seperti itu, BP Migas ditafsirkan oleh Mahkamah
Konstitusi mendegradasi makna penguasaan Negara" atas sumber daya migas. Hal ini
disebabkan oleh tiga hal berikut:24

1. Pemerintah tidak dapat melakukan pengelolaan secara langsung atau menunjuk secara
langsung BUMN untuk mengelola sektor usaha hulu.
2. Pada saat BP Migas menandatangani KKS, seketika itu juga Negara terikat terhadap
perjanjian tersebut. Negara kehilangan kebebasannya untuk melakukan regulasi atau
kebijakan yang bertentangan dengan isi KKS.
3. Tidak maksimalnya keuntungan Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dengan begitu, maka aspek "penguasaan Negara" dalam pasal 33 ayat UUD 1945 tidak
terlaksana dengan baik oleh BP Migas.
Masalah selanjutnya yang juga diputus oleh Mahakamah Konstitusi yaitu mengenai
KKS, di mana menggunakan pola kerjasama Bussiness to Government sehingga menempatkan
Negara dengan badan usaha pengelola migas pada posisi yang sama. Menurut MI' hubungan
antara Negara dengan swasta dalam pengelolaan migas tidak dapat dilakukan dengan hubungan
keperdataan, akan tetapi harus merupakan hubungan publik yaitu pemberian konsesi atau
perijinan yang sepenuhnya di bawah kontrol dan kekuasaan Negara. 34
Hal ini dapat disikapi
dengan membentuk atau menunjuk BUMN untuk berkontrak dengan badan usaha atau badan
usaha tetap sehingga hubungannya tidak Iagi Bussiness to Government, namun Bussiness to
Bussiness. Lebih lanjut, Mahkamah Konstitusi juga menilai model hubungan antara BP Migas
sebagai representasi negara dengan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dalam pengelolaan
Migas mendegradasi makna penguasaan negara atas sumber daya alam Migas yang bertentangan

23 Indonesia. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 36/PPU-X/2()12, Permohonan Pengujian Undang-Undang


No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berdasarkan Undang Undang 1945.
24 Galih Hanggo Baskoro, Telaah Kasus Pembubaran BP MIGAS. (Yogyakarta: UGM, 2012) Hlm. 4.
34 Ibid.
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH 2014
16
dengan amanat Pasal 33 (JUD 1945. Walaupun UU Migas, menentukan tiga syarat minimal
dalam KKS, yakm: 25
i) kepemilikan sumber daya alam di tangan Pemerintah sampai pada titik penyerahan,
ii) pengendalian manajemen operasi berada pada BP Migas, dan iii) modal dan resiko
seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, tetapi ketiga syarat
minimal tersebut tidak serta merta berarti bahwa penguasaan negara dapat dilakukan
dengan efektif untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

E. Pengelolaan Kegiatan Hulu Migas Berdasarkan Perpres No. 9/2013


Pasca tidak berlakunya PP No. 40/2002 karena adanya putusan Mahkamah Konstitusi
yang membuat dibubarkannya BP Migas, maka pemerintah kemudian menerbitkan Perpres No.
9/2013. Perpres ini diterbitkan sebagai peraturan sementara dalam tata kelola migas di Indonesia
agar tidak terjadi kekosongan hukum didalamnya. Dalam pasal 1 Perpres No. 9/2013 disebutkan
bahwa dalam menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang migas dilakukan oleh Menteri
ESDM. Akan tetapi menariknya kemudian dalam pasal berikutnya, yaitu Pasal 2 Perpres No.
9/2013 disebutkan bahwa penyelenggara pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi
sampai diterbitkannya undang-undang baru dilaksanakan oleh satuan kerja khusus pelaksana
kegiatan usaha hulu migas yang disebut SKK Migas. Walaupun pada pasal 2 Perpres No. 9/2013
juga disebutkan SKK Migas dibentuk dibawah Kementerian ESDM.
Kerancuan konsepsi dalam Perpres 9/2013 terjadi terkait tugas SKK migas dalam
melakukan penandatanganan kontak kerja sama dan penunjukkan langsung kontraktor dalam
melakukan kegiatan usaha hulu migas. Karena dalam putusan 26 Mahakamah Konstitusi yaitu
mengenai KKS, di mana menggunakan pola kerjasama Bussiness to Government sehingga
25 Indonesia. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 36/PPU-X/2()12, Permohonan Pengujian Undang-Undang
No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berdasarkan Undang Undang 1945.

