32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) terhadap UU Cipta Kerja
1 Pasal 1 Pasal 1
(11) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang (11) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang
selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian selanjutnya disebut Amdal adalah Kajian mengenai
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau dampak penting pada lingkungan hidup dari suatu
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan,
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan. dan/atau kegiatan serta termuat dalam Perizinan
(12) Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya Berusaha atau persetujuan pemerintah.
pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya (12) Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang selanjutnya
pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan disebut UKL-UPL adalah rangkaian proses
yang tidak berdampak penting terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses yang dituangkan dalam bentuk standar untuk
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan digunakan sebagai prasyarat pengambilan
usaha dan/atau kegiatan. keputusan serta termuat dalam Perizinan
(35) Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada Berusaha atau persetujuan pemerintah.
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau (35) Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan
kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam Kelayakan Lingkungan Hidup atau Pernyataan
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah
usaha dan/atau kegiatan. Pusat.
2 Pasal 20 Pasal 20
(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan (1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup
hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.
(2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi: (2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
a. baku mutu air; a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah; b. baku mutu air limbah;
c. baku mutu air laut; c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien; d. baku mutu udara ambien;
e. baku mutu emisi; e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan f. baku mutu gangguan; dan
g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. ilmu pengetahuan dan teknologi.
3 Pasal 24 Pasal 24
Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan
22 merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup untuk rencana usaha dan/atau
lingkungan hidup. kegiatan.
(2) Uji Kelayakan lingkungan hidup sebagaimana
Pasal 22 dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim uji
kelayakan yang dibentuk oleh Lembaga Uji
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak Kelayakan Pemerintah Pusat.
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki (3) Tim Uji Kelayakan sebagaimana dimaksud pada
amdal. ayat (2) terdiri atas unsur Pemerinta Pusat,
(2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria: Pemerintah Daerah, dan ahli bersertifikat.
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena (4) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dampak rencana usaha dan/atau kegiatan; menetapkan Keputusan kelayakan lingkungan
b. luas wilayah penyebaran dampak; hidup berdasarkan hasil kelayakan lingkungan
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung; hidup.
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain (5) Keputusan kelayakan lingkungan hidup
yang akan terkena dampak; sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebagai
e. sifat kumulatif dampak; persyaratan penerbitan Perizinan Berusaha atau
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; Persetujuan pemerintah.
dan/atau (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata laksana uji
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu kelayakan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
pengetahuan dan teknologi.
4 Pasal 25 Pasal 25
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan; dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan; dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terkena c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terkena
dampak langsung yang relevan terhadap rencana dampak langsung yang relevan terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan; usaha dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat
penting dampak yang terjadi jika rencana usaha penting dampak yang terjadi jika rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan; dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang
terjadi untuk menentukan kelayakan atau terjadi untuk menentukan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup; dan ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup. hidup.
5 Pasal 26 Pasal 26
(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam (1) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 disusun oleh pemrakarsa dengan Pasal 22 disusun oleh pemrakarsa dengan
melibatkan masyarakat. melibatkan masyarakat.
(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan (2) Penyusunan dokumen Amdal dilakukan dengan
prinsip pemberian informasi yang transparan dan melibatkan masyarakat yang terkena dampak
lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan langsung terhadap rencana usaha dan/atau
dilaksanakan. kegiatan.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses pelibatan
meliputi: masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
a. yang terkena dampak; diatur dengan Peraturan Pemerintah.
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses amdal.
(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen
amdal.
6 Pasal 27 Pasal 27
Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa Dalam menyusun dokumen Amdal, pemrakarsa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dapat
meminta bantuan kepada pihak lain. menunjuk pihak lain.
(1) Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam (1) Penyusun Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib memiliki Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib memiliki
sertifikat kompetensi penyusun amdal. sertifikat kompetensi penyusun Amdal.
(2) Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan
penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada ayat kriteria kompetensi penyusun Amdal diatur dengan
(1) meliputi: Peraturan Pemerintah.
a. penguasaan metodologi penyusunan amdal;
b. kemampuan melakukan pelingkupan,
prakiraan, dan evaluasi dampak serta
pengambilan keputusan; dan
c. kemampuan menyusun rencana pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup.
(3) Sertifikat kompetensi penyusun amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun
amdal yang ditetapkan oleh Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan
kriteria kompetensi penyusun amdal diatur
dengan peraturan Menteri
8 Pasal 29 Pasal 29
9 Pasal 30 Pasal 30
10 Pasal 31 Pasal 31
11 Pasal 32 Pasal 32
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membantu (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
penyusunan amdal bagi usaha dan/atau kegiatan membantu penyusunan Amdal bagi usaha dan/atau
golongan ekonomi lemah yang berdampak penting kegiatan Usaha Mikro dan Kecil yang berdampak
terhadap lingkungan hidup. penting terhadap lingkungan hidup.
