Anda di halaman 1dari 16

PENYEBAB KETERGANTUNGAN PERTAMBANGAN TIMAH MASYARAKAT DI PULAU

BELITUNG

Oleh:

Muhammad Yusuf Caesar

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Nasional Bandung
Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Nasional Bandung,
Email: muhammad.yusufcaesar@mhs.itenas.ac.id

Abstrak

Pertambangan timah masyarakat di Pulau Belitung masih sering terjadi ketimbang efek negatifnya
sudah sangat diketahui oleh masyarakat. Masalah ini menjadi dilema bagi masyarakat di Pulau
Belitung. Pasalnya, masyarakat sudah sangat bergantung pada pertambangan timah. Di sisi lain,
kurangnya lahan untuk sektor yang lebih sustainable dan mudahnya mendapat timah membuat
masyarakat di Pulau Belitung semakin tergantung terhadap pertambangan timah masyarakat.
Ketergantungan terhadap tambang timah masyarakat di Pulau Belitung disebabkan oleh kemudahan
dalam memperoleh SDA timah dan kekurangannya lahan untuk sektor ekonomi yang lebih
sustainable dan pokok.

Kata Kunci: Pertambangan Timah, Belitung, Ketergantungan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, masyarakat seringkali bergantung pada sumber daya baik itu
yang disediakan oleh alam ataupun pemerintahan dan swasta dalam bentuk jasa. Ketergantungan
terhadap satu sumber utama sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat biasanya terjadi
ketika kondisi sumber daya suatu daerah didominasi oleh satu unsur dan minoritas di unsur lainnya.

Hal tersebut terjadi pada Pulau Belitung. Daerah ini berpotensi dengan tingginya konsentrasi
candangan timah di bawah tanahnya. Fakta ini membuat masyarakat dan pemerintah daerah begitu
fokus dalam mengelola pertambangan sumber daya timah sebagai sumber utama sehingga masyarakat
terlalu tergantung pada cadangan alam dan pada prosesnya dapat berpotensi ketergantungan.

Pertambangan timah masyarakat di Pulau Belitung bermula ketika pemerintah daerah membuat
kebijakan untuk membantu masyarakat lokal dalam pertambangan konvensional dengan mengizinkan
masyarakat lokal menambang sumber daya alam di sekitar dengan alat konvensional. Namun, lambat
laun masyarakat mulai bergantung terhadap pertambangan timah sebagai sumber mata pencaharian
utama yang bisa berakibat ketergantungan terhadap satu sektor saja yaitu pertambangan timah yang
berpotensi merusak lingkungan dan masyarakat. Hal Ini terlihat jelas saat pemerintah daerah beralih
fokus ke sektor pariwisata.

Pertambangan timah masyarakat adalah pertambangan yang ilegal ataupun legal yang dikelola
individu ataupun kelompok di kawasan tanah milik ataupun bukan milik yang tidak dikelola oleh
perusahaan dalam proses penambangannya. Permasalahan mengenai pertambangan timah masyarakat
di Pulau Belitung sudah menjadi topik sensitif di antara masyarakat selama bertahun-tahun. Namun,
Pertambangan timah masyarakat tetap berjalan dan terus berkembang seiring bergantinya tahun.

Ironisnya, baik para penambang ataupun masyarakat di sekitar tambang sudah mengetahui setidaknya
terkait akibat dari masalah pertambangan masyarakat ini sehingga terdapat tanda tanya yang sangat
besar mengenai mengapa masyarakat tetap melakukan pertambangan yang merusak ini. Jika dilihat
dari penyebabnya, terdapat keterpaksaan yang dialami masyarakat di Pulau Belitung sehingga tetap
melakukan pertambangan yang akibatnya sudah diketahui oleh masyarakat itu sendiri.

Hal inilah yang menyebabkan permasalahan ini menjadi sangat sensitif seiring bertambahnya tahun
dan berkembangnya Pulau Belitung. Bahkan, di dalam masyarakat sendiri terdapat kubu yang saling
bertentangan baik pro ataupun kontra berkaitan dengan masalah ini sehingga permasalahan ini perlu
diangkat karena sangat meresahkan masyarakat di berbagai kelas.

Ketergantungan ini disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat untuk mengembangkan sektor lain
yang lebih sustainable ketimbang pertambangan. Persebaran potensi timah yang sangat tinggi dan
mudah didapat dan kurangnya lahan untuk membuka sektor ekonomi baru karena maraknya
pembukaan lahan untuk perumahan dan perkebunan sawit ataupun efek dari pariwisata, merupakan
alasan dari terjadinya ketergantungan masyarakat pada pertambangan timah.

Tulisan ini memuat penyebab masyarakat di Pulau Belitung sangat tergantung kepada pertambangan
timah di daratan beserta mengapa masyarakat tetap melakukan pertambangan walaupun sudah
mengetahui potensi akibat yang ditimbulkan. Dimulai dari asal usul pertambangan timah masyarakat
di Pulau Belitung, dampak timah terhadap Pulau Belitung, dan bagaimana masyarakat mulai
bergantung pada pertambangan Timah sebagai sumber utama pemenuhan kebutuhan, sampai pada
pembahasan penyebab dari proses keterganungan pemenuhan kebutuhan melalui pertambangan timah
masyarakat.

