PENDIDIKAN
• Magister Kenotariatan (Fakultas Hukum)
Universitas Airlangga (2016-2018)
• Sarjana Hukum (Fakultas Hukum)
Universitas Brawijaya (2011-2015)
• SMAN 1 Sumenep (2010)
KARIR
• Koordinator Substansi Penetapan Hak Atas
Tanah dan Ruang Kantor Pertanahan Kab.
Bangka Selatan (2022-Sekarang)
• Analis Hukum Pertanahan Kantor Pertanahan
Kab. Bangka Selatan (2021-2022)
• Analis Sengketa Pertanahan (PNS)
Kantor Pertanahan Kab. Bangka Selatan
(2020-2021)
• Analis Sengketa Pertanahan (CPNS)
Kementerian ATR/BPN (2019)
• Anggota Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia
(INI) (2018)
Ruang Lingkup
01 Konsep Dasar Hukum Pertambangan
Pengertian Umum, Hukum Pertambangan, dan Sejarah Pengaturan Hukum
Pertambangan
01 Pengertian Umum
Hukum diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah dalam kehidupan bersama keseluruhan
tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan suatu sanksi. (Prof. Sudikno Mertokusumo)
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,eksplorasi,studi
kelayakan,konstruksi,penambangan, pengolahan dan atau pemurnian atau pengembangan dan atau
pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang (Pasal 1 angka 1 UU 3/2020
tentang Perubahan UU 4/2009 tentang Pertamban gan Minerba.
Sejak zaman penjajahan Belanda, Kolonial Belanda menerapkan Indische Mijnwet 1899 terkait kebijakan
pertambangan di Indonesia. Selanjutnya ketentuan ini dirubah dengan Indische 1910 dan 1918 serta
Mijnordonatie 1906, yang menegaskan bahwa pengurusan perizinan untuk perminyakan dan pertambangan
bahan galian logam, batubara, batu permata dan beberapa bahan galian lainnya dikeluarkan Pemerintah
Pusat. Terhadap bahan galian yang dianggap tidak begitu penting seperti pasir, batu apung dan batu
gamping perizinannya dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, seperti residen.
Pada masa pendudukan Jepang, usaha-usaha pertambangan yang ditinggalkan oleh Belanda dilanjutkan
oleh Jepang untuk memperlancar mesin perangnya. Daerah-daerah tambang baru dibuka dan sebagian
besar dikerjakan sendiri oleh perusahaan-perusahaan Jepang sendiri, di antaranya adalah Ishihara Sanyo,
Mitzui Kozan, Nippon Chisso dan Mitshubisi Kabushiki Kaisha.
Pasca kemerdekaan, diterbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1960
tentang Pertambangan dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1960 tentang
Minyak dan Gas. Saat memasuki era orde baru, dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dan dicabut dengan UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara dan terakhir oleh UU No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Pengaturan Hukum
Pertambangan Rakyat
PENGATURAN HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT
01 Pengertian
Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua golongan a, b dan c
seperti yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) (golongan bahan galian strategis, bahan galian vital, bahan
galian yang tidak termasuk a dan b) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara
gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri (Pasal 2 huruf n UU No. 11 tahun 1967
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan.
02 Dasar Hukum
• Perppu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
• UU No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara;
• UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (status diubah);
• UU No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (status dicabut);
• PP No. 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
• PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara (status
dicabut);
• Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan
Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
PENGATURAN HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT
Pasal 33 UUD 1945 memberikan penekanan pada penguasaan Negara terhadap Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran
rakyat.
Ruang lingkup HMN diatur dalam Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria yaitu; 1) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa tersebut, 2) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa dan 3) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa
atau dalam kalaimat lain dapat disimpulkan, komponen yang terkandung dalam HMN tersebut adalah
kekuasaan untuk mengatur (rege/en), mengurus (bestuuren) dan mengawasi (toezicthouden).
