Anda di halaman 1dari 27

LogoType

ASPEK HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT


Oleh :
Mohammad Nizar Sabri, S.H.,M.Kn
Profil Pengajar TEMPAT LAHIR
Sumenep, 02 November 1992

PENDIDIKAN
• Magister Kenotariatan (Fakultas Hukum)
Universitas Airlangga (2016-2018)
• Sarjana Hukum (Fakultas Hukum)
Universitas Brawijaya (2011-2015)
• SMAN 1 Sumenep (2010)
KARIR
• Koordinator Substansi Penetapan Hak Atas
Tanah dan Ruang Kantor Pertanahan Kab.
Bangka Selatan (2022-Sekarang)
• Analis Hukum Pertanahan Kantor Pertanahan
Kab. Bangka Selatan (2021-2022)
• Analis Sengketa Pertanahan (PNS)
Kantor Pertanahan Kab. Bangka Selatan
(2020-2021)
• Analis Sengketa Pertanahan (CPNS)
Kementerian ATR/BPN (2019)
• Anggota Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia
(INI) (2018)
Ruang Lingkup
01 Konsep Dasar Hukum Pertambangan
Pengertian Umum, Hukum Pertambangan, dan Sejarah Pengaturan Hukum
Pertambangan

02 Pengaturan Hukum Pertambangan Rakyat


Pengertian, Dasar Hukum, Pertambangan Rakyat terhadap HMN, dan
Pengaruh Asas Pemisahan Horizontal

03 Kegiatan Pertambangan Rakyat


Kriteria Wilayah Pertambangan, Izin Pertambangan Rakyat, Dampak Positif
dan Negatif Pertambangan Rakyat, Dilema Kebijakan Tambang Rakyat

04 Perolehan Izin Pertambangan Rakyat (IPR)


Persyaratan Administrasi, Syarat Teknis, dan Pelaksanaan IPR

05 Hubungan Hukum Usaha Pertambangan


Hukum Agraria, Hukum Lingkungan, Hukum Pajak
Konsep Dasar
Hukum Pertambangan
KONSEP DASAR HUKUM PERTAMBANGAN

01 Pengertian Umum
Hukum diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah dalam kehidupan bersama keseluruhan
tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan suatu sanksi. (Prof. Sudikno Mertokusumo)

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,eksplorasi,studi
kelayakan,konstruksi,penambangan, pengolahan dan atau pemurnian atau pengembangan dan atau
pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang (Pasal 1 angka 1 UU 3/2020
tentang Perubahan UU 4/2009 tentang Pertamban gan Minerba.

02 Pengertian Hukum Pertambangan


Hukum Pertambangan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur kewenangan negara
dalam pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan hukum antara negara dengan orang
dan atau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang). (Prof. Salim HS)
KONSEP DASAR HUKUM PERTAMBANGAN
03 Sejarah Pengaturan Hukum Pertambangan

Sejak zaman penjajahan Belanda, Kolonial Belanda menerapkan Indische Mijnwet 1899 terkait kebijakan
pertambangan di Indonesia. Selanjutnya ketentuan ini dirubah dengan Indische 1910 dan 1918 serta
Mijnordonatie 1906, yang menegaskan bahwa pengurusan perizinan untuk perminyakan dan pertambangan
bahan galian logam, batubara, batu permata dan beberapa bahan galian lainnya dikeluarkan Pemerintah
Pusat. Terhadap bahan galian yang dianggap tidak begitu penting seperti pasir, batu apung dan batu
gamping perizinannya dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, seperti residen.

Pada masa pendudukan Jepang, usaha-usaha pertambangan yang ditinggalkan oleh Belanda dilanjutkan
oleh Jepang untuk memperlancar mesin perangnya. Daerah-daerah tambang baru dibuka dan sebagian
besar dikerjakan sendiri oleh perusahaan-perusahaan Jepang sendiri, di antaranya adalah Ishihara Sanyo,
Mitzui Kozan, Nippon Chisso dan Mitshubisi Kabushiki Kaisha.
Pasca kemerdekaan, diterbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1960
tentang Pertambangan dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1960 tentang
Minyak dan Gas. Saat memasuki era orde baru, dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dan dicabut dengan UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara dan terakhir oleh UU No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Pengaturan Hukum
Pertambangan Rakyat
PENGATURAN HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT

01 Pengertian
Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua golongan a, b dan c
seperti yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) (golongan bahan galian strategis, bahan galian vital, bahan
galian yang tidak termasuk a dan b) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara
gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri (Pasal 2 huruf n UU No. 11 tahun 1967
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan.

