Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang mana telah memberikan kami
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa shalawat beriring salam kami sanjungkan atas nabi besar kita Muhammad
s.a.w.
Rasa hormat juga ingin kami sampaikan kepada dosen yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Perencanaa Pembangunan Tata Ruang ”. Adapun makalah yang saya susun ini,
saya sangat berharap kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini
agar bisa menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah................................................................................................6
1.3 Tujuan..................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................7
2.1 Subyek dan Dasar Hukum Perencanaan di Indonesia.........................................7
2.2 Dasar Dibentuknya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.........................................................................................................................9
2.3 Peran Hukum Dalam Perencanaan Wilayah dan Kota......................................10
2.4 Aturan hukum dalam perencanaan pembangunan diKota Palu.........................12
2.5 Sistem Hukum perencanaan khususnya Sulawesi Tengah................................14
BAB III........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, Pemerintah dituntut untuk mampu
menyediakan berbagai kebutuhan dan sarana-sarana yang dibutuhkan.
Sebagaimana halnya di Indonesia, negara dituntut untuk berperan lebih jauh
dalam melakukan campur tangan terhadap aspek pemenuhan kebutuhan
masyarakat dalam jangka mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Adanya campur
tangan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut bukan berarti bahwa masyarakat
Indonesia berpangku tangan, tanpa peran dan partisipasi sama sekali. Pemerintah
sebagai pemegang otoritas kebijakan publik yang harus memainkan peranan yang
penting untuk memotivasi seluruh kegiatan dan partisipasi masyarakat, dengan
melalui berbagai penyediaan fasilitas agar berkembangnya kegiatan
perekonomian sebagai lahan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya
sendiri.Indonesia sebagai sebuah negara yang berkembang tentunya mengalami
suatu proses perubahan yang sangat penting. Pemerintah tentunya memiliki tujuan
yang hendak dicapainya, yang mana tidak berbeda dengan organisasi pada
umumnya terutama dalam hal kegiatan yang akan diimplementasikan dalam
rangka mencapai tujuan, yakni dituangkan dalam bentuk rencanarencana.2
Wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari wilayah nasional yang sebgaai
satu kesatuan wilayah provinsi dan wilayah kabupaten atau kota yang masing-
masing terdiri dari sub-sistem ruang menurut batasan administrasi. Sub-sistem
tersebut terdapat sumber daya manusia dengan berbagai macam kegiatan
pemanfaatan sumber daya alam dengan sumber daya buatan, yang mana tingkatan
pemanfaatan ruang yang berbeda-beda.Sebagai suatu negara hukum modern yang
dianggap mempunyai kewajiban yang lebih luas, negara modern harus
mengutamakan kepentingan seluruh masyarakatnya.
Dalam pembangunan di Indonesia, khususnya dalam wilayah perkotaan harus
mempunyai suatu perencanaan atau konsep tata ruang atau yang sering dikenal
dengan istilah master plan. Konsep tersebut digunakan sebagai arahan dan
pedoman dalam melaksanakan pembangunan, sehingga apabila kemudian hari
terjaid permasaahan setidaknya dapat diminimalisir. Akan tetapi, konsep tersebut
dimana tata ruang sebagai pedoman dan atah pembangunan sebagai besar masih
belum memjnjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan dan arahan yang ditetapkan.
Sehingga memunculkan kesan bahwa rencana tersebut hasilnya sama saja.
Dalam tata ruang sering terjadi permasalahan baik secara makro ataupun
mikro. Yang mana pada kenyatannya kebutuhan penduduk yang semakin
memingkat. Oleh karena itu, teknologi yang terus maju menjadi diarahkan
sebagai penyediaan sarana dalam memenuhi kebutuhan manusia yang terus
meningkat. Akan tetapi muncul maslaah dimana lahan yang semkain terbatas.
