Anda di halaman 1dari 20

Matriks Perbandingan UU No.

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) terhadap UU Cipta Kerja

UU No. 32 Tahun 2009


No. UU Cipta Kerja Komentar dan Analisis
(Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)

1 Pasal 1 Pasal 1

(11) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang (11) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang
selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian selanjutnya disebut Amdal adalah Kajian mengenai
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau dampak penting pada lingkungan hidup dari suatu
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan,
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan. dan/atau kegiatan serta termuat dalam Perizinan
(12) Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya Berusaha atau persetujuan pemerintah.
pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya (12) Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang selanjutnya
pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan disebut UKL-UPL adalah rangkaian proses
yang tidak berdampak penting terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses yang dituangkan dalam bentuk standar untuk
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan digunakan sebagai prasyarat pengambilan
usaha dan/atau kegiatan. keputusan serta termuat dalam Perizinan
(35) Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada Berusaha atau persetujuan pemerintah.
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau (35) Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan
kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam Kelayakan Lingkungan Hidup atau Pernyataan
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah
usaha dan/atau kegiatan. Pusat.

2 Pasal 20 Pasal 20

(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan (1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup
hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.
(2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi: (2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
a. baku mutu air; a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah; b. baku mutu air limbah;
c. baku mutu air laut; c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien; d. baku mutu udara ambien;
e. baku mutu emisi; e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan f. baku mutu gangguan; dan
g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. ilmu pengetahuan dan teknologi.

Disusun oleh Hafizhurrahman 1


(3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang (3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang
limbah ke media lingkungan hidup dengan limbah ke media lingkungan hidup dengan
persyaratan: persyaratan:
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau b. mendapat persetujuan dari pemerintah.
bupati/walikota sesuai dengan (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu
kewenangannya. lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf g
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, huruf e, dan huruf f diatur dalam
peraturan menteri.

3 Pasal 24 Pasal 24

Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan
22 merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup untuk rencana usaha dan/atau
lingkungan hidup. kegiatan.
(2) Uji Kelayakan lingkungan hidup sebagaimana
Pasal 22 dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim uji
kelayakan yang dibentuk oleh Lembaga Uji
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak Kelayakan Pemerintah Pusat.
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki (3) Tim Uji Kelayakan sebagaimana dimaksud pada
amdal. ayat (2) terdiri atas unsur Pemerinta Pusat,
(2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria: Pemerintah Daerah, dan ahli bersertifikat.
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena (4) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dampak rencana usaha dan/atau kegiatan; menetapkan Keputusan kelayakan lingkungan
b. luas wilayah penyebaran dampak; hidup berdasarkan hasil kelayakan lingkungan
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung; hidup.
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain (5) Keputusan kelayakan lingkungan hidup
yang akan terkena dampak; sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebagai
e. sifat kumulatif dampak; persyaratan penerbitan Perizinan Berusaha atau
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; Persetujuan pemerintah.
dan/atau (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata laksana uji
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu kelayakan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
pengetahuan dan teknologi.

4 Pasal 25 Pasal 25

Disusun oleh Hafizhurrahman 2


Dokumen Amdal memuat: Dokumen Amdal memuat:

a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan; dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan; dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terkena c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terkena
dampak langsung yang relevan terhadap rencana dampak langsung yang relevan terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan; usaha dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat
penting dampak yang terjadi jika rencana usaha penting dampak yang terjadi jika rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan; dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang
terjadi untuk menentukan kelayakan atau terjadi untuk menentukan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup; dan ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup. hidup.

5 Pasal 26 Pasal 26

(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam (1) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 disusun oleh pemrakarsa dengan Pasal 22 disusun oleh pemrakarsa dengan
melibatkan masyarakat. melibatkan masyarakat.
(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan (2) Penyusunan dokumen Amdal dilakukan dengan
prinsip pemberian informasi yang transparan dan melibatkan masyarakat yang terkena dampak
lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan langsung terhadap rencana usaha dan/atau
dilaksanakan. kegiatan.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses pelibatan
meliputi: masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
a. yang terkena dampak; diatur dengan Peraturan Pemerintah.
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses amdal.
(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen
amdal.

