Anda di halaman 1dari 9

Lex Et Societatis Vol. VIII/No.

2/Apr-Jun/2020

SANKSI ADMINISTRASI ATAS PELANGGARAN oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
UNDANG - UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 besar kemakmuran rakyat. Mengingat mineral
TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN dan batubara sebagai kekayaan alam yang
BATUBARA1 terkandung di dalam bumi merupakan sumber
Oleh: Tesalonika Roring2 daya alam yang tak terbarukan, pengelolaannya
perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien,
ABSTRAK transparan, berkelanjutan dan berwawasan
Penelitian ini dilakukannya dengan tujuan lingkungan, serta berkeadilan agar memperoleh
adalah untuk mengetahui bagaimana terjadinya manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran
pelanggaran administrasi di bidang rakyat secara berkelanjutan.3
pertambangan mineral dan batubara dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
bagaimana pemberlakuan sanksi administratif Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.
atas pelanggaran Undang-Undang Nomor 4 Pasal 2. Pertambangan mineral dan/atau
Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral batubara dikelola berasaskan:
dan Batubara. Dengan menggunakan metode a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
Pelanggaran administrasi di bidang c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;
pertambangan mineral dan batubara terjadi d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
apabila pemegang IUP (Izin Usaha Pasal 3. Dalam rangka mendukung
Pertambangan) Izin Pertambangan Rakyat, (IPR) pembangunan nasional yang
dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) berkesinambungan, tujuan pengelolaan mineral
yang melakukan pelanggaran hukum atas dan batubara adalah:
ketentuan-ketentuan di bidang pertambangan a. menjamin efektivitas pelaksanaan dan
mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pengendalian kegiatan usaha pertambangan
pada Pasal 151 ayat (1) Undang-Undang Nomor secara berdaya guna, berhasil guna, dan
4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral berdaya saing;
dan Batubara. 2. Pemberlakuan sanksi b. menjamin manfaat pertambangan mineral
administratif atas pelanggaran Undang-Undang dan batubara secara berkelanjutan dan
Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan berwawasan lingkungan hidup;
Mineral Dan Batubara berhak dilakukan oleh c. menjamin tersedianya mineral dan batubara
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai sebagai bahan baku dan/atau sebagai
dengan kewenangannya kepada pemegang IUP, sumber energi untuk kebutuhan dalam
IPR atau IUPK atas pelanggaran ketentuan- negeri;
ketentuan hukum di bidang pertambangan d. mendukung dan menumbuhkembangkan
mineral dan batubara. Sanksi administratif kemampuan nasional agar lebih mampu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: bersaing di tingkat nasional, regional, dan
peringatan tertulis; penghentian sementara internasional;
sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau e. meningkatkan pendapatan masyarakat lokal,
operasi produksi; dan/atau pencabutan IUP, daerah, dan negara, serta menciptakan
IPR, atau IUPK. lapangan kerja untuk sebesarbesar
Kata kunci: Sanksi Administrasi, Pelanggaran, kesejahteraan rakyat; dan
Pertambangan Mineral Dan Batubara f. menjamin kepastian hukum dalam
penyelenggaraan kegiatan usaha
PENDAHULUAN pertambangan mineral dan batubara.
A. Latar Belakang Apabila terjadinya pelanggaran administrasi
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat di bidang pertambangan mineral dan batubara,
(3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan maka pemberlakuan sanksi administratif atas
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai pelanggaran Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Tonny Rompis, SH.,
Batubara dapat dikenakan terhadap pihak-
MH; Dr. Rodrigo F. Elias, SH., MH
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
16071101071 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.