II. PEMBAHASAN

2.1 Potensi Timah dan Asal Usul Pertambangan Masyarakat di Pulau Belitung
Pulau Belitung merupakan pulau dengan jumlah penduduk 271,868 jiwa dan kepadatan penduduk
56.63 jiwa/km2 (2014). Wilayahnya membentang dari Pulau Mendanau sampai ke daerah manggar
dengan luas wilayah 4,800,6 km2. titik tertingginya terdapat pada puncak Gunung Tajam yaitu pada
ketinggian kurang lebih 500 m.1

Pulau Belitung pada awalnya di bawah administasi Provinsi Sumatera Selatan. Setelah reformasi,
sesuai dengan Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2000, Pulau Belitung menjadi daerah administrasi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan bagian baratnya termasuk Pulau Mendanau menjadi
bagian dari Kabupaten Belitung sedangkan bagian timurnya menjadi bagian dari Kabupaten Belitung
Timur.

Pulau Belitung bukanlah daerah yang dikenal begitu luas oleh masyarakat di dunia maupun di
Indonesia sendiri. Daerah ini masih menjadi daerah terpencil ketika terpilih menjadi pusat
pertambangan kedua setelah Pulau Bangka pada 1823 pada saat ditemukannya potensi besar timah di
Pulau Belitung oleh JP. De La Motte.2 Pada saat itu pembangunan belum begitu massive dan lokasi
pembangunan relatif belokasi di sekitar potensi timah yang telah terbaca oleh geolog belanda.

Setelah Indonesia merdeka, Pulau Belitung kemudian menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Selatan.
Pada saat ini, mulai terjadi penelitian terhadap potensi timah yang semula dikuasai Belanda.
Kepulauan Bangka dan Belitung kemudian dikategorikan ke dalam daerah – daerah yang termasuk
dalam area yang disebut The South East Asia Tin Belt (Gambar 1) yaitu daerah dengan potensi timah
yang besar, daerahnya mencakup Kepulauan Bangka Belitung, Singkep, Karimun-Kundur, dan
Bangkinang yang terkenal sebagai The Indonesian Tin Island.3

1
“Pulau Belitung”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Belitung, pada tanggal 13
Oktober 2021 pukul 22.08.
2
Asep Irwan Kurniawan, “Seperti Apakah Sejarah Pertambangan Timah di Belitung? Beginilah
Kisahnya”, https://www.belitungisland.com/news/seperti-apakah-sejarah-pertambangan-timah-di-
belitung+-beginilah-kisahnya/, pada tanggal 13 Oktober 2021 pukul 21.46.
3
Dwi Haryadi, “Faktor Kriminogen Illegal mining Timah di Bangka Belitung”, Penelitian Hibah
Doktor Ditjen Dikti Kemendikbud 2014, 52.
Gambar 1. The South East Asia Tin Belt (Sumber: www.sciencedirect.com)

Bedasarkan penelitian terdapat banyak potensi timah di Pulau Belitung. Tercatat sekitar 188.317 ton
potensi timah tersebar merata di pulau ini.4 Potensi pertambangan timah di Pulau Belitung ini tersebar
merata di seluruh kawasan dengan konsentrasi terbesar berada di daratan ketimbang di laut Belitung.

Pada awalnya di Pulau Belitung sendiri, hampir seluruh aktivitas mengenai pertambangan timah
dikuasai dan dikelola oleh salah satu perusahaan milik BUMN. 5 Setelah masa reformasi sesuai dengan
keluarnya SK Menperindag No 146/MPP/Kep/4/1999 tanggal 22 April 1999, yang sebelumnya timah
bersatus sebagai komoditas strategis, kini berubah statusnya menjadi barang bebas sehingga monopoli
ataupun pengaruh dari perusahaan ini berangsur – angsur mulai menghilang digantikan dengan
perusahaan – perusahaan kecil dengan mayoritasnya pertambangan timah masyarakat.

Pertambangan masyarakat ini mulai pesat bermunculan di Pulau Belitung sejak perawalan tahun
2000-an dan terus berkembang ketika mulai berkembangya pembangunan di kawasan asia tenggara
dan bertambah naiknya harga ekspor yang ditujukan ke negara – negara seperti Singapura, Taiwan,
India, Korea Selatan, Belanda, dan jepang.6 Pertambangan masyarakat ini masih bersifat sangat
sederhana. Hanya dengan menggunakan mesin pompa air dan rakitan tempat tinggal sementara yang
biasanya disertai alat apung sederhana, para penambang bisa menambang timah di kawasan yang
berpotensi mengandung timah salah satunya seperti pada (Gambar 2).