6 Pasal 27 Pasal 27

Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa Dalam menyusun dokumen Amdal, pemrakarsa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dapat
meminta bantuan kepada pihak lain. menunjuk pihak lain.

Disusun oleh Hafizhurrahman 3


7 Pasal 28 Pasal 28

(1) Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam (1) Penyusun Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib memiliki Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib memiliki
sertifikat kompetensi penyusun amdal. sertifikat kompetensi penyusun Amdal.
(2) Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan
penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada ayat kriteria kompetensi penyusun Amdal diatur dengan
(1) meliputi: Peraturan Pemerintah.
a. penguasaan metodologi penyusunan amdal;
b. kemampuan melakukan pelingkupan,
prakiraan, dan evaluasi dampak serta
pengambilan keputusan; dan
c. kemampuan menyusun rencana pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup.
(3) Sertifikat kompetensi penyusun amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun
amdal yang ditetapkan oleh Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan
kriteria kompetensi penyusun amdal diatur
dengan peraturan Menteri

8 Pasal 29 Pasal 29

(1) Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Dihapus


yang dibentuk oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Persyaratan dan tatacara lisensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.

9 Pasal 30 Pasal 30

(1) Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana Dihapus


dimaksud dalam Pasal 29 terdiri atas wakil dari
unsur:
a. instansi lingkungan hidup;

Disusun oleh Hafizhurrahman 4


b. instansi teknis terkait;
c. pakar di bidang pengetahuan yang terkait
dengan jenis usaha dan/atau kegiatan yang
sedang dikaji;
d. pakar di bidang pengetahuan yang terkait
dengan dampak yang timbul dari suatu usaha
dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
e. wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena
dampak; dan
f. organisasi lingkungan hidup.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Penilai
Amdal dibantu oleh tim teknis yang terdiri atas
pakar independen yang melakukan kajian teknis
dan sekretariat yang dibentuk untuk itu.
(3) Pakar independen dan sekretariat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya

10 Pasal 31 Pasal 31

Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Dihapus


Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menetapkan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup sesuai dengan kewenangannya.

11 Pasal 32 Pasal 32

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membantu (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
penyusunan amdal bagi usaha dan/atau kegiatan membantu penyusunan Amdal bagi usaha dan/atau
golongan ekonomi lemah yang berdampak penting kegiatan Usaha Mikro dan Kecil yang berdampak
terhadap lingkungan hidup. penting terhadap lingkungan hidup.
(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimana (2) Bantuan penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi, biaya, pada ayat (1) berupa fasilitasi, biaya, dan/atau
dan/atau penyusunan amdal. penyusunan Amdal.
(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan (3) Penentuan mengenai usaha dan/atau kegiatan
golongan ekonomi lemah diatur dengan peraturan Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana dimaksud pada
perundang-undangan. ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12 Pasal 34 Pasal 34

Disusun oleh Hafizhurrahman 5


(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib amdal sebagaimana berdampak penting terhadap lingkungan wajib
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki memenuhi standar UKL-UPL.
UKL-UPL. (2) Pemenuhan standar UKL-UPL dinyatakan dalam
(2) Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis pernyataan kesanggupan pengelolaan lingkungan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi hidup.
dengan UKL-UPL. (3) Berdasarkan pernyataan kesanggupan pengelolaan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
menerbitkan Perizinan Berusaha atau Persetujuan
pemerintah.
(4) Pemerintah Pusat menetapkan jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib UKL-UPL.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

13 Pasal 35 Pasal 35

(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib (1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi
dilengkapi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
Pasal 34 ayat (2) wajib membuat surat pernyataan ayat (2) wajib membuat surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup. lingkungan hidup yang diintegrasikan kedalam
(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan Nomor Induk Berusaha.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan (2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan
berdasarkan kriteria: sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
a. tidak termasuk dalam kategori berdampak terhadap kegiatan yang termasuk dalam kategori
penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 beresiko rendah.
ayat (1); dan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat pernyataan
b. kegiatan usaha mikro dan kecil. kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan lingkungan hidup diatur dengan Peraturan
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan Pemerintah.
pemantauan lingkungan hidup diatur dengan
peraturan Menteri

14 Pasal 36 Pasal 36

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib Dihapus


memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin
lingkungan.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan

Disusun oleh Hafizhurrahman 6


lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat
dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.
(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