187
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

pihak tertentu sebagai pemegang IUP (Izin PEMBAHASAN


Usaha Pertambangan) Izin Pertambangan A. Pelanggaran Administrasi Di Bidang
Rakyat, (IPR) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
Pertambangan Khusus) akibat melakukan Istilah kewenangan sering disebut dengan
pelanggaran hukum atas ketentuan-ketentuan authority, gezag atau yuridiksi. Kewenangan
di bidang pertambangan mineral dan batubara adalah kekuasaan yang diformalkan baik
sesuai dengan pengaturan Undang-Undang terhadap segolongan orang tertentu, maupun
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan kekuasaan terhadap sesuatu
Mineral dan Batubara. bidangpemerintahan tertentu secara bulat yang
Penegakan hukum dijalankan untuk berasal dari kekuasaan legislatif maupun dari
menjaga, mengawal dan menghantar hukum kekuasaan pemerintah. Pengertian ini berbeda
agar tetap tegak searah dengan tujuan hukum dengan dengan wewenang yang dikenal juga
dan tidak dilanggar oleh siapapun. Kegiatan dengan istilah competence atau bevoegdheid.
penegakan hukum merupakan tindakan Wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil
penerapan hukum terhadap setiap orang yang tertentu atau bidang tertentusaja. Jadi
perbuatannya menyimpang dan bertentangan kewenangan merupakan kumpulan dari
dengan norma hukum, artinya hukum wewenang-wewenang (rechtsbevoegdhehen).
diberlakukan bagi siapa saja dan Wewenang ini merupakan kemampuan untuk
pemberlakuannya sesuai dengan mekanisme melakukan suatu tindakan hukum publik, atau
dan cara dalam sistem penegakan hukum yang secara yuridis, wewenang adalah kemampuan
telah ada.4 Dengan kata lain penegakan hukum bertindakyang diberikan oleh Undang-Undang
sebagai suatu kegiatan untuk menjaga dan yang berlaku untuk melakukan hubungan-
mengawal hukum agar tetap tegak sebagai hubungan hukum.6
suatu norma yang mengatur kehidupan Kewenangan negara merupakan kekuasaan
manusia demi terwujudnya ketertiban, yang diberikan oleh hukum kepada negara
kemanan dan ketentraman masyarakat dalam untuk mengurus, mengatur dan mengawasi
menjalankan kehidupannya.5 pengelolaan bahan galian sehingga di dalam
pengusahaan dan pemanfaatannya dapat
B. Rumusan Masalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1. Bagaimanakah terjadinya pelanggaran Kewenangan negara ini dilakukan oleh
administrasi di bidang pertambangan pemerintah. Penguasaan bahan galian tidak
mineral dan batubara ? hanya menjadi monopoli pemerintah semata-
2. Bagaimanakah pemberlakuan sanksi mata, tetapi juga diberikan hak kepada orang
administratif atas pelanggaran Undang- dan/atau badan hukum untuk mengusahakan
Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang bahan galian sehingga hubungan hukum antara
Pertambangan Mineral Dan Batubara ? negara dengan orang atau badan hukum harus
diatur sedemikian rupa agar mereka dapat
C. Metode Penelitian mengusahakan bahan galian secara optimal,
Penulisan ini disusun menggunakan metode agar orang atau badan hukum dapat
penelitian hukum normatif. Bahan-bahan mengusahakan bahan galian secara optimal,
hukum yang diperlukan diperoleh dari hasil pemerintah/pemerintah daerah
studi kepustakaan, seperti peraturan (provinsi/kabupaten/kota) memberikan izin
perundang-undangan sebagai bahan hukum kuasa pertambangan, kontrak karya, perjanjian
primer. Literatur-literatur dan karya-karya karya pengusahaan batu bara kepada orang
ilmiah hukum sebagai hukum sekunder dan atau badan hukum tersebut.7
bahan-bahan hukum tersier dan juga seperti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
kamus-kamus hukum. tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
mengatur mengenai terjadinya pelanggaran
adminsitrasi di bidang pertambangan mineral
4
Sadjijono.Polri Dalam Perkembangan Hukum Di
6
Indonesia, (Editor) M. Khoidin, LaksBang PRESSindo, SF. Marbun. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara.
Yogyakarta. 2008. hlm. 61. Liberty. Yogyakarta. 1997. hlm. 154.
5 7
Ibid. hlm. 62. H. Salim, HS., Op.Cit, hlm. 9.