02 Dasar Hukum
• Perppu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
• UU No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara;
• UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (status diubah);
• UU No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (status dicabut);
• PP No. 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
• PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara (status
dicabut);
• Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan
Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
PENGATURAN HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT

03 Pertambangan Rakyat terhadap HMN


Hak Mengusai Negara merupakan dasar legitimasi konstitusional yang memberikan negara kekuatan untuk
menga tur, mengelola dan mengusahakan sumberdaya pertambangan. Konsep HMN diadopsi dari dua hal
yaitu konsep Negara kesejahteraan dan konsep ulayat yang dikenal dalam hukum adat.

Pasal 33 UUD 1945 memberikan penekanan pada penguasaan Negara terhadap Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar­besar kemakmuran
rakyat.

Ruang lingkup HMN diatur dalam Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria yaitu; 1) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa tersebut, 2) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa dan 3) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa
atau dalam kalaimat lain dapat disimpulkan, komponen yang terkandung dalam HMN tersebut adalah
kekuasaan untuk mengatur (rege/en), mengurus (bestuuren) dan mengawasi (toezicthouden).
PENGATURAN HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT

03 Lanjutan…
Keberadaan HMN lebih dipertegas dalam UU No. 11 tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Per -
tambangan. Pada Pasal 1 menyatakan bahwa semua bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum per -
tambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa,
adalah kekayaan Nasional bangsa Indonesia dan oleh karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh Negara
untuk sebesar­besar kemakmuran Rakyat.

Pertambangan Rakyat bertujuan memberikan kesempatan terbuka kepada rakyat setempat dalam mengusa -
hakan bahan galian untuk turut serta membangun Negara di bidang pertambangan dengan bimbingan Pe -
merintah. Pertambangan Rakyat hanya dilakukan oleh Rakyat setempat yang memperoleh Kuasa Pertam -
bangan (izin) Pertambangan Rakyat.

04 Pengaruh Asas Pemisahan Horizontal


Asas pemisahan horizontal yang dianut hukum tanah adat menyatakan bahwa tanah hanya meliputi
permukaan tanah saja sehingga apa yang melekat atau berdiri di atasnya dan apa yang terkandung di
bawahnya bukanlah satu kesatuan melainkan bentuk-bentuk yang terpisah (Prof. Boedi Harsono)
PENGATURAN HUKUM PERTAMBANGAN RAKYAT

04 Lanjutan…
Pemegang hak atas tanah hanya menguasai sebatas permukaan tanahnya saja sedangkan bangunan atau
apapun yang melekat di atas tanah tersebut berbeda hak kepemilikannya dan hal ini membuka kemungkinan
bahwa pemegang hak atas benda yang melekat di atas tanah berbeda dengan yang memegang hak atas
tanah.

Ketentuan dalam UU No. 4 Tahun 2009 :


Pasal 135 menyebutkan bahwa Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi hanya dapat melaksanakan
kegiatannya setelah mendapat persetujuan dari pemegang hak atas tanah.