..., IJI,
26 Indonesia. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 36/PPU-X/2012, Permohonan Pengujian Undang-Undang
No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berdasarkan Undang Undang 1945. 37 Ib id.

Ul,
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH 2014
17
menempatkan Negara dengan badan usaha pengelola migas pada posisi yang sama. Menurut MK
hubungan antara Negara dengan swasta dalam pengelolaan migas tidak dapat dilakukan dengan
hubungan kcperdataan, akan tetapi harus merupakan hubungan publik yaitu pemberian konsesi
atau perijinan yang sepenuhnya di bawah kontrol dan kekuasaan Negara. 37 Oleh karena itu
Mahkamah Konstitusi dalam pertimbangannya terkait KKS disebutkan bahwa penanda tanganan
KKS dapat dilakukan BUMN sehingga hubungannya tidak Iagi Bussiness to Government,
namun Bussiness to Bussiness. Lebih lanjut, sebenarnya juga model hubungan SKK Migas yang
diamanatkan Perpres No. 9/2013 sama dengan pertimbangan Mahkamah Konstitusi yang menilai
model hubungan yang antara BP Migas sebagai representasi negara dengan Badan Usaha atau
Bentuk Usaha Tetap dalam pengelolaan Migas mendegradasi makna penguasaan negara atas
sumber daya alam Migas yang bertentangan dengan amanat Pasal 33 UUD 1945.
Dalam kewenangan lain dari SKK Migas yaitu dapat menunjuk langsung kontraktor
asing maupun lokal untuk melakukan kegiatan usaha minyak dan gas bumi tanpa harus melalui
mekanisme persaingan tender (verifikasi). Hal ini-lah yang menjadi peluang atau celah besar
terjadinya praktik suap (korupsi) di tubuh SKK Migas, karena akan banyak kontraktor-kontraktor
yang berusaha menyuap pejabat-pejabat di SKK Migas agar dapat ditunjuk sebagai kontraktor
yang sah dalam kegiatan usaha minyak dan gas buml.• 27

Artinya, kedudukan SKK Migas saat ini ialah in-konstitusional atau bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar 1945, dibentuknya Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi tidak berdasarkan kepada
Undang-Undang, karena sudah tidak ada lagi kekuatan hukum yang mengikat di dalam
UndangUndang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi mengenai Badan
Pelaksana atau Satuan Kerja Khusus yang dibentuk khusus mengurusi sektor kegiatan usaha
minyak dan gas bumi nasional pasca putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 36/PUU-X/2013.
28

27 Ibid.

28 Ibid.
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH 2014
18

F. Analisis Terhadap Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2013 Tentang


Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak Ditinjau
Dari Konsepsi Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945

Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya maka terdapat konsepsi penting dalam
Pasal 33 ayat (3) UI-JD 1945 29
terkait pengelolaan sumber daya alam terutama minyak dan gas
bumi. Sebagai norma-norma konstitusi, maka ketentuan-ketentuan konstitusional perekonomian
itu mempunyai kedudukan yang dapat memaksa untuk dipakai sebagai standard rujukan dalam
semua kebijakan ekonomi. Jika bertentangan, kebijakan demikian dapat dituntut pembatalannya
melalui proses peradilan.3031 Dengan demikian, ekonomi dapat diharapkan membantu dalam
membuat perhitungan, tetapi yang memutuskan adalah politik berdasarkan ketentuan hukum
sesuai dengan apa yang sudah disepakati bersama oleh seluruh anak bangsa sebagaimana yang
tercermin dalam konstitusi sebagai kontrak sosial. 42 Sebagaimana Frank I. Michelman dalam
bukunya "Socio Economic Rights in Constitutional Law: Explaining American Way"
menyatakan,43

this article suggests why inclusion (pen: maksud pemuatan ketentuan tentang ekonomi
dalam konstitusi) could be demanded, nonetheless, as a matter of politicalmoral principle.
It then canvasses possible responses to the American case. These include both a possible
denial that socio-economic guarantees are, in fact, lacking from US constitutional law and

29 Indonesia (b). Pasal 33 ayat (3): Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

UI,
30 Prof. Dr. Jimmly Assiddiqie. Memperkenalkan Gagasan Konstitusi Ekonomi Indonesia. 1--11m. l.
http://www.jimly.com/makalah/namafile/122/IDE KONSTITUSI EKONOMI.pdf, diakses pada Mei 2014,
hlm 17.
Ibid.