Permasalah ini menjadi permasalah hukum yang sangat mendasar, terkait dalam
pengembangan hukum tata ruang di Indoensia secara konstitusional dapat dilihat
melalui pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) yang didalamnya memuai mengenai tujuan
negara. Pada prinsipnya dirumusakan secara konkret dalam Pasal 33 UUD 1945
yang menyatakan bahwa bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia. Pada hakikatnya, suatu
pembangunan tentunya memiliki suatu maksud dan tujuan tertentu. Mengenai
kebijakan pembangunan yang berkelanjutan
tentunya tidak dapat dilepaskan dari instrument hukum tata ruang. Kebutuhan
ruang pada kenyataanya terus meningkat dan terkadang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang. Padahal dalam skala nasional maupun skala provinsi,
kabupaten/kota telah dibuat dan disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Dengan melalui RTRW penggunaan tata ruang telah dikelompokkan berdasarkan
struktur dan fungsi ruang. Yang mana seharusnya struktur dan fungsi inilah yang
menjadi dasar dalam penggunaan suatu ruang. Pemanfaatan atas tanah yang
terkandung dalam Pasal 33 UUD 1945, tidak memberikan kewenang untuk untuk
menguasai secara fisik dan menggunakannya seperti hak atas tanah karena
sifatnya hanya sebatas kewenangn publik sebagaimana dirumuskan dalam
Undang-Undang Pokok Agraria.5 Salah satu bentuk pemanfaatan yang terkait tata
ruang yaitu pemanfaatan daratan yang berupa penggunaan lahan pertanahan untuk
pembangunan masyarakat. Tata guna lahan pertanhan terdiri dari tata guna
sebagai suatu keadaan mengenai penggunaan tanah dan tata guna tanah sebagai
suatu rangkaian kegiatan.
Berbicara mengenai tata ruang, terdapat acuan secara nasional yang dapat
dilihat pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(untuk selanjutnya disebut UUPR). Adapun pembagian atas rencana umum tata
ruang yang terbagi menjadi rencana tata ruang wilayah nasional; rencana tata
ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana
tata ruang wilayah kota. Dalam pelaksaananya dimaksudkan sesuai dengan
tingkatan wilayah daerah dan fungsi ruang tersebut.
Pada kenyataannya, pembangunan di Indonesia saat ini dilakukan secara tidak
teratur baik dalam cakupan nasional maupun kabupaten/kota. Masyarakat
menganggap suatu lingkungan harus dikuasai dan dimanfaatkan. Hal ini tidak
sesuai dengan fungsi lingkungan. Oleh karena itu, konsep penataan ruang harus
berusaha menjamin adanya kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan yang
menjadi dasar upaya pengelolaan dan pemanfaatan serta pemeliharaan ruang di
suatu wilayah. Yang mana mempunyai peranan yang penting dalam
pembangunan, suatu wilayah memiliki fungi yang penting dalam kehidupan.
Menurut Raharjo Adisasmita, adapun fungsi wilayah yaitu diantaranya:7 fungsi
tempat tinggal, fungsi tempat pekerjaan, fungsi lalu lintas (transportasi), fungsi
rekreasi
Dalam tata ruang, sering kali menimbulkan suatu permasalahan bagi negara
Indonesia. Meskipun telah terdapat aturan yang mengatur mengenai tata ruang,
pada kenyataannya banyak masalah yang masih timbul. Hal ini ditegaskan dalam
penulisan karya ilmiah mengenai ketentuan kebijakan tata ruang.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui subjek dan sistem dasar hukum perencanaan diindonesia
2. Mengetahui Apa yang menjadi dasar dibentuknya Undang-Undang Nomor
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang?
3. Mengetahui Peran Hukum dalam Perencanaan wilayah kota
4. Mengetahui Aturan hukum dalam perencanaan Pembangunan Di Kota Palu
5. Mengetahui Sistem Hukum perencanaan khususnya Sulawesi Tengah
BAB II
PEMBAHASAN
Regulatory system adalah pemanfaatan ruang yang didasarkan pada kepastian hukum
yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bundles of rights (hak atas lahan) : Kewenangan untuk mengatur hak atas lahan,
hubungan hukum antara orang/badan dengan lahan, dan perbuatan hukum mengenai
lahan.