15 Pasal 37 Pasal 37

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai Perizinan Berusaha dapat dibatalkan apabila:
dengan kewenangannya wajib menolak
permohonan izin lingkungan apabila permohonan a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan
izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL. Perizinan Berusaha mengandung cacat hukum,
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
Pasal 36 ayat (4) dapat dibatalkan apabila: dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan informasi;
izin mengandung cacat hukum, kekeliruan, b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana
penyalahgunaan, serta ketidakbenaran tercantum dalam keputusan kelayakan lingkungan
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau hidup atau pernyataan kesanggupan pengelolaan
informasi; lingkungan hidup; atau
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal
sebagaimana tercantum dalam keputusan atau UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh penanggung
komisi tentang kelayakan lingkungan hidup jawab usaha dan/atau kegiatan.
atau rekomendasi UKLUPL; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen
amdal atau UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

16 Pasal 38 Pasal 38

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Dihapus


37 ayat (2), izin lingkungan dapat dibatalkan melalui
keputusan pengadilan tata usaha negara.

17 Pasal 39 Pasal 39

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai (1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup diumumkan
dengan kewenangannya wajib mengumumkan kepada masyarakat.

Disusun oleh Hafizhurrahman 7


setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan melalui sistem elektronik dan atau cara
(1) dilakukan dengan cara yang mudah diketahui lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
oleh masyarakat.

18 Pasal 40 Pasal 40

(1) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk Dihapus


memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
(2) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha
dan/atau kegiatan dibatalkan.
(3) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami
perubahan, penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan wajib memperbarui izin lingkungan

19 Pasal 55 Pasal 55

(1) Pemegang izin lingkungan sebagaimana dimaksud (1) Pemegang Perizinan Berusaha wajib menyediakan
dalam Pasal 36 ayat (1) wajib menyediakan dana dana penjaminan untuk pemulihan fungsi
penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan lingkungan hidup.
hidup. (2) Dana penjaminan disimpan di bank pemerintah yang
(2) Dana penjaminan disimpan di bank pemerintah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat.
yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau (3) Pemerintah Pusat dapat menetapkan pihak ketiga
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. untuk melakukan pemulihan fungsi lingkungan
(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai hidup dengan menggunakan dana penjaminan.
dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana penjaminan
ketiga untuk melakukan pemulihan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
lingkungan hidup dengan menggunakan dana ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
penjaminan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana penjaminan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

20 Pasal 59 Pasal 59

(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib (1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengelolaan limbah B3 yang melakukan pengelolaan limbah B3 yang
dihasilkannya. dihasilkannya.
(2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal (2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
58 ayat (1) telah kedaluwarsa, pengelolaannya ayat (1) telah kedaluwarsa, pengelolaannya

Disusun oleh Hafizhurrahman 8


mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3. mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3.
(3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan (3) Dalam hal setiap orang sebagaimana dimaksud pada
sendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya ayat (1) tidak mampu melakukan sendiri
diserahkan kepada pihak lain. Pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan
(4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari kepada pihak lain.
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai (4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat Perizinan
dengan kewenangannya. Berusaha dari Pemerintah Pusat atau Persetujuan
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib pemerintah.
mencantumkan persyaratan lingkungan hidup (5) Pemerintah Pusat wajib mencantumkan persyaratan
yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan
dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin. kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3
(6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan. dalam Perizinan Berusaha.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan (6) Keputusan pemberian Perizinan Berusaha wajib
limbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah. diumumkan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan
limbah B3 diatur dengan Peraturan Pemerintah

21 Pasal 61 Pasal 61

(1) Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 (1) Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
hanya dapat dilakukan dengan izin dari Menteri, hanya dapat dilakukan dengan Persetujuan
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan Pemerintah Pusat.
kewenangannya. (2) Dumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Dumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di lokasi yang telah
hanya dapat dilakukan di lokasi yang telah ditentukan.
ditentukan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan dumping limbah atau bahan diatur
persyaratan dumping limbah atau bahan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
dalam Peraturan Pemerintah.

