Anda di halaman 1dari 19

HUKUM ADMINISTRASI PERENCANAAN

“SISTEM HUKUM PERENCANAAN DI INDONESIA”

Disusun Oleh :

Adi Putra T F 231 18 112


Andi Salsyabillah Athiyyah F 231 18 064
Geon Karunia Tobigo F 231 18 113
Moh Arief Labanu F 231 18 164
Syahrul Syafar F 231 18 131
Muh.Rizky Faturrahman F 231 17 120
Sagita Devi F 231 17 113

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH & KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang mana telah  memberikan kami
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat   menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa shalawat beriring salam kami  sanjungkan atas nabi besar kita Muhammad
s.a.w.

Rasa hormat juga ingin kami sampaikan kepada dosen yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Perencanaa Pembangunan Tata Ruang ”.  Adapun  makalah  yang  saya   susun  ini,
saya sangat berharap kritik dan saran dari pembaca  untuk  perbaikan  makalah ini
agar bisa menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah................................................................................................6
1.3 Tujuan..................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................7
2.1 Subyek dan Dasar Hukum Perencanaan di Indonesia.........................................7
2.2 Dasar Dibentuknya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.........................................................................................................................9
2.3 Peran Hukum Dalam Perencanaan Wilayah dan Kota......................................10
2.4 Aturan hukum dalam perencanaan pembangunan diKota Palu.........................12
2.5 Sistem Hukum perencanaan khususnya Sulawesi Tengah................................14
BAB III........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, Pemerintah dituntut untuk mampu
menyediakan berbagai kebutuhan dan sarana-sarana yang dibutuhkan.
Sebagaimana halnya di Indonesia, negara dituntut untuk berperan lebih jauh
dalam melakukan campur tangan terhadap aspek pemenuhan kebutuhan
masyarakat dalam jangka mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Adanya campur
tangan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut bukan berarti bahwa masyarakat
Indonesia berpangku tangan, tanpa peran dan partisipasi sama sekali. Pemerintah
sebagai pemegang otoritas kebijakan publik yang harus memainkan peranan yang
penting untuk memotivasi seluruh kegiatan dan partisipasi masyarakat, dengan
melalui berbagai penyediaan fasilitas agar berkembangnya kegiatan
perekonomian sebagai lahan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya
sendiri.Indonesia sebagai sebuah negara yang berkembang tentunya mengalami
suatu proses perubahan yang sangat penting. Pemerintah tentunya memiliki tujuan
yang hendak dicapainya, yang mana tidak berbeda dengan organisasi pada
umumnya terutama dalam hal kegiatan yang akan diimplementasikan dalam
rangka mencapai tujuan, yakni dituangkan dalam bentuk rencanarencana.2
Wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari wilayah nasional yang sebgaai
satu kesatuan wilayah provinsi dan wilayah kabupaten atau kota yang masing-
masing terdiri dari sub-sistem ruang menurut batasan administrasi. Sub-sistem
tersebut terdapat sumber daya manusia dengan berbagai macam kegiatan
pemanfaatan sumber daya alam dengan sumber daya buatan, yang mana tingkatan
pemanfaatan ruang yang berbeda-beda.Sebagai suatu negara hukum modern yang
dianggap mempunyai kewajiban yang lebih luas, negara modern harus
mengutamakan kepentingan seluruh masyarakatnya.
Dalam pembangunan di Indonesia, khususnya dalam wilayah perkotaan harus
mempunyai suatu perencanaan atau konsep tata ruang atau yang sering dikenal
dengan istilah master plan. Konsep tersebut digunakan sebagai arahan dan
pedoman dalam melaksanakan pembangunan, sehingga apabila kemudian hari
terjaid permasaahan setidaknya dapat diminimalisir. Akan tetapi, konsep tersebut
dimana tata ruang sebagai pedoman dan atah pembangunan sebagai besar masih
belum memjnjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan dan arahan yang ditetapkan.
Sehingga memunculkan kesan bahwa rencana tersebut hasilnya sama saja.
Dalam tata ruang sering terjadi permasalahan baik secara makro ataupun
mikro. Yang mana pada kenyatannya kebutuhan penduduk yang semakin
