Anda di halaman 1dari 27

USULAN RANCANGAN PENELITIAN

GUNA PENULISAN SKRIPSI

A. JUDUL :

Tinjauan Yuridis Terhadap Gugatan Kebijakan Ekspor Sumberdaya

Alam Negara Dalam Sudut Pandang Hukum Internasional

(Suatu Penelitian Kasus Ekspor Nikel Antara Indonesia dan Uni Eropa)

B. IDENTITAS MAHASISWA

1. Nama : M. Ilham Ramadhana Malsa

2. Nomor Induk Mahasiswa : 1705905040047

3. Angkatan : 2017

4. Program Studi : Ilmu Hukum

5. Peminatan : Hukum Internasional

6. Universitas : Universitas Teuku Umar

7. Jumlah SKS yang telah diperoleh : 137

8. Sudah / Belum Lulus Mata Kuliah Wajib : Sudah

9. Alamat : Meulaboh

1
C. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat.1 Nikel merupakan komoditas mineral strategis Indonesia di tengah

kelesuan perekonomian dunia. Indonesia termasuk dalam 10 besar negara

penghasil nikel di dunia dengan total cadangan 5,74% dari total cadangan

dunia. Data US Geological Survey menyebutkan bahwa dari 80 juta metric

ton cadangan nikel dunia, hampir 4 juta metric ton tersimpan di Indonesia,

sehingga Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia dengan deposit nikel

terbesar di dunia.2

Walaupun menjadi salah satu penghasil nikel terbesar di dunia,

Indonesia bukanlah produsen nikel olahan yang besar di dunia. Hal ini terjadi

karena sebagian besar produksi nikel Indonesia diekspor keluar negeri dalam

bentuk mentah atau bijih nikel.3 Berdasarkan data yang disampaikan

Kementerian Perdagangan serta publikasi Statistik Ekspor Indonesia oleh

BPS, selama periode tahun 2007 – 2015 total volume ekspor bijih nikel

Indonesia adalah 205.826.709 ton. Dimana dari tahun 2007 sampai 2014

terjadi tren penaikan volume ekspor yang signifikan. Dari 9 jutaan ton pada

tahun 2007 menjadi 64,8 juta ton pada tahun 2013 atau dengan kata lain

1
Pasal 33 ayar (3) undang-undang dasar negara kesatuan repumbil indonesia tahun 1945.
2
Izzaty dan Suhartono, Kebijakan Percepatan Larangan Eksporore Nikel Dan Upaya
Hilirisasi Nikel, Vol. XI, No.23/I/Puslit/Desember/2019, hlm. 19
3
Indonesia corruption watch, Indikasi Kerugian Negara Dari Kurang Catat Nilai Ekspor
Bijih Nikel (HS 2604) Periode 2007 – 2015, Jakarta, Mei 2017, hlm. 3

2
mengalami peningkatan sebanyak 7 kali. Tren mengalami penurunan drastis

pada tahun 2014 tinggal hanya sebesar 4,16 juta ton. Hal ini karena

diberlakukannya peraturan larangan ekspor mineral dalam bentuk mentah/ore

per Januarai 2014.4

Perdagangan internasional merupakan sarana untuk melakukan

pertukaran antara barang dan jasa internasional. Perdagangan internasional

semakin tumbuh dan berkembang sangat cepat dan dalam skala besar.

Perdagangan internasional merupakan faktor penting dalam proses

globalisasi. WTO awalnya adalah General Agreement on Tariffs and Trade

(GATT) merupakan perjanjian multilateral yang menentukan aturan-aturan

bagi pelaksanaan perdagangan internasional. GATT mengalami perubahan

secara besar-besaran dalam perjanjian putaran Uruguay pada tahun 1994.

Dalam perjanjian putaran Uruguay, peran dan fungsi GATT digantikan oleh

World Trade Organization (WTO) yang terbentuk pada 1 Januari 1995, WTO

berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan

disepakati oleh sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi melalui

parlemen. Tujuan dari perjanjian-perjanjian WTO adalah untuk membantu

produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam melakukan

kegiatannya.5

Masuknya Indonesia sebagai anggota perdagangan dunia melalui

ratifikasi terhadap Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

4
Ibid, hlm. 5
5
Kementrian luar negeri republic Indonesia, World Trade Organization (WTO),
https://kemlu.go.id/portal/id/read/133/halaman_list_lainnya/world-trade-organization-(GATT)
tanggal 07-April-2021.

