Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS

Pada tahun 2001-2002, pemerintah memberikan kewenangan berupa Hak Guna Usaha
(HGU) pada sebuah perusahaan atas tanah Batam.Proyek ini melibatkan PT MEG Group
Artha Graha milik Tommy Winata, serta investor dari Singapura dan Malaysia. PT MEG
mendapatkan hak pengelolaan dan pengembangan kawasan tersebut selama 30 tahun
yang dapat diperpanjang hingga 80 tahun.

Kemudian pada Juli 2023, Pemerintah juga menandatangani nota kesepahaman dengan
Xinyi Group dari Cina untuk pembangunan pabrik kaca dan solar panel di pulau
Rempang, sebagai bagian dari konsep Rempang Eco-City dengan nilai proyek sebesar 11,
5 miliar USD.

Proyek yang diperkirakan mampu menarik investasi sebesar Rp 318 triliun dan masuk ke
dalam Program Strategis Nasional ini akan menggusur 16 kampung tua yang berada di
lingkungan proyek.

Permasalahan agraria masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat adat yang
daerahnya menjadi tujuan investasi yang masuk pada Proyek Strategis Nasional. Undang-
undang Pokok Agraria sebagai instrument perlindungan tanah masyarakat belum di
jalankan secara pasti dan masih terdapat tumpang tindih peraturan antara UUPA, Perpu
maupun PP yang dikeluarkan pemerintah untuk melancarkan investasi.

Keberadaan masyarakat adat secara faktual sudah ada sebelum indonesia merdeka,
sayangnya legitimasi atas kepemilikan tanahnya tidak diakui dengan berbagai macam
alasan salah satunya terkait alas hak yang dimiliki. Masyarakat adat adalah kesatuan
masyarakat bersifat teritorial diliat secara geneologis telah mendiami daerah tertentu
secara turun temurun yang memiliki kekayaan sendiri, memiliki warga yang bisa
dibedakan dengan warga masyarakat lain dan dapat bertindak kedalam atau luar sebagai
satu kesatuan hukum yang mandiri.
Negara telah memberikan kepastian hukum kemasyarakat hukum adat lewat Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 18 B ayat (2) yang menyatakan
bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang.

TAMBAHAN UNTUK REFLEKSI

Hukum atas kepemilikan atas tanah di Indonesia secara umumnya diatur pada Undang-
Undang Pokok Agraria yang disahkan pada tahun 1960. Dalam undang-undang tersebut
dijelaskan bahwa negara memiliki hak untuk menguasai sumber daya alam di mana tanah
merupakan salah satunya.

Negara dalam menjalankan haknya untuk menguasai tanah diartikan sebagai kewenangan
absolut untuk mengatur, mengelola, dan melestarikan tanah. Oleh karena itu,
pemanfaatan tanah sebagai sumber daya alam disebutkan dalam UUD sebagai salah satu
instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Hak untuk mengatur dan mengelola inilah yang kemudian dimanifestasikan dalam
kebijakan-kebijakan strategis dalam rangka pemanfaatan tanah. Kepemilikan atas tanah
sebagai upaya untuk memanfaatkannya pun diatur secara komprehensif dalam UUPA di
mana status pengelolaan hak atas tanah dapat berbentuk hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan, dan hak guna pakai.

Selain itu, kebijakan yang secara tertulis dimuat dalam Undang-Undang Pokok Agraria
pada Pasal 9 secara spesifik mengatur tentang larangan atas kepemilikan tanah bagi
warga asing. Pelarangan kepemilikan tanah bagi warga asing dengan status hak milik
diberlakukan sejak UUPA disahkan secara resmi sebagai aturan yang berlaku di
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai