BAHAN KULIAH
UU MINERAL DAN BATUBARA
Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) UUD 1945, negara
diberikan kewenangan oleh UUD 1945 untuk
menguasai sumber daya alam dalam rangka sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Hak penguasaan negara
berisi wewenang untuk melakukan keijakan (beleid),
mengatur (regelendaad), mengurus (bestuursdaad),
dan mengawasi (toezichthoudensdaad), pengelolaan
(beheersdaad) pengusahaan pertambangan serta berisi
kewajiban untuk mempergunakannya sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat.
UU MINERAL DAN BATUBARA
Berdasarkan penafsiran putusan Mahkamah
Konstitusi (2008) konsep penguasaan negara
berasal dari kedaulatan rakyat. Jadi
penguasaan bukan dalam pengertian
memiliki secara absolut, tetapi hanya
menjalankan kewenangan untuk membuat
kebijakan dan tindakan pengurusan,
pengaturan, pengelolaan dan pengawasan,
yang kesemuanya ditujukan untuk
kemakmuran rakyat.
UU MINERAL DAN BATUBARA
Mengingat mineral dan batubara sebagai
kekayaan alam yang terkandung di dalam
bumi merupakan sumber daya alam yang tak
terbarukan, pengelolaannya perlu dilakukan
seoptimal mungkin, efisien, transparan,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
serta berkeadilan agar memperoleh manfaat
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
secara berkelanjutan.
UU MINERAL DAN BATUBARA
Politik hukum dimaksudkan sebagai kebijakan
dasar penyelenggara negara dalam bidang
hukum yang akan, sedang, dan telah berlaku,
yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat untuk mencapai tujuan negara
yang dicita-citakan
UU MINERAL DAN BATUBARA
Politik hukum dalam konteks tata kelola pertambangan
mineral dan batubara, mengandung dua sisi yang
terintegrasi, yakni:
(1) sebagai arahan pembuatan hukum atau kebijakan
lembaga-lembaga negara dalam pembuatan hukum tentang
tata kelola pertambangan mineral dan batubara, dan
(2) sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi
apakah sebuah produk hukum tentang tatakelola
pertambangan mineral dan batu bara yang dibuat, sudah
sesuai atau tidak dengan kebijakan untuk mencapai tujuan
negara.
Perkembangan hukum pertambangan
Indonesia itu sendiri bisa terlihat sejak zaman
penjajahan Belanda, era reformasi, dan hingga
saat ini.
Beberapa perubahan telah terjadi;
Indische Mijn ordonatie 1899 (Staatblad 1899-
214). Tujuan utama diaturnya Indische Mijnwet
adalah pemerintah Belanda pada waktu itu
memberikan hak-hak
SEJARAH
Hukum pertambangan yang berlaku pada
pemerintahan era orde baru adalah Undang-
Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertambangan. Dalam rangka
mempercepat pembangunan ekonomi nasional
dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 maka pertambangan dikelolah sedemikian
rupa agar menjadi kekuasaan ekonomi nilai untuk
masa kini danakandatang.
SEJARAH
Dengan adanya tuntutan reformasi disegala
bidang termasuk bidang pertambangan maka
terjadi perubahan paradigma dari sentralistik
ke otonomi daerah yang seluas-luasnya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
SEJARAH
Lahirlah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang ini hadir untuk menghadapi
tantangan lingkungan strategis dan pengaruh
globalisasi yang mendorong demokratisasi, otonomi
daerah, hak asasi manusia, lingkungan hidup,
perkembangan teknologi. UU ini kemudian diganti
dengan UU No 3 Tahun 2020 tentang Perubahan
UU No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara.
UU MINERAL DAN BATUBARA
Maryati Abdulla, dalam Diskusi Publik Revisi
UU Minerba di Balai Kartini, Senin (20/01/2020)
terdapat 7 agenda prioritas tata kelola
pertambangan di Indonesia:
Pertama, harus diprioritaskan pembenahan
sistem perizinan dan tata guna lahan. Proses
pemberian izin-izin harus berkonsultasi dan
melibatkan masyarakat setempat, pemda dan
UU MINERAL DAN BATUBARA
pemangku kepentingan terkait. Selain itu,
perlu dilakukan proses uji tuntas (due
diligence) yang ketat.
Kedua, tata kelola produksi dan
perdagangan komoditas. Salah satu yang
perlu digarisbawahi adalah pengendalian
produksi dan ekspor. Penghitungan Domestic
Market
UU MINERAL DAN BATUBARA
Obligation (DMO) harus sesuai dengan
kebutuhan industri hilir dalam negeri Tidak
hanya itu, diperlukan juga strategi
peningkatan nilai tambah komoditas tambang
dalam negeri.
Ketiga, pembenahan sistem pajak/
penerimaan negara dan aspek keuangan
investasi.
UU MINERAL DAN BATUBARA
Transparansi sangat dibutuhkan publik
terhadap pemerintah. Oleh karena itu,
pemerintah dapat memberikan ruang bagi
publik untuk mengetahui transparansi
penerimaan daerah dari sektor mineral dan
batubara.
UU MINERAL DAN BATUBARA
Keempat, pengembangan wilayah dan
efektivitas pelaksanaan dan desentralisasi.