22 Pasal 61A

Dalam hal penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:

a. menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,


menyimpan, memanfaatkan, dan/atau mengolah
bahan berbahaya dan beracun;
b. menghasilkan, mengangkut, menyimpan,
mengumpulkan, memanfaatkan, mengolah,
dan/atau menimbun limbah bahan berbahaya dan
beracun;
c. pembuangan air limbah ke laut;

Disusun oleh Hafizhurrahman 9


d. pembuangan air limbah ke sumber air;
e. membuang emisi ke udara; dan/atau
f. memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
yang merupakan bagian dari kegiatan usaha,
pengelolaan tersebut dinyatakan dalam Amdal atau
UKL-UPL.

23 Pasal 63 Pasal 63

(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan (1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang: hidup, Pemerintah Pusat bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan nasional; a. menetapkan kebijakan nasional;
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria; kriteria;
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai RPPLH nasional; mengenai RPPLH nasional;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai KLHS; mengenai KLHS;
e. menetapkan dan melaksanakan kebijakan e. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai amdal dan UKL-UPL; mengenai amdal dan UKL-UPL;
f. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya f. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
alam nasional dan emisi gas rumah kaca; alam nasional dan emisi gas rumah kaca;
g. mengembangkan standar kerja sama; g. mengembangkan standar kerja sama;
h. mengoordinasikan dan melaksanakan h. mengoordinasikan dan melaksanakan
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup; lingkungan hidup;
i. menetapkan dan melaksanakan kebijakan i. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai sumber daya alam hayati dan mengenai sumber daya alam hayati dan
nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya
daya genetik, dan keamanan hayati produk genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa
rekayasa genetik; genetik;
j. menetapkan dan melaksanakan kebijakan j. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai pengendalian dampak perubahan mengenai pengendalian dampak perubahan
iklim dan perlindungan lapisan ozon; iklim dan perlindungan lapisan ozon;
k. menetapkan dan melaksanakan kebijakan k. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai B3, limbah, serta limbah B3; mengenai B3, limbah, serta limbah B3;
l. menetapkan dan melaksanakan kebijakan l. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai perlindungan lingkungan laut; mengenai perlindungan lingkungan laut;
m. menetapkan dan melaksanakan kebijakan m. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai pencemaran dan/atau kerusakan mengenai pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup lintas batas negara; lingkungan hidup lintas batas negara;
n. melakukan pembinaan dan pengawasan n. melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, terhadap pelaksanaan kebijakan tingkat nasional
peraturan daerah, dan peraturan kepala dan kebijakan tingkat provinsi;

Disusun oleh Hafizhurrahman 10


daerah; o. melakukan pembinaan dan pengawasan
o. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan persetujuan
kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;
lingkungan dan peraturan perundang- p. mengembangkan dan menerapkan instrumen
undangan; lingkungan hidup;
p. mengembangkan dan menerapkan instrumen q. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama
lingkungan hidup; dan penyelesaian perselisihan antardaerah serta
q. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja penyelesaian sengketa;
sama dan penyelesaian perselisihan r. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
antardaerah serta penyelesaian sengketa; pengelolaan pengaduan masyarakat;
r. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan s. menetapkan standar pelayanan minimal;
pengelolaan pengaduan masyarakat; t. menetapkan kebijakan mengenai tata cara
s. menetapkan standar pelayanan minimal; pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat,
t. menetapkan kebijakan mengenai tata cara kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat
pengakuan keberadaan masyarakat hukum yang terkait dengan perlindungan dan
adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat pengelolaan lingkungan hidup;
hukum adat yang terkait dengan perlindungan u. mengelola informasi lingkungan hidup nasional;
dan pengelolaan lingkungan hidup; v. mengoordinasikan, mengembangkan, dan
u. mengelola informasi lingkungan hidup menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah
nasional; lingkungan hidup;
v. mengoordinasikan, mengembangkan, dan w. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan,
menyosialisasikan pemanfaatan teknologi dan penghargaan;
ramah lingkungan hidup; x. mengembangkan sarana dan standar
w. memberikan pendidikan, pelatihan, laboratorium lingkungan hidup;
pembinaan, dan penghargaan; y. menerbitkan Perizinan Berusaha atau
x. mengembangkan sarana dan standar persetujuan pemerintah;
laboratorium lingkungan hidup; z. menetapkan wilayah ekoregion; dan
y. menerbitkan izin lingkungan; aa. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup.
z. menetapkan wilayah ekoregion; dan (2) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
aa. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup, pemerintah provinsi sesuai dengan norma,
hidup. standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
(2) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan Pemerintah Pusat bertugas dan berwenang:
hidup, pemerintah provinsi bertugas dan a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
berwenang: b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat
a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi; provinsi;
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
provinsi; mengenai RPPLH provinsi;
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan d. melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
mengenai RPPLH provinsi; UKL-UPL;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
mengenai amdal dan UKL-UPL; alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya provinsi;

