Anda di halaman 1dari 2

Memaparkan kewenangan merekar berdasarkan UU/PP/PERMEN yang berlaku

1. Urgensi dan Status Quo Kewenangan Kementerian ESDM dan Kementerian


Perindustrian Terkait Izin Usaha Pendirian Smelter

Indonesia dikenal sebagai negara penghasil barang tambang terbesar di dunia. 1 Hal ini
termanifestasi dengan capain Indonesia yang mampu menduduki peringkat pertama
sebagai negara dengan produksi timah terbesar, peringkat kedua untuk produksi tembaga,
dan peringkat ketiga dunia untuk produksi nikel. 2 Namun, pencapaian tersebut dinilai
masih kurang cukup dalam hal optimalisasi pemanfataan barang tambang atau mineral di
Indonesia. Pasalnya, barang tambang atau mineral yang dikemudian dihasilkan dan
diekspor merupakan barang tambang yang masih dalam bentuk bahan mentah atau yang
juga disebut ore. Tentunya jika mineral tersebut di ekspor keluar dalam bentuk mineral
mentah (ore) maka nilai yang didapatkan akan lebih kecil dibandingkan dengan dilakukan
pengolahan pemurnian (smelting) terlebih dahulu.3
Dalam tatanan praktis, tahap pemurnian (smelting) menjadi suatu terobosan signifikan
dalam hal optimalisasi pemanfaatan barang tambang atau mineral di Indonesia. Hal ini
terjewantahkan dengan adanya beberapa keuntungan yang dapat dirasakan oleh
Pemerintah dan pelaku usaha, diantaranya: Pertama, dengan dibangunnya smelter di
wilayah tambang akan lebih menguntungkan dibanding dengan membangun smelter di
luar negeri karena biaya yang jauh lebih terjangkau. Kedua, peningkatan nilai tambah
mineral yang dilakukan melalui kegiatan pengolahan, peleburan dan pemurnian mineral
dari bahan baku yang berbentuk biji menjadi suatu produk akhir yang berbentuk logam
(metal). Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk atau komoditi yang
memiliki nilai ekonomi dan daya guna lebih tinggi dari sebelumnya. Ketiga, adanya
smelter yang berdekatan dengan perusahaan tambang, maka akan berdampak positif pada
peningkatan kinerja industri pertambangan nasional. Keempat, dengan perusahan
tambang membangun smelter, maka perusahan tambang secara tidak langsung telah
membantu Pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran.4

1
Universitas Gadjah Mada, “Indonesia Salah Satu Penghasil Tambang Terbesar di Dunia”
https://feb.ugm.ac.id/id/berita/2877-indonesia-salah-satu-penghasil-tambang-terbesar-di-dunia, diakses pada 1
April 2020.
2
Ibid.,
3
Maria Contesa, “Smelter: Inkonsistensi Kebijakan, Kendala dan Dampak di Indonesia” Jurnal
Responsive Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 7.
4
Chyntia Damayanti, “Urgensi Pembangunan Smelter oleh Perusahaan Tambang di Indonesia Sesuai
Amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara” Jurnal Privat
Law (2015), hlm. 9.
Namun, terlepas dari nila-nilai vital terkait smelter sebagai fundamen atas akselerasi
pemanfataan barang tambang dan mineral di Indonesia, masih terdapat banyak
problematika yang harus segera dituntaskan oleh Pemerintah. Salah satu permasalahan
yang tengah dihadapi adalah adanya dualisme rezim peraturan yang mengakomodir izin
pendirian smelter itu sendiri. Hal ini menjadi amanat atas revisi UU Minerba yang
menjelaskan bahwa bagi pendirian smelter nantinya akan dikenakan rezim kontrak Izin
Usaha Pertambangan (IUP) yang secara hirarkis berada di bawah kewenangan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sementara itu, bagi pelaku usaha atau
perusahaan yang nantinya hanya membangun smelter namun tidak memiliki Wilayah
Kerja Pertambangan (WKP), maka dikenai rezim kontrak Izin Usaha Industri (IUI) yang
berada dibawah kewenangan Kementerian Perinndustrian.

Anda mungkin juga menyukai