188
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

dan batubara, sebagaimana dinyatakan pada ketentuan persyaratan teknis


Pasal 151 ayat (1) Menteri, gubernur, atau pertambangan
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya 7. Pasal 74 ayat (4) Pemegang IUPK yang
berhak memberikan sanksi administratif bermaksud mengusahakan mineral lain
kepada pemegang IUP, IPR atau IUPK atas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud mengajukan permohonan IUPK baru
dalam: kepada Menteri.
1. Pasal 40 ayat (3), Pemegang IUP yang 8. Pasal 74 ayat (6) Pemegang IUPK yang tidak
bermaksud mengusahakan mineral lain berminat untuk mengusahakan mineral lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib yang ditemukan sebagaimana dimaksud
mengajukan permohonan IUP baru kepada pada ayat (4), wajib menjaga mineral lain
Menteri, gubernur, dan bupati/walikota tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak
sesuai dengan kewenangannya. lain.
2. Pasal 40 ayat (5), Pemegang IUP yang tidak 9. Pasal 81 ayat (1) Dalam hal kegiatan
berminat untuk mengusahakan mineral lain eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan,
yang ditemukan sebagaimana dimaksud pemegang IUPK Eksplorasi yang
pada ayat (4), wajib menjaga mineral lain mendapatkan mineral logam atau batubara
tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak yang tergali wajib melaporkan kepada
lain. Menteri.
3. Pasal 41. IUP tidak dapat digunakan selain 10. Pasal 93 ayat (3) Pengalihan kepemilikan
yang dimaksud dalam pemberian IUP. dan/atau saham sebagaimana dimaksud
4. Pasal 43 ayat (1) Dalam hal kegiatan pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, dengan syarat: a. harus memberitahu
pemegang IUP Eksplorasi yang kepada Menteri, gubernur, atau
mendapatkan mineral atau batubara yang bupati/walikota sesuai dengan
tergali wajib melaporkan kepada pemberi kewenangannya; dan b. sepanjang tidak
IUP. Ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
ingin menjual mineral atau batubara perundang-undangan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib 11. Pasal 95. Pemegang IUP dan IUPK wajib:
mengajukan izin sementara untuk a. menerapkan kaidah teknik
melakukan pengangkutan dan penjualan. pertambangan yang baik;
5. Pasal 70. Pemegang IPR wajib: b. mengelola keuangan sesuai dengan
a. melakukan kegiatan penambangan sistem akuntansi Indonesia;
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR c. meningkatkan nilai tambah sumber daya
diterbitkan; mineral dan/atau batubara;
b. mematuhi peraturan perundang- d. melaksanakan pengembangan dan
undangan di bidang keselamatan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
kesehatan kerja pertambangan, dan
pengelolaan lingkungan, dan memenuhi e. mematuhi batas toleransi daya dukung
standar yang berlaku; lingkungan.
c. mengelola lingkungan hidup bersama 12. Pasal 96. Dalam penerapan kaidah teknik
pemerintah daerah; d. membayar iuran pertambangan yang baik, pemegang IUP
tetap dan iuran produksi; dan dan IUPK wajib melaksanakan:
d. menyampaikan laporan pelaksanaan a. ketentuan keselamatan dan kesehatan
kegiatan usaha pertambangan rakyat kerja pertambangan;
secara berkala kepada pemberi IPR. b. keselamatan operasi pertambangan;
6. Pasal 71 ayat (1) Selain kewajiban c. pengelolaan dan pemantauan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70, lingkungan pertambangan, termasuk
pemegang IPR dalam melakukan kegiatan kegiatan reklamasi dan pascatambang;
pertambangan rakyat sebagaimana d. upaya konservasi sumber daya mineral
dimaksud dalam Pasal 66 wajib menaati dan batubara;