4
“Pertambangan Penyokong Perekonomian”, diakses dari
https://babelprov.go.id/content/pertambangan-penyokong-perekonomian, pada tanggal 9 Oktober
2021 pukul 12.16.
5
Haryadi, Op.Cit., 53.
6
Kumparan, Edisi Jumat, 23 April 2021, 1.
Gambar 2. Ponton TI Rajuk (Sumber: www.bangkapos.com)

Pada gambar tersebut, kita juga dapat melihat bahwa bahan – bahan yang digunakan cenderung
memiliki kualitas yang rendah. Hal ini dikarenakan kondisi potensi timah yang sangat tersebar di
Pulau Belitung, sehingga dari sejak awal alat – alat ini ditujukan untuk digunakan sekali pakai dan
akan dibuang setelah potensi timah di suatu daerah tersebut habis dan pindah lokasi (semi-permanen).
Jarang sekali terdapat pertambangan masyarakat yang permanen, salah satunya terletak di daerah
Belitung timur yang biasanya berbentuk rumah di atas air yang dimaksudkan untuk menambang timah
24 jam sehari.

Lokasi pertambangan timah masyarakat di Pulau Belitung sangat beragam dan tersebar. Namun,
potensial timah terbesar berada di bawah tanah Belitung, sehingga banyak dari penambangan
masyarakat berlokasi di darat. Seiring dengan modernisasi pesat di kawasan Tanjung Pandan diikuti
dengan Belitung Timur, mayoritas pertambangan timah masyarakat mulai terarah ke tengah Pulau
Belitung dengan mayoritas pertambangan masih terjadi di kawasan Belitung Timur.

2.2 Dampak Dari Pertambangan Timah Masyarakat

Belitung pada awalnya memiliki potensi timah yang luar biasa. Besarnya cadangan timah di pulau ini
berpotensi untuk memakmurkan rakyat sampai beberapa tahun ke depan. Kedati demikian, ternyata
selain berpotensi memakmurkan rakyat, timah juga berpotensi menyengsarakan rakyat dengan
merusak lingkungan.

Pertambangan timah menyebabkan banyak sekali masalah terhadap lingkungan. Beberapa masalah
yang dapat merusak linkungan dengan diadakannya pertambangan timah masyarakat antara lain
munculnya kolong yang berpotensi menyebabkan banjir dan kekurangan air bersih.

2.2.1 Kolong dan Banjir


Pada proses awal pertambangan timah hydrolicking dilakukan proses penggalian, yaitu memindahkan
kandungan tanah dari satu tempat ke tempat lainnya dalam proses mencari biji timah. Hal ini terlihat
sederhana, namun sebenarnya dampaknya sangat merugikan bagi lingkungan. Proses inilah yang
menyebabkan terjadinya kolong.

Gambar 3. Potret Kolong Biru, Koba, Provinsi Bangka Belitung (Sumber: kabarwonosobo.com)

Kolong seperti pada (gambar 3) terbentuk akibat pertambangan timah, kolong-kolong seperti ini
biasanya dibiarkan tampa dilakukan restorasi tanah karena dianggap tidak produktif. Air dari kolong
bekas pertambangan timah hampir tidak memiliki potensi untuk dijadikan sebagai air minum.

Adanya kolong timah pada awalnya tak memberikan dampak apa-apa pada kehidupan masyarakat di
sekitar tambang. Namun, ketika musim hujan datang, kolong-kolong ini akan menampung air hujan
dan air dari permukaan yang lebih tinggi. Adanya air berlebih memenuhi kapasitas kolong
menyebabkan air meluap dan menyebar ke daerah sekitar kolong. Mirisnya, daerah di sekitar kolong
cenderung kekurangan vegetasi dikarenakan buangan tanah galian tak jauh dari kolong yang
menyebabkan air terus meluap mengarah ke area perumahan di sekitar kolong dan merusak
infrastruktur yang dilaluinya.7

Salah satu kasus nyata yaitu pada banjir yang terjadi pada Februari 2016 di Provinsi Bangka Belitung.
Di mana sebagian dari peneyebab banjir selain volume hujan yang tinggi juga dikarenakan
keberadaan kolong dan kawasan sekitar kolong yang memiliki vegetasi cukup rendah. 8

2.2.2 Kekurangan Air Bersih

Masih mengenai kolong dan pertambangan timah masyarakkat di daratan. Ternyata selain dapat
menyebabkan banjir, kolong juga berpotensi menyebabkan cadangan air bersih menurun. Bedasarkan
penelitian terhadap kandungan air kolong, air kolong memiliki pH antara 3,07-8,4. Dengan catatan air
kolong muda atau baru ditambang cenderung asam (3,6-5,62) dan Air kolong tua cenderung netral.
Diketahui juga dari penelitian, bahwa dimungkinkan terjadi pertumbuhan alga di sekitar perairan
7
Yuliana HS, “Analisis Dampak Pertambangan Timah Rakyat Terhadap Bencana Banjir”,
Jurnal Prodi Manajemen Bencana April 2017 Volume 3 Nomor 1, 60.
8
Ibid, 63.
tambang timah yang tentunya beracun bagi manusia. Di penelitian tersebut juga diungkapkan bahwa
di beberapa kolong memiliki kandungan As dab Hg yang cukup tinggi sehingga tidak dapat digunkan
untuk air minum.9

Kedua contoh di atas merupakan dampak yang telah dirasakan dan diketahui masyarakat umum di
Pulau Belitung, begitupula dengan para penambang yang mengalami langsung proses penambangan.
Namun, pertambangan timah masyarakat di Belitung tetap terjadi. Dalam hal ini, masyarakat Belitung
mulai mengalami apa yang disebut dengan ketergantungan terhadap sumber daya.

