Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

BAB VII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

VIII.1. Kelembagaan dalam Penataan Ruang

Proses penyusunan RTRW merupakan kebijakan politik dari hasil kesepakatan


bersama semua pemangku kepentingan, baik Pemerintah, DPRD, Masyarakat, Dunia
Usaha, Cendekiawan, LSM, dalam rangka mengelola sumberdaya alam di darat, di
laut, dan di udara dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis dan
berlandaskan wawasan Nusantara dan kesatuan Nasional.

Sejalan dengan itu, maka penyusunan RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota pun
masih merupakan arah kebijakan Pemda dalam memadukan kegiatan pembangunan
antar sektor dan antar wilayah.

Pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, swasta atau


masyarakat, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama sudah tentu harus
diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukan kawasan secara terintegrasi dan
komprehensif. Pemanfaatan ruang secara khusus bagi masyarakat dapat dilakukan
secara orang seorang, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, kelompok
profesi, kelompok minat, dan badan hukum. Komponen-komponen tersebut adalah
pemangku kepentingan atau lembaga dalam pemanfaatan ruang.

Bahwa UU No.26 tahun 2007 pasal 18 ayat 1 dan 2 tentang Penataan Ruang perlu
diatur dalam Permendagri No.28 tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah, baik di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota.

Di samping itu, UU No.26 tahun 2007 pasal 78 ayat 4 huruf b dan c berbunyi bahwa
“semua peraturan daerah tentang RTRW Provinsi yang disusun atau disesuaikan
paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak undang-undang ini
diberlakukan dan huruf c “semua peraturan daerah Kabupaten/Kota tentang RTRW
Kabupaten/Kota yang disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak undang-undang ini diberlakukan.

Bahwa dalam rangka pengaturan peran kelembagaan yang lebih efektif dan efisien
dalam mendukung proses penyusunan RTRW maka perlunya kesepakatan dan
pembagian peran antar lembaga yang jelas dan bertanggungjawab.

Prinsip yang dibangun dalam mengatur peran antar lembaga meliputi: partisipasi,
BUKU RENCANA VIII-1
PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

koordinasi dan konsultasi, sinkronisasi, harmonisasi, padu-serasi, sinergi dan


kerjasama yang setara dan profesional penetapan dan kesepakatan yang lebih
konprehensif).
Lembaga penataan ruang di tingkat provinsi dapat dikelompokkan menjadi
Lembaga Pengambil Keputusan dan Lembaga Penyusun Rekomendasi.

1) Lembaga Pengambil Keputusan, terdiri atas :


a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dengan kewenangan:
o Memberikan persetujuan terhadap usulan RTRW.
o Memberikan persetujuan terhadap usulan RDTR Kawasan Strategis.
o Memberikan persetujuan terhadap perubahan rencana yang tergolong
revisi atau berdampak besar.
o Membuat keputusan terhadap gugatan masyarakat.
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), memiliki
kewenangan dalam hal:
o Menyusun RTRW
o Melaksanakan Evaluasi RTRW bila dianggap perlu.
c. Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), berwenang dalam:
o Memberikan persetujuan tentang Ijin Lokasi
o Memberikan persetujuan Surat Ijin Peruntukan dan Penggunaan Tanah
(SIPPT).
o Memberikan persetujuan tentang penyesuaian rencana skala/berdampak
besar.
d. Dinas lain yang berwenang dalam penataan ruang.
2) Lembaga Penyusun Rekomendasi, terdiri atas:
a. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD), sebagai unsur
pelaksana koordinasi penataan ruang yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Bupati, memiliki kewenangan :
o Pengintegrasian dan pemaduserasian penyusunan RTRW Kabupaten
dengan RTRW Kabupaten
o Pemaduserasian RTRW Kabupaten dengan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan
Rencana Tahunan, masyarakat dan dunia usaha.
o Optimalisasi penyelenggaraan penertiban, pengawasan (pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan) dan perijinan pemanfaatan ruang.