189
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

e. pengelolaan sisa tambang dari suatu dimaksud pada ayat (1) dapat mengolah
kegiatan usaha pertambangan dalam dan memurnikan hasil penambangan dari
bentuk padat, cair, atau gas sampai pemegang IUP dan IUPK lainnya. Ayat (3)
memenuhi standar baku mutu Ketentuan lebih lanjut mengenai
lingkungan sebelum dilepas ke media peningkatan nilai tambah sebagaimana
lingkungan. dimaksud dalam Pasal 102 serta
13. Pasal 97. Pemegang IUP dan IUPK wajib pengolahan dan pemurnian sebagaimana
menjamin penerapan standar dan baku dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
mutu lingkungan sesuai dengan peraturan pemerintah.
karakteristik suatu daerah. 19. Pasal 105 ayat (3) Mineral atau batubara
14. Pasal 98. Pemegang IUP dan IUPK wajib yang tergali dan akan dijual sebagaimana
menjaga kelestarian fungsi dan daya dimaksud pada ayat (1) dikenai iuran
dukung sumber daya air yang bersangkutan produksi. Ayat (4) Badan usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
perundang-undangan. ayat (2) wajib menyampaikan laporan hasil
15. Pasal 99 ayat (1) Setiap pemegang IUP dan penjualan mineral dan/atau batubara yang
IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi tergali kepada Menteri, gubernur, atau
dan rencana pascatambang pada saat bupati/walikota sesuai dengan
mengajukan permohonan IUP Operasi kewenangannya.
Produksi atau IUPK Operasi Produksi. Ayat 20. Pasal 107. Dalam melakukan kegiatan
(2) Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang
pascatambang dilakukan sesuai dengan IUP dan IUPK wajib mengikutsertakan
peruntukan lahan pascatambang. Ayat (3) pengusaha lokal yang ada di daerah
Peruntukan lahan pascatambang tersebut sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peraturan perundang-undangan.
dicantumkan dalam perjanjian penggunaan 21. Pasal 108 ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK
tanah antara pemegang IUP atau IUPK dan wajib menyusun program pengembangan
pemegang hak atas tanah. dan pemberdayaan masyarakat.
16. Pasal 100 ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK 22. Pasal 110. Pemegang IUP dan IUPK wajib
wajib menyediakan dana jaminan reklamasi menyerahkan seluruh data yang diperoleh
dan dana jaminan pascatambang. Ayat (2) dari hasil eksplorasi dan operasi produksi
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota kepada Menteri, gubernur, atau
sesuai dengan kewenangannya dapat bupati/walikota sesuai dengan
menetapkan pihak ketiga untuk melakukan kewenangannya.
reklamasi dan pascatambang dengan dana 23. Pasal 111 ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK
jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat wajib memberikan laporan tertulis secara
(1). Ayat (3) Ketentuan sebagaimana berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan
dimaksud pada ayat (2) diberlakukan kegiatan usaha pertambangan mineral dan
apabila pemegang IUP atau IUPK tidak batubara kepada Menteri, gubernur, atau
melaksanakan reklamasi dan pascatambang bupati/walikota sesuai dengan
sesuai dengan rencana yang telah disetujui. kewenangannya.
17. Pasal 102. Pemegang IUP dan IUPK wajib 24. Pasal 112 ayat (1) Setelah 5 (lima) tahun
meningkatkan nilai tambah sumber daya berproduksi, badan usaha pemegang IUP
mineral dan/atau batubara dalam dan IUPK yang sahamnya dimiliki oleh asing
pelaksanaan penambangan, pengolahan wajib melakukan divestasi saham pada
dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral Pemerintah, pemerintah daerah, badan
dan batubara. usaha milik negara, badan usaha milik
18. Pasal 103 ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK daerah, atau badan usaha swasta nasional.
Operasi Produksi wajib melakukan 25. Pasal 114 ayat (2) Apabila dalam kurun
pengolahan dan pemurnian hasil waktu sebelum habis masa penghentian
penambangan di dalam negeri. Ayat (2) sementara berakhir pemegang IUP dan
Pemegang IUP dan IUPK sebagaimana IUPK sudah siap melakukan kegiatan