Pasal 136 ayat (1) menyebutkan bahwa Pemegang IUP atau IUPK sebelum melakukan kegiatan operasi
produksi wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sebagai Informasi, IUP tidak dapat dialihkan kecuali atas persetujuan Menteri sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 93 UU 3/2020. Meskipun demikian peralihan IUP masih dapat dimungkinkan melalui mekanisme
izin pemberian kuasa pertambangan serta memenuhi 2 syarat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 93
ayat (2) UU 3/2020.
PERTANYAAN
1. Apakah dalam konsep HMN negeri memiliki tanah? YA/TIDAK.
2. Apakah dalam konsep HMN juga mencakup kegiatan pertambangan? -YA/TIDAK
3. Apakah Pemegang Hak Atas Tanah dapat melakukan pertambangan terhadap kandungan mineral yang
ada di dalam bidang tanahnya sendiri? YA/TIDAK.
4. Apakah Pemegang IUP dalam melakukan kegiatan pertambangan perlu memperoleh izin dari Pemegang
Hak Atas Tanah? -YA/TIDAK
5. Apakah Pemegang Hak Atas Tanah dalam mendirikan bangunan perlu memperoleh izin dari Pemegang
IUP? YA/TIDAK.
6. Apakah Pemegang IUP boleh mengalihkan Izin tersebut kepada pihak lain? YA/TIDAK.
7. Apakah ketentuan dalam KUHPerdata masih relevan dalam bidang agraria dan pertambangan? YA/
TIDAK.
Kegiatan Pertambangan
Rakyat
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT

01 Kriteria Wilayah Pertambangan


Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu WPR, kegiatan pertambangan rakyat di
kelompokkan  menjadi 3 bagian: (Pasal 66 UU 3/2020)
1. Pertambangan Mineral logam;
2. Pertambangan Mineral bukan logam; atau
3. Pertambangan batuan.
Wilayah pertambangan dapat ditetapkan sebagai WPR, jika wilayah pertambangan tersebut memenuhi kriteria-
kriteria sebagai berikut: (Pasal 22 UU 3/2020)
1. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;
2. Mempunyai cadangan primer mineral logam dengan kedalaman maksimal 100 meter;
3. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
4. Luas maksimal WPR adalah 100 hektare;
5. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau
6. Memenuhi kriteria pemanfaatan ruang dan kawasan untuk kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Perlu diketahui bahwa wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan tetapi  belum
ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR. (Pasal 24 UU 4/2009)
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT

01 Lanjutan…
Jika telah memenuhi kriteria, bupati/walikota setempat akan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan
berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota untuk ditetapkan menjadi WPR (Pasal
23 UU 4/2009) Selanjutnya, bupati/walikota berkewajiban melakukan pengumuman mengenai rencana WPR
kepada masyarakat secara terbuka. Pengumuman rencana WPR dilakukan di kantor desa/kelurahan dan
kantor/instansi terkait, dilengkapi dengan peta situasi yang menggambarkan lokasi, luas, dan batas serta daftar
koordinat dan dilengkapi daftar pemegang hak atas tanah yang berada dalam WPR (Penjelasan Pasal
23 UU 4/2009).
Jangka Waktu Pengumuman rencana WPR tidak disebutkan secara spesifik baik dalam UU 4/2009 maupun UU
3/2020.
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT

02 Izin Pertambangan Rakyat


Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk melaksanakan Usaha Pertambangan
dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas. (Pasal 1 angka 10 UU 3/2020)
IPR diberikan oleh Menteri kepada: (Pasal 67 UU 3/2020)
1. orang perseorangan yang merupakan penduduk setempat; atau
2. koperasi yang anggotanya merupakan penduduk setempat.
Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang dapat diberikan kepada: (Pasal 68 ayat (1) UU 3/2020)
1. orang perseorangan paling luas 5 (lima) hektare; atau
2. koperasi paling luas 10 (sepuluh) hektare.

Jangka Waktu IPR paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima)
tahun. (Pasal 68 ayat (2) UU 3/2020)

Pemegang IPR dilarang memindahtangankan IPR kepada pihak lain. (Pasal 70 A UU 3/2020)
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT

03 Dampak Positif Pertambangan Rakyat


Pembinaan serta pemberian legalisasi terhadap pertambangan rakyat dapat memberikan dampak positif terhadap
masyarakat di wilayah tersebut diantaranya :
1. Menanggulangi persoalan sosial dan ekonomi masyarakat di daerah bersangkutan;
2. Terbuka dan terciptanya lapangan kerja baru;
3. Membangkitkan jiwa-jiwa wirausaha di daerah;
4. Mencegah terjadinya urbanisasi;dan
5. Dapat menekan dan mengendalikan kerusakan lingkungan, karena dilakukan pada wilayah yang sebelumnya
telah di tetapkan peruntukkannya sebagai WPR