BUKU RENCANA VIII-2


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

o Merumuskan kebijakan penyelenggaraan penataan ruang.


o Optimalisasi peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
o Pengembangan dan penyediaan data dan informasi tata ruang.
o Penanganan masalah atau konflik pemanfaatan ruang kota.
Sedangkan tugas BKPRD adalah :
a. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai kebijakan penataan ruang
wilayah dengan memperhatikan Kebijakan Penataan Ruang Wilayah
Nasional, Provinsi dan kabupaten.
b. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi,
dan pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang.
c. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
d. Melaksanakan fasilitasi, supervisi dan koordinasi kepada dinas/instansi,
masyarakat dan dunia usaha berkaitan dengan penyelenggaraan penataan
ruang.
e. Mengembangkan data dan informasi penataan ruang wilayah kabupaten
untuk kepentingan penggunaan ruang di jajaran pemerintah, masyarakat
dan swasta.
f. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang.
g. Memadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
h. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul
dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah dan memberikan
pengarahan serta saran pemecahannya.
i. Menyampaikan laporan penyelenggaraan tugas BKPRD secara berkala
kepada Gubernur.
b. Komisi Amdal / Pengendalian Pencemaran Lingkungan, memiliki
kewenangan dalam:
o Memanggil dan menghadirkan berbagai pihak terkait baik dalam
konsultasi khusus maupun dalam berbagai pertemuan lain yang
diselenggarakan dalam kaitannya dengan analisis dampak lingkungan dan
pencemaran lingkungan.
o Meminta bahan-bahan yang relevan dengan pemanfaatan ruang yang
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.

VIII.2. Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang

Penataan ruang merupakan suatu tahapan dari proses pengembangan wilayah yang
terdiri dari perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang. Dalam rangka
mewujudkan masyarakat sejahtera, penyelenggaraan pembangunan wilayah yang

BUKU RENCANA VIII-3


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

berbasis penataan ruang merupakan suatu keharusan. Upaya tersebut akan efektif
dan efisien apabila prosesnya dilakukan secara terpadu dengan seluruh pemangku
kepentingan.

A. Undang Undang sebagai Pengarahan Peran Masyarakat dalam Penataan


Ruang

Kebijakan mendasar yang mengarahkan dukungan pada peran masyarakat


dalam penataan ruang adalah Undang Undang 21 Otonomi Khusus Papua dari
tahun 2001 terutama tertera pada:

o Pasal 38 Ayat 2 tentang usaha-usaha perekonomian di Provinsi Papua yang


memanfaatkan sumber daya alam dilakukan dengan tetap menghormati hak-
hak masyarakat adat … dan pembangunan yang berkelanjutan yang
pengaturannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah,

o Pasal 43 Ayat 4 tentang penyediaan tanah ulayat dan tanah perorangan


warga masyarakat hukum adat untuk keperluan apapun, dilakukan melalui
musyawarah dengan masyarakat hukum adat dan warga yang bersangkutan
untuk memperoleh kesepakatan mengenai penyerahan tanah yang diperlukan
maupun imbalannya,

o Pasal 64, Ayat 1 tentang peran Pemerintah Kabupaten Boven Digoel yang
berkewajiban melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu
dengan memperhatikan penataan ruang, melindungi sumber daya alam
hayati, sumber daya alam nonhayati, sumber daya buatan, konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, dan keanekaragaman
hayati serta perubahan iklim … dengan memperhatikan hak-hak masyarakat
adat dan untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan penduduk Boven Digoel.
Selanjutnya menurut Ayat 3, Pemerintah Provinsi wajib mengikutsertakan
lembaga swadaya masyarakat yang memenuhi syarat dalam pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup. Menurut Ayat 5, Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat tersebut di atas diatur lebih lanjut dengan Perdasi.