2.3 Mulainya Ketergantungan Masyarakat di Pulau Belitung Terhadap Timah Beserta


Faktor Penyebabnya

Ketergantungan masyarakat terhadap timah mulai jelas dirasakan ketika Kabupaten Belitung dan
Kabupaten Belitung Timur mulai bertahap membangun dan memajukan sektor pariwisata, sektor
perkebunan, dan perumahan. Walaupun institusi penyelenggaranya masih di bawah koordinasi
menteri sesuai dengan Undang – undang No. 6 tahun 2009.10 Dikarenakan dalam prosesnya pemajuan
sektor pariwisata di Belitung seolah bertujuan untuk menanggulangi dampak pertimahan, di sinilah
titik di mana masyarakat penambang tetap memertahankan pertambangan timah masyarakat.

Pasalnya, kebijakan pariwisata yang dikeluarkan pemerintah daerah seolah - olah memaklumi
pertambangan bahkan menunjukkan semacam inisitatif untuk harmonisasi. 11 Diperkuat dengan
inisiatif dari pemerintah daerah yang mengungkapkan akan melanjutkan kebijakan mengenai
transformasi pertambangan menjadi pariwisata. 12

Di sisi lain, masyarakat di Pulau Belitung juga tidak memiliki cukup ruang dan tanah seiring
bertambahnya tahun untuk menembangkan sektor lain yang lebih sustainable. Sebagiannya
dikarenakan pembukaan lahan yang disebabkan oleh dampak pariwisata terhadap pembukaan lahan
perumahan dan perkebunan ataupun dampak dari pertambangan itu sendiri sehingga masalah
penambangan timah masyarakat Belitung sampai hari ini belum menemukan titik temu permasalahan.

Kedati begitu, berangsur – angsur cadangan timah di Belitung mulai menipis. Anehnya, aktivitas
penambangan justru tetap berjalan dan justru semakin meningkat jumlahnya seiring bergantinya
9
Yanni Sudiyani dkk,”Determinasi Arsen (As) dan Merkuri (Hg) Dalam Air dan Sedimen Di Kolam
Bekas Tambang Timah (Air Kolong) Di Provinsi Bangka-Belitung,Indonesia”, Ecolab Vol.5 No. 2
juli 2011, 60.
10
Nanang Indra Kurniawan dkk, “Pariwisata Sebagai Strategi Transisi Ekonomi Pasca Timah di
Pulau Belitung”, Kajian Kebijakan Resource Governance in Asia Pacific (Regina) UGM dan Natural
Resource Governance Institute (NRGI), 3.
11
“Tambang-Wisata tak Perlu Konflik”, diakses dari
https://negerilaskarpelangi.com/2017/01/14/tambang-wisata-tak-perlu-konflik/, pada tanggal 16
oktober 2021 pukul 12.39.
12
Herman, “Transformasi Bangka Belitung, dari Tambang Timah ke Pariwisata”, diakses dari
https://www.beritasatu.com/ekonomi/702959/transformasi-bangka-belitung-dari-tambang-timah-ke-
pariwisata, pada tanggal 16 oktober 2021 pukul 12.59.
tahun. Pada tahap ini masyarakat di Belitung telah mengalami apa yang disebut dengan
ketergantungan pada sumber daya, sehingga dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan masalah ketergantungan ini, di antaranya:

1. Potensi timah yang mudah didapat dan menguntungkan dalam jangka pendek.
2. Kurangnya lahan untuk membuka sektor sustainable karena maraknya pembukaan lahan
untuk perumahan dan perkebunan sawit ataupun pariwisata.

2.4 Mudahnya Akses Mencari Timah Sebagai Alasan Menambang Timah

Walaupun potensi cadangan timah di Belitung relatif semakin sedikit jika dilihat dari sudut pandang
sekelas perusahaan. Namun, dari sudut pandang individu potensi tersebut relatif banyak. Tercatat
dalam penelitian yang dilakukan tahun 2006 lalu.13 terdapat potensi timah yang masih tersebar di
Pulau Belitung, salah satunya:

1. Desa Teluk Dalam, Kecamatan Tanjung Pandan (2.892 Ton).


2. Desa Sebrang, Kecamatan Tanjung Pandan (409.710 kg).
3. Desa Air Batu Buding, Kecamatan Badau (91.287 Ton).
4. Kawasan Hutan Lindung Bringsih Pepapuyuh, Desa Badau, Kecamatan Badau (2 Ton).
5. Kecamatan Kelapa Kampit (Relatif Banyak) dikarenakan terdapat banyak pertambangan
masyarakat.