190
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

operasinya, kegiatan dimaksud wajib Sanksi administrasi merupakan perbuatan


dilaporkan kepada Menteri, gubernur, atau pemerintah guna mengakhiri suatu keadaan
bupati/walikota sesuai dengan yang dilarang oleh kaidah hukum administrasi
kewenangannya. atau melakukan apa yang seharusnya
26. Pasal 115 ayat (2) Apabila penghentian ditinggalkan oleh para warga masyarakat
sementara kegiatan usaha pertambangan karena bertentangan dengan undang-undang
diberikan karena keadaan yang atau aturan hukum lainnya.8
menghalangi kegiatan usaha pertambangan Penempatan sanksi dalam suatu aturan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 hukum, merupakan bagian penutup yang
ayat (1) huruf b, kewajiban pemegang IUP sangat penting dalam setiap peraturan
dan IUPK terhadap Pemerintah dan perundang-undangan termasuk dalam aturan
pemerintah daerah tetap berlaku. hukum administrasi. Pada umumnya tidak ada
27. Pasal 125 ayat (3) Pelaku usaha jasa gunanya memasukkan aturan-aturan hukum
pertambangan wajib mengutamakan tentang kewajiban-kewajiban atau larangan-
kontraktor dan tenaga kerja lokal. larangan bagi para warga dalam aturan hukum
28. Pasal 126 ayat (1) Pemegang IUP atau IUPK bidang administrasi negara, manakala aturan-
dilarang melibatkan anak perusahaan aturan mengenai tingkah laku tidak dapat
dan/atau afiliasinya dalam bidang usaha dipaksakan secara tegas oleh aparat
jasa pertambangan di wilayah usaha pemerintah atau lembaga/instansi maupun
pertambangan yang diusahakannya, kecuali pejabat yang berwenang untuk itu.9
dengan izin Menteri. Larang; melarang; memerintahkan supaya
29. Pasal 128 ayat (1) Pemegang IUP atau IUPK tidak melakukan sesuatu; tidak
wajib membayar pendapatan negara dan memperbolehkan berbuat sesuatu.10
pendapatan daerah. Pasal 151 ayat (1) Menteri, gubernur, atau
30. Pasal 129 ayat (1) Pemegang IUPK Operasi bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
Produksi untuk pertambangan mineral berhak memberikan sanksi administratif
logam dan batubara wajib membayar kepada pemegang IUP, IPR atau IUPK atas
sebesar 4% (empat persen) kepada pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud
Pemerintah dan 6% (enam persen) kepada dalam Pasal 40 ayat (3), Pasal 40 ayat (5), Pasal
pemerintah daerah dari keuntungan bersih 41, Pasal 43, Pasal 70, Pasal 71 ayat (1), Pasal
sejak berproduksi. 74 ayat (4), Pasal 74 ayat (6), Pasal 81 ayat (1),
31. Pasal 130 ayat (2) Pemegang IUP atau IUPK Pasal 93 ayat (3), Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97,
dikenai iuran produksi sebagaimana Pasal 98, Pasal 99, Pasal 100, Pasal 102, Pasal
dimaksud dalam Pasal 128 ayat (4) huruf c 103, Pasal 105 ayat (3), Pasal 105 ayat (4), Pasal
atas pemanfaatan tanah/batuan yang ikut 107, Pasal 108 ayat (1), Pasal 110, Pasal 111
tergali pada saat penambangan. ayat (1), Pasal 112 ayat (1), Pasal 114 ayat (2),
Pasal 115 ayat (2), Pasal 125 ayat (3), Pasal 126
B. Pemberlakuan Sanksi Administratif Atas ayat (1), Pasal 128 ayat (1), Pasal 129 ayat (1),
Pelanggaran Undang-Undang Nomor 4 atau Pasal 130 ayat (2).
Tahun 2009 Tentang Pertambangan Perbedaan antara sanksi administrasi dan
Mineral Dan Batubara sanksi pidana dapat dilihat dari tujuan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 pengenaan sanksi itu sendiri. Sanksi
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, administrasi ditujukan kepada perbuatan
mengatur mengenai pemberlakuan sanksi pelanggarannya sedangkan sanksi pidana
administratif sebagaimana dinyatakan pada ditujukan kepada si pelanggar dengan memberi
Pasal 151 ayat (2) (Sanksi administratif hukuman berupa nestapa. Sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: dimaksudkan agar perbuatan pelanggaran itu
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau 8
Philipus. M. Hadjon. Pengantar Hukum Administrasi
seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
produksi; dan/atau 1994. hlm. 246.
9
c. pencabutan IUP, IPR, atau IUPK. Ibid, hlm. 245.
10
Sudarsono, Op.Cit, hlm. 242.

191
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

dihentikan. Sifat sanksi adalah “reparatoir” keputusan itu dikeluarkan. Sedangkan