Police power (pengaturan) : Kewenangan menerapkan peraturan hukum (pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian pembangunan di atas lahan maupun kegiatan manusia
yang menghuninya) untuk menjamin kesehatan umum, keselamatan, moral, dan
kesejahteraan.
Eminent domain (pencabutan hak atas lahan) : Kewenangan tindakan mengambil alih
atau mencabut hak atas lahan di dalam batas kewenangannya dengan kompensasi
seperlunya dengan alasan untuk kepentingan umum.
Sistem hukum peraturan daerah Kota Palu berdasarkan nomor 16 tahun 2011
tentang rencana tata ruang wilayah kota Palu bahwa untuk mengarahkan pelaksanaan
pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna serta mewujudkan pemanfaatan
ruang yang aman, nyaman, produktif dalam rangka mendukung kegiatan
pembangunan perkotaan, perlu diatur kembali rencana tata ruang wilayah kota Palu
berdasarkan perkembangan keadaan dan Peraturan Perundang-undangan Pasal 5 (1)
Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
a meliputi:
a. pembentukan pusat pelayanan kota yang berhirarki mengikuti bentuk dasar Kota
Palu sebagai kota teluk dengan konsep arsitektur souraja yaitu:
1. penataan kawasan pesisir pantai sebagai beranda depan kota dengan konsep
gandaria 2. penataan kawasan perdagangan, pemerintahan, pendidikan, budaya dan
permukiman sebagai bagian tengah kota dengan konsep tatangana; dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 17 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun 2000-
2010 sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sehingga perlu pengaturan kembali.
Selain itu dengan adanya tuntutan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun
2007 pada pasal 78 ayat (4) huruf c yang menjelaskan semua peraturan daerah
kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota disusun atau
disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diberlakukan. Sehingga dengan pertimbangan itulah maka perlu disusun peraturan
daerah mengenai RTRW Kota Palu berdasarkan subtansi undang-undang terbaru.
Sesuai dengan amanat pasal 26 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota menjadi pedoman
untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; penyusunan rencana
pembangunan jangka menengah daerah; pemanfaatan ruang dan pengendalian,
pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten ; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
penataan ruang kawasan strategis kabupaten. Kota Palu yang terbentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 tentang Pembentukan Kota madya Daerah
Tingkat II Palu hingga saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah serta akibat aktifitas
perkotaannya, perkembangan Kota Palu berjalan dengan cepat yang berdampak pada
terjadinya tekanantekanan terhadap lingkungan fisik, sehingga dibutuhkan upaya-
upaya untuk mencegah/mengatasi kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan
tehadap kelestarian lingkungan. Baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, Salah
satu upaya yang ditempuh adalah melakukan kegiatan penataan ruang yang
mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan
ruang dalam ruang lingkup wilayah Kota Palu yang perencanaannya dituangkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu yang selanjutnya ditetapkan dengan
peraturan daerah. Bahwa penataan ruang merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak dan oleh karena itu perlu adanya Rencana Tata Ruang Wilayah yang
mengatur semua rencana dan kegiatan pemanfaatannya agar dapat dilakukan secara
optimal dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan, keterpaduan, ketertiban,
kelestarian dan dapat dipertahankan secara terus menerus dan berkelanjutan.
Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan
tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.
Pelanggaran penataan ruang yang dapat dikenai sanksi adminstratif meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Palu;
b. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan Izin prinsip, izin lokasi, izin peruntukkan
penggunaan tanah, izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh pejabat berwenang
Menimbang :
Pasal 1
PENUTUP
A. Kesimpulan
http://PROLEGNASTATARUANG-POLKUM.pdf
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/ProvinsiSulawesiTengah-2009-
6.pdf