3
Agreement on Establishing The World Trade Organization/WTO

(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) menimbulkan

konsekuensi baik eksternal maupun internal. Konsekuensi eksternal nya ialah

Indonesia harus mematuhi seluruh hasil kesepakatan dalam forum WTO,

sementara konsekuensi internal Indonesia harus melakukan harmonisasi

peraturan perundang-undangan nasional sesuai dengan hasil kesepakatan

WTO.6

Membuka perdagangan dengan berbagai negara di dunia akan

memberikan keuntungan dan membawa pertumbuhan ekonomi dalam negeri,

baik secara langsung berupa pengaruh yang ditimbulkan terhadap alokasi

sumber daya dan efisiensi, maupun secara tidak langsung berupa naiknya

tingkat investasi. Namun pada sisi lain, kebijakan perdagangan yang semakin

terbuka tersebut sebagaimana yang diterapkan indonesia saat ini, telah

memperbesar resiko guncangan eksternal terhadap perekonomian domestik,

khususnya bagi kesejahteraan masyarakat indonesia.7 Maka dibutuhkan

kebijakan negara dalam mengatur ekspor dan impor guna agar perekonomian

stabil.

Kontrak karya merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan di

Indonesia, kontrak karya merupakan suatu perjanjian antara Pemerintah

Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara

asing dengan nasional untuk pengusahaan mineral dengan berpedoman

6
Nicholas Parsintaan Pasaribu, Tinjauan Yuridis Sengketa Ekspor Bijih Nikel Indonesia
Terhadap Uni Eropa Ditinjau Dari Perspektif Hukum Perdagangan Internasional, Universitas
Sriwijaya, 2021, hlm.3
7
Opcit, Izzaty dan Suhartono, hlm.7

4
kepada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing modalnya dalam bisnis pertambangan.8

Oleh kontrak tersebut maka lahirlah kerja sama antara Indonesia dan

pihak swasta asing yang mendirikan tambang di Indonesia, Indonesia

melakukan ekspor bijih nikel di beberapa negara dunia, seperti China, Jepang,

Korea Selatan, Australia dan terutama Negara Uni Eropa. Karena seiring

dengan berkembangnya aktivitas pertambangan di Indonesia, banyak

permasalahan dan tantangan yang tidak mampu di akomodir oleh Undang-

Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertambangan, seperti kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan

(IUP), Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan kontrak karya (KK)

diharuskan meningkatkan nilai tambah sumber daya batu bara dalam

penambangan, dengan melalui proses pengolahan dan pemurnian dalam

negeri. Akibatnya, menjadikan ekspor terhadap mineral mentah harus dibatasi

bahkan dilarang.9

2. Kasus Posisi

Terkait dengan kebijakan terbaru Indonesia tentang ekspor bijih

nikel atau bahan mentah dihentikan sementara karena tak ada nilai tambah.

Sebagai dasar, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan

Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua

Atas Permen ESDM Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan

8
Marulak Pardede, Implikasi Hukum Kontrak Karya Pertambangan Terhadap
Kedaulatan Negara, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 18, No. 1, Maret 2018, hlm. 2
9
Yusril Ihza Mahendra, Risalah Sidang Mahkamah Konstitusi perkara nomor
10/PUU- XII/2014 tanggal 1 September 2014, hlm.7.

5
Pertambangan Mineral dan Batubara.10 Hal ini sesuai dengan amanat Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara

(minerba) yang mengamanatkan Pemegang IUP dan IUPK wajib

meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam

pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan

mineral dan batubara, ketentuan lain menjelaskan bahwa :

1. Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan

pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.

2. Pemegang IUP dan IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

mengolah dan memurnikan hasil penambangan dari pemegang IUP

dan IUPK lainnya.11

Sementara bagi Pemegang kontrak karya yang sudah berproduksi

wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1)

selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.12

Namun demikian Komisaris Perdagangan Cecilia Malmström mengatakan:

“Produsen baja Uni Eropa berada di bawah banyak tekanan, menderita akibat

kelebihan kapasitas global dan pembatasan perdagangan sepihak. Langkah-

langkah yang diberlakukan oleh Indonesia meningkatkan kerusakan,

menempatkan pekerjaan di industri baja Uni Eropa dalam risiko. Indonesia

telah mempertahankan langkah-langkah tersebut dan bahkan mengumumkan


10
Ferry Sandi, Siap Tempur Lawan Eropa Soal Nikel, Mendag: Mereka Ketakutan,
<https://www.cnbcindonesia.com/news/20210127175840-4-219215/siap-tempur-lawan-eropa-
soal-nikel-mendag-mereka-ketakutan, tanggal 15-Maret-2021
11
Pasar 102 dan 103 undang-undang nomer 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
Dan Batubara
12
Pasal 170 undang-undang nomer 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara

6
larangan ekspor baru untuk Januari 2020. Dalam keadaan seperti itu, kami

tidak dapat tinggal diam. Kita perlu memastikan bahwa aturan

perdagangan internasional dihormati. Itu sebabnya kami mengambil

tindakan hukum hari ini di WTO untuk mendapatkan penghapusan tindakan

ini sesegera mungkin."13

Pada dasarnya, peraturan tersebut sudah harus dilaksanakan pada

2014. Pemerintah Indonesia dalam kebijakannya mengharuskan membangun

smelter memahami bahwa pembangunan terbut tidak dapat dilakukan dengan

mudah, diperlukan dukungan seperti logistik, infrastruktur, investasi, dan

sumber daya yang cukup. Oleh karna itu Pemerintah memberikan waktu lima

tahun, namun dengan catataan bahwa fasilitas pemurnian tersebut sudah harus

beroperasi paling lambat sampai dengan 12 Januari 2014 sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Pelarangan ekspor tidak bertujuan menghambat perdagangan, justru

bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya nikel untuk kemakmuran bangsa

melalui rangkaian pengolahan dalam negeri. Pelarangan ekspor bijih nikel

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku smelter yang ada di

Indonesia. Kebijakan pelarangan harus segera dilakukan karena kekayaan

mineral khususnya nikel dapat terkuras hingga habis dan tidak dapat

diperbaharui lagi.14

13
European Commission, EU launches WTO challenge against Indonesian restrictions on
raw materials, https://trade.ec.europa.eu/doclib/press/index.cfm?id=2086&title=EU-launches-
WTO-challenge-against-Indonesian-restrictions-on-raw-materials, tanggal 20-Maret-2021.
14
Opcit, Izzaty dan Suhartono, hlm 21.

7
Namun demikian kebijakan tersebut dianggap sangat memberatkan

pihak Uni Eropa sehingga Uni Eropa menggugat Indonesia ke WTO, adapun

Kebijakan Indonesia yang dinilai merugikan Uni Eropa meliputi:

a. pembatasan ekspor dan larangan ekspor bahan baku untuk produksi


baja nirkarat, terutama nikel;
b. persyaratan untukpemrosesan dalam negeri dan kewajiban pemasaran
dalam negeri, serta prosedur perizinan ekspor yang kompleks dan
tidak jelas serta persyaratan yang mempengaruhi akses ke bahan baku
seperti nikel, besi, kromium, limbah dan skrap logam, batubara dan
kokas;
c. skema pembebasan bea masuk yang memberikan manfaat tertentu
untuk impor mesin, barang dan bahan lainnya untuk proses produksi di
pabrik yang baru didirikan atau memodernisasi tergantung pada
penggunaan setidaknya 30% dari peralatan dan mesin domestik.15

3. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian

ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1) Apakah gugatan Uni Eropa terhadap Indonesia telah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dalam hukum internasional ?

2) Bagaimanakah prosedur penyelesaian senketa perdagangan internasional

di WTO?

4. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian

1. Ruang Lingkup

Untuk menghindari terjadinya pembahasan yang tidak mengarah pada

pokok penelitian yang ingin dicapai, maka dipandang penting untuk

membatasi ruang lingkup pembahasan dibidang penelitian Hukum

15
European Commission, EU launches WTO challenge against Indonesian restrictions on
raw materials, https://trade.ec.europa.eu/doclib/press/index.cfm?id=2086&title=EU-launches-
WTO-challenge-against-Indonesian-restrictions-on-raw-materials, tanggal 20-Maret-2021

8
Internasional, sehingga mampu memberi batasan-batasan terhadap

penelitian ini guna menghindari melebarnya isi pembahasan di dalamnya

yang tidak lagi berada dalam jalur pembahasan.

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi permasalahan, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Untuk menjelaskan apakah gugatan Uni Eropa terhadap Indonesia

telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam hukum

internasional.

b. Untuk menjelaskan bagaimanakah prosedur penyelesaian senketa

perdagangan internasional di WTO.

D. Tinjauan Kepustakaan

Merupakan uraian yang berisi dokumen-dokumen dan teori-teori hukum

yang berkaitan dan relavan untuk membantu menjawab permasalahan hukum

yang sedang dikaji. Dokumen yang dimaksud berupa bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan hukum tersier. adapun tinjauan pustaka yang

digunakan dalam penelitian ini antar lain:

1. Gugatan Uni Eropa terhadap Kebijakan Ekspor Nikel Indonesia.

Pada 22 November 2019, Uni Eropa meminta konsultasi dengan

Indonesia sesuai dengan Pasal 1 dan 4 Kesepahaman tentang Aturan dan

Prosedur yang Mengatur Penyelesaian Sengketa (DSU), Pasal XXII:1

Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan 1994 (GATT 1994 ) dan

Pasal 4.1 Persetujuan tentang Subsidi dan Tindakan Pengimbang (ASCM)

9
berkenaan dengan berbagai tindakan mengenai bahan baku tertentu yang

diperlukan untuk produksi baja tahan karat, serta skema pembebasan bea

masuk lintas sektoral yang bergantung pada penggunaan domestik lebih dari

barang impor.

