PERENCANAAN RUANG
Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Politik Hukum,
Disusun Oleh:
110620170013
Kelas: A
Dosen Pengajar:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Kesimpulan ................................................................................................. 20
B. Rekomendasi ............................................................................................... 21
1
A. Latar Belakang
negara dituntut untuk berperan lebih jauh dalam melakukan campur tangan terhadap aspek
Adanya campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut bukan berarti bahwa
masyarakat Indonesia berpangku tangan, tanpa peran dan partisipasi sama sekali. Pemerintah
sebagai pemegang otoritas kebijakan publik yang harus memainkan peranan yang penting
untuk memotivasi seluruh kegiatan dan partisipasi masyarakat, dengan melalui berbagai
Indonesia sebagai sebuah negara yang berekembang tentunya mengalami suatu proses
perubahan yang sangat penting. Pemerintah tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapainya,
yang mana tidak berbeda dengan organisasi pada umumnya terutama dalam hal kegiatan yang
akan diimplementasikan dalam rangka mencapai tujuan, yakni dituangkan dalam bentuk
rencana-rencana. Wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari wilayah nasional yang
sebgaai satu kesatuan wilayah provinsi dan wilayah kabupaten atau kota yang masing-masing
terdiri dari sub-sistem ruang menurut batasan administrasi. Sub-sistem tersebut terdapat
sumber daya manusia dengan berbagai macam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam
dengan sumber daya buatan, yang mana tingkatan pemanfaatan ruang yang berbeda-beda.
1
I. Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Bandung: Alumni, 1985, hlm. 63.
Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: UII-Press, 2003, hlm. 142.
seluruh masyarakatnya. 3
Dalam pembangunan di Indonesia, khususnya dalam wilayah perkotaan harus mempunyai suatu
perencanaan atau konsep tata ruang atau yang sering dikenal dengan istilah master plan.
Konsep tersebut digunakan sebagai arahan dan pedoman dalam melaksanakan pembangunan,
sehingga apabila kemudian hari terjaid permasaahan setidaknya dapat diminimalisir. Akan
tetapi, konsep tersebut dimana tata ruang sebagai pedoman dan pembangunan sebagai besar
masih belum memjnjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan dan arahan yang ditetapkan.
Sehingga memunculkan kesan bahwa rencana tersebut hasilnya sama saja. Dalam tata ruang
sering terjadi permasalahan baik secara makro ataupun mikro. Yang mana pada kenyatannya
kebutuhan penduduk yang semakin memingkat. Oleh karena itu, teknologi yang terus maju
menjadi diarahkan sebagai penyediaan sarana dalam memenuhi kebutuhan manusia yang terus
meningkat. Akan tetapi muncul maslaah dimana lahan yang semkain terbatas. Permasalah ini
menjadi permasalah hukum yang sangat mendasar, terkait dalam pengembangan hukum tata
didalamnya
dalam Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air, dan ruang
Indonesia.
Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Bandung: Alumni, 1983, hlm. 10.
M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan, dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indoensia,
tentunya tidak dapat dilepaskan dari instrument hukum tata ruang. Kebutuhan
ruang pada kenyataanya terus meningkat dan terkadang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang. Padahal dalam skala nasional maupun skala provinsi,
kabupaten/kota telah dibuat dan disusun Rencana Tata Ruang Wilayah
berdasarkan struktur dan fungsi ruang. Yang mana seharusnya struktur dan
Agraria.