Peran masyarakat dalam penataan ruang juga harus sesuai dengan Undang
Undang 26 dari tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta Undang Undang 27
dari tahun 2007 tentang Penataan Ruang Daerah Pesisir dan Kepulauan. Pasal

BUKU RENCANA VIII-4


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

65 dari Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 tentang peran


masyarakat mengatur partisipasi dalam:
a. penyusunan rencana tata ruang
b. pemanfaatan ruang
c. pengendalian pemanfaatan ruang

Dari tiga peran masyarakat, secara implisit maupun eksplisit juga terkandung:
o Menyampaikan usulan rencana.
o Menyebarluaskan hasil rencana.
o Melakukan persiapan-persiapan untuk mendukung upaya mewujudkan
rencana penataan. kawasan seperti yang termuat dalam RTRW Kabupaten.
o Memanfaatkan RTRW Kabupaten sebagai acuan atau pedoman dalam
melakukan kegiatan pembangunan fisik.
o Memanfaatkan RTRW Kabupaten sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan investasi.
o Melakukan kontrol terhadap berbagai bentuk pembangunan fisik yang
dilakukan.
o Memenuhi ketentuan pembangunan yang termuat dalam dokumen RTRW
Kabupaten.

Disamping peran masyarakat dalam penataan ruang yang berasal dari UU 21


2001 tentang Otonomi Khusus, menurut PP No.69 Tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Keputusan RI No.7 Tahun 1998 tentang
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam pembangunan dan atau
pengelolaan infrastruktur, menyatakan bahwa dalam kegiatan penataan ruang
masyarakat berhak berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

B. Peraturan Daerah sebagai Pengarahan Peran Masyarakat dalam Penataan


Ruang

Peran masyarakat dalam penataan ruang sesuai dengan Perturan Daerah, baik
Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) maupun Peraturan Peraturan Daerah
Provinsi (Perdasi) berikut:

BUKU RENCANA VIII-5


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

A. Perdasus tentang Ekonomi Rakyat, Hak Azasi Intelektual, Hutan, Hutan dan
Adat, Sumber Daya Alam dan Adat, Pertambangan dan Rakyat, serta Tanah
dan Adat.

B. Perdasi tentang Budaya Orang Asli Papua, Lingkungan Hidup serta


Pertambangan.

Peran masyarakat dalam pengelolaan ruang secara implisit berasal dari


kebijakan daerah tentang Rencana Strategis Pembangunan Kampung (RESPEK).

C. Masyarakat sebagai Aset maupun Tujuan dalam Penataan Ruang

Mengingat dan menghargai kearifan lokal serta keberadaan masyarakat di dalam


dan di sekitar sumber daya alam, masyarakat dianggap sebagai aset
pembangunan bukan hanya obyek bantuan. Aset masyarakat bersifat aset
kearifan dan pengetahuan tentang lingkungannya, aset individual, serta aset
sosial-komunalnya. Masyarakat sebagai pemangku sumber daya alam bekerja
sama dengan kelembagaan pemerintah untuk mengembangkan, mengelola dan
melestarikan keanekaragaman hayati, jasa lingkungan, kawasan hutan, Daerah
Aliran Sungai, zonasi kawasan lindung dan wilayah khusus yang serupa. Oleh
karena itu, masyarakat bersama kelembagaan pemerintah yang berkepentingan
bersama-sama mendukung perkembangan daerah, baik berdasarkan kebutuhan
masyarakat maupun berdasarkan kawasan strategis pembangunan.

D. Komunikasi antara Masyarakat dan Pemerintah

Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan dilakukan melalui pemberian


informasi berupa data, bantuan pemikiran, dan keberatan, yang disampaikan
dalam bentuk dialog, angket, internet, telepon genggam dan melalui media
lainnya, baik langsung maupun tidak langsung. Di samping itu, peran tersebut
dapat dihasilkan melalui proses partisipasi dalam proses perencanaan yang
formal seperti musrenbangda dan konsultasi publik, termasuk proses
pembuatan RPJMK, dalam rangka pembuatan kebijakan daerah seperti
penyusunan dan revisi penataan ruang, RPJMD dan RPMJP.