artinya memulihkan pada keadaan semula. Di keputusan yang bersifat bebas, maka
samping itu perbedaan antara sanksi pidana penarikannya kadang-kadang ditentukan dalam
dan sanksi administrasi ialah tindakan peraturan perundang-undangan, kadang-
15
penegakan hukumnya. Sanksi administrasi kadang tidak.
diterapkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara Hal-hal yang dapat menjadikan sebab suatu
tanpa harus melalui prosedur peradilan keputusan tata usaha negara yang berupa
sedangkan sanksi pidana hanya dapat perizinan dicabut sebagai bentuk sanksi adalah
dijatuhkan oleh hakim pidana melalui proses :
peradilan.11 1. Pihak yang berkepentingan (penerima izin)
Penerapan sanksi pidana merupakan upaya tidak mematuhi pembatasan-
terakhir (ultimum remedium) ketika instrumen pembatasan,syarat-syarat atau ketentuan
hukum perdata atau hukum administrasi sudah peraturan perundang-undangan yang
tidak dapat dilaksanakan dengan baik.12 dikaitkan pada izin tersebut;
Menurut Philipus. M. Hadjon, wewenang 2. Pihak yang berkepentingan (penerima izin)
menerapkan sanksi administrasi sebagai suatu pada waktu mengajukan permohonan untuk
konsep hukum publik terdiri atas sekurang- mendapatkan izin telah memberikan data
kurangnya tiga komponen, yaitu: yang tidak benar atau tidak lengkap. Hal ini
a. komponen pengaruh; bahwa penggunaan bermakna bahwa apabila data yang
wewenang dimaksudkan untuk diberikan saat mengajukan permohonan izin
mengendalikan perilaku subyek hukum, benar, lengkap, dan tidak dipalsukan maka
b. komponen dasar hukum; bahwa wewenang pemberian izin mungkin tidak akan
itu selalu harus dapat ditunjuk dasar diberikan (permohonan izin ditolak).16
hukumnya, dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
c. komponen konformitas hukum; tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
mengandung makna adanya standar Pasal 152. Dalam hal pemerintah daerah tidak
wewenang, yaitu standar umum (semua melaksanakan ketentuan sebagaimana
jenis wewenang) dan standar khusus (untuk dimaksud dalam Pasal 151 dan hasil evaluasi
jenis wewenang tertentu).13 yang dilakukan oleh Menteri sebagaimana
Pelayanan publik diartikan dengan dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf j,
pemberian layanan (melayani) keperluan orang Menteri dapat menghentikan sementara
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan dan/atau mencabut IUP atau IPR sesuai dengan
pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok ketentuan peraturan perundang-undangan.
dan tata cara yang telah ditetapkan. 14 Pasal 153. Dalam hal pemerintah daerah
Penarikan kembali keputusan sebagai sanksi ini berkeberatan terhadap penghentian sementara
berkaitan erat dengan sifat keputusan itu dan/atau pencabutan IUP dan IPR oleh Menteri
sendiri. Bila keputusan bersifat terikat, maka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152,
keputusan tersebut harus ditarik sendiri oleh pemerintah daerah dapat mengajukan
organ atau instansi yang mengeluarkan keberatan sesuai dengan ketentuan peraturan
keputusan. Penarikan ini hanya mungkin perundang-undangan.
dilakukan apabila peraturan perundang- Pasal 154 Setiap sengketa yang muncul
undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya dalam pelaksanaan IUP, IPR, atau IUPK
keputusan telah mengaturnya sebelum diselesaikan melalui pengadilan dan arbitrase
dalam negeri sesuai dengan ketentuan
11 peraturan perundangundangan.
Philipus. M. Hadjon, dkk. Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia (Introduction To The Indonesian Administrative Pasal 155. Segala akibat hukum yang timbul
Law) Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2008. karena penghentian sementara dan/atau
hlm. 247.
12
pencabutan IUP, IPR atau IUPK sebagaimana
Andi Hamzah. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia. dimaksud dalam Pasal 151 ayat (2) huruf b dan
Rineka Cipta. Jakarta, 2008. hlm. 8.
13
Philipus. M. Hadjon, Op.Cit. hlm. 1.
14
Lijan Poltak Sinambela. Reformasi Pelayanan Publik-
15
Teori, Kebijakan, Dan Implementasi. Bumi Aksara. Jakarta. Ibid. hlm. 312.
16
2006. hlm. 5. Ibid.