Dapat dilihat dari data potensi tersebut, dari sudut pandang individu masih terdapat banyak cadangan
timah sisa ataupun bukan yang tersebar di Belitung. Hal ini tentu menjadi dasar pertimbangan
masyarakat untuk memulai pertambangan masyarakat.

Jika dilihat dari segi kemudahan dan akses untuk menambang, pertambangan timah masyarakat relatif
mudah dan menguntungkan. Pertambangan ini bersifat terbuka dengan mayoritas metode semprot
atau hydraulicking yaitu dengan menggunakan alat penyemprot air atau giant. Sedangkan pompa
tanah sebagai alat memilah kosentrasi biji timah dan generator set (Gemset) sebagai generator listrik.
Beberapa dari alat ini tersedia sebagai barang bebas sehingga para penambang tidak perlu bersusah
payah mencari barang-barang tersebut di pasar gelap karena barang untuk keperluan penambangan
timah masyarakat ini tersedia di toko keperluan rumah tangga dan mesin.

Sedangkan dalam proses mendapatkan biji timah, kuantitas yang bisa didapatkan dihitung sangat
tinggi dengan volume sekitar (75-230 m3) biji timah dihasilkan per sift dan dapat dikerjakan secara
otomatis.14

13
Denni Widhiyatna dkk, “Inventarisasi Potensi Bahan Galian pada wilayah PETI Daerah Belitung,
Provinsi Bangka Belitung”, Proceeding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan Non
Lapangan Tahun 2006, Pusat Sumber daya Geologi, 3-5.
14
Ibid. 5.
Walaupun secara berkelompok keuntungan dibagi merata, hal ini masih menguntungkan bagi
individu. Dikarenakan seringkali cadangan timah yang didapatkan melebihi ekspektasi. Sebagian
dikarenakan tempat pertambangan masyarakat ini seringkali berlokasi di bekas pertambangan resmi
perusahaan dengan catatan dilakukan secara sembunyi-sembunyi sehingga masyarakat tak perlu
melakukan research geologis untuk mencari potensi kandungan biji timah. Tetap saja, perlu dicatat
beberapa pertambagan timah masyarakat biasanya dilakuan di kediaman tepat tinggal atau kebunnya
sendiri, hal ini dilakukan untuk menghindari kasus hukum.

Jika dihitung total pengeluaran untuk membeli alat dan maintance, maka pengeluarannya rendah
sekali dibandingkan keuntungan dari hasil penjualan relatif pada harga pasar. Hampir semua
penambangan timah masyarakat selalu balik modal, dikarenakan pertambangan ini jarang sekali
bersifat individu dan selalu dilakukan secara berkelompok sehingga semua biaya dikumpulkan dengan
metode patungan dan keuntungan dibagikan secara merata.

Ketergantungan terhadap timah juga erat kaitannya dengan harga timah di pasaran, timah memiliki
tren yang selalu naik harganya di pasar dunia seiring berkembangnya permintaan dari kawasan asia
tenggara. Tercatat pada tahun ini harga timah mengalami kenaikan yang signifikan sekali bahkan
sampai pada 32.400 Dolar US sebagiannya dikarenakan RRT tidak berniat mengekspor produk timah
sehingga permintaan timah menaik.15

Kemudahan dalam menambang timah ini menyebabkan beberapa kasus pekerja di bawah umur yang
kerap diasosiasikan dengan pertimahan masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Salah
satu kasus nyata terjadi pada pelajar di Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Dikarenakan peningkatan
harga timah yang sebelumnya dari 70.000 Rupiah ataupun 150.000 Rupiah saja per kilogram, pada
bulan September harga tersebut meningkat sehingga banyak siswa di Bangka memutuskan untuk
putus sekolah dan mulai menjadi penambang timah masyarakat bersama keluarganya. 16

15
Iwan Satriawan, “Kabar Gembira, Harga Timah Terus Beranjak Naik dan Kini Capai Rekor
Tertinggi, Ini Penyebabnya”, diakses dari https://bangka.tribunnews.com/2021/05/02/kabar-gembira-
harga-timah-terus-beranjak-naik-dan-kini-capai-rekor-tertinggi-ini-penyebabnya, pada tanggal 17
oktober 2021 pukul 20.22.
16
Heru Windharko, “Tergiur Harga Tinggi Siswa Di Bangka Ikut Berburu Timah dan Akhirnya
Berhenti Sekolah”, diakses dari https://bangka.tribunnews.com/2021/10/01/tergiur-harga-tinggi-
siswa-di-bangka-ikut-berburu-timah-dan-akhirnya-berhenti-sekolah, pada tanggal 17 Oktober 2021
pukul 20.27.
Gambar 4. Keterlibatan Pelajar di Bawah Umur dalam Pertambangan Timah Masyarakat (Sumber :
www.bangkapos.com)