PENGATURAN HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT
03 Lanjutan…
Keberadaan HMN lebih dipertegas dalam UU No. 11 tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Per -
tambangan. Pada Pasal 1 menyatakan bahwa semua bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum per -
tambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa,
adalah kekayaan Nasional bangsa Indonesia dan oleh karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh Negara
untuk sebesarbesar kemakmuran Rakyat.
Pertambangan Rakyat bertujuan memberikan kesempatan terbuka kepada rakyat setempat dalam mengusa -
hakan bahan galian untuk turut serta membangun Negara di bidang pertambangan dengan bimbingan Pe -
merintah. Pertambangan Rakyat hanya dilakukan oleh Rakyat setempat yang memperoleh Kuasa Pertam -
bangan (izin) Pertambangan Rakyat.
04 Lanjutan…
Pemegang hak atas tanah hanya menguasai sebatas permukaan tanahnya saja sedangkan bangunan atau
apapun yang melekat di atas tanah tersebut berbeda hak kepemilikannya dan hal ini membuka kemungkinan
bahwa pemegang hak atas benda yang melekat di atas tanah berbeda dengan yang memegang hak atas
tanah.
Pasal 136 ayat (1) menyebutkan bahwa Pemegang IUP atau IUPK sebelum melakukan kegiatan operasi
produksi wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sebagai Informasi, IUP tidak dapat dialihkan kecuali atas persetujuan Menteri sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 93 UU 3/2020. Meskipun demikian peralihan IUP masih dapat dimungkinkan melalui mekanisme
izin pemberian kuasa pertambangan serta memenuhi 2 syarat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 93
ayat (2) UU 3/2020.
PERTANYAAN
1. Apakah dalam konsep HMN negeri memiliki tanah? YA/TIDAK.
2. Apakah dalam konsep HMN juga mencakup kegiatan pertambangan? -YA/TIDAK
3. Apakah Pemegang Hak Atas Tanah dapat melakukan pertambangan terhadap kandungan mineral yang
ada di dalam bidang tanahnya sendiri? YA/TIDAK.
4. Apakah Pemegang IUP dalam melakukan kegiatan pertambangan perlu memperoleh izin dari Pemegang
Hak Atas Tanah? -YA/TIDAK
5. Apakah Pemegang Hak Atas Tanah dalam mendirikan bangunan perlu memperoleh izin dari Pemegang
IUP? YA/TIDAK.
6. Apakah Pemegang IUP boleh mengalihkan Izin tersebut kepada pihak lain? YA/TIDAK.
7. Apakah ketentuan dalam KUHPerdata masih relevan dalam bidang agraria dan pertambangan? YA/
TIDAK.
Kegiatan Pertambangan
Rakyat
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT
Perlu diketahui bahwa wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum
ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR. (Pasal 24 UU 4/2009)
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT
01 Lanjutan…
Jika telah memenuhi kriteria, bupati/walikota setempat akan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan
berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota untuk ditetapkan menjadi WPR (Pasal
23 UU 4/2009) Selanjutnya, bupati/walikota berkewajiban melakukan pengumuman mengenai rencana WPR
kepada masyarakat secara terbuka. Pengumuman rencana WPR dilakukan di kantor desa/kelurahan dan
kantor/instansi terkait, dilengkapi dengan peta situasi yang menggambarkan lokasi, luas, dan batas serta daftar
koordinat dan dilengkapi daftar pemegang hak atas tanah yang berada dalam WPR (Penjelasan Pasal
23 UU 4/2009).
Jangka Waktu Pengumuman rencana WPR tidak disebutkan secara spesifik baik dalam UU 4/2009 maupun UU
3/2020.
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT
Jangka Waktu IPR paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima)
tahun. (Pasal 68 ayat (2) UU 3/2020)
Pemegang IPR dilarang memindahtangankan IPR kepada pihak lain. (Pasal 70 A UU 3/2020)
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT
1. Pungutan uang Jalan (pengamanan), pungutan ini dilakukan oleh oknum-oknum aparat kepolisian, oknum
kepolisian menurut pengakuan para pengusaha biasanya meminta 200 ribu perhari untuk 10 truk yang lalu
lalang,
2. Uang Makan, uang makan adalah istilah setoran harian pada oknum aparat yang datang ke lokasi tambang,
biasanya diberi 50 ribu ditambah tagihan uang makan di warung dekat lokasi;
3. Pungutan liar juga diminta oleh oknum yang mengaku dari pihak media ataupun LSM, mereka mengancam
akan membuka kasus perizinan apabila tidak diberikan uang, besarnya 500 ribu hingga 1 juta rupiah sekali
minta.