31 Ibid. 111m 16. Terjemahan bebas: maksud pemuatan ketentuan tentang ekonomi dalam konstitusi bisa
menuntut, namun, sebagai masalah prinsip politik-moral. Kemudian kanvas kemungkinan tanggapan terhadap kasus
Amerika. Ini mencakup baik penolakan kemungkinan bahwa jaminan sosial-ekonomi, pada kenyataannya, kurang
dari hukum konstitusional Amerika dan klaim mungkin bahwa menghilangkan mereka adalah pilihan yang tepat
bagi AS sebagai masalah moralitas politik non ideal "
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH 2014
19
a possible claim that omitting them is the correct choice for the US as a matter ofnon ideal
political morality "
Dengan perkataan lain, ekonomi memperhitungkan, politik memutuskan, tetapi hukum lah yang
akhirnya menentukan. Jangan biarkan ekonomi memutuskan segala sesuatu dengan logikanya
sendiri. Politik juga tidak boleh dibiarkan memutuskan nasib seluruh anak negeri hanya dengan
logikanya sendiri. Inilah hakikat makna bahwa negara kita adalah negara demokrasi
konstitusional, Negara Hukum, Rechtsstaat, the Rule ofLaw, not ofMan.32
Dalam konteks pengaturan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3), hak penguasaan negara
terhadap sumber daya alam Indonesia adalah sebuah konsep konstitusional ekonomi sebagaimana
yang dijelaskan oleh Prof. Jimly Asshiddiqie. Sebelumnya Sarjana lain yang juga dapat dikatakan
merintis penggunaan istilah konstitusi ekonomi itu dalam wacana ilmu pengetahuan adalah
Rudiger Zuck (1975), Gernot Gutmann dan Werner Klein dkk (1976), Wolfgang Bohlin (1981)
dan Werner Mussler (1998). Istilah-istilah ini pada tahun 1980-an dikembangkan oleh Rittner
(1987)dalam empat konteks pengertian, yaitu:33
i. Ekonomi konstitusi sebagai kondisi aktual perekonomian nasional (actual state of
national economy),
11. Ekonomi konstitusi dalam arti model-model ekonomi, seperti ekonomi pasar atau
ekonomi terencana, iii. Ekonomi konstitusi dalam arti tiap-tiap norma hukum yang
mengatur perekonomian, dan iv. Ekonomi konstitusi dalam arti sebagai kalimata-
kalimat pernyataan hukum yang dituangkan dalam rumusan undang-undang dasar suatu
negara.
Maka Prof Jimly juga menerangkan bahwa konstitusi ekonomi itu harus pula dipahami
sebagai hukum dasar atau hukum tertinggi yang dijadikan referensi dalam semua kebijakan
perekonomian.34 Apalagi, pada konstitusi-konstitusi yang sangat rinci mengatur soal-soal
perekonomian itu, maka muatannya dapat mencakup beragam sektor ekonomi dan keuangan.

32 Ibid. Hlm. 1.

33 Ibid.

UI,
34 Ibid.
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH 2014
20
Bahkan menurut Prof Jimly dikatakan bahwa pada prakteknya suatu bangsa dapat mengatur lebih
rinci ruang lingkup kebijakan ekonomi dalam konstitusinya, seperti bidang energi dan sumber
daya alam.35 Maka dalam pengertian ini, maka pengaturan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 adalah
suatu aturan ekonomi konstitusional terhadap pengelolaan kekayaan alam terutama minyak dan
gas bumi di Indonesia. Sehingga mengenai konsepsi hak menguasai negara atas kekayaan alam
yang diatur dalam pasal 33 ayat (3) (JUD 1945 adalah mutlak adanya dan dalam
pengejawantahan pada peraturan perundang-undangan dibawahnya harus menjadi referensi
utama karena merupakan hukum dasar dalam pengelolaan sumber daya minyak dan gas bumi di
Indonesia. Hal ini sejalan dengan yang dijabarkan oleh Rittner bahwa pengaturan pada pasal 33
ayat (3) (JUD 1945 terkait hak menguasai negara atas kekayaan alam adalah suatu norma-norma
hukum dalam konstitusi negara Indonesia.
Merujuk pada penjabaran diatas maka sebagai hukum dasar bidang ekonomi, hubungan
negara dan masyarakat terhadap sumber daya alam sebagai komponen ekonomi terlihat dalam
pasai 33 (JUD 1945:
"Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, dimana
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak serta bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Untuk itu,
perekonomian 36nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan meniaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional, yang diatur lebih lanjut dalam undang-undang.
Kendati SKK Migas diberikan kewenangan dalam mengelola kekayaan sumber daya
minyak dan gas bumi Indonesia pada sektor hulu, namun SKK Migas sebagai kepanjangan
tangan Pemerintah tidak mampu mengelola kekayaan migas Indonesia secara langsung. Padahal
sebagai wujud negara Republik Indonesia yaitu welfare state 37 sebagaimana amanat (JUD 1945
Pasal 33, maka seharusnya SKK Migas mampu mengelola secara langsung kekayaan sumber