E. Lokasi Penduduk Boven Digoel sebagai Masyarakat Boven Digoel

Untuk menentukan siapa dan dimana masyarakat yang harus dilibatkan dalam
proses penataan ruang, maka harus sesuai dengan lokasi permukiman kampung
sebagaimana tersaji pada peta-peta sebaran kampung. Informasi tersebut juga
BUKU RENCANA VIII-6
PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

berarti bagi pengetahuan golongan bahasa yang di-overlay dengan data geo-
lokasi permukiman kampung sesuai dengan pengertian sistem perkampungan.
Geo-lokasi permukiman kampung dikembangkan menjadi wilayah kampung
dalam RTRW Kabupaten.

F. Kelembagaan Masyarakat Boven Digoel

Kelembagaan masyarakat Boven Digoel dalam penataan ruang mengikuti


peraturan nasional tentang kelembagaan masyarakat dan sesuai dengan
keinginan masyarakat setempat yang memperhitungkan golongan adat, daerah
aliran sungai, kawasan pengelolaan hutan ataupun golongan lain yang diinginkan
berdasarkan kesepakatan kelompok masyarakat.

Sesuai dengan UU21 dari 2001 tentang Daerah Otonomi Khusus, lembaga
swadaya masyarakat atau mitra pembangunan punya peran penting dalam
pemberian dukungan pada masyarakat Papua termasuk hal hal yang berkaitan
dengan pengelolaan ruang, bersama instansi pemerintah yang berkepentingan.

G. Program dan Kegiatan Pemanfaatan Ruang

Peran serta masyarakat dalam proses pemanfaatan ruang dapat dilakukan


melalui pelaksanaan program dan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai
dengan RTRW Kabupaten Boven Digoel, meliputi:

1. Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan


RTRW Kabupaten Boven Digoel yang telah ditetapkan.

2. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan


pemanfaatan ruang wilayah.

3. Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang.

4. Proses konsultasi dalam perizinan eksploitasi pengelolaan sumber daya alam


di wilayah kampungnya atau tanah adatnya sesuai lokasi permukiman
kampung yang ditetapkan di RTRW Kabupaten Boven Digoel

H. Pengendalian

Dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat


dilakukan melalui :

BUKU RENCANA VIII-7


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

1. Pengawasan dalam bentuk pemantauan bertahap terhadap pemanfaatan


ruang dan pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan
ruang.

2. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban


pemanfaatan ruang.

3. Proses pembuatan pelaporan tahunan, lima tahun atau jangka waktu lebih
lama dari instansi masyarakat, pemerintah dan swasta yang punya hak
penglelolaan sumber daya dalam termasuk Rencana Pengelolaan Kawasan
Konservasi, Rencana Karya Tahunan (RKT), Hak Pengusahan Pengelolaan
Hutan, Hak Pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI), Kawasan
Pengelolaan Hutan (KPH), Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), Hak
Guna Usaha (HGU), dan pelaporan hak pengelolaan ruang yang serupa.

Secara kategoris, pemangku kepentingan pemanfaatan ruang dapat


dikelompokkan menjadi:

1. Pemangku kepentingan yang berwenang mengambil/membuat kebijakan,


terdiri dari:

o Eksekutif: seperti Bappenas, PU, Depdagri, BPN, Bappeda, Sekretariat


Daerah dan Kepala Daerah serta Instansi sektoral Pusat dan Daerah
seperti Dinas/Kantor terkait yang mempunyai fungsi Kehutanan,
Pertanian dan Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan,
Pertambangan, Kelautan, Perhubungan, Lingkungan Hidup/Bappedal,
Kepariwisataan;
o Legislatif: seperti DPR dan DPRD I dan DPRD II;
o Yudikatif.
2. Pemangku Kepentingan yang terkena dampak dari kebijakan, terdiri dari:
o Kelompok Warga Setempat;
o Warga sesuai dengan kelompok kegiatannya, seperti kelompok Nelayan,
Buruh Tani, Pemakai Air, Forum Agama dan sebagainya.
3. Pemangku Kepentingan yang mengawasi kebijakan, terdiri dari:
o DPR;
o DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota ;
o LSM;
o Pers/Media massa;
o Forum Warga;
o Partai Politik;
o Asosiasi Profesi;
o Perguruan Tinggi.
BUKU RENCANA VIII-8
PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