Studi Lebih lanjut mengenai tren anak dalam pertambangan ini sering juga diasosiasikan dengan
kondisi ekonomi yang kurang baik dalam keluarga. Umumnya eksploitasi anak dalam pertambangan
bukanlah atas dasar pemaksaan, melainkan ajaran dari orang tua dan di beberapa kasus atas kehendak
diri sendiri untuk membantu ekonomi keluarga.17 hal ini juga erat kaitannya dengan lingkungan
pelajar atau anak-anak penambang timah di bawah umur, anak-anak yang menambang timah
cenderung berasal dari lingungan kumuh dan perkampungan yang juga biasanya tidak memiliki lahan
untuk dijadikan kebun seperti masyarakat Belitung pada normalnya. Hal ini membuktikan bahwa
terdapat faktor kedua penyebab ketergantungan masyarakat pada pertambangan timah.

2.5 Kurangnya Lahan Menyebabkan Ketergantungan Masyarakat Terhadap Timah

Dapat dilihat pada (Gambar 5) dan (Gambar 6) dibawah, pembangunan dan pembukaan lahan di
Belitung mulai pesat terjadi sesaat setelah Belitung menjadi bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka
dan Beliung tepatnya pada tahun 2000 dan satu tahun lebih awal dari pengesahan timah sebagai
komoditas bebas.

Gambar 5. Potret Pulau Belitung Tahun 2000 (Sumber : Google Earth Pro)

Gambar 6. Potret Pulau Belitung Tahun 2009 (Sumber: Google Earth Pro)

Putra Pratama Saputra, “Children Exploitation As Mining Labour: A Case In Kace Village, Bangka
17

Belitung”, Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol.20 No.1 Tahun 2018, 5-8.
Daerah pembangunan terlihat mayoritas menempati kawasan Belitung dan Belitung Timur dengan
bagian tengahnya di daerah Buding, Kecamatan Kelapa Kampit. Di sekitar daerah pembangunan juga
biasanya terdapat tempat galian timah masyarakat sebagai sumber utama mata pencaharian
masyarakat. Salah satunya seperti di Belitung Timur, tak jauh dari objek pariwisata rumah keong kita
bisa melihat terdapat 3 atau lebih fasilitas timah masyarakat. Begitu juga di Kabupaten Belitung yang
biasanya pencarian timah dilakukan di sekitar rumah dan kebun masyarakat.

Pembukaan lahan terjadi pada kurun waktu 2000-2009 setelah disahkan timah sebagai barang bebas
dan dimulainya proyek pariwisata setelah 2008 juga pembukaan lahan untuk perkebunan sawit.
Pembukaan lahan di bagian timur dan barat Pulau Belitng menyebabkan pertambangan semakin ke
tengah dan semakin menyempitnya lahan yang bisa digunakan untuk sektor sustainable dan dasar
seperti pertanian.

Gambar 7. Garis Kemiskinan Penduduk Menurut Provinsi Dengan Kepulauan Bangka Belitung
Tertinggi (Sep 2017) (Sumber: https://databoks.kadata.co.id)

Pembukaan lahan berpotensi menyudutkan masyarakat kelas bawah dan memperparah ketergantungan
terhadap timah dikarenakan kekurangan lahan untuk menciptkan sektor yang sustainable dan pokok
seperti pertanian. Dalam hal ini, Belitung pernah dikategorikan sebagai daerah dengan pemenuhan
kebutuhan hidup pokok termahal di Indonesia di atas Jakarta jika dilihat dari garis kemiskinan tahun
2017.18 Hal ini sebagian disebabkan pembukaan lahan yang massive di luar pertanian dan sektor
produsen komoditas dasar sehingga barang-barang pokok harus impor dari luar Belitung yang
menyebabkan harga komoditas dasar mahal.

2.5.1 Pariwisata, Lapangan Golf, dan Perumahan


18
“Kebutuhan Hidup Tertinggi Bukan Di Jakarta, Tapi Di Bangka Belitung”, diakses dari
https://www.indopress.id/article/nasional/kebutuhan-hidup-tertinggi-bukan-di-jakarta-tapi-di-bangka-
belitung, pada tanggal 20 oktober 2021 pukul 00.39.
Pada tahun 2008, Film Laskar Pelangi muncul sebagai tanda mulai bermerakrannya pariwisata di
Belitung. Belitung kemudian disebut sebut sebagai “Bali Baru” sebagai salah satu destinasi wisata
nasional. Di tahun yang sama, mulai dikembangkan sektor pariwisata di Belitung yang pada awalnya
ditujukan untuk menanggulangi sektor pertambangan. Namun, sektor pariwisata kemudian mulai
semacam bekerja sama dengan pertambangan untuk menciptakan pariwisata dari lahan galian
tambang, salah satunya objek pariwisata danau biru.