Konsultasi tersebut berlangsung pada 30 Januari 2020 di Jenewa

dengan tujuan untuk mencapai penyelesaian yang memuaskan dari masalah

tersebut. Sayangnya, mereka gagal menyelesaikan perselisihan. Oleh karena

itu, Uni Eropa meminta agar sebuah panel dibentuk sesuai dengan Pasal 4.7

dan 6 DSU dan Pasal XXIII GATT 1994, untuk memeriksa masalah tersebut

berdasarkan kerangka acuan standar, sebagaimana diatur dalam Pasal 7.1

DSU.16

Langkah-langkah yang dipermasalahkan dalam permintaan ini adalah

larangan ekspor bijih nikel dan dalam negeri, persyaratan pengolahan

mineral, khususnya bijih nikel dan bijih besi. Larangan ekspor bijih nikel

Indonesia telah membatasi ekspor bijih nikel ke tingkat yang berbeda dan di

bawah aturan yang berbeda setidaknya sejak tahun 2014. Pada Januari 2014

nikel dikeluarkan dari rezim pemrosesan dan pemurnian yang diperlukan

komoditas pertambangan untuk ekspor, yang secara efektif melarang ekspor

bijih nikel. Sejak Januari 2017 hingga Desember 2019 ekspor bijih nikel

dengan konsentrasi di bawah 1,7% diizinkan dengan persyaratan tertentu,

sedangkan bijih nikel dengan konsentrasi lebih tinggi tetap dilarang. 17 Sejak

Januari 2020 semua ekspor bijih nikel, terlepas dari konsentrasinya, dilarang.

16
World trade organization, Indonesia – measures relating to raw materials, hlm.1
17
Ibid

10
Instrumen hukum yang melaluinya tindakan ini dilaksanakan meliputi,

yaitu :18

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Batubara dan

Pertambangan.

2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah

Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

Tertanggal 6 Februari 2012.

3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor 11/2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7/2012 tanggal 16 Mei

2012.

4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7/2012 tanggal 1

Agustus 2013.

5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah

Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Dalam

Negeri tertanggal 11 Januari 2014.

6. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2017 tentang Ketentuan Ekspor Hasil Pertambangan Hasil Pengolahan

dan Pemurnian tertanggal 9 Januari 2017.


18
Ibid

11
7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 2018 tentang Usaha Pertambangan

Mineral dan Batubara tanggal 3 Mei 2018.

8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor 11/2019 mengubah Peraturan Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral Nomor 25/2018 tanggal 28 Agustus 2019.

9. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 96/2019

tentang Ketentuan Ekspor Hasil Pertambangan Hasil Pengolahan dan

Pemurnian tanggal 30 Desember 2019.

Permohonan ini juga meliputi lampiran, pemberitahuan, temuan awal,

review, perubahan, suplemen, penggantian, pembaruan, perpanjangan,

langkah-langkah penerapan atau tindakan terkait lainnya seperti pengukuran.

Larangan ekspor bijih nikel ini melarang semua ekspor bijih nikel dari

Indonesia. Oleh karena itu tidak sesuai dengan Pasal XI:1 GATT 1994 yang

menyatakan bahwa tidak ada larangan atau pembatasan yang akan diterapkan

atau dipertahankan pada ekspor atau penjualan untuk ekspor produk apapun

yang ditujukan untuk wilayah pihak lain manapun. 19 Sehingga menjelakan

bahwa menurut uni eropa Indonesia telah melanggar aturan hukum

perdagangan internasional.

2. Teori kedaulatan negara

Salah satu dari unsur pokok status kenegaraan suatu negara adalah

penguasaan suatu wilayah teritorial, atau yang lebih dikenal sebagai

kedaulatan teritorial dari negara tersebut. Kedaulatan yang dalam bahasa


19
Ibid

12
Inggris dikenal dengan istilah sovereignity berasal dari kata Latin

superanus berarti ‘yang teratas’. 20 Yang berarti bahwa terhadap suatu

wilayah tertentu otoritas tertinggi berada pada negara terkait. Oleh karena

itu, munculah konsep “Kedaulatan Teritorial” yang menandakan bahwa di

dalam wilayah kekuasaan ini yurisdiksi dilaksanakan oleh negara terhadap

orang-orang dan harta benda yang menyampingkan negara- negara

lain.21

Sebuah negara akan mempengaruhi keputusan negara lain dipentas

internasional melalui pengaruh kekuatannya. Kekuatan itu secara potensial

akan selalu merepresentasikan ancaman, kekuatan itu akan selalu mengancam

dibalik berbagai tindakan negara dalam hubungan internasional. 22Sejak

berdirinya organisasi internasional PBB, dikemukakan beberapa hal penting

berkaitan dengan cara-cara tradisional dalam hal perolehan kedaulatan

teritorial oleh negara sebagai berikut :

1. hukum internasional modern telah melarang penggunaan kekerasan

dalam hubungan internasional. Perolehan kedaulatan atas suatu wilayah

tertentu melalui penaklukan dengan cara kekerasan merupakan cara yang

tidak dapat dibenarkan dan ilegal. Perolehan kedaulatan atas suatu

wilayah tertentu yang terjadi sebelum berdirinya PBB ditetapkan

berdasarkan hukum antar waktu (intert-temporal law).