4. Pemangku kepentingan/Lembaga kelompok Interest dan Presure Group


yang terkait kebijakan, terdiri dari: a. Partai Politik; b. LSM; c. Pengusaha; d.
Forum Warga; e. Asosiasi Profesi; f. Perguruan Tinggi; dan g. Kelompok
Mediasi.
5. Pemangku kepentingan /Lembaga yang mempunyai “kepentingan agar
kegiatan atau kebijakannya berjalan”, terdiri dari: a. Pressure group, seperti
Partai Politik, LSM, dan Forum Warga; b. Kelompok Pendukung, seperti
Donor, Pengusaha, Perguruan Tinggi, Warga, Pemerintah Pusat dan Daerah.
Hal tersebut sejalan dengan semangat yang tumbuh dalam era otonomi daerah
yang mengedepankan Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dengan mendorong
peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreatifitas serta pelibatan
masyarakat dan juga aparatur pemerintahan di daerah. Dengan demikian
kebiasaan ‘menginstruksikan’ masyarakat untuk berperan serta dalam
pembangunan, khususnya dalam pemanfaatan ruang, bisa dihindari bersama.

Prinsip dasar peran masyarakat dalam penataan ruang, adalah sebagai


berikut :

1. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang sangat menentukan dalam


proses pemanfaatan ruang;
2. Memposisikan pemerintah sebagai fasilitator dalam proses pemanfaatan
ruang;
3. Menghormati hak yang dimiliki masyarakat serta menghargai kearifan lokal
dan keberagaman sosial budayanya;
4. Menjunjung tinggi keterbukaan dengan semangat tetap menegakkan etika;
5. Memperhatikan perkembangan teknologi dan bersikap profesional.

Kebijakan yang berhubungan dengan penataan dan pemanfaatan ruang wilayah


tergolong pada kebijakan publik karena mempengaruhi publik baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, keterlibatan publik dalam
kegiatan yang terkait dengan kebijakan publik akan sangat penting, agar
kebijakan yang diambil sesuai dengan aspirasi masyarakat, dilaksanakan oleh
masyarakat dan pelaksanaannya diawasi oleh masyarakat.

Karena penataan ruang dilakukan oleh berbagai pelaku pembangunan dan


masing-masing dapat berperan sebagai pelaku utama pembangunan, maka
pelibatan masyarakat dan swasta dalam penataan ruang berarti
mengikutsertakan masyarakat dan swasta dalam perumusan dan penetapan
BUKU RENCANA VIII-9
PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan ruang wilayah yang dilakukan oleh
pelaku utama. Jadi, pelibatan masyarakat dan swasta tidak hanya dalam proses
pengambilan keputusan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah,
namun juga dalam pengambilan keputusan pemanfaatan ruang oleh pelaku
utama masyarakat dan swasta.

Selama ini RTRW sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang jarang sekali
dilaksanakan secara konsisten, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun
swasta. Hal ini disebabkan karena masyarakat dan swasta tidak diberikan akses
dan kesempatan yang lebih besar untuk terlibat langsung dalam proses
perumusan, penetapan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan publik –dalam
hal ini RTRW – sehingga tidak mengetahui manfaat pelaksanaan RTRW yang
konsisten bagi kelangsungan pembangunan wilayah dalam jangka pendek,
menengah maupun panjang.

Peran masing-masing pemangku kepentingan adalah:

a. Peran Pemangku kepentingan/Lembaga yang berwenang


mengambil/membuat kebijakan.

Peran yang dilakukan oleh pemangku kepentingan/Lembaga yang mempunyai


kewenangan dalam mengambil atau membuat kebijakan dalam pemanfaatan
ruang adalah:

o Menyusun produk hukum dan aturan main (seperti norma, standar,


pedoman,petunjuk dan kriteria) dalam pengambilan keputusan untuk
pemanfaatan ruang.
o Merevisi kebijakan yang ada baik pada tingkat nasional, regional, maupun
lokal yang tidak berpihak .
o Melakukan review atau penilaian atas kemampuan seluruh pejabat publik
terkait pemanfaatan ruang .
o Memberikan komitmen politik, khususnya bagi legislatif dan eksekutif, dalam
membuat kebijakan pemanfaatan ruang dengan berpihak pada kesejahteraan
masyarakat;
o Melakukan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia yang ada, baik
kalangan profesional, birokrat maupun warga masyarakat agar lebih mampu
menyelenggarakan pemanfaatan ruang dengan baik dan benar;
o Mengembangkan komunikasi antar pemangku kepentingan/Lembaga
melalui berbagai media (Elektronik dan Cetak);