Disusun oleh Hafizhurrahman 11


alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama
provinsi; dan kemitraan;
f. mengembangkan dan melaksanakan kerja g. mengoordinasikan dan melaksanakan
sama dan kemitraan; pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
g. mengoordinasikan dan melaksanakan lingkungan hidup lintas kabupaten/kota;
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan h. melakukan pembinaan dan pengawasan
lingkungan hidup lintas kabupaten/kota; terhadap pelaksanaan kebijakan tingkat
h. melakukan pembinaan dan pengawasan kabupaten/kota;
terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan i. melakukan pembinaan dan pengawasan
daerah, dan peraturan kepala daerah ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kabupaten/kota; kegiatan sesuai ketentuan peraturan perundang-
i. melakukan pembinaan dan pengawasan undangan;
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau j. mengembangkan dan menerapkan instrumen
kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan hidup;
lingkungan dan peraturan perundang- k. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama
undangan di bidang perlindungan dan dan penyelesaian perselisihan
pengelolaan lingkungan hidup; antarkabupaten/antarkota serta penyelesaian
j. mengembangkan dan menerapkan instrumen sengketa;
lingkungan hidup; l. melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan
k. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang
sama dan penyelesaian perselisihan program dan kegiatan;
antarkabupaten/antarkota serta penyelesaian m. melaksanakan standar pelayanan minimal;
sengketa; n. menetapkan kebijakan mengenai tata cara
l. melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat,
pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat
program dan kegiatan; yang terkait dengan perlindungan dan
m. melaksanakan standar pelayanan minimal; pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat
n. menetapkan kebijakan mengenai tata cara provinsi;
pengakuan keberadaan masyarakat hukum o. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat
adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat provinsi;
hukum adat yang terkait dengan perlindungan p. mengembangkan dan menyosialisasikan
dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;
provinsi; q. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan,
o. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat dan penghargaan;
provinsi; r. menerbitkan Perizinan Berusaha pada tingkat
p. mengembangkan dan menyosialisasikan provinsi; dan
pemanfaatan teknologi ramah lingkungan s. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup
hidup; pada tingkat provinsi.
q. memberikan pendidikan, pelatihan, (3) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
pembinaan, dan penghargaan; hidup, pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
r. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
provinsi; dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat bertugas dan
s. melakukan penegakan hukum lingkungan berwenang:

Disusun oleh Hafizhurrahman 12


hidup pada tingkat provinsi. a. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;
(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat
hidup, pemerintah kabupaten/kota bertugas dan kabupaten/kota;
berwenang: c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
a. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota; mengenai RPPLH tingkat kabupaten/kota;
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat d. melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
kabupaten/kota; UKL-UPL;
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
mengenai RPPLH kabupaten/kota; alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan kabupaten/kota;
mengenai amdal dan UKL-UPL; f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya dan kemitraan;
alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat g. mengembangkan dan menerapkan instrumen
kabupaten/kota; lingkungan hidup;
f. mengembangkan dan melaksanakan kerja h. memfasilitasi penyelesaian sengketa;
sama dan kemitraan; i. melakukan pembinaan dan pengawasan
g. mengembangkan dan menerapkan instrumen ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
lingkungan hidup; kegiatan sesuai ketentuan peraturan perundang-
h. memfasilitasi penyelesaian sengketa; undangan;
i. melakukan pembinaan dan pengawasan j. melaksanakan standar pelayanan minimal;
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara
kegiatan terhadap ketentuan perizinan pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat,
lingkungan dan peraturan perundang- kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat
undangan; yang terkait dengan perlindungan dan
j. melaksanakan standar pelayanan minimal; pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat
k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara kabupaten/kota;
pengakuan keberadaan masyarakat hukum l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat
adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat kabupaten/kota;
hukum adat yang terkait dengan perlindungan m. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat sistem informasi lingkungan hidup tingkat
kabupaten/kota; kabupaten/kota;
l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat n. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan,
kabupaten/kota; dan penghargaan;
m. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan o. menerbitkan Perizinan Berusaha pada tingkat
sistem informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota; dan
kabupaten/kota; p. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup
n. memberikan pendidikan, pelatihan, pada tingkat kabupaten/kota.
pembinaan, dan penghargaan;
o. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat
kabupaten/kota; dan
p. melakukan penegakan hukum lingkungan
hidup pada tingkat kabupaten/kota.