Gambar 8. Potret Objek Pariwisata Danau Biru sebagai pariwisata pertambangan, Tanjung Pandan
(Sumber: Kompasiana.com)

Jika dilihat dari segi kuantitas, banyak sekali objek wisata pertambangan berpotensi yang berhasil
ditransformasi oleh pariwisata, danau-danau atau kolong hasil pertambangan seperti danau biru
sebagian besar berhasil dikembangkan oleh pariwisata (Gambar 5.). Namun, kita juga tak dapat
menutup mata dari dampak lain yang ditimbulkan. Seiring dengan berkembangnya pariwisata,
perumahan juga berkembang terutama perumahan privat. Begitu pula dengan pembukaan lahan untuk
fasilitas pariwisata seperti lapangan golf yang menyebabkan pembukaan lahan besar-besaran di
Belitung setelah tahun 2008.

Selain itu, terdapat banyak sekali perumahan yang tumbuh setelah 2008 dan dimulainya program
pariwisata. Perumahan ini bersifat privat dan dengan luas tanah yang sangat luas. Begitu pula dengan
proses pembukaan lahannya, biasanya dilakukan dengan pembakaran dan penebangan hutan yang
berpotensi merusak lingkungan.

Perumahan-perumahan ini biasanya ditujukan untuk kaum menengah ke bawah, yang biasanya
berlokasi di sekitar Tanjung Pandan. Pertumbuhan terhadap perumahan ini mengarah ke tengah
Belitung dengan harga tertinggi pada perumahan di sekitar pantai.
Gambar 9. Salah Sattu Perumahan Di Belitung (Sumber: posbelitung.co)

Selain perumahan juga pembukaan tanah yang disebabkan oleh efek pariwisata adalah lapangan golf.
Lapangan golf bisa dikategorikan sebagai sarana hiburan, lapangan golf yang terkenal di Belitung
yaitu terletak di dekat pantai Tanjung Tinggi yang juga objek pariwisata. Luas lapangan golf ini 100
hektar, 70 hektar dibuatkan lapangan golf dan driving range, 5 hektar untuk club house, dan hotel
bintang 4, 25 hektar untuk villa mewah sebanyak 300 unit. Walaupun masih dalam tahap
pembangunan, hampir setengah lebih lahan sudah dibersihkan untuk pembangunan sejak 2018. 19

Gambar 10. Lapangan Golf Tepat Di Sekitar Daerah Pariwisata Tanjung Tinggi, Belitung (Sumber:
Belitunginfo.com)

Hal ini membuktikan bahwa memang telah terjadi peningkatan pembukaan lahan di Belitung
khusunya setelah peningkatan sektor pariwisata yang membuat masyarakat di Pulau Belitung
kesulitan dalam mengembangkan sektor lain karena keterbatasan lahan.

2.5.2 Perkebunan Sawit

Perkebunan sawit sebetulnya sudah lama menjadi buah bibir masyarakat. Setiap kali masyarakat dari
Kabupaten Belitung akan melintasi jalanan tiada habis di antara pepohonan sawit ketika ingin

19
“PT Belitung Golf and Resorts Investasikan Dana Rp 167,5 Miliar” diakses dari
https://www.jawapos.com/ekonomi/properti/20/03/2018/pt-belitung-golf-and-resorts-investasikan-
dana-rp-1675-miliar/, pada tanggal 19 oktober 2021 pukul 23.30.
berkunjung ke Belitung Timur. Perkebunan sawit di Belitung sangatlah luas dengan salah satu luas
tanahnya mencapai 136.780.927,3 meter persegi sesuai (gambar sedangkan yang lainnya tersebar
pada Kabupaten Belitung dan Belitung Timur yang tidak kalah luasnya.

Gambar 11. Tanah Yang Teregistrasi di Website Bhumi Dengan Hak Guna Lahan Perkebunan Besar
Sawit Dominan Di Belitung (Sumber: Bhumi.atrbpn.go.id)

Dari data tadi sebetulnya sudah sangat jelas bahwa perkebunan sawit membuka lahan luas sekali. Hal
ini merupakan salah satu penyebab ketergantungan masyarakat pada timah, dikarenakan masyarakat
tak mempunyai cukup lahan untuk memulai sektor ekonomi baru seperti pertanian untuk
memproduksi kebutuhan fisiologis masyarakat sehingga masyarakat perlu bergantung pada sektor
yang tersedia luas seperti timah.