20
Mochtar kusumaatmadja dan etty r. agoes, pengantar hukum internasional, Bandung : PT
Alumni, 2003, hlm. 16
21
J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 210
22
Muhammad musa, Hegemoni Barat Terhadap Percaturan Politik Dunia Sebuah Potret
Hubungan Internasional, wahyu press : Jakarta, 2003. Hlm. 13

13
2. perolehan dan penerapan kedaulatan oleh suatu negara terhadap suatu

wilayah tertentu diatur oleh dan didasarkan pada hak untuk menentukan

nasib sendiri (right of self-determination).

3. Ketiga, dalam kerangka hukum internasional kontemporer, penggunaan

cara-cara kekerasan dalam hubungan internasional tidak dapat

dibenarkan, kecuali dalam hal-hal tertentu yang didasari oleh alasan-

alasan kuat dan sah menurut hukum internasional.23

Kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara menunjukkan bahwa

suatu negara itu adalah merdeka atau tidak tunduk pada kekuasaan negara

lain. Tetapi hal ini tidak bisa diartikan bahwa kedaulatan itu tidak ada yang

membatasi, pembatasannya itu sendiri adalah hukum, baik hukum nasional

maupun hukum internasional.24

Tumbuhnya kedaulatan pada negara bekas jajahan mengubah pula

konsep-konsep ilmu hukum dan ketatanegaraan. Adanya perjanjian-perjanjian

bilateral dan multilateral serta kewajiban-kewajiban negara (responsibility of

state), dan bagi negara lautan membagi laut sebagai wilayah territorial dan

lautan bersama. Negara-negara yang semula dibawah tempurung, nasib dan

segala kegiatan dibawah kendali, telah dapat menentukan nasibnya sendiri

ikut berkancah di pergaulan internasional.25

Wilayah kedaulatan negara mencakup pula ruang udara di atas

wilayahnya. Ditegaskan dalam Konvensi Chicago 1944 yang berbunyi :

23
Sigit Riyanto, Kedaulatan Negara Dalam Kerangka Hukum Internasional Kontemporer,
dalam Yustisia | Volume.1 | No.03 | September - Desember 2012. Hlm. 8
24
Eva Johan, Kebijakan Indonesia terhadap imigran illegal dan hubungannya dengan
kedaulatan negara, Dalam Yuridika | Volume 28 | No.01 | Janurai- April 2013, hlm. 2
25
P.Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, PT rineka cipta : Jakarta, 2009, hlm. 16-17

14
“The Contracting States recognize that every State has complete

and exclusive sovereignty over the airspace above its territory”26

"Pengakuan atas kedaulatan negara yang mutlak dan penuh

tersebut berlaku bagi seluruh negara, meskipun negara yang bersangkutan

bukan anggota konvensi."

Kedaulatan atau soverainete dalam bahasa Perancis, sering

diartikan sebagai The Pride of Nations atau harga diri suatu bangsa.

Dalam pernyataan ini terkandung suatu pengertian bahwa bangsa dalam

suatu Negara yang merdeka memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk

secara eksklusif dan bebas melakukan berbagai kegiatan kenegaraan

sesuai kepentingannya, asalkan kegiatan/kebijakan tersebut tidak

bertentangan dengan kepentingan negara lain dan hukum

internasional.27

3. Teori Hirarki dalam Hukum Internasional

Suatu sistem hukum biasanya membangun atau menetapkan suatu

norma hierarki berdasarkan suatu sumber hukum tertentu dari mana norma itu

berasal. Dalam sistem hukum nasional misalnya adalah hal yang umum

menempatkan nilai-nilai fundamental dalam status konstitusi dan diutamakan

dari aturan yang lain seperti undang-undang dan aturan administrasi bilamana

terjadi konflik. Pada dasarnya hierarki aturan dan kelembagaan juga sangat

vital bagi sistem hukum internasional.28


26
pasal 1 Konvensi Chicago tentang Penerbangan Sipil Internasional 1944
27
Mirza Satria Buana, Hukum Internasional : Teori dan Praktek, Jakarta : Rajawali
Press, 2011, hal. 32
28
Sefriani, Hukum Internasional (Suatu Pengantar) Edisi Kedua, PT.raja grafindo
persada, 2014, hlm. 52

15
Namun demikian beberapa pakar menyatakan bahwa secara logika

tidak ada hierarki dalam hukum internasional mengingat sistem hukum ini

berlandaskan prinsip koordinatif, desentralisasi, dan persamaan kedudukan

negara-negara berdaulat. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa semua aturan