memingkat. Oleh karena itu, teknologi yang terus maju menjadi diarahkan
sebagai penyediaan sarana dalam memenuhi kebutuhan manusia yang terus
meningkat. Akan tetapi muncul maslaah dimana lahan yang semkain terbatas.
Permasalah ini menjadi permasalah hukum yang sangat mendasar, terkait dalam
pengembangan hukum tata ruang di Indoensia secara konstitusional dapat dilihat
melalui pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) yang didalamnya memuai mengenai tujuan
negara. Pada prinsipnya dirumusakan secara konkret dalam Pasal 33 UUD 1945
yang menyatakan bahwa bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia. Pada hakikatnya, suatu
pembangunan tentunya memiliki suatu maksud dan tujuan tertentu. Mengenai
kebijakan pembangunan yang berkelanjutan
tentunya tidak dapat dilepaskan dari instrument hukum tata ruang. Kebutuhan
ruang pada kenyataanya terus meningkat dan terkadang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang. Padahal dalam skala nasional maupun skala provinsi,
kabupaten/kota telah dibuat dan disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Dengan melalui RTRW penggunaan tata ruang telah dikelompokkan berdasarkan
struktur dan fungsi ruang. Yang mana seharusnya struktur dan fungsi inilah yang
menjadi dasar dalam penggunaan suatu ruang. Pemanfaatan atas tanah yang
terkandung dalam Pasal 33 UUD 1945, tidak memberikan kewenang untuk untuk
menguasai secara fisik dan menggunakannya seperti hak atas tanah karena
sifatnya hanya sebatas kewenangn publik sebagaimana dirumuskan dalam
Undang-Undang Pokok Agraria.5 Salah satu bentuk pemanfaatan yang terkait tata
ruang yaitu pemanfaatan daratan yang berupa penggunaan lahan pertanahan untuk
pembangunan masyarakat. Tata guna lahan pertanhan terdiri dari tata guna
sebagai suatu keadaan mengenai penggunaan tanah dan tata guna tanah sebagai
suatu rangkaian kegiatan.
Berbicara mengenai tata ruang, terdapat acuan secara nasional yang dapat
dilihat pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(untuk selanjutnya disebut UUPR). Adapun pembagian atas rencana umum tata
ruang yang terbagi menjadi rencana tata ruang wilayah nasional; rencana tata
ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana
tata ruang wilayah kota. Dalam pelaksaananya dimaksudkan sesuai dengan
tingkatan wilayah daerah dan fungsi ruang tersebut.
Pada kenyataannya, pembangunan di Indonesia saat ini dilakukan secara tidak
teratur baik dalam cakupan nasional maupun kabupaten/kota. Masyarakat
menganggap suatu lingkungan harus dikuasai dan dimanfaatkan. Hal ini tidak
sesuai dengan fungsi lingkungan. Oleh karena itu, konsep penataan ruang harus
berusaha menjamin adanya kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan yang
menjadi dasar upaya pengelolaan dan pemanfaatan serta pemeliharaan ruang di
suatu wilayah. Yang mana mempunyai peranan yang penting dalam
pembangunan, suatu wilayah memiliki fungi yang penting dalam kehidupan.
Menurut Raharjo Adisasmita, adapun fungsi wilayah yaitu diantaranya:7 fungsi
tempat tinggal, fungsi tempat pekerjaan, fungsi lalu lintas (transportasi), fungsi
rekreasi
Dalam tata ruang, sering kali menimbulkan suatu permasalahan bagi negara
Indonesia. Meskipun telah terdapat aturan yang mengatur mengenai tata ruang,
pada kenyataannya banyak masalah yang masih timbul. Hal ini ditegaskan dalam
penulisan karya ilmiah mengenai ketentuan kebijakan tata ruang.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana subjek dan sistem dasar hukum perencanaan diindonesia,
2. Apa yang menjadi dasar dibentuknya Undang-Undang Nomor Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang?
3. Bagaimana Peran hukum dalam perencanaan wilayah kota ?
4. Bagaimana aturan hukum dalam perencanaan pembangunan diKota Palu?
5. Bagaimana sistem hukum perencanaan Khususnya Sulawesi Tengah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui subjek dan sistem dasar hukum perencanaan diindonesia
2. Mengetahui Apa yang menjadi dasar dibentuknya Undang-Undang Nomor
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang?
3. Mengetahui Peran Hukum dalam Perencanaan wilayah kota
4. Mengetahui Aturan hukum dalam perencanaan Pembangunan Di Kota Palu
5. Mengetahui Sistem Hukum perencanaan khususnya Sulawesi Tengah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Subyek dan Dasar Hukum Perencanaan di Indonesia