Hal ini dapat dicapai melalui koordinasi dan
keterlibatan pemangku kepentingan daerah
termasuk sinkronisasi dengan rencana
kebijakan yang akan dibuat.
UU MINERAL DAN BATUBARA
Kelima, pengawasan standar good mining
practice (GMP) dan penanganan dampak
sosial lingkungan. Dilakukan dengan cara
pencegahan dan penanganan dampak
pertambangan dan perubahaan iklim,
termasuk sinkronisasi dengan kebijakan energi
nasional.
UU MINERAL DAN BATUBARA
Keenam, peningkatan nilai tambah dan
pengembangan industri hilir. Produk akan memiliki
nilai tambah jika dilakukan proses hilirisasi dalam
negeri. Maka diperlukan adanya konsistensi regulasi
dan pengawasan regulasi, termasuk
penciptaan environment bagi pengembangan
industri hilir. Kemudian yang terakhir,
Ketujuh adalah penegakan hukum dan
pemberantasan korupsi
UU MINERAL DAN BATUBARA
BERKAITAN DENGAN AMANAT KONSTITUSI
DAN TERKAIT DENGAN TUJUAN TATA KELOLA
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
MAKA SUSUNAN KERANGKA HUKUM
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
SBB:
UU MINERAL DAN BATUBARA
(a) Hierarki kerangka hukum mineral dan
batubara,
(b) Pembatasan ekspor dan peningkatan nilai
tambah,
(c) Pengutamaan Kepentingan Dalam Negeri
Minerba, reklamasi dan pasca tambang, dan
kewenangan pemerintah daerah.
Hukum Pertambangan dan Wawasan
Lingkungan
Hukum pertambangan mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan hukum lingkungan karena setiap
usaha pertambangan khususnya pertambangan
mineral dan batubara diwajibkan untuk memelihara
kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin agar
supaya kelestarian fungsi lingkungan hidup dapat
terjaga untuk kepentingan generasi mendatang
(Pasal 1 angka 5 UU No.4 Tahun 2009).
Hukum Pertambangan dan Wawasan
Lingkungan
Menurut Meinhard Schroder, Pembangunan
berkelanjutan tidak sekedar kepentingan
perlindungan lingkungan, tetapi juga bagaimana
menyusun kebijakan lingkungan sebaik mungkin
sebagai bagian integral dalam proses pembangunan
nasional, haruslah berwawasan lingkungan dan
menjadi bagian integral dalam berbagai kebijakan
pembangunan nasional. Artinya, apapun kebijakan
pembangunan yang diambil, harus tetap
berorientasi pada perlindungan lingkungan hidup.
Hukum Pertambangan dan Wawasan
Lingkungan
PERTAMBANGAN
ADALAH SEBAGIAN ATAU SELURUH TAHAPAN
KEGIATAN DALAM RANGKA PENGOLAHAN DAN
PENGUSAHAAN MINERAL ATAU BATUBARA YANG
MELIPUTI PENYELIDIKAN UMUM, EKSPLORASI,
STUDI KELAYAKAN, KONSTRUKSI, PENAMBANGAN,
PENGOLAHAN DAN/ PEMURNIAN ATAU
PENGEMBANGAN DAN /ATAU PEMANFAATAN,
PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN SERTA
KEGIATAN PASCATAMBANG.
BEBERAPA PENGERTIAN
MINERAL :
ADALAH SENYAWA ANORGANIK YANG TERBENTUK
DI ALAM, YANG MEMILIKI SIFAT FISIK DAN KIMIA
TERTENTU SERTA SUSUNAN KRISTAL TERATUR
ATAU GABUNGANNYA YANG MEMBENTUK
BATUAN, BAIK DALAM BENTUK LEPAS ATAU PADU
PERTAMBANGAN MINERAL
ADALAH PERTAMBANGAN KUMPULAN MINERAL
YANG BERUPA BIJIH ATAU BATUAN, DI LUAR
PANAS BUMI, MINYAK DAN GAS BUMI SERTA AIR
TANAH.
BEBERAPA PENGERTIAN
BATUBARA :
ADALAH ENDAPAN SENYAWA ORGANIK
KARBONAN YANG TERBENTUK SECARA ALAMIAH
DARI SISA TUMBUH-TUMBUHAN
PERTAMBANGAN BATUBARA
ADALAH PERTAMBANGAN ENDAPAN KARBON
YANG TERDAPAT DI DALAM BUMI, TERMASUK
BITUMEN PADAT, GAMBUT DAN BATUAN ASPAL.
PERIZINAN
PENYELIDIKAN UMUM
ADALAH TAHAPAN KEGIATAN PERTAMBANGAN
UNTUK MENGETAHUI KONDISI GEOLOGI DAN
INDIKASI ADANYA MINERALISASI.
EKSPLORASI
ADALAH TAHAPAN KEGIATAN USAHA
PERTAMBANGAN UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI
SECARA TERPERINCI DAN TELITI TENTANG LOKASI,
BENTUK, DIMENSI, SEBARAN, KUALITAS DAN
SUMBER DAYA TERUKUR DARI BAHAN GALIAN, SERTA
INFORMASI MENGENAI LINGKUNGAN SOSIAL DAN
LINGKUNGAN HIDUP.
UU MINERAL DAN BATUBARA