(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimana (2) Bantuan penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi, biaya, pada ayat (1) berupa fasilitasi, biaya, dan/atau
dan/atau penyusunan amdal. penyusunan Amdal.
(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan (3) Penentuan mengenai usaha dan/atau kegiatan
golongan ekonomi lemah diatur dengan peraturan Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana dimaksud pada
perundang-undangan. ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12 Pasal 34 Pasal 34
13 Pasal 35 Pasal 35
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib (1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi
dilengkapi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
Pasal 34 ayat (2) wajib membuat surat pernyataan ayat (2) wajib membuat surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup. lingkungan hidup yang diintegrasikan kedalam
(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan Nomor Induk Berusaha.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan (2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan
berdasarkan kriteria: sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
a. tidak termasuk dalam kategori berdampak terhadap kegiatan yang termasuk dalam kategori
penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 beresiko rendah.
ayat (1); dan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat pernyataan
b. kegiatan usaha mikro dan kecil. kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan lingkungan hidup diatur dengan Peraturan
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan Pemerintah.
pemantauan lingkungan hidup diatur dengan
peraturan Menteri
14 Pasal 36 Pasal 36
15 Pasal 37 Pasal 37
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai Perizinan Berusaha dapat dibatalkan apabila:
dengan kewenangannya wajib menolak
permohonan izin lingkungan apabila permohonan a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan
izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL. Perizinan Berusaha mengandung cacat hukum,
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
Pasal 36 ayat (4) dapat dibatalkan apabila: dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan informasi;
izin mengandung cacat hukum, kekeliruan, b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana
penyalahgunaan, serta ketidakbenaran tercantum dalam keputusan kelayakan lingkungan
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau hidup atau pernyataan kesanggupan pengelolaan
informasi; lingkungan hidup; atau
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal
sebagaimana tercantum dalam keputusan atau UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh penanggung
komisi tentang kelayakan lingkungan hidup jawab usaha dan/atau kegiatan.
atau rekomendasi UKLUPL; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen
amdal atau UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
16 Pasal 38 Pasal 38
17 Pasal 39 Pasal 39
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai (1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup diumumkan
dengan kewenangannya wajib mengumumkan kepada masyarakat.
18 Pasal 40 Pasal 40
19 Pasal 55 Pasal 55
(1) Pemegang izin lingkungan sebagaimana dimaksud (1) Pemegang Perizinan Berusaha wajib menyediakan
dalam Pasal 36 ayat (1) wajib menyediakan dana dana penjaminan untuk pemulihan fungsi
penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan lingkungan hidup.
hidup. (2) Dana penjaminan disimpan di bank pemerintah yang
(2) Dana penjaminan disimpan di bank pemerintah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat.
yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau (3) Pemerintah Pusat dapat menetapkan pihak ketiga
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. untuk melakukan pemulihan fungsi lingkungan
(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai hidup dengan menggunakan dana penjaminan.
dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana penjaminan
ketiga untuk melakukan pemulihan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
lingkungan hidup dengan menggunakan dana ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
penjaminan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana penjaminan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
20 Pasal 59 Pasal 59
(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib (1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengelolaan limbah B3 yang melakukan pengelolaan limbah B3 yang
dihasilkannya. dihasilkannya.
(2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal (2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
58 ayat (1) telah kedaluwarsa, pengelolaannya ayat (1) telah kedaluwarsa, pengelolaannya
21 Pasal 61 Pasal 61
(1) Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 (1) Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
hanya dapat dilakukan dengan izin dari Menteri, hanya dapat dilakukan dengan Persetujuan
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan Pemerintah Pusat.
kewenangannya. (2) Dumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Dumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di lokasi yang telah
hanya dapat dilakukan di lokasi yang telah ditentukan.
ditentukan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan dumping limbah atau bahan diatur
persyaratan dumping limbah atau bahan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
dalam Peraturan Pemerintah.