Oleh karena pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha yang
berkesinambungan, terpadu dan terus menerus, maka terhadap hal-hal yang kaitannya
dengan eksekutif dijabarkan melalui Keputusan Presiden, sedangkan yang bersifat
legislative diatur lebih lanjut dalam undang-undang. Atas dasar itu, maka dasar
hukum perencanaan ini dapat di golongkan kepada:[7]
1.        Di Tingkat Pusat, antara lain:
a.    Undang-Undang Dasar 1945
b.    Undang-Undang pokok sektoral
c.    Keputusan Peresiden tentang pembentukan Departemen dan Lembaga Non-
Departemen
d.    Kepres N0. 23 Tahun 1983
e.    Kepres tentang Pembentukan BAPENAS
2.        Daerah Tingkat I dan II, antara lain:
a.    Undang-Undang No. 5 Tahun 1974
b.    Undang-Undang No. 5 Tahun 1979
c.    Keputusan Presiden
d.    Peraturan Menteri
e.    Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri
f.      Instruksi
g.    Surat Edaran Menteri
h.    Peraturan Daerah Tingkat I
i.      Peraturan Daerah Tingkat II
j.      Keputusan Gubernur/Walikotamadya/Kepala Daerah Tingkat II
Dasar hukum perencanaan selain memberikan landasan normative bagi fungsi
Administrasi Negara yang sudah ada maupun pembentukan lembaga tertentu yang
secara fungsional melakukan perencanaan.
Dalam penyelenggaraan tata ruang, rencana tata ruang yang berkualitas
merupakan prasyarat agar terselenggaranya penataan ruang. Akan tetapi, rencana tata
ruang tersebut harus diimbangi dengan pengendalian pemanfaatan ruang yang tegas
dan konsisten untuk menjamin agar pemanfaatan ruang atau lahan dapat tetap sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Terkait pengendalian, terdapat 3
perangkat utama yang harus disiapkan, yakni:
1. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Fungsi dari RDTR adalah sebagai dokumen operasionalisasi rencana tata
ruang wilayah. Penyediaan RDTR dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa
prinsip dasar. Pertama, rencana detail tata ruang harus langsung dapat diterapkan,
sehingga kedalam rencana dan skala petanya benar-benar memadai. Kedua, rencana
detail tata ruang harus memiliki kekuatan hukum yang mengikat untuk itu harus
diamanatkan dalam Peraturan Daerah dan secara tegas dinyatakan sebagai bagian tak
terpisahkan dari rencana tata ruang wilayah.
2. Peraturan Zonasi
Peraturan zonasi merupakan dokumen turunan dari RDTR yang berisi
ketentuan yang harus diterapkan pada setiap zona peruntukan. Peraturan zonasi
tersebut bersama dengan RDTR menjadi bagian ketentuan perizinan pemanfaatan
ruang yang harus dipatuhi oleh pemanfaatan ruang.
3. Mekanisme Insentif-Disinsentif
Pemberian Insentif kepada pemanfaatan ruang dimaksudkan untuk mendorong
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Sebaliknya, penerapan
perangkat disinsentif dimaksudkan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang
menyimpang dari ketentuan rencana tata ruang.
Saat ini, suatu rencana tidak dapat dihilangkan dalam hukum administrasi,
dimana rencana dapat dijumpai dalam berbagai bidang kegiatan pemerintah, misalnya
dalam hal pengaturan mengenai tata ruang. Menurut Saul M. Katz, terdapat alasan
atau dasar dari diadakannya suatu perencanaan yaitu diantaranya:
a. Dengan adanya suatu perencanaan diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatankegiatan yang ditujukan kepada
pencapaian suatu perkiraan.
b. Dengan perencanaan diharapkan agar terdapat suatu perkiraan terhadap hal-hal
dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan tidak hanya dilakukan
mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan, tetapi juga mengenai
hambatan-hambatan dan resikoresiko yang mungkin dihadapi, dengan perencanaan
mengusahakan agar ketidakpastian dapat diatasi sedikit mungkin.
c. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dengan memilih urutan
yang dilihat dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.
d. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang
cara atau kesempatan untuk memilih kombinai terbaik.
e. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan atau evaluasi