Salah satu bentuk pemanfaatan yang terkait tata ruang yaitu pemanfaatan daratan yang
berupa penggunaan lahan pertanahan untuk pembangunan masyarakat. Tata guna lahan
pertanhan terdiri dari tata guna sebagai suatu keadaan mengenai penggunaan tanah dan tata
Berbicara mengenai tata ruang, terdapat acuan secara nasional yang dapat
(untuk selanjutnya disebut UUPR). Adapun pembagian atas rencana umum tata
ruang yang terbagi menjadi rencana tata ruang wilayah nasional; rencana tata
ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana
menganggap suatu lingkungan harus dikuasai dan dimanfaatkan. Hal ini tidak
Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah dalam Konteks UUPA-UUPR-
UUPLH,
sesuai dengan fungsi lingkungan. Oleh karena itu, konsep penataan ruang harus
ruang di suatu wilayah. Yang mana mempunyai peranan yang penting dalam
fungsi
tempat tinggal, fungsi tempat pekerjaan, fungsi lalu lintas (transportasi), fungsi
rekreasi
negara Indonesia. Meskipun telah terdapat aturan yang mengatur mengenai tata
ruang, pada kenyataannya banyak masalah yang masih timbul. Hal ini
B. Identifikasi masalah :
Berdasarkan uraian latar beakang yang telah dipaparkan diatas, maka terdapat
Raharjo Adisasmita, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006,
hlm.
170.
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum
“Ruang adalah wadah yang meliputi raung darat, ruang laut dan ruang
memiliki arti yang luas, yang mencakup tiga dimensi, yakni: darat, laut dan udara
Penataan Ruang (PR) juga menjangkau ketiga dimensi itu secara vertikal
dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi manusia
dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas hidup yang
layak.
manusia, juga sebagai sumber daya alam yang merupakan salah satu karunia
Tuhan kepada bangsa Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa ruang wilayah
A.M. Yunus Wahid,“Pengantar Hukum Tata Ruang”, Jakarta: Kencana, 2014, hlm. 2.
D.A. Tisnaamidjaja, dalam Asep Warlan Yusuf, Pranata Pembangunan, Bandung: Universitas
yaitu diantaranya:
permukaan laut dimulai dari sisi laut dari sisi garis laut terendah
- Ruang udara adalah ruang yang terletak diatas ruang daratan dan atau
ruang lautan sekitar wilayah negara dan melekat pada bumi, dimana
Menurut Pasal 1 butir 2 UUPR, dikatakan bahwa tata ruang adalah wujud
struktur ruang dan pola ruang. Supaya Tata Ruang tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik maka diperlukan cara untuk dilakukan Penataan Ruang. Hal ini
diperjelas dalam Pasal 1 butir 5 UUPR bahwa penataan ruang adalah suatu
ruang.
menyatakan bahwa:
lingkungan buatan;
7
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
manusia; dan
ruang yang tegas dan konsisten untuk menjamin agar pemanfaatan ruang atau
lahan dapat tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Terkait
2. Peraturan Zonasi
pemanfaatan ruang.
3. Mekanisme Insentif-Disinsentif
10
Saat ini, suatu rencana tidak dapat dihilangkan dalam hukum administrasi,
misalnya dalam hal pengaturan mengenai tata ruang. Menurut Saul M. Katz,
terdapat alasan atau dasar dari diadakannya suatu perencanaan yaitu diantaranya:
memilih urutan yang dilihat dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran
terbaik.
e. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau
11
10
Sitnala Arsyad dan Ernan Rustiadi, Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan.Jakarta: Yayasan
11
Asep Warlan Yusuf, Pranata Pembangunan, Bandung: Universitas Parahyangan, 1997, hlm.34.
9
Lalu apa yang menjadi kaitannya antara hukum tata ruang dengan politik
sangatlah erat. Politik hukum memiliki tempat yang utama dalam hal berbicara
maupun daerah. Dan untuk memahami politik hukum, yang dimaksud politik
tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan
12
Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat dikatakan politik merupakan suatu tujuan yang hendak dicapai
mencapai tujuan itu sendiri. Disamping politik biasanya ada hukum yang
mana seseorang mengartikan sebuah hukum tersebut. Hukum tidak sama halnya
dengan politik yang dapat di definisikan dengan mudah karena hukum banyak
tidak terlalu banyak, mudah dipahami, pokoknya pendek, singkat dan jelas.
Hukum tidak mungkin dapat dituangkan hanya kedalam beberapa kalimat saja.
Oleh karena itu, apabila terdapat seseorang yang awam yang mencoba
Akan tetapi bagi mereka yang mempelajari hukum, maka suatu pengertian
12
Bintan Regen Saragih, “Politik Hukum”, Bandung: CV. Utomo, 2006, hlm. 6.