22 Pasal 61A
23 Pasal 63 Pasal 63
(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan (1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang: hidup, Pemerintah Pusat bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan nasional; a. menetapkan kebijakan nasional;
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria; kriteria;
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai RPPLH nasional; mengenai RPPLH nasional;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai KLHS; mengenai KLHS;
e. menetapkan dan melaksanakan kebijakan e. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai amdal dan UKL-UPL; mengenai amdal dan UKL-UPL;
f. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya f. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
alam nasional dan emisi gas rumah kaca; alam nasional dan emisi gas rumah kaca;
g. mengembangkan standar kerja sama; g. mengembangkan standar kerja sama;
h. mengoordinasikan dan melaksanakan h. mengoordinasikan dan melaksanakan
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup; lingkungan hidup;
i. menetapkan dan melaksanakan kebijakan i. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai sumber daya alam hayati dan mengenai sumber daya alam hayati dan
nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya
daya genetik, dan keamanan hayati produk genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa
rekayasa genetik; genetik;
j. menetapkan dan melaksanakan kebijakan j. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai pengendalian dampak perubahan mengenai pengendalian dampak perubahan
iklim dan perlindungan lapisan ozon; iklim dan perlindungan lapisan ozon;
k. menetapkan dan melaksanakan kebijakan k. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai B3, limbah, serta limbah B3; mengenai B3, limbah, serta limbah B3;
l. menetapkan dan melaksanakan kebijakan l. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai perlindungan lingkungan laut; mengenai perlindungan lingkungan laut;
m. menetapkan dan melaksanakan kebijakan m. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai pencemaran dan/atau kerusakan mengenai pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup lintas batas negara; lingkungan hidup lintas batas negara;
n. melakukan pembinaan dan pengawasan n. melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, terhadap pelaksanaan kebijakan tingkat nasional
peraturan daerah, dan peraturan kepala dan kebijakan tingkat provinsi;
25 Pasal 71 Pasal 71
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dengan kewenangannya wajib melakukan melakukan pengawasan terhadap ketaatan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas
jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang- perundang-undangan di bidang perlindungan dan
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan pengelolaan lingkungan hidup.
lingkungan hidup. (2) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan
Disusun oleh Hafizhurrahman 14
mendelegasikan kewenangannya dalam pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang
melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi bertanggung jawab di bidang perlindungan dan
teknis yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (3) Dalam melaksanakan pengawasan, Pemerintah
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, Pusat atau Pemerintah Daerah menetapkan pejabat
gubernur, atau bupati/walikota menetapkan pengawas lingkungan hidup yang merupakan
pejabat pengawas lingkungan hidup yang pejabat fungsional.
merupakan pejabat fungsional. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pejabat pengawas
lingkungan hidup diatur dengan Peraturan
Pemerintah
26 Pasal 72 Pasal 72
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya wajib melakukan pengawasan dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar,
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
terhadap izin lingkungan. Pusat wajib melakukan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
Perizinan Berusaha atau Persetujuan pemerintah.
27 Pasal 73 Pasal 73
Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah yang Perizinan Berusaha atau Persetujuan pemerintah
daerah jika Pemerintah menganggap terjadi diterbitkan oleh Pemerintah Daerah jika Menteri
pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang
pengelolaan lingkungan hidup. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
28 Pasal 76 Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
menerapkan sanksi administratif kepada menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika
dalam pengawasan ditemukan pelanggaran dalam pengawasan ditemukan pelanggaran
terhadap izin lingkungan. terhadap Perizinan Berusaha atau Persetujuan
(2) Sanksi administratif terdiri atas: pemerintah.
a. teguran tertulis; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
b. paksaan pemerintah; pengenaan sanksi diatur dengan Peraturan
29 Pasal 77 Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif Menteri dapat menerapkan sanksi administratif
terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah dalam hal Menteri menganggap Pemerintah Daerah
secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif
terhadap pelanggaran yang serius di bidang terhadap pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
30 Pasal 79 Pasal 79
31 Pasal 82 Pasal 82
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota (1) Pemerintah Pusat berwenang untuk memaksa
berwenang untuk memaksa penanggung jawab penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat
pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang yang dilakukannya.
dilakukannya. (2) Pemerintah Pusat berwenang atau dapat menunjuk
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota pihak ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan
berwenang atau dapat menunjuk pihak ketiga hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan
untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban
akibat pencemaran dan/atau perusakan biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban
biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
32 Pasal 82A
Pasal 82B
Pasal 82C
33 Pasal 88 Pasal 88
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung
bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi jawab mutlak atas kerugian yang terjadi dari usaha
tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. dan/atau kegiatannya.
34 Pasal 93 Pasal 93
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud tanpa memiliki persetujuan lingkungan sebagaimana
dalam Pasal 36 ayat (1), dipidana dengan pidana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5), Pasal 34 ayat (3),
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 Pasal 59 ayat (4), atau Persetujuan dari Pemerintah
(tiga) tahun dan denda paling sedikit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling yang mengakibatkan timbulnya korban/kerusakan
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan, dan
lingkungan, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah)
(1) Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan Pejabat pemberi persetujuan lingkungan yang
izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal menerbitkan persetujuan lingkungan tanpa dilengkapi
atau UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal dengan Amdal atau UKL-UPL sebagaimana dimaksud
37 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan
Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak
melakukan pengawasan terhadap ketaatan melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan
peraturan perundang-undangan dan izin lingkungan perundang-undangan dan persetujuan lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 yang
yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya
nyawa manusia, dipidana dengan pidana penjara paling nyawa manusia,81 dipidana dengan pidana penjara
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).