35 Ibid. hlm. 14.

(JI,
36 Yance Arizona, Konstitusi dalam untaian Neoliberalisme: konstitusionalitas penguasaan negara atas
sumber daya alam dalam putusan mahkamah konstitusi.
http://www.elsam.or.id/downloads/1326790321 Yance Arizona_- Konstitusi Dalam Intaian .....pdf. cliakses
pada Mei 2014.
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH 2014
21
daya minyak dan gas bumi Indonesia. Karenanya dalam amanatnya, UUD 1945 telah
memberikan 2 (dua) tatanan penting, yakni penguasaan oleh negara dan kemakmuran rakyat.50
Karena negara kesejahteraan adalah suatu negara yang dalam melakukan campur tangan terhadap
kehidupan ekonomi ditujukan agar setiap warga negara dapat menikmati demokrasi ekonomi
yaitu demokrasi dalam arti senyata-nyata dan seluas-luasnya. 38
Konsepsi dasar inilah yang
menjadi titik utama pandangan M. Yamin. Kondisi yang lebih sulit lagi terjadi saat ini karena
terjadi pemisahan posisi regulator dan komersial. Pertamina sebagai lembaga usaha negara dalam
bidang minyak dan gas bumi hanya berorientasi terhadap keuntungan saja. Hal ini dikarenakan
Pertamina saat ini berada dibawah pengaturan UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas
sebagaimana pula yang diamanatkan UU No. 22/2001 menempatkan Pertamina sama dengan
perusahaan minyak lainnya. Dalam Perseroan terbatas maka pengusahaan penting dari sektor
ekonominya sebatas pada pencarian keuntungan semata tanpa memperhatikan kesejahteraan
rakyat saja. Berbeda dengan rezim UU No. 8/1971 yang memposisikan Pertamina juga selain
menjadi operator juga menjadi regulator dalam pengelolaan minyak dan gas bumi

37 Penegasan Republik Indonesia sebagai welfare state terdapat dalam penjelasan Pasal 33 UI-JD 1945
'
yaitu: 'Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran dari orang seorang. Selain itu
juga tercantum juga dalam ketetaoan MPR RI No. IV/MPR/78 yang isinya sebagai berikut: "Tujuan
pembangunan nasional adalah pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual dan seterusnya( GBHN 111m 10 dan 37). Lihat Suyitno