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT
05 Lanjutan…
Jenis Peraturan di Daerah Tingkat Kabupaten/Kota
1. Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang Pertambangan;
2. Surat Keputusan Bupati/walikota menyangkut pertambangan;
3. Prosedur birokrasi terkait perizinan aktivitas pertambangan;
4. Peraturan/surat edaran dinas terkait aktivitas pertambangan
Kebijakan masing-masing daerah relatif berbeda, khususnya dalam melihat aktivitas pertambangan skala kecil,
pemerintah daerah setidaknya memiliki dua kewenangan menurut Undang-Undang no. 3 tahun 2020 tentang
Minerba, Pertama, memberikan izin usaha pertambangan dengan sebelumnya menetapkan Wilayah Izin Usaha
Pertambangan. Dan Kedua, mengeluarkan izin pertambangan rakyat dengan sebelumnya menetapkan Wilayah
pertambangan rakyat.
PERTANYAAN
1. Si A merupakan seorang pendatang dan telah lama tinggal di satu wilayah sehingga si A memutuskan
untuk pindah jiwa pada Wilayah tsb. Oleh karenanya si A memperoleh KTP Baru, Si A berniat mengajukan
permohonan IPR. Apakah si A memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan IPR? -YA/TIDAK
2. Apakah IPR dapat diperbaharui setelah jangka waktu 10 tahun berakhir? YA/TIDAK.
3. Apakah IPR dapat diberikan sebelum WPR ditetapkan? YA/TIDAK.
4. Apakah Pemegang IPR boleh mengalihkan Izin tersebut kepada pihak lain? YA/TIDAK.
5. Apakah seseorang yang telah melakukan kegiatan pertambangan di wilayahnya selama 20 tahun, secara
serta merta wilayah tersebut menjadi WPR? YA/TIDAK.
6. Apakah penetapan WPR perlu dilakukan Proses Pengumuman? -YA/TIDAK
Perolehan Izin Pertamban-
gan Rakyat
PEROLEHAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT
Sebelum melakukan kegiatan Penambangan, pemegang IPR wajib menyusun rencana Penambangan,
diantaranya memuat: a. metode Penambangan; b. peralatan dan perlengkapan yang digunakan, c. jadwal kerja;
d. kebutuhan personil; dan e. biaya atau permodalan
PERTANYAAN
01 Hukum Agraria
Hubungan hukum antara pertambangan dan hukum agraria utamanya terkait dengan pemanfaatan tanah,
dalam hukum agrarian mengenal beberapa macam jenis tanah dan hak atas tanah seperti, Tanah Negara,
Tanah Adat, Tanah Hak Barat serta Tanah Hak Milik, HGB, HGU, dan Hak Pakai.
Dalam prakteknya setiap pemberian hak atas tanah baik yang berasal dari permohonan hak baru dan hak lama,
Kantor Pertanahan berupaya sebisa mungkin agar mengetahui terlebih dahulu status tanah tersebut apakah
terdapat IUP atau tidak.
02 Hukum Lingkungan
Pertambangan wajib memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, shg wajib:
a. Memiliki AMDAL, analisis; Iklim dan kualitas udara, fisiologi dan geologi, hidrologi dan kualitas air, ruang,
lahan dan tanah, flora dan fauna, sosial (demografi, ekonomi, sosial budaya dan Kesehatan masyarakat).
b. Melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan.
c. Melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.
03 Hukum Pajak
Hukum pertambangan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum pajak karena kegiatan usaha
pertambangan selalu disertai dengan kewajiban pembayaran pajak oleh wajib pajak.
TERIMA KASIH
semoga bermanfaat untuk semua