Disusun oleh Hafizhurrahman 13


24 Pasal 69 Pasal 69

(1) Setiap orang dilarang: Setiap orang dilarang:


a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan
hidup; pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan
peraturan perundang-undangan ke dalam perundang-undangan ke dalam wilayah Negara
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Kesatuan Republik Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia ke media
ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
Republik Indonesia; Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia; Kesatuan Republik Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup; e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan
lingkungan hidup; hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media
lingkungan hidup yang bertentangan dengan lingkungan hidup yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau izin peraturan perundang-undangan atau persetujuan
lingkungan; lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara h. melakukan pembukaan lahan dengan cara
membakar; membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat
kompetensi penyusun amdal; dan/atau kompetensi penyusun amdal; dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, j. memberikan informasi palsu, menyesatkan,
menghilangkan informasi, merusak informasi, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau
atau memberikan keterangan yang tidak benar. memberikan keterangan yang tidak benar.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf h memperhatikan dengan sungguh-sungguh
kearifan lokal di daerah masing-masing.

25 Pasal 71 Pasal 71

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dengan kewenangannya wajib melakukan melakukan pengawasan terhadap ketaatan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas
jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang- perundang-undangan di bidang perlindungan dan
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan pengelolaan lingkungan hidup.
lingkungan hidup. (2) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan
Disusun oleh Hafizhurrahman 14
mendelegasikan kewenangannya dalam pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang
melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi bertanggung jawab di bidang perlindungan dan
teknis yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (3) Dalam melaksanakan pengawasan, Pemerintah
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, Pusat atau Pemerintah Daerah menetapkan pejabat
gubernur, atau bupati/walikota menetapkan pengawas lingkungan hidup yang merupakan
pejabat pengawas lingkungan hidup yang pejabat fungsional.
merupakan pejabat fungsional. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pejabat pengawas
lingkungan hidup diatur dengan Peraturan
Pemerintah

26 Pasal 72 Pasal 72

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya wajib melakukan pengawasan dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar,
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
terhadap izin lingkungan. Pusat wajib melakukan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
Perizinan Berusaha atau Persetujuan pemerintah.

27 Pasal 73 Pasal 73

Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah yang Perizinan Berusaha atau Persetujuan pemerintah
daerah jika Pemerintah menganggap terjadi diterbitkan oleh Pemerintah Daerah jika Menteri
pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang
pengelolaan lingkungan hidup. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

28 Pasal 76 Pasal 76

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
menerapkan sanksi administratif kepada menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika
dalam pengawasan ditemukan pelanggaran dalam pengawasan ditemukan pelanggaran
terhadap izin lingkungan. terhadap Perizinan Berusaha atau Persetujuan
(2) Sanksi administratif terdiri atas: pemerintah.
a. teguran tertulis; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
b. paksaan pemerintah; pengenaan sanksi diatur dengan Peraturan

Disusun oleh Hafizhurrahman 15


c. pembekuan izin lingkungan; atau Pemerintah.
d. pencabutan izin lingkungan.

29 Pasal 77 Pasal 77

Menteri dapat menerapkan sanksi administratif Menteri dapat menerapkan sanksi administratif
terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah dalam hal Menteri menganggap Pemerintah Daerah
secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif
terhadap pelanggaran yang serius di bidang terhadap pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

30 Pasal 79 Pasal 79

Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan Dihapus


atau pencabutan izin lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d
dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan tidak melaksanakan paksaan pemerintah.