Patmosukismo, MIGAS: POLITIK, HUKUM, &INDUSTRI ; Politik Hukum Pengelolaan Industri Migas
Indonesia dengan Kemandirian dan Ketahanan Energi dalam Pembangunan Perekonomian Nasional,
(Jakarta: PT Fika Hati Aneska, 2011), 111m. 45. 50Ibid, 111m. 57.
38 Ibid.
UI,
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH 2014
22
Indonesia. Kondisi itu memudahkan negara dalam membuat system yang memiliki keterkaitan
antara pengoptimalan kekayaan alam dengan kesejahteraan masyarakat.
SKK mendegradasi makna "penguasaan Negara" atas sumber daya migas. Hal ini
disebabkan oleh:
l. Pada saat SKK Migas menandatangani KKS, seketika itu juga Negara terikat terhadap
perjanjian tersebut. Negara kehilangan kebebasannya untuk melakukan regulasi atau
kebijakan yang bertentangan dengan isi KKS.
2. Tidak maksimalnya keuntungan Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan
begitu, maka aspek "penguasaan Negara" dalam pasal 33 ayat UUD 1945 tidak terlaksana
dengan baik oleh SKK Migas.
Kondisi ini sama dengan permasalahan yang timbul dalam judicial review atas UU No.
22/2001. Padahal Mahkamah Konstitusi telah berpendapat negara, sebagai representasi rakyat
dalam penguasaan sumber daya alam harus memiliki keleluasaan membuat aturan yang
membawa manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Mahkamah hubungan
antara negara dengan swasta dalam pengelolaan sumber daya alam tidak dapat dilakukan dengan
hubungan keperdataan, akan tetapi harus merupakan hubungan yang bersifat publik yaitu berupa
pemberian konsesi atau perizinan yang sepenuhnya di bawah kontrol dan kekuasaan negara.
Kontrak keperdataan akan mendegradasi kedaulatan negara atas sumber daya alam, dalam hal ini
Migas. Berdasarkan pertimbangan tersebut, hubungan antara negara dan sumber daya alam
Migas sepanjang dikonstruksi dalam bentuk KKS antara SKK Migas sebagai pihak Pemerintah
atau yang mewakili Pemerintah dengan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang adalah bertentangan dengan prinsip penguasaan negara yang
dimaksud oleh konstitusi. Untuk menghindari hubungan yang demikian, MIQ sebenarnya telah
mengamantkan kepada negara agar dapat membentuk atau menunjuk BUMN yang diberikan
konsensi untuk mengelola Migas di Wilayah hukum Pertambangan Indonesia atau di Wilayah
Kerja, sehingga BUMN tersebut yang melakukan KKS dengan Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap, sehingga hubungannya tidak Iagi antara negara dengan Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap, tetapi antara Badan Usaha dengan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap. Walaupun
telah diamanatkan demikian oleh MK namum konsep yang sama tetap terjadi dalam SKK Migas
sebagaimana yang dijabarkan sebelumnya yang menjadikan keberadaan SKK menjadi kurang
tepat.

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
23

Kesimpulan
Di lihat dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal penting dalam tulisan
ini antara lain:
1. Minyak dan gas bumi (Migas)39 adalah sumber daya energi tak terbarukan (unrenovable).
Migas merupakan kekayaan alam yang sangat straregis Negara. Hal ini dikarenakan
Migas merupakan sumber daya energi yang sangat vital karena menyangkut hajat hidup
orang banyak. Ketersediaan dan harga migas sangat menentukan stabilitas ekonomi,
politik, dan sosial suatu negara. Pentingnya SDA dalam hal ini Migas telah disadari sejak
awal oleh para pendiri bangsa Indonesia. Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 33 ayat
(3) yaitu:
"Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. Sebagai bentuk konstitusionalitas ekonomi dalam Pasal 33 ayat (3), sebagaimana Prof.
Jimly katakan, maka terdapat konsepsi penting yang harus terjaga yaitu "hak penguasaan
negara" terhadap minyak dan gas bumi.

3. Walaupun keberadaan Perpres No. 9/2013 telah sesuai dengan konteks penguasaan
negara atas kekayaan sumber daya dalam bentuk pengaturan, namun jika dikaji lebih
dalam terkait keberadaan SKK Migas yang diamanatkan sebagai pengelola minyak dan
gas bumi di Indonesia maka akan timbul pemikiran kritis. 40
Permasalahan yang paling
besar adalah pengewajantahan hak dikuasai negara dalam fungsi dan tugas SKK Migas.
Dalam pola fungsi kerja, SKK seolah-olah mengulangi kesalahan BP Migas dengan
mendegradasi makna ''penguasaan Negara" atas sumber daya migas. Hal ini disebabkan
oleh:

39 Minyak dan Gas Bumi adalah Minyak Bumi dan Gas Burni, Indonesia (a), Pasal I angka 1.
53 Indonesia(b), Pasal 33 ayat (2) dan (3).

40 Indonesia (i). Pasal 2 ayat (1).

FI.-I (JI,
Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, 2014
24
a. Pada saat SKK Migas menandatangani KKS, seketika itu juga Negara terikat
terhadap perjanjian tersebut. Negara kehilangan kebebasannya untuk melakukan
regulasi atau kebijakan yang bertentangan dengan isi KKS.
b. Tidak maksimalnya keuntungan Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dengan begitu, maka aspek "penguasaan Negara" dalam pasal 33 ayat (3) (JUD
1945 tidak terlaksana dengan baik oleh SKK Migas.