10
tentang hukum sebagai pangkal awal sangat diperlukan. Pengertian serupa itu
menurut hemat kami, sangat diperlukan bagi golongan itu agar mereka tidak
kebingungan dengan apa yang dinamakan hukum, justru pada permulaan mereka
mempelajari hukum”.
13
akan tetapi dirasa harus diberikan pengertian mengenai hukum itu sendiri.
Mochtar Kusumaatmadja memberikan pengertian tentang hukum yaitu hukum
14
diatas maka dapat kita simpulkan bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat
suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-
tujuan dari sistem itu yang mana dalam penerapan kebijakan di sini di buat alat
yang mengikat bagi masyarakat negara itu sendiri, alat tersebut adalah hukum.
disini adalah hukum positif, yaitu hukum yang berlaku pada waktu sekarang di
Indonesia, merupakan hukum yang dibuat atau ditetapkan oleh negara melalui
lembaga atau pejabat negara yang diberi wewenang untuk menetapkannya. Yang
mana kebijakan yang ditempuh oleh negara melalui lembaganya atau pejabatnya
untuk menentukan (menetapkan) hukum mana yang perlu diganti, perlu dirubah,
perlu dipertahankan, perlu di keluarkan dan atau hukum yang perlu diatur untuk
13
Lili Rasjidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Bandung: Remadja Karya, 1984, hlm. 3
14
I Made Arya Utama, Hukum Lingkungan, Sistem Hukum Perjanjian Berwawasan Lingkungan
11
baik dan tertib sehingga tujuan negara dapat terwujud secara bertahap dan
dengan bidang atau masalah yang hendak diatur dengan undang-undang. Yang
15
Sehingga dapat dikatakan bahwa politik hukum dalam hal penataan ruang
sehingga supaya terlaksananya tertib tata ruang di sini, harus adanya penerapan
15
12
16
nasional, yaitu:
17
kurun waktu tertentu dapat dilihat pada GBHN dan/atau RPJPN dan
didasarkan pada Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, yang mengatakan bahwa bumi dan
air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 (UUPA), sesuai dengan Pasal 33 ayat
16
17
13
3 UUD 1945, tentang pengertian hak menguasai dari negara terhadap konsep tata
angkasa.
UUPR menetapkan mengenai siapa yang berhak untuk mengatur Rencana Tata
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang disingkat
18
18
14
-Pokok Agraria
Pemukiman
Penataan Ruang
19
Hal
19
2002,
hlm.104.
15
tersebut berarti hukum yang dibuat haruslah sesuai dengan cita-cita keadilan
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang sebagaimana sebagai perubahan dari
yaitu :
daerah.
berkelanjutan.
16
baru.
kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
setiap orang.
berada dianatara dua benua dan dua samudera sangat strategis, baik
17
hidup.
c. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta yang
keterpaduan antar daerah, antara pusat dan daerah, antar sektor dan
18
satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain
diharapkan :
tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang
sebagai dasar peraturan penataan ruang selama ini, pada dasarnya telah
19
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
lokasi serta berhubungan fungsonalnya yang serasi dan seimbang dalam rangka
yang optimal dan efisien bagi peningkatan kualitas manusia dan kualitas
rencana yang telah diatur untuk dijadikan sebagai patokan mencapai tujuan itu
sendiri. politik hukum dalam hal penataan ruang mempunyai keterkaitan dalam
terlaksananya tertib tata ruang di sini, harus adanya penerapan politik hukum
21
Pemukiman
Konsolidasi Tanah.
B. Rekomendasi
- Harus adanya kejelasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang baik
logika sektoral
- Penataan ruang harus memberkan efek bagi keseimbangan dan
keadilan di masyarakat
22
DAFTAR PUSTAKA
A . Sumber Buku
A.M. Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang, Jakarta: Kencana, 2014
Parahyangan, 1997
Pustaka Sutra
Lili Rasjidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Bandung: Remadja Karya,
1984
23
1983
B. Sumber Perundang-Undangan
Ruang