2.2 Dasar Dibentuknya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan


Ruang
Upaya pelaksaanan penataan ruang yang bijaksana merupakan kunci dalam
pelaksanaan tata ruang agar pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan tata
ruang pada umumnya bernuansa pemanfaatan sumber daya alam dengan tanpa
merusak lingkungan. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa hukum
haruslah menjadi sarana pembangunan Hal tersebut berarti hukum yang dibuat
haruslah sesuai dengan cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Untuk lebih meningkatkan konsep penataan ruang, maka Pemerintah banyak
mengeluarkan regulasi yang mana salah satunya peraturan perundangundangan yang
mengatur penataan ruang yaitu Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang yang sebagaimana sebagai perubahan dari Undang-Undang Nomor
24 Tahun 1992.
Terdapat beberapa hal mengenai pertimbangan dikeluarkannya UUPR, yaitu :
1. Berdasarkan Konsiderans, menimbang dinyatakan sebagai berikut:
a. Memperhatikan perkembangan situasi dan kondisi, baik nasional maupun
internasional dalam rangka memanfaatkan sumber daya di wilayah Republik
Indonesia diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan
landasan idiil Pancasila.
b. Untuk memperkukuh ketahanan nasional berdasarkan wawasan nusantara dan
sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin
besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, kewenangan
tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaudan antar daerah dan
antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah.
c. Karena keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang
berkembang terhadap pentingnya penataan ruang, diperlukan penyelenggaraan
penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
d. Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan
bencana sehingga diperlukan penaaan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai
upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.
e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sudah tidak sesuai
dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang sehingga perlu diganti dengan undang-
undang penataan ruang yang baru.

2.3 Peran Hukum Dalam Perencanaan Wilayah dan Kota


Perencanaan wilayah dan kota merupakan suatu upaya untuk menciptakan
perkembangan yang teratur di wilayah perkotaan, mengurangi konflik sosial serta
dampak ekonomi yang akan membahayakan kehidupan dan hak milik dalam suatu
wilayah .Dalam perencanaan wilayah dan kota diperlukan suatu peranan hukum
untuk mengatur dan mengikatnya. Hukum yang juga dikenal sebagai peraturan
tercipta karena adanya masyarakat, dimana ada masyarakat disitu pula akan tercipta
suatu hukum.

  Hukum mengatur tingkah laku masyarakat sedemikian rupa, agar dapat


tercipta kehidupan bermasyarakat yang aman, tentram dan adil,maka hukum
mengatur berbagai kegiatan masyarakat, mulai dari kegiatan bersosialisasi, berpolitik,
berusaha, bersaing, dan berkreasi. Sehingga dalam menjalankan tugasnya, hukum
harus memperhatikan ataupun mempertimbangkan aspek-aspek tersebut guna
menciptakan hukum yang memiliki kepastian hukum, adil dan membawa
kemanfaatan bagi seluruh masyarakat. Hukum masih diperlukan sebagai pengendali
pembangunan dalam mengatur kompleksitas permasalahan, perubahan pola investasi
pembangunan, mengatasi masalah sosial yang semakin meningkat. Agar kapasitas
masyarakat semakin membaik maka diperlukan kelompok-kelompok pengontrol
untuk mengatasi segala permasalahan pembangunan yang ada. Hukum diperlukan
dalam pembangunan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang dalam kota. Kegiatan
yang berkaitan dengan pengawasan dan penertiban terhadap pelaksanaan rencana
sebagai kelanjutan dari penyusunan rencana, hal ini difungsikan agar pemanfaatan
ruang dapat sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Adapun sistem
pengendalian pemanfaatan ruang dengan dasar-dasar pengendalian pembangunan :

Regulatory system adalah pemanfaatan ruang yang didasarkan pada kepastian hukum
yang berupa peraturan perundang-undangan  yang berlaku.

Discretionary system adalah pemanfaatan ruang yang proses pengambilan


keputusannya didasarkan pada pertimbangan pejabatlembaga perencanaan yang
berwenang untuk menilai proposal pembangunan yang diajukan.

Zoning regulation adalah pembagian lingkungan kota dalam zona-zona dan


menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang yang berbeda-beda .