4. Perpres No.9/2013 telah mencoba memenuhi segala unsur dalam konsepsi UUD 1945
terkait pengelolaan minyak dan gas bumi, namun hanya sebatas konsepsi instrument
pengaturan negara saja. Akan tetapi dalam konteks implementasi Perpres 9/2013 masih
mengadopsi banyak pola pengewajantahan hak penguasaan negara yang mirip dengan BP
Migas. Sehingga keberadaan SKK Migas belum cukup memenuhi konsepsi (JUD 1945
Pasal 33 ayat (3) dalam tata kelola minyak dan gas bumi Indonesia.

Saran
Berdasarkan hasil kajian dalam skripsi ini maka penulis membuat beberapa saran, yaitu:
1. Pemerintah harus segera membuat UU yang menggantikan UU No. 22/2001 yang telah
terbukti kurang sempurna sebagai payung hukum tata kelola sector hulu migas Indonesia
2. Konsepsi atas sumber daya alam terutama minyak dan gas yang dikuasai oleh negara
harus benar-benar terewajantahkan dalam peraturan perundang-undangan yang baru
nantinya agar tidak seperti UU No. 22/2001 dan terutama Perpres 9/2013

Daftar Pustaka
Buku dan Jurnal
Adolf, Huala. Aspek-Aspek Negara dalam Ilukum Internasional. Ed. Revisi. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002).
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi Ekonomi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010).

Hatta, Mohammad. Penjabaran Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: Mutiara, 1977).
IBR. Supancana, dkk, Pelaksaan Kerjasama di Bidang Pertambangan (Mineral dan Batubara), (Jakarta: BPHN,
2008)

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
25
Kurniawan, Faizal. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap kekayaan Minyak dan Gas Burni Sebagai Aset Negara
Melalui Instrumen Kontrak. Jurnal PerspektifVoI. XVIII No. 2. 2013.
M.Kholid Syeirazi, Di Bawah Bendera Asing: Liberalisasi Industri Migas di Indonesia, Cet. Pertama, (Jakarta:
Penerbit LP3ES, 2009)
Notonagoro, Politik Hukum dan Pembangunan Agraria, (Jakarta: Bina Aksara, 1984).

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, 2014
26
Patmosukismo, Suyitno. MIGAS: POLITIK, HUKUM, &INDUSTRI ; Politik Hukum Pengelolaan Industri Migas
Indonesia dengan Kemandirian dan Ketahanan Energi dalam Pembangunan Perekonomian Nasional,
(Jakarta: PT Fika Hati Aneska, 2011).
Ranan, Aprae Vico, Upaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Dalam Melakukan Pengawasan Terhadap
Usaha Pertambangan di Kalimantan Tengah, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta (Tesis: Tidak
diterbitkan, 2010)
Sanusi, Bachrawi. Potensi Migas di Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004).
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum NormatifSuatu Tinjauan Singkat, cet. 4, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1995).
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986)
Starke, JG., Introduction to International Law. (London: Butterworth, Ed. 10, 1989)

Wiratno, R., dkk, Ahli-Ahli Pikir Besar tentang Negara dan Ilukum (Jakarta: PT Pembangunan,
1958).
Yamin, Muhammad. Prok amasi dan Konstitusi, (Jakarta: Djembatan, 1954)
Yuwono, Ismatoro Dwi. MAFIA MIGAS vs PERTAMINA: Membongkar Skenario Asing di Indonesia,
(Yogyakarta: Galang Pustaka, 2014)

Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3).
---------------------, Undang-Undang No. 44 Prp Tahun 1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
---------------------, Undang-Undang No. 8 Tahun 1971 Tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Negara. Lembar Negara No. 76 tahun 1971
, Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara No. 136
Tahun 2001.
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1994 Tentang Syarat-syarat dan Pedoman Kerja Sama
Kontrak Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi.
---------------------, Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2002 Tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi.
Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2012 tentang Pengalihan Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gasa Bumi.
- Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Burni.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Keputusan Menteri No. 1088K/20/MEM/2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Pengawasan Pengaturan dan Pengendalian Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi dan Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.
Menferi Energi Sumber Daya Mineral. Surat Keputusan No. 3135/K/08/MPF/2012 Tentang
Pengalihan Tugas, Fungsi, Dan Organisasi Dalam Pelaksanaan Kegiatan Usaha Minyak Hulu.
- Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara No. 002/PUU-I/2003. Berita Negara Republik Indonesia
No. 1 Tahun 2005,
---------------------, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 36/PPtJ-X/2()12, Permohonan Pengujian Undang-Undang No.
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Burni berdasarkan Undang Undang 1945.