192
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

huruf c diselesaikan sesuai dengan ketentuan pengendali dalam memfungsikan izin itu
peraturan perundang-undangan. sendiri.19
Pasal 156. Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pelaksanaan sanksi administratif PENUTUP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 dan A. Kesimpulan
Pasal 152 diatur dengan peraturan pemerintah. 1. Pelanggaran administrasi di bidang
Pasal 157 Pemerintah daerah yang tidak pertambangan mineral dan batubara
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud terjadi apabila pemegang IUP (Izin Usaha
dalam Pasal 5 ayat (4) dikenai sanksi Pertambangan) Izin Pertambangan
administratif berupa penarikan sementara Rakyat, (IPR) dan IUPK (Izin Usaha
kewenangan atas hak pengelolaan usaha Pertambangan Khusus) yang melakukan
pertambangan mineral dan batubara. pelanggaran hukum atas ketentuan-
Izin (Vergunning) adalah suatu persetujuan ketentuan di bidang pertambangan
dari penguasa berdasarkan undang-undang mineral dan batubara sebagaimana
atau peraturan pemerintah untuk dalam dimaksud pada Pasal 151 ayat (1)
keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
ketentuan larangan peraturan perundang- tentang Pertambangan Mineral dan
undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai Batubara.
dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari 2. Pemberlakuan sanksi administratif atas
suatu larangan.17 pelanggaran Undang-Undang Nomor 4
Perizinan adalah salah satu bentuk Tahun 2009 Tentang Pertambangan
pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat Mineral Dan Batubara berhak dilakukan
pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah oleh Menteri, gubernur, atau
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bupati/walikota sesuai dengan
masyarakat. Dengan memberikan izin, kewenangannya kepada pemegang IUP,
penguasa memperkenankan orang yang IPR atau IUPK atas pelanggaran
memohonnya untuk melakukan tindakan- ketentuan-ketentuan hukum di bidang
tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang pertambangan mineral dan batubara.
demi memperhatikan kepentingan umum yang Sanksi administratif sebagaimana
mengharuskan adanya pengawasan. Hal pokok dimaksud pada ayat (1) berupa:
pada izin, bahwa sesuatu tindakan dilarang peringatan tertulis; penghentian
kecuali diperkenankan dengan tujuan agar sementara sebagian atau seluruh
dalam ketentuan-ketentuan yang bersangkutan kegiatan eksplorasi atau operasi
dilakukan dengan cara-cara tertentu.18 produksi; dan/atau pencabutan IUP, IPR,
Dalam Hukum Administrasi, izin merupakan atau IUPK.
instrumen yuridis yang digunakan oleh
pemerintah untuk mempengaruhi para warga B. Saran
agar mau mengikuti cara yang dianjurkan guna 1. Pelanggaran administrasi di bidang
mencapai suatu tujuan konkrit. Sebagai suatu pertambangan mineral dan batubara
instrumen hukum, izin berfungsi sebagai ujung dapat dicegah apabila pemerintah
tombak atau alat yang bertujuan untuk melalui menteri yang memiliki
mengarahkan, mengendalikan, merekayasa, kewenangan di bidang pertambangan
dan merancang masyarakat adil makmur. mineral dan batubara melakukan
Melalui izin dapat diketahui bagaimana pembinaan dan pengawasan terhadap
gambaran masyarakat adil makmur itu penyelenggaraan pengelolaan usaha
terwujud, yang berarti persyaratan-persyaratan pertambangan yang dilaksanakan oleh
yang terkandung dalam izin merupakan pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya. Menteri dapat
melimpahkan kepada gubernur untuk
17
Adrian Sutedi. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan
19
Publik, Sinar Grafika. Jakarta. 2011, hlm. 167-168. Ridwan. HR. Hukum Administrasi Negara. UII Press.
18
Ibid, hlm. 168. Yogyakarta. 2003. hlm. 160.

193
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

melakukan pengawasan terhadap Hamzah Andi. Terminologi Hukum Pidana,


penyelenggaraan kewenangan (Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar
pengelolaan di bidang usaha Grafika, Jakarta, 2008.
pertambangan yang dilaksanakan oleh -------------, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia.
pemerintah kabupaten/kota. Gubernur Rineka Cipta. Jakarta, 2008.
dan bupati/walikota wajib melaporkan Hariri Muhwan Wawan. Pengantar Ilmu
pelaksanaan usaha pertambangan di Hukum, Cet. 1. CV. Pustaka Setia
wilayahnya kepada Menteri. Pemerintah Bandung. 2012.
dapat memberi teguran kepada Helmi. Hukum Perizinan Lingkungan Hidup,
pemerintah daerah apabila dalam Cetakan Pertama. Sinar Grafika.
pelaksanaan kewenangannya tidak sesuai Jakarta. 2012.
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun Ridwan Juniarso. H. dan Achmad Sodik
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Sudrajat, Hukum Adminsitrasi Negara
Batubara dan ketentuan peraturan dan Kebijakan Pelayanan Publik,
perundang-undangan lainnya. Cetakan l. Nuansa. Bandung. 2010.
2. Pemberlakuan sanksi administratif atas HR. Ridwan, Hukum Adminstrasi Negara, Edisi l.
pelanggaran Undang-Undang Nomor 4 Cet. 4. PT. RadjaGrafindo, Jakarta,
Tahun 2009 Tentang Pertambangan 2006.
Mineral Dan Batubara perlu didukung ---------------, Hukum Administrasi Negara. UII
oleh pemerintah daerah. Apabila Press. Yogyakarta. 2003.
pemerintah daerah tidak melaksanakan
ketentuan-ketentuan mengenai HS. Salim H., Hukum Pertambangan di
pemberlakuan sanksi administratif, maka Indonesia, Cetakan k-5. PT.
Menteri dapat menghentikan sementara RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.
dan/atau mencabut IUP atau IPR sesuai Husni Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan
dengan ketentuan peraturan perundang- Indonesia, Edisi Revisi, PT.
undangan. Dalam hal pemerintah daerah RajaGrafindo, Jakarta, 2008.
berkeberatan terhadap penghentian Machmud Syahrul. Penegakan Hukum
sementara dan/atau pencabutan IUP dan Lingkungan Indonesia. (Penegakan
IPR oleh Menteri maka pemerintah Hukum Administrasi. Hukum Perdata.
daerah dapat mengajukan keberatan Dan Hukum Pidana Menurut Undang-
sesuai dengan ketentuan peraturan Undang No. 32 Tahun 2009) Graha
perundang-undangan. Ilmu. Yogyakarta.Graha Ilmu,
Bandung. 2012.
DAFTAR PUSTAKA Mahmud Marzuki Peter, Penelitian Hukum,
Djamali Abdoel. Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Pertama Cetakan ke-2, Kencana
Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo Prenada Media Group, Jakarta, 2006.
Persada. Jakarta. 2009. Marbun Rocky, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni
Hadari Nawawi,. Pengawasan Melekat di dan Nusya A., Kamus Hukum Lengkap
Lingkungan Aparatur Pemerintah. (Mencakup Istilah Hukum &
Gelora Aksara Pratama, Jakarta. 1992. Perundang-Undangan Terbaru,
Hadjon M. Philipus.. Pengantar Hukum Cetakan Pertama, Visimedia, Jakarta.
Administrasi Indonesia. Gadjah Mada 2012.
University Press, Yogyakarta 1994. Marbun SF.. Pokok-Pokok Hukum Administrasi
Hadjon M. Philipus., dkk. Pengantar Hukum Negara. Liberty. Yogyakarta. 1997.
Administrasi Indonesia (Introduction Muladi dan Dwidja Priyatno,
To The Indonesian Administrative Law) Pertanggungjawaban Pidana
Gadjah Mada University Press. Korporasi. Kencana Prenada Media
Yogyakarta. 2008. Group. Jakarta. 2010.
-------------, Pengantar Hukum Administrasi Mulyadi Mahmud dan Feri Antoni Surbakti,
Indonesia, Gadjah Mada Press Politik Hukum Pidana Terhadap
University Yogyakarta. 2002.