Development control/permit system mengatur kegiatan pembangunan yang meliputi


pelaksanaan kegiatan pendirian bangunan, perekayasaan, pertambangan maupun
kegiatan serupa lainnya dan atau mengadakan perubahan penggunaan pada bangunan
atau lahan tertentu

Pemerintah sebagai regulator dalam pembangunan memiliki landasan kewenangan


tehadap pengendalian pembangunan. Berikut ini Landasan Kewenangan Pemerintah
dalam Pengendalian Pembangunan (Jurnal Penataan Ruang Perkotaan yang
Berkelanjutan, Berdaya Saing dan Berotonomi) :

Bundles of rights (hak atas lahan) : Kewenangan untuk mengatur hak atas lahan,
hubungan hukum antara orang/badan dengan lahan, dan perbuatan hukum mengenai
lahan.
Police power (pengaturan) : Kewenangan menerapkan peraturan hukum (pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian pembangunan di atas lahan maupun kegiatan manusia
yang menghuninya) untuk menjamin kesehatan umum, keselamatan, moral, dan
kesejahteraan.

Eminent domain (pencabutan hak atas lahan) : Kewenangan tindakan mengambil alih
atau mencabut hak atas lahan di dalam batas kewenangannya dengan kompensasi
seperlunya dengan alasan untuk kepentingan umum.

Taxation : Kewenangan mengenakan beban atau pungutan yang dilandasi kewajiban


hukum terhadap perorangan/kelompok atau pemilik lahan untuk tujuan kepentingan
umum.

Spending power (Government Expenditure) : Kewenangan membelanjakan dana


publik untuk kepentingan umum (melalui APBN dan atau APBD).

Peran hukum dalam perencanaan merupakan dasar seorang perencana untuk


menyusun suatu rencana pemanfaatan ruang dalam wilayah dan kota,selain itu,
hukum juga dapat digunakan untuk mengendalikan dan mengevaluasi rencana yang
telah disusunnya. Dengan adanya peranan hukum, rencana dapat disusun dengan
terarah sehingga hasilnya sejalan dengan hukum yang berlaku. Rencana pemanfaatan
ruang dalam wilayah dan kota tidak terlepas dari peran serta masyarakat.Dalam
perencanaan wilayah dan kota terdapat suatu produk tata ruang yang dapat
dirumuskan dan dihasilkan dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam
penataan ruangnya. Selanjutnya dalam rangka mendorong peningkatan peran serta
masyarakat secara maksimal dalam kegiatan penataan ruang, maka diperlukan upaya
dan tindakan konkrit dari aparat. Peranan aparatur sangat dominan untuk mengatur
jalannya kegiatan dalam penataan ruang agar kebijakan baru yang nantinya disahkan,
juga ditaati oleh masyarakat karena kebijakan tersebut berasal dari masyarakat sendiri
dan agar mencegah adanya kecurangan dalam pemanfaatan ruang wilayah dan kota.
2.4 Aturan hukum dalam perencanaan pembangunan diKota Palu

Sistem hukum peraturan daerah Kota Palu berdasarkan nomor 16 tahun 2011
tentang rencana tata ruang wilayah kota Palu bahwa untuk mengarahkan pelaksanaan
pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna serta mewujudkan pemanfaatan
ruang yang aman, nyaman, produktif dalam rangka mendukung kegiatan
pembangunan perkotaan, perlu diatur kembali rencana tata ruang wilayah kota Palu
berdasarkan perkembangan keadaan dan Peraturan Perundang-undangan Pasal 5 (1)
Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
a meliputi:

a. pembentukan pusat pelayanan kota yang berhirarki mengikuti bentuk dasar Kota
Palu sebagai kota teluk dengan konsep arsitektur souraja yaitu:

1. penataan kawasan pesisir pantai sebagai beranda depan kota dengan konsep
gandaria 2. penataan kawasan perdagangan, pemerintahan, pendidikan, budaya dan
permukiman sebagai bagian tengah kota dengan konsep tatangana; dan