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, FH UI, 2014
27

Internet
Arizona, Yance. Konstitusi dalam untaian Neoliberalisme: konstitusionalitas penguasaan negara atas sumber daya
alam dalam putusan mahkamah konstitusi. http://www.elsam.or.id/downloads/1326790321 Yance Arizona -
Konstitusi Dalam Intaian .....pdf.

Fl-l
Assiddiqie, Jimmly. Memperkenalkan Gagasan Konstitusi Ekonomi Indonesia. Hlm. 1.
http://www.jimly.com/makalah/namafile/122/IDE KONSTITUSI EKONOMI.pdf, diakses pada tanggal 25
Mei 2014 pukul 15.00 WIB
Memperkenalkan Gagasan Konstitusi Ekonomi Indonesia.
Hal. 1. http://www.jimly.com/makalah namafile/122/IDE KONSTITUSI EKONOMI.pdf,
diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 15.00 WIB
Faiz, Pan Mohammad, Penafsiran Konsep Penguasaan Negara Berdasarkan Pasal 33 (JUD 1945 dan Putusan
Mahkamah Konstitusi. http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/201 1/04/PENAFSIRAN-KONSEP-
PENGUASAAN-NEGARA.pdfl
Gunarto, Toto. Menggali doktrin dasar ekonomi dalam (JUD 1945, http
://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/08/30/menggal i-doktrin-dasar-ekonom i-dalam-uud- 1945/.
http://prezi.com/kdapizuoglox/pembubaran-bp-migas/, http://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file
storage 1386157387.pdf

Konstitusi ekonomi. http://www.jimlyschool.com/read/program/258/konstitusi-ekonomi.

Migas, SKK. Profil. http://www.skkmigas.go.id/tentang-kami/profil.

News, Viva. Apa Perbedaan BP Migas dengan SICK Migas? http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/382259-


apaperbedaan-bp-m igas-dengan-skk-m igas-.
-. Apa Perbedaan BP Migas dengan SICK Migas? http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/382259-
apaperbedaan-bp-migas-dengan-skk-migas-. diakses pada tanggal 27 Mei 2014 pada pukul 03.00 W1B.

Nugroho, Hanan, Deregulasi Setengah Hati: Tinjauan terhadap restrukturisasi Kebijakan Energi Indonesia.
http://www.bappenas.go.id/files/4413/5080/2313/deregulas i-setengah-hati-tin jauan-terhadaprestrukturisasi-sektor-
energi-indonesia---oleh-hanan-nugroho 20081123135217 13.pdf.
Online, Hukum. BP Migas Kembali Terjungkal. http://www.hukumonline.com/berita/baca/holl
7434/bpmigas-kembali-terjungkal-. diakses pada tanggal 6 Juni 2014 pukul 01.00 W1B.
Membaca Tiga Regulasi Pasca Pembubaran BP Migas.
http ://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50b471 f6c40e5/membaca-tiga-regu las i-pasca-pembubaran-bp-m i
gas.
Pradyana, Gde, Pengelolaan kegiatan hulu migas dari masa ke masa.
http://moneter.co/pengelolaankegiatan-hulu-migas-dari-masa-ke-masa/
Ryan Muhammad, Meninjau Satuan Kerja Khusus Migas dalam Perspektif Hukum.
http://forumkaiianhukumdankonstitusi.blogspot.com/2013/08/meninjau-kedudukan-satuan-kerja-khusus.html
Salim, Agus. Kumpulan artikel. http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4939-pengusahaan-
migasdi-indonesia-dalam-perspektif-kedaulatan-negara•makna-dikuasai-olehnegara.htm print= 1
&page=.
Saragih, Juli Panglima, Menata Ulang Kebijakan Pengelolaan Minyak dan Gas. Diakses
darihttp://berkas.dpr.go.id/pengkaiian/files|buku tim/buku-tim-9.pdf

Universitas Indonesia
Implementasi tugas dan kewenangan Urai Zulhendri, Ul, 2014

Anda mungkin juga menyukai