hukum internasional adalah sederajat (equivalent), sumber-sumber hukumnya

juga sederajat yakni berlandaskan kehendak negara.29

Meskipun memiliki perbedaan dengan sistem hukum nasional,

namun pada dasarnya menurut meron, pengakuan keberadaan prinsip hierarki

dalam hukum internasional adalah sangat penting untuk proses penyelesaian

sengketa khususnya penyelesaian melalui jalur hukum.30 Mekanisme yang

digunakan pertama kali untuk menyelesaikan sengketa haruslah melalui

dialog, negosiasi dan konsultasi. memberikan keleluasaan kepada pihak yang

bersengketa untuk menyelesaikannya secara langsung tanpa keterlibatan

pihak ke tiga. Argumentasinya adalah bahwa para pihak sendirilah yang

paling mengetahui sengketa antara mereka.31

Hukum internasional dan hukum nasional adalah dua domain hukum

yang pada satu sisi terkadang dipahami sebagai satu kesatuan sistem hukum

dan disisi yang lainnya terkadang pula diposisikan dalam dua entitas yang

sistem hukum yang berbeda serta terpisah antara satu sama lainnya. Kedua

sudut pandang tersebut dalam prakteknya memetakan hubungan antara

hukum nasional pada satu sisi dan hukum internasional pada sisi lainya. 32
29
Ibid
30
Ibid. hlm. 53
31
Hilton Tarnama Putra dan Eka An Aqimuddin, Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di
Asean Lembaga dan Proses, graham ilmu: Yogyakarta, 2011, hlm. 109-110
32
Firdaus, Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Perundang-Undangan
Indonesia, dalam Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8, No.1, Januari-Maret 2014, Hlm. 37.

16
Darus badrulzaman memberi pengertian terhadap system hukum adalah

sebagai suatu kumpulan asas-asas yang terpadu, yang merupakan landasan,

diatas mana dibangun tertib hukum. Asas-asas itu diperoleh melalui

konstruksi yuridis yang kongkrit yaitu dengan menganalisis data-data yang

sifatnya nyata untuk kemudian mengambil sifat-sifatnya yang sama atau

umum(kolektif) atau abstrak.33

Dalam hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional,

terdapat dua teori yang menjelaskan hubungan ini yaitu :

a. Monoisme

Menurut teori ini antara hukum internasional dan hukum nasional

merupakan dua kesatuan dari satu sistem hukum yang lebih besar yaitu

hukum pada umumnya. Karena terletak dalam satu kesatuan hukum yang

sama pula maka dalam interaksinya besar sekali kemungkinan terjadi

konflik antara keduanya.34 Menurut aliran monisme primat Hukum

Nasional, Hukum Internasional berasal dari Hukum Nasional. Contohnya

adalah hukum yang tumbuh dari praktik Negara-negara. Karena hukum

internasional berasal atau bersumber dari hukum nasional maka hukum

nasional kedudukannya lebih tinggi dari hukum internasional, sehingga

bila ada konflik hukum nasionallah yang diutamakan.35

b. Dualisme

33
Soerya Respationo, Sejarah Hukum, ciptapustaka media perintis: Bandung, 2010,
hlm. 25
34
Ibid, hlm. 76
35
Hasanuddin Hasim, Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional Perspektif
Teori Monisme Dan Teori Dualisme | Volume 1 | No.02 | Desember 2019, Hlm.173

17
Adapun teori ini mengemukakan bahwa antara hukum internasional dan

hukum internasional adalah dua sistem yang sangat berbeda satu dengan

yang lain, perbedaan yang dimaksud antara lain :

1. Subyek, subyek hukum internasional adalah negara-negara sedangkan

hukum nasional adalah individu.

2. Sumber hukum, hukum internasional bersumberkan pada kehendak

bersama adapaun hukum nasional bersumber dari kehendak negara

3. Hukum nasional memiliki integrasi yang lebih sempurna dari pada

hukum internasional.

Menurut anzilotti dapat ditarik dari dua prinsip yang fundamental

yakni Hukum Nasional mendasarkan diri pada prinsip bahwa harus dipatuhi,

sedangkan Hukum Internasional mendasarkan pada prinsip bahwa perjanjian

antar negara harus dihormati.36 Apabila terjadi permasalahan maka tidak

melihat mana yang di utamakan antara keduanya, melainkan melihat masalah

transformasi. Hukum Internasional hanya berlaku setelah ditransformasikan

dalam Hukum Nasional. Demikian halnya juga sebaliknya.37

E. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif

yang menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap sebuah

permasalahan dengan pendekatan grounded theory yang menganalisis

36
Ibid, hlm. 77
37
Ibid

18
permasalahan secara indukif dan melihat partisipan dari pihak-pihak yang terlibat

dalam permasalahan. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dimana

Pada jenis penelitian ini yang diteliti berupa bahan pustaka atau data sekunder

yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. 38 serta referensi lain

yang berkenaan dengan permasalahan hukum internasional melalui pendekatan

yuridis normatif untuk mengetahui bagaimana peraturan-peraturan secara normatif

mengenai hukum internasional dan ketentuan yang ada di dalamnya.