04 Dampak Negatif Pertambangan Rakyat Ilegal


Keberadaan tambang illegal pada prinsipnya selain merupakan kegiatan yang melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan juga dapat menimbulkan akibat buruk bagi:
1. Pencemaran Udara;
2. Pencemaran Air;
3. Resiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT

05 Dilema Kebijakan Tambang Rakyat


Pemerintah menganggap keberadaan tambang Timah yang marak dilakukan oleh masyarakat Bangka Belitung,
melahirkan kerugian dimana pemasukan dari retribusi tidak menguntungkan dibandingkan dengan biaya yang
ditanggung dalam pembangunan dan perbaikan infrastruktur. Hanya saja, ketika pemerintah hendak melakukan
penertiban selalu berhadapan langsung dengan masyarakat penambang yang mengandalkan penghidupannya
dari aktivitas tersebut.

1. Pungutan uang Jalan (pengamanan), pungutan ini dilakukan oleh oknum-oknum aparat kepolisian, oknum
kepolisian menurut pengakuan para pengusaha biasanya meminta 200 ribu perhari untuk 10 truk yang lalu
lalang,
2. Uang Makan, uang makan adalah istilah setoran harian pada oknum aparat yang datang ke lokasi tambang,
biasanya diberi 50 ribu ditambah tagihan uang makan di warung dekat lokasi;
3. Pungutan liar juga diminta oleh oknum yang mengaku dari pihak media ataupun LSM, mereka mengancam
akan membuka kasus perizinan apabila tidak diberikan uang, besarnya 500 ribu hingga 1 juta rupiah sekali
minta.
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT

05 Lanjutan…
Jenis Peraturan di Daerah Tingkat Kabupaten/Kota
1. Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang Pertambangan;
2. Surat Keputusan Bupati/walikota menyangkut pertambangan;
3. Prosedur birokrasi terkait perizinan aktivitas pertambangan;
4. Peraturan/surat edaran dinas terkait aktivitas pertambangan

Jenis Peraturan Daerah Tingkat Provinsi


5. Peraturan Daerah Propinsi mengenai Izin Pertambangan
6. Surat Keputusan Gubernur Mengenai Pertambangan

Kebijakan masing-masing daerah relatif berbeda, khususnya dalam melihat aktivitas pertambangan skala kecil,
pemerintah daerah setidaknya memiliki dua kewenangan menurut Undang-Undang no. 3 tahun 2020 tentang
Minerba, Pertama, memberikan izin usaha pertambangan dengan sebelumnya menetapkan Wilayah Izin Usaha
Pertambangan. Dan Kedua, mengeluarkan izin pertambangan rakyat dengan sebelumnya menetapkan Wilayah
pertambangan rakyat.
PERTANYAAN
1. Si A merupakan seorang pendatang dan telah lama tinggal di satu wilayah sehingga si A memutuskan
untuk pindah jiwa pada Wilayah tsb. Oleh karenanya si A memperoleh KTP Baru, Si A berniat mengajukan
permohonan IPR. Apakah si A memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan IPR? -YA/TIDAK
2. Apakah IPR dapat diperbaharui setelah jangka waktu 10 tahun berakhir? YA/TIDAK.
3. Apakah IPR dapat diberikan sebelum WPR ditetapkan? YA/TIDAK.
4. Apakah Pemegang IPR boleh mengalihkan Izin tersebut kepada pihak lain? YA/TIDAK.
5. Apakah seseorang yang telah melakukan kegiatan pertambangan di wilayahnya selama 20 tahun, secara
serta merta wilayah tersebut menjadi WPR? YA/TIDAK.
6. Apakah penetapan WPR perlu dilakukan Proses Pengumuman? -YA/TIDAK
Perolehan Izin Pertamban-
gan Rakyat
PEROLEHAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT

01 Syarat Administrasi (Pasal 63 PP No. 96/2021)


Orang perseorangan, meliputi:
1. Surat permohonan;
2. Nomor induk berusaha;
3. Salinan kartu tanda penduduk;
4. Surat keterangan dari kelurahani desa setempat )rang menyatakan pemohon merupakan penduduk
setempat;
5. Surat pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta keselanratan pertambangan; dan
6. Surat keterangan fiskal sesuai dengan ketenhran peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Koperasi, meliputi:
7. Surat permohonan;
8. Nomor induk berusaha (NIB);
9. Salinan kartu tanda penduduk pengurus koperasi;
10. Surat keterangan dari kelurahan/desa setempat yang menyatakan seluruh pengurus koperasi merupakan
penduduk setempat;
11. Surat pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan serta keselamatan pertambangan; dan
12. Surat keterangan fiskal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
PEROLEHAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT

02 Syarat Teknis (Pasal 66 PP No. 96/2021)


Persyaratan teknis Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
1. tidak menggunakan bahan peledak;
2. tidak menggunakan bahan berbahaya beracun yang dilarang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3. tidak melakukan kegiatan Penambangan dengan menggunakan metode Penambangan bawah tanah bagi
orang perseorangan; dan
4. menerapkan kaidah teknik Pertambangan yang baik khususnya pengelolaan lingkungan dan keselamatan
Pertambangan.

03 Pelaksanaan IPR (Pasal 65 PP No. 96/2021)


Pemegang IPR wajib melakukan kegiatan Penambangan dalam jangka- waktu paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah IPR diterbitkan.

Sebelum melakukan kegiatan Penambangan, pemegang IPR wajib menyusun rencana Penambangan,
diantaranya memuat: a. metode Penambangan; b. peralatan dan perlengkapan yang digunakan, c. jadwal kerja;
d. kebutuhan personil; dan e. biaya atau permodalan
PERTANYAAN

1. Apakah Badan Usaha dapat diberikan IPR? YA/TIDAK.


2. Apakah Badan Hukum yang berada di Indonesia dapat diberikan IPR? YA/TIDAK.
3. Si B merupakan seorang pendatang yang sedang merantau di satu wilayah, si B berniat mengajukan IPR
dengan melampirkan surat keterangan domisili. Apakah si B memenuhi syarat untuk mengajukan
permohonan IPR? YA/TIDAK.
4. Apakah Pemegang IPR perseorangan diperbolehkan melakukan metode penambangan bawah tanah?
YA/TIDAK.
5. Apakah Perseorangan dapat diberikan IPR seluas 10 hektare? YA/TIDAK.
Hubungan Hukum Usaha
Pertambangan
HUBUNGAN HUKUM USAHA PERTAMBANGAN

01 Hukum Agraria
Hubungan hukum antara pertambangan dan hukum agraria utamanya terkait dengan pemanfaatan tanah,
dalam hukum agrarian mengenal beberapa macam jenis tanah dan hak atas tanah seperti, Tanah Negara,
Tanah Adat, Tanah Hak Barat serta Tanah Hak Milik, HGB, HGU, dan Hak Pakai.
Dalam prakteknya setiap pemberian hak atas tanah baik yang berasal dari permohonan hak baru dan hak lama,
Kantor Pertanahan berupaya sebisa mungkin agar mengetahui terlebih dahulu status tanah tersebut apakah
terdapat IUP atau tidak.

02 Hukum Lingkungan
Pertambangan wajib memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, shg wajib:
a. Memiliki AMDAL, analisis; Iklim dan kualitas udara, fisiologi dan geologi, hidrologi dan kualitas air, ruang,
lahan dan tanah, flora dan fauna, sosial (demografi, ekonomi, sosial budaya dan Kesehatan masyarakat).
b. Melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan.
c. Melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.

03 Hukum Pajak
Hukum pertambangan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum pajak karena kegiatan usaha
pertambangan selalu disertai dengan kewajiban pembayaran pajak oleh wajib pajak.
TERIMA KASIH
semoga bermanfaat untuk semua

Anda mungkin juga menyukai