BUKU RENCANA VIII-10


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

o Mendorong bantuan ke sasaran yang lebih tepat, yaitu masyarakat setempat


seperti misalnya mendorong block grand dari Distrik ke Kampung ;
o Melakukan kajian biaya sosial budaya dan ekonomi dalam pemanfaatan
ruang untuk diinformasikan kepada pemangku kepentingan lainnya
o Melakukan pengembangan Kesadaran (awarness ) tentang penataan ruang
melalui berbagai upaya, seperti penyederhanaan fungsi kawasan agar bisa
difahami dan dimengerti warga atau forum warga, mengembangkan serta
legalisasi forum warga.

b. Peran Pemangku kepentingan yang terkena dampak kebijakan

Peran yang dilakukan oleh pemangku kepentingan/lembaga yang terkena


dampak kebijakan dalam pemanfaatan ruang adalah:

o Mendorong pengembangan forum warga/sejenisnya.


o Berupaya mendapatkan manfaat lebih besar dari pemanfaatan ruang yang
mencakup wilayahnya;
o Berupaya meminimalisasi konflik pemanfaatan ruang dengan berorientasi
keuntungan dan kesejahteraan masyarakat.

c. Peran Pemangku kepentingan yang mengawasi kebijakan

Peran yang dilakukan oleh pemangku kepentingan yang mengawasi kebijakan


dalam pemanfaatan ruang adalah:

o Melakukan pengawasan secara benar atas proses dan produk pemanfaatan


ruang yang dilakukan oleh pemangku kepentingan;
o Menghidupkan fungsi pengawasan dan guardian angel dalam pemanfaatan
ruang;
o Melembagakan mekanisme pengawasan publik yang transparan dan
akuntabel;
o Melakukan kajian-kajian untuk meningkatkan fungsi pengawasan yang
bermoral.

d. Peran Pemangku kepentingan kelompok interest dan presure group yang


terkait kebijakan.

Peran yang dilakukan oleh pemangku kepentingan/Lembaga kelompok interset


dan pressure group dalam pemanfaatan ruang adalah:

BUKU RENCANA VIII-11


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

o Melakukan berbagai upaya penyadaran berbagai pemangku kepentingan


/Lembaga atas hakekat pemanfaatan ruang yang baik dan benar yaitu lestari
dan berkesinambungan;
o Melakukan kampanye tentang transparansi dan akuntabilitas kebijakan
pemanfaatan ruang;
o Melakukan sosialisasi dan mediasi dari proses dan produk pemanfaatan
ruang;
o Melakukan upaya-upaya yang menguntungkan dalam pemanfaatan ruang,
seperti melalui pilot project atau kegiatan sejenis.

e. Peran Pemangku kepentingan yang mempunyai kepentingan agar


kegiatan/kebijakan berjalan baik .

Peran yang dilakukan oleh pemangku kepentingan yang mempunyai kepentingan


agar kegiatan/ kebijakan berjalan dengan baik dan lancar dalam pemanfaatan
ruang adalah:

o Melakukan upaya pelembagaan proses partisipasi atau pelibatan masyarakat;


o Melakukan sosialisasi peran serta atau pelibatan masyarakat;
o Membangun saluran-saluran dan simpul-simpul partisipasi;
o Menggali dan mempertimbangkan nilai-nilai dan kearifan lokal;
o Mendesiminasikan best practices;
o Memantapkan metode dan sistem informasi pemanfaatan ruang;
o Memadukan kelembagaan dan aparat terkait agar pemanfaatan ruang
berjalan baik.
VIII.3. Hak Masyarakat dalam Penataan Ruang

Hak Masyarakat dalam penataan ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel sesuai
yang tercantum pada pasal 60 Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007,
dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:

a. Mengetahui rencana tata ruang.

b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang.

c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yangn timbul akibat


pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang


tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya.

e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang


tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang.