1. Jenis Dan Sifat Penelitian

Penelitian merupakan suatu penyelidikian yang tertata dan

sistematis guna untuk meningkatkan pengetahuan dan mendalami masalah

yang dianggap masih memerlukan jawaban. Metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dalam menjawab

pemasalahan tertentu.39

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan

penelitian ini adalah penelitian normatif atau penelitian kepustakaan

Liblary Reasearch, yang mana penelitian ini mengutamakan bahan

pustaka sebagai bahan primer seperti konvensi internasional dan

perundang-undangan kemudian bahan hukum sekunder berupa buku

bacaan, jurnal dan skripsi. bahan tersebut kemudian akan diteliti dan

dijelaskan secara akurat untuk menjawab permasalahan yang diteliti.

2. Tahap Penelitian dan Bahan Penelitian

38
Soerjono Soekanto, Penghantar Penelitian, UI Press: Jakarta, 2008, hal. 2.
39
Sugiono Metode Penelitian Kualitatif,Kuantitatif R&D, Bandung: Alfebeta,2012, Hlm,
279.

19
Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang menggunakan

pendekatan peraturan perundang-undangan serta bahan hukum yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Bahan hukum primer, bahan yang digunakan adalah bahan hukum

primer yang meliputi peraturan perundang-undangan dan konvensi

hukum internasional yang berhubunagan dengan permasalahan yang

ada dalam penelitian ini.

b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang berupa buku bacaan

atau buku teks, jurnal dan skripsi para sarjana hukum, serta pendapat

dan teori yang dikemukakan para ahli.

c. Bahan hukum tersier, merupakan bahan hukum lainya sebagai

penunjang terhadap bahan hukum sekunder dan primer.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data sekunder

yang berasal dari konvensi internasional, perundang-undangan, kajian

terdahulu dan bacaan seperti berikut:

a. Bahan hukum primer

Dalam mendapatkan data dari peraturan perundang-undangan

dan Konvensi Hukum Internasional penulis melakukan penelaahan

membaca dan mengkaji peraturan perundang-undangan serta berapa

peraturan-peraturan lainya sebagai bahan dalam menyelesaikan

pemasalahan dalam melakukan penelitian adapun peraturan perundang-

undangan dan Konvensi Hukum Internasional yang diteliti meliputi :

20
1) Charter of the United Nations 1945.

2) General Agreement On Tariffs And Trade 1994.

3) Agreement on Subsidies and Countervailing Measures.

4) Indonesia-European Union Comprehensice Economic Partnership

Agreement.

5) Dispute Settlement Understanding.

6) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Repumbil Indonesia Tahun

1945.

7) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan

Mineraal Diabn Batubara.

b. Bahan hukum sekunder

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bahan hukum

sekunder berupa pendapat hukum, doktrin dan teori-teori yang

diperoleh dari literature hukum seperti buku dan hasil penelitian

sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji.

c. Bahan hukum tersier

Dalam membantu peneliti dalam malakukan penelitian, maka

peneliti menggunakan media internet dalam mencari bahan-bahan

tambahan seperti artikel online dan dalam mencari pengertian dari suatu

kata peneliti menggunakan kamus untuk menjelaskan lebih rinci

pengertian kata demi kata yang dianggap penting oleh peneliti dan

segala sesuatu dari media internet yang menunjang.

4. Analisis Data

21
Data-data yang telah diperoleh dari bahan-bahan hukum yang

tertera di atas yang berupa peraturan perundang-undangan dan konvensi

hukum internasional, kamus dan dari media internet akan dibaca dan

dianalisa oleh peneliti sehingga mendapatkan menjelaskan penyelesaian

dari masalah yang ada dalam penelitian, analisis data yang digunakan

adalah berupa memberikan gambara secara jelas dan rinci terhadap yang

yang dibahas. Kemudian hasil akan disajikan dengan tertata secara

deskriptif, yaitu dengan menjelaskan, menguraikan dan menggambarkan

sesuai permasalahan yang terdapat dalam penelitian, penguraian secara

deskriptif ini juga akan menjelaskan analisa kesimpulan dan saran yang

diberikan oleh peneliti terhadap pemasalahan dan solusi dari

permasalahan.

F. Jadwal Penelitian

Rencana waktu penelitian dapat dibuat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Rencana Jadwal Penelitian


No Kegiata Jun Jul Agt Okt sep Nov Des

22
1. Konsultansi judul penelitian
skripsi
Konsultasi dan penyusunan
2.
proposal penelitian
Penyerahan proposal kepada
3.
pembimbing
Perbaikan dan revisi proposal
4.
penelitian
5. Seminar proposal
6. Perbaikan hasil seminar proposal
Penulisan dan konsultasi hasil
7.
penelitian
8. Pendaftaran sidang skripsi
9. Sidang
Refisi setelah sidang dan
10.
pembukuan skripsi

G. KERANGKA PENULISAN

BAB I : PENDANHULUAN

23
Pada bab I ini membahas tentang latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, ruang lingkup penelitian dan juga tujuan dari

penelitian dan disertakan kegunaan penelitian, keaslian pemikiran,

kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

BAB II : PEMERIKSAAN DOKUMEN DAN LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas tentang tinjauan umum dari pokok

pembahasan, defenisi, kerangka teori serta hal-hal penting lainya

yang menurut penulis harus disertakan.