31 Pasal 82 Pasal 82

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota (1) Pemerintah Pusat berwenang untuk memaksa
berwenang untuk memaksa penanggung jawab penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat
pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang yang dilakukannya.
dilakukannya. (2) Pemerintah Pusat berwenang atau dapat menunjuk
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota pihak ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan
berwenang atau dapat menunjuk pihak ketiga hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan
untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban
akibat pencemaran dan/atau perusakan biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban
biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

32 Pasal 82A

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan


tanpa memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5), Pasal 34 ayat (3),
Pasal 59 ayat (4), atau Persetujuan dari Pemerintah
Disusun oleh Hafizhurrahman 16
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b
dikenai sanksi administratif.

Pasal 82B

(1) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau


kegiatan yang memiliki Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5),
Pasal 34 ayat (3), Pasal 36 ayat (1), Pasal 59 ayat (1),
Pasal 59 ayat (4) atau Persetujuan dari Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3)
huruf b atau Pasal 61 yang tidak sesuai dengan
kewajiban dalam Perizinan Berusaha atau
Persetujuan Pemerintah dan/atau melanggar
ketentuan Peraturan Perundangundangan di Bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dikenai sanksi administratif.
(2) Setiap orang yang melakukan pelanggaran larangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, yaitu:
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf a, dimana perbuatan tersebut dilakukan
karena kelalaian dan tidak mengakibatkan
bahaya kesehatan manusia dan/atau luka
dan/atau luka berat, dan/atau matinya orang
dikenai sanksi administratif dan mewajibkan
kepada Penanggung Jawab perbuatan itu untuk
melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup
dan/atau tindakan lain yang diperlukan; atau
b. menyusun Amdal tanpa memiliki sertifikat
kompetensi penyusun Amdal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 huruf i dikenai sanksi
administratif.
(3) Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan
perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku
mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air
laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
yang tidak sesuai dengan Perizinan Berusaha yang
dimilikinya dikenai sanksi administratif.

Pasal 82C

Disusun oleh Hafizhurrahman 17


(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 82A dan Pasal 82B ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) berupa: a. teguran tertulis; b. paksaan
pemerintah; c. denda administratif; d. pembekuan
perizinan berusaha; dan/atau e. pencabutan
perizinan berusaha.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

33 Pasal 88 Pasal 88

Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung
bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi jawab mutlak atas kerugian yang terjadi dari usaha
tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. dan/atau kegiatannya.

34 Pasal 93 Pasal 93

(1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap Dihapus


keputusan tata usaha negara apabila:
a. badan atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan izin lingkungan kepada usaha
dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi
tidak dilengkapi dengan dokumen amdal;
b. badan atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan izin lingkungan kepada kegiatan
yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi
dengan dokumen UKL-UPL; dan/atau
c. badan atau pejabat tata usaha negara yang
menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan yang
tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
(2) Tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan
tata usaha negara mengacu pada Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara.

35 Pasal 102 Pasal 102

Disusun oleh Hafizhurrahman 18


Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 Dihapus
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat
(4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).

36 Pasal 109 Pasal 109

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud tanpa memiliki persetujuan lingkungan sebagaimana
dalam Pasal 36 ayat (1), dipidana dengan pidana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5), Pasal 34 ayat (3),
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 Pasal 59 ayat (4), atau Persetujuan dari Pemerintah
(tiga) tahun dan denda paling sedikit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling yang mengakibatkan timbulnya korban/kerusakan
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan, dan
lingkungan, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah)

37 Pasal 110 Pasal 110

Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki Dihapus


sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf i, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).

38 Pasal 111 Pasal 111

(1) Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan Pejabat pemberi persetujuan lingkungan yang
izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal menerbitkan persetujuan lingkungan tanpa dilengkapi
atau UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal dengan Amdal atau UKL-UPL sebagaimana dimaksud
37 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan

Disusun oleh Hafizhurrahman 19


yang menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan
tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

39 Pasal 112 Pasal 112

Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak
melakukan pengawasan terhadap ketaatan melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan
peraturan perundang-undangan dan izin lingkungan perundang-undangan dan persetujuan lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 yang
yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya
nyawa manusia, dipidana dengan pidana penjara paling nyawa manusia,81 dipidana dengan pidana penjara
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Disusun oleh Hafizhurrahman 20

Anda mungkin juga menyukai