3. penataan kawasan pertanian, industri, dan pertambangan sebagai bagian belakang


kota dengan konsep poavua.pembangunan sistem jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu guna mendukung wujud
Kota Palu sebagai kota teluk; dan c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
sistem prasarana guna mendukung wujud Kota Palu sebagai kota teluk berwawasan
lingkungan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 17 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun 2000-
2010 sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sehingga perlu pengaturan kembali.
Selain itu dengan adanya tuntutan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun
2007 pada pasal 78 ayat (4) huruf c yang menjelaskan semua peraturan daerah
kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota disusun atau
disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diberlakukan. Sehingga dengan pertimbangan itulah maka perlu disusun peraturan
daerah mengenai RTRW Kota Palu berdasarkan subtansi undang-undang terbaru.
Sesuai dengan amanat pasal 26 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota menjadi pedoman
untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; penyusunan rencana
pembangunan jangka menengah daerah; pemanfaatan ruang dan pengendalian,
pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten ; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
penataan ruang kawasan strategis kabupaten. Kota Palu yang terbentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 tentang Pembentukan Kota madya Daerah
Tingkat II Palu hingga saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah serta akibat aktifitas
perkotaannya, perkembangan Kota Palu berjalan dengan cepat yang berdampak pada
terjadinya tekanantekanan terhadap lingkungan fisik, sehingga dibutuhkan upaya-
upaya untuk mencegah/mengatasi kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan
tehadap kelestarian lingkungan. Baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, Salah
satu upaya yang ditempuh adalah melakukan kegiatan penataan ruang yang
mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan
ruang dalam ruang lingkup wilayah Kota Palu yang perencanaannya dituangkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu yang selanjutnya ditetapkan dengan
peraturan daerah. Bahwa penataan ruang merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak dan oleh karena itu perlu adanya Rencana Tata Ruang Wilayah yang
mengatur semua rencana dan kegiatan pemanfaatannya agar dapat dilakukan secara
optimal dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan, keterpaduan, ketertiban,
kelestarian dan dapat dipertahankan secara terus menerus dan berkelanjutan.
Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan
tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.
Pelanggaran penataan ruang yang dapat dikenai sanksi adminstratif meliputi:

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Palu;

b. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan Izin prinsip, izin lokasi, izin peruntukkan
penggunaan tanah, izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh pejabat berwenang

2.5 Sistem Hukum perencanaan khususnya Sulawesi Tengah

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

NOMOR : 06 TAHUN 2009

TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2005-2025

Menimbang :

a. Bahwa Provinsi Sulawesi Tengah memerlukan perencanaan pembangunan


jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang
akan dilakukan secara bertahap;
b. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (2) UndangUndang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pasal
150 huruf e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, maka RPJPD Provinsi Sulawesi Tengah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2005-2025;
Mengingat :

1. Pasal 8 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I
Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp.
Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi UtaraTengah
dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 7) menjadi UndangUndang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2687);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indoesia Tahun 2008 Nomor
21,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 02 Tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2004 Nomor 2);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SULAWESI
TENGAH &
GUBERNUR SULAWESI TENGAH
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA


PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) PROVINSI
SULAWESI TENGAH TAHUN 2005-2025.

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Provinsi adalah Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur


Penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Tengah.

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, selanjutnya disingkat dengan


RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)
tahun.

5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, selanjutnya disingkat RPJPD


Provinsi adalah Dokumen Perencanaan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah untuk
periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2025.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

subjek dan sistem dasar hukum perencanaan diindonesia, pembangunan merupakan


suatu rangkaian usaha yang berkesinambungan, terpadu dan terus menerus, maka
terhadap hal-hal yang kaitannya dengan eksekutif dijabarkan melalui Keputusan
Presiden, sedangkan yang bersifat legislative diatur lebih lanjut dalam undang-
undang. Peran hukum dalam perencanaan merupakan dasar seorang perencana untuk
menyusun suatu rencana pemanfaatan ruang dalam wilayah dan kota,selain itu,
hukum juga dapat digunakan untuk mengendalikan dan mengevaluasi rencana yang
telah disusunnya, Rencana Tata Ruang Wilayah yang mengatur semua rencana dan
kegiatan pemanfaatannya agar dapat dilakukan secara optimal dengan memperhatikan
keserasian, keseimbangan, keterpaduan, ketertiban, kelestarian dan dapat
dipertahankan secara terus menerus dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
http://zakariahasibuan.blogspot.com/2011/12/perencanaan-dalam-hukum-
administrasi.html

http://PROLEGNASTATARUANG-POLKUM.pdf

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/ProvinsiSulawesiTengah-2009-
6.pdf

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR : 16 TENTANG RENCANA


TATA RUANG WILAYAH KOTA PALU TAHUN 2010 – 2030

Anda mungkin juga menyukai