BAB III : PENDAPAT HUKUM (Legal Opinion)

Pada bab ini akan mengkaji dan membahasan tentang pendapat

hukum yang berhubungan dengan penelitian permasalahan yang

terdapat pada rumusan masalah, dan pada bab ini juga akan

mengkaji dan mencari solusi dari permasalahahan tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini akan membahas kesimpulan dari pembahasan dan

saran yang akan diberikan peneliti terhadap permasalahan yang

ada.

H. Daftar Pustaka

1. Buku

24
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo : Jakarta, 2008.

Hilton Tarnama Putra Dan Eka An Aqimuddin, Mekanisme Penyelesaian


Sengketa Di Asean Lembaga dan Proses, Graham Ilmu: Yogyakarta,
2011.

J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Mirza Satria Buana, Hukum Internasional : Teori dan Praktek, Jakarta:


Rajawali Press, 2011

Muhammad musa, Hegemoni Barat Terhadap Percaturan Politik Dunia


Sebuah Potret Hubungan Internasional, wahyu press : Jakarta, 2003.

Mochtar kusumaatmadja dan etty r. agoes, pengantar hukum internasional,


Bandung : PT Alumni, 2003.

P.Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, PT Rineka Cipta : Jakarta, 2009.

Philip C.Jessup, Pengantar Hukum Modern Antar Bangsa, Nuansa Cendekia:


Bandung, 2012.

Soerya Respationo, Sejarah Hukum, Ciptapustaka Media Perintis: Bandung,


2010.

Sefriani, Hukum Internasional (Suatu Pengantar) Edisi Kedua, PT.raja


grafindo persada, 2014.

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif R&D, Bandung: Alfebeta,


2012.

Soerjono Soekanto, Penghantar Penelitian, UI Press: Jakarta, 2008

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

2. Karya Tulis

Firdaus, Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Perundang-Unadngan


Indonesia, dalam Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8, No.1,
Januari-Maret 2014.

Hasanuddin Hasim, Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional


Perspektif Teori Monisme Dan Teori Dualisme | Volume 1 | No.02 |
Desember 2019.

25
Izzaty dan Suhartono, Kebijakan Percepatan Larangan Eksporore Nikel Dan
Upaya Hilirisasi Nikel, Vol. XI, No.23/I/Puslit/Desember/2019.

Indonesia corruption watch, Indikasi Kerugian Negara Dari Kurang Catat


Nilai Ekspor Bijih Nikel (HS 2604) Periode 2007 – 2015, Jakarta,
Mei 2017.

Marulak Pardede, Implikasi Hukum Kontrak Karya Pertambangan Terhadap


Kedaulatan Negara, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 18, No.
1, Maret 2018.

Nicholas Parsintaan Pasaribu, Tinjauan Yuridis Sengketa Ekspor Bijih Nikel


Indonesia Terhadap Uni Eropa Ditinjau Dari Perspektif Hukum
Perdagangan Internasional, Universitas Sriwijaya, 2021.
.
Sigit Riyanto, Kedaulatan Negara Dalam Kerangka Hukum Internasional
Kontemporer, dalam Yustisia | Volume.1 | No.03 | September -
Desember 2012

Tommy hendra purwaka, Tinjauan Hukum Laut Terhadap Negara Kesatuan


Republik Indonesia. Dalam Jurnal Mimbar Hukum | Volume 26 |
No.03 | Oktober 2014.

Ummi yusnita, penyelesaian sengketa batas laut antara Indonesia dan


Malaysia dalam perspektif hukum internasional. Dalam Jurnal
Binamulia Hukum | Volume 07 | No.01 | Juli 2018.

Yusril Ihza Mahendra, Risalah Sidang Mahkamah Konstitusi perkara


nomor 10/PUU- XII/2014 tanggal 1 September 2014.

3. Deklarasi Internasional

Konvensi Chicago tentang Penerbangan Sipil Internasional 1944

4. Bahan Internet

European Commission, EU launches WTO challenge against Indonesian


restrictions on raw materials,
https://trade.ec.europa.eu/doclib/press/index.cfm?id=2086&title=EU-
launches-WTO-challenge-against-Indonesian-restrictions-on-raw-
materials [20-03-2021].

Ferry Sandi, Siap Tempur Lawan Eropa Soal Nikel, Mendag: Mereka
Ketakutan, <https://www.cnbcindonesia.com/news/20210127175840-
4-219215/siap-tempur-lawan-eropa-soal-nikel-mendag-mereka-
ketakutan> [15-03-2021]

26
Kementrian luar negeri republik Indonesia, World Trade Organization (WTO),
https://kemlu.go.id/portal/id/read/133/halaman_list_lainnya/world-
trade-organization-(GATT) [07-04-2021]

5. Bahan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Repumbil Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomer 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan


Batubara

27

Anda mungkin juga menyukai