194
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

Kejahatan Korporasi, Cetakan Sutedi Adrian. Hukum Perizinan dalam Sektor


Pertama, PT. Sofmedia, Jakarta, 2010. Pelayanan Publik. Sinar Grafika.
Nuh Muhammad, Etika Profesi Hukum, CV Jakarta. 2009.
Pustaka Setia, Bandung, 2011. -------------, Hukum Perizinan Dalam Sektor
Prins W.F dan R. Kosim Adisapoetra, Pengantar Pelayanan Publik, Sinar Grafika.
Hukum Ilmu Administrasi Negara. Jakarta. 2011.
Pradnya Paramita, Jakarta. 1983. Syahrin Alvi, Beberapa Isu Hukum Lingkungan
Purbopranoto Kuntjoro, Perkembangan Hukum Kepidananaan, Cetakan Revisi, PT.
Administrasi Indonesia, Binacipta, Sofmedia, Jakarta, Mei 2009.
Jakarta, 1981. Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di
Putra Bagus Wyasa Ida, Hukum Bisnis Indonesia. Penerbit Gramedia Pustaka
Pariwisata, Cetakan Pertama. PT. Utama. Jakarta. 2001.
Refika Aditama, Bandung, 2003. Yamin Muhammad, Tindak Pidana Khusus, CV.
Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, Cetakan ke- IV, Pustaka Setia, Cetakan 1. Bandung,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. 2012.
---------------, Hukum dan Perubahan Sosial Suatu
Tinjauan Teoretis Serta Pengalaman-
Pengalaman di Indonesia. Cetakan
Ketiga Genta Publishing. Yogyakarta.
2009.
Sadjijono. Polri Dalam Perkembangan Hukum
Di Indonesia, (Editor) M. Khoidin,
LaksBang PRESSindo, Yogyakarta.
2008.
Sarwoto. Dasar-dasar Organisasi dan
Manajemen, Ghalia Indonesia. Jakarta.
1994.
Silondae Akbar Arus dan Wirawan B. Ilyas,
Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Salemba
Empat, Jakarta, 2011.
Sinambela Poltak Lijan. Reformasi Pelayanan
Publik-Teori, Kebijakan, Dan
Implementasi. Bumi Aksara. Jakarta.
2006.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta. 1995.
Spelt N.M. dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar
Hukum Perizinan, (Penyunting)
Philipus. M. Hadjon, Yuridika.
Surabaya. 1993.
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Keenam,
PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Sudrajat Nandang, Teori dan Praktik
Pertambangan Indonesia Menurut
Hukum, Cet. 1. Pustaka Yustisia,
Yogyakarta. 2010.
Supramono Gatot, Hukum Pertambangan
Mineral dan Batu Bara di Indonesia,
PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2012.

195

Anda mungkin juga menyukai