Anda di halaman 1dari 24

WILAYAH

PERTAMBANGAN

Regulasi Tambang
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara

UU Nomer 3 Tahun 2020 Perubahan


atas UU No. 4 Tahun 2OO9 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun


2010 tentang Wilayah Pertambangan
Permen ESDM Nomor 11 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah,
1 Perizinan, dan Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara

Permen ESDM Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Perubahan atas Permen ESDM Nomor 11
2 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan pada Kegia
tan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Permen ESDM Nomor 51 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
3 Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pemberian Wi
layah, Perizinan, Dan Pelaporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batub
ara

Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan,
4 Dan Pelaporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
WILAYAH PERTAMBANGAN

Wilayah Pertambangan yang selanjut- Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang


nya disebut WP, adalah wilayah yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah
memiliki potensi mineral dan/atau batu yang diberikan kepada pernegang Izin
bara dan tidak terikat dengan batasan Usaha Pertambangan.
administrasi pemerintahan yang meru-
pakan bagian dari rencana tata ruang
nasional. Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnya
disebut WPR, adalah bagian dari WP tempat di-
lakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat
Wilayah Usaha Pertambangan yang
selanjutnya disebut WUP, adalah
bagian dari WP yang telah memiliki
ketersediaan data, potensi, dm/ atau Wilayah Pencadangan Negara yang selanjutnya
informasi geologi.. disebut WPN, adalah bagian dari WP yang di-
cadangkan untukkepentingan strategis nasional.

Wilayah Usaha Pertambangan Khusus yang


selanjutnya disebut WUPK, adalah bagian
dari WPN yang dapat diusahakan.
1. WP sebagai bagian dari tata ruang nasional merupakan
Undang-Undang No. 4 Tahun landasan bagi penetapan kegiatan pertambangan.
2009 tentang Pertambangan 2. WP ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi
Mineral dan Batubara dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Wilayah Hukum Pertambangan adalah seluruh ruang darat,


ruang laut, termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesa-
tuan wilayah yakni kepulauan Indonesia, tanah di bawah
UU Nomer 3 Tahun 2020 perairan, dan landas kontinen.
Perubahan atas UU No. 4
Tahun 2009
1. WP sebagai bagian dari Wilayah Hukum Pertambangan
merupakan landasan bagi penetapan kegiatan Usaha
Pertambangan.
2. WP ditetapkan oleh Pemerintah Pusat setelah ditentukan
oleh Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan kewe-
nangannya dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia..
Penetapan WP dilaksanakan:
a. secara transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab;
Undang-Undang No. 4 Tahun b. secara terpadu dengan rnemperhatikan pendapat dari instansi peme
2009 tentang Pertambangan rintah terkait, masyarakat, dan dengan mempertimbangkan aspek e
Mineral dan Batubara kologi, ekonomi, dan social budaya, serta berwawasan lingkungan;
dan
c. dengan rnemperhatikan aspirasi daerah.

Penetapan WP terdiri atas:


a. WUP;
b. WPR;
UU Nomer 3 Tahun 2020
c. WPN; dan
Perubahan atas UU No. 4 d. WUPK.
Tahun 2009
Penetapan WP dilaksanakan:
a. secara transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab;
b. secara terpadu dengan mengacu pada pendapat dari instansi pemeri
ntah terkait, masyarakat terdampak, dan dengan mempertimbangkan
aspek ekologi, ekonomi, hak asasi manusia, dan sosial budaya, serta
berwawasan lingkungan; dan
c. dengan memperhatikan aspirasi daerah.
Penetapan WP dilaksanakan:
a. secara transparan, partisipatif, dan bertanggung
jawab;
Undang-Undang No. 4 Tahun b. secara terpadu dengan rnemperhatikan penda-
2009 tentang Pertambangan pat dari instansi pemerintah terkait, masyarakat,
Mineral dan Batubara dan dengan mempertimbangkan aspek ekologi,
ekonomi, dan sosial budaya, serta berwawasan
lingkungan; dan
c. dengan rnemperhatikan aspirasi daerah.
WILAYAH
PERTAMBANGAN
RAKYAT
UU Nomer 3 Tahun 2020 Perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009

Wilayah dalam WP yang dapat ditentukan sebagai WPR harus memenuhi


kriteria:

a. mempunyai cadangan Mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/


atau di antara tepi dan tepi sungai;
b. mempunyai cadangan primer Mineral logam dengan kedalaman maksi-
mal 10O (seratus) meter;
c. endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
d. luas maksimal WPR adalah 100 (seratus) hektare;
e. menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau
f. memenuhi kriteria pemanfaatan ruang dan kawasan untuk kegiatan Usa-
ha Pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin tidak
ada perubahan pemanfaatan ruang dan kawasan pada WPR
yang telah ditetapkan.

Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang


sudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai
WPR diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR.
WILAYAH
PENCADANGAN
NEGARA
UU Nomer 3 Tahun 2020 Perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009

Wilayah dalam WP yang dapat ditetapkan sebagai


WPN harus memenuhi kriteria:
a. memiliki formasi batuan pembawa Mineral logam
dan/atau Batubara berdasarkan peta atau data
geologi;
b. memiliki sumber daya dan/atau cadangan Mine-
ral logam dan/ atau Batubara;
c. untuk keperluan konservasi Mineral logam dan/
atau Batubara; dan/atau
d. untuk keperluan konservasi dalam rangka men-
jaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan.
UU Nomer 3 Tahun 2020 Perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009

Wilayah yang dapat ditetapk


Perubahan status WPN menjadi WUPK dapat an menjadi WUPK dapat bera
dilakukan dengan mempertimbangkan : sal dari:
a. eks WIUP yang berdasarkan
a. pemenuhan bahan baku industri dan energi evaluasi Menteri perlu ditetap
dalam negeri; kan menjadi WUPK; atau
b. eks WIUPK, wilayah KK, atau
b. sumber devisa negara;
PKP2B yang berdasarkan
c. potensi untuk dikembangkan sebagai pusat evaluasi Menteri perlu ditetap
pertumbuhan ekonomi; kan kembali menjadi WUPK.
d. perubahan status kawasan; dan/atau
e. penggunaan teknologi tinggi dan modal inves
tasi yang besar.
Penetapan WIUPK dilakukan setelah memenuhi kriteria:
UU Nomer 3 Tahun 2020 Perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009

pemanfaatan ruang dan


kawasan untuk kegiatan
Usaha Pertambangan
sesuai dengan ketentuan ketahanan cadangan
peraturan perundang-
undangan

kemampuan produksi
pemenuhan kebutuhan nasional
dalam negeri.
UU Nomer 3 Tahun 2020 Perubahan atas UU No. 4 Tahun 2009

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin tidak ada


perubahan pemanfaatan ruang dan kawasan pada WIUPK yang
telah ditetapkan.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin penerbitan


perizinan lain yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan
Usaha Pertambangan pada WIUPK yang telah ditetapkan sepan-
jang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
WILAYAH
USAHA
PERTAMBANGAN
1. Luas dan batas WIUP Mineral logam dan WIUP Batubara ditetapkan
oleh Menteri setelah ditentukan oleh gubernur.
2. Luas dan batas WIUP Mineral logam dan WIUP Batubara yang berad
a pada wilayah laut ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi de
ngan instansi terkait.
3. Penetapan luas dan batas WIUP Mineral logam dan WIUP Batubara
harus memenuhi kriteria:
UU Nomer 3 Tahun 2020 a. terdapat data sumber daya Mineral logam atau Batubara; dan/atau
Perubahan atas UU No. 4 b. terdapat data cadangan Mineral logam atau Batubara.
4. Selain kriteria, Menteri menetapkan WIUP Mineral logam dan WIUP
Tahun 2009
Batubara berdasarkan pertimbangan:
a. ketahanan cadangan;
b. kemampuan produksi nasional; danlatau
c. pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
5. Dalam hal WIUP Mineral logam dan WIUP Batubara telah ditetapkan
oleh Menteri, pemanfaatan potensi sumber daya alam yang terdapat
di dalamnya diprioritaskan untuk kegiatan Usaha Pertambangan.
Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pemberian
Wilayah, Perizinan, Dan Pelaporan Pada Kegiatan Usaha Pertambagan
Mineral Dan Batubara

1. Wilayah di dalam WP dapat ditetapkan menjadi WUP oleh Ment


eri setelah ditentukan oleh gubernur berdasarkan hasil koordin
asi dengan bupati/wali kota.
2. WUP terdiri atas:
a. WUP Radioaktif;
b. WUP Mineral Logam;
c. WUP Batubara;
d. WUP Mineral Bukan Logam; dan/atau
e. WUP Batuan.
Penetapan WUP Radioaktif, WUP Mineral Logam, dan WUP Batubara
oleh Menteri dapat berada bersama-sama dengan WUP mineral
bukan logam dan/atau WUP batuan.

Menteri menetapkan WIUP Mineral Logam dan/atau WIUP Batubara


di dalam WUP Mineral Logam dan/atau WUP Batubara setelah me-
menuhi kriteria sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam hal pada WUP Radioaktif, WUP Mineral Bukan Logam,
dan/atau WUP Batuan ditemukan golongan komoditas tambang
mineral logam atau batubara yang memiliki prospek untuk di-
usahakan, Menteri menetapkan WIUP Mineral Logam atau WIUP
Batubara setelah memenuhi kriteria sesuai dengan ketentuan pe
raturan perundang-undangan.

Penetapan WIUP Mineral Logam atau WIUP Batubara tersebut


didasarkan atas :
a.usulan gubernur; dan/atau
b.hasil penyelidikan dan penelitian yang dilakukan oleh Men-
teri atau gubernur.

Penetapan WIUP Mineral Logam atau WIUP Batubara dilakukan bersamaan


dengan penetapan WUP Mineral Logam atau WUP Batubara.
Dalam hal pada WUP Radioaktif, WUP Mineral
Logam, dan/atau WUP Batubara ditemukan
golongan komoditas tambang mineral bukan
logam dan/atau batuan, Menteri atau guber-
nur sesuai dengan kewenangannya dapat
memberikan WIUP Mineral Bukan Logam dan
/atau WIUP Batuan berdasarkan permohonan
badan usaha, koperasi, atau perseorangan.
Dalam hal pada WUP Radioaktif akan diberikan WIUP
Mineral Logam, WIUP Batubara, WIUP Mineral Bukan
Logam dan/atau WIUP Batuan, Menteri dan gubernur
sesuai dengan kewenangannya meminta pertimbangan
teknis dari instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenaganukliran.

Anda mungkin juga menyukai