BUKU RENCANA VIII-12


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

f. Mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah dan/atau pemegang izin


apabila kegiatan yangn tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan
kerugian.

Masyarakat Papua mempunyai hak di dalam penataan ruang, sebagai berikut,

1. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

2. Mengetahui secara terbuka isi RTRW Kabupaten Boven Digoel.

3. Masyarakat dapat mengetahui RTRW Kabupaten Boven Digoel dari Lembaran


Daerah Provinsi, pengumuman atau penyebarluasan oleh pemerintah provinsi
pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan
mudah. Pengumuman atau penyebarluasan dapat dilakukan melalui
penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada
tempat-tempat umum dan kantor-kantor yang secara fungsional menangani
rencana tata ruang tersebut.

4. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang.

5. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam
yang terkandung di dalamnya yang berupa manfaat ekonomi, sosial, dan
lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak
tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan ataupun atas dasar
hukum adat dan kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.

6. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.

7. Untuk memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RTRW
Kabupaten Boven Digoel maka perolehan penggantian tersebut ditetapkan
berdasarkan musyawarah transparan, partisipatif dan akuntabel dengan pihak
yang berkepentingan. Jika tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian
yang layak, maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BUKU RENCANA VIII-13
PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

VIII.4. Kewajiban Masyarakat dalam Penataan Ruang

Menurut Pasal 61 Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007, setiap orang


wajib untuk :

a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;.

c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan


ruang.

d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan


perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Kewajiaban masyarakat Boven Digoel dalam penataan ruang adalah,

1. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang.

2. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

3. Mentaati RTRW Kabupaten Boven Digoel yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan dengan


mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan
ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun
temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung
lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat
menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.

VIII.5. Tindak Lanjut Penataan Ruang

A. Tindak Lanjut pada Tahap Revisi atau Pembuatan Penataan Ruang Wilayah
Kabupaten (RTRWK)

Menurut Undang Undang 26 dari 2007 penataan ruang Kabupaten / Kota harus
mengacu kepada RTRW Provinsi, termasuk dalam hal menjamin peran serta
masyarakat dalam penataan ruang.

Di samping itu, geo-lokasi kampung dapat dimantapkan pada tahap proses


pembuatan atau revisi RTRW Kabupaten/Kota yang mengacu kepada RTRW

BUKU RENCANA VIII-14


PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boven Digoel

Provinsi Papua. Proses tindak lanjut pemantapan dilaksanakan dengan pemetaan


wilayah kampung berdasarkan proses tertib yang akan diatur lebih lanjut dalam
pedoman Kabupaten Boven Digoel yang berbasis pengetahuan pemetaan
partisipatif. Pemetaan tersebut dilaksanakan oleh masyarakat setempat bersama
instansi pemerintah kabupaten dan lembaga swadaya masyarkat (mitra
pembangunan) secara partisipatif, transparan dan akuntabel.

B. Arahan untuk Tata Ruang Kampung di Kabupaten Boven Digoel

Menurut Undang Undang 26 dari 2007, salah satu aspek dari peran masyarakat
dalam penataan ruang adalah proses penataan ruang desa. Penataan Ruang
Kawasan Perdesaan diarahkan untuk:

o pemberdayaan masyarakat pedesaan


o pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya
o konservasi sumber daya alam
o pelestarian wilayah budaya lokal
o pertahanan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk ketahanan
pangan
o penjagaan keseimbangan pembangunan pedesaan-perkotaan

Sesudah proses penataan ruang RTWR Kabupaten Boven Digoel, perlu diadakan
penataan ruang kampung atau kumpulan kampung. Penataan ruang pedesaan
dapat berbasis kecamatan/Distrik atau berbasis persyaratan lain yang diatur oleh
kabupaten (Pasal 50, Ayat 1).

BUKU RENCANA VIII-15

Anda mungkin juga menyukai