Dilihat dari data analisis terhadap penggunaan lahan 2004-2011, presentase perkebunan besar
bertambah 13,01 persen, pertambangan bertambah 7,02 persen, sedangakan perkebunan rakyat
berkurang -0,40 persen dan tegalan/lading berkurang secara signifikan yaitu -3,16 persen. Sebgiannya
digunakan untuk pertambangan dan hal ini terjadi ketika tren persawitan naik. 20

Gambar 12. Potret Lahan Sawit Di Belitung (Sumber: Tribunnews.com)

Hal ini membuktikan juga bahwa telah terjadi ekspansi persawitan bahkan terjadi penurunan terhadap
sektor perkebunan di Belitung salah satunya perkebunan rakyat, kasus ini menyebabkan masyarakat

Febri Pirwanda dan Budi H. Pirngadie, “Dampak Kegiatan Timah Inkonvensional Terhadap
20

Perubahan Guna Lahan Di Kabupaten Belitung”, Jurnal Planologi Unpas Vol.2 No.3, 184.
semakin tergantung kepada pertimahan dikarenakan penghasilan dari perkebunan berkurang
sedangkan sektor pertambangan bertambah signifikan begitupula dengan sektor perkebunan sawit.

III. Kesimpulan

Dapay disimpulkan bahwa terjadinya ketergantungan terhadap tambang timah masyarakat di Pulau
Belitung dikarenakan kemudahan dalam memperoleh SDA timah dan kekurangannya lahan untuk
sektor ekonomi yang lebih sustainable dan pokok.

Penyebab ketergantungan ini dibuktikan dengan kecendrungan masyarakat untuk beralih ke timah
ketika ditimpa kesulitan dalam memajukan sektor lain dan mudahnya mendapat potensi tambang yang
sangat menguntungakan. Sedangkan, dengan potensi timah yang cukup besar dari sudut pandang
individu membuat masyarakat umum di Pulau Belitung menaruh minat pada pertambangan timah.
Ketergantungan ini juga yang membuat masyarakat kurang berpikir terhadap dampak yang bisa
ditimbulkan oleh pertambangan illegal berupa kerusakan alam dan kelangkaan ekosistem yang
membuat lingkungan menjadi rusak, sehingga masyarakat kembali menambang untuk memenuhi
kebutuhan dasar.

Daftar Pustaka

(n.d.).

Babelprov. (2017). Pertambangan Penyokong Perekonomian. Retrieved from babelprov:


https://babelprov.go.id/content/pertambangan-penyokong-perekonomian

Baikal, A. (2021, April 23). 6 Negara Jadi Tujuan Ekspor Timah Indonesia. Retrieved from
Kumparan: https://kumparan.com/babelhits/6-negara-jadi-tujuan-ekspor-timah-indonesia-
1vbo1zInzR4/full

Children Exploitation As Mining Labour : A Case In Kace Village, Bangka Belitung. (2018). Jurnal
Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 1 Tahun 2018, 5-8.

Denni Widhiyatna, M. P. (2006). Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah Peti. Proceeding
Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan, 3-5.

Febri Pirwanda, B. H. (2015). Dampak Kegiatan Tambang Timah Inkonvensional. Jurnal Planologi
UNPAS Vol.2 No.3, 184.

Gunawan, A. I. (2019, September 1). Seperti Apakah Sejarah Pertambangan Timah di Belitung?
Beginilah Kisahnya. (W. Kurniawan, Editor) Retrieved from Peta Belitung:
https://www.belitungisland.com/news/seperti-apakah-sejarah-pertambangan-timah-di-
belitung+-beginilah-kisahnya/
Haryadi, D. (2014). Faktor Kriminogen Illegal Mining Timah di Bangka Belitung. Penelitian Hibah
Doktor Ditjen Dikti Kemendikbud , 52-53.

Herman. (2020, November 26). Transformasi Bangka Belitung, dari Tambang Timah ke Pariwisata.
Retrieved from Berita Satu: https://www.beritasatu.com/ekonomi/702959/transformasi-
bangka-belitung-dari-tambang-timah-ke-pariwisata

HS, Y. (2017). Analisis Dampak Pertambangan Timah Rakyat Terhadap Bencana Banjir. Jurnal
Prodi Manajemen Bencana Volume 3 Nomor 1, 60-63.

Kebutuhan Hidup Tertinggi Bukan di Jakarta, Tapi di Bangka Belitung. (2017, Januari 9). Retrieved
from Indopress: https://www.indopress.id/article/nasional/kebutuhan-hidup-tertinggi-bukan-
di-jakarta-tapi-di-bangka-belitung

Nanang Indra Kurniawan, N. A. (2019). Pariwisata Sebagai Strategi Transisi Ekonomi Pasca Timah di
Pulau Belitung. Kajian Kebijakan Resource Governance in Asia Pacific (Regina) UGM dan
Natural Resource Governance Institute (NRGI), 3.

PT Belitung Golf and Resorts Investasikan Dana Rp 167,5 Miliar. (2018, Maret 20). Retrieved from
Jawa Pos Tv: https://www.jawapos.com/ekonomi/properti/20/03/2018/pt-belitung-golf-and-
resorts-investasikan-dana-rp-1675-miliar/

Satriawan, I. (2021, Mei 2). Kabar Gembira, Harga Timah Terus Beranjak Naik dan Kini Capai
Rekor Tertinggi, Ini Penyebabnya. Retrieved from Bangka Pos:
https://bangka.tribunnews.com/2021/05/02/kabar-gembira-harga-timah-terus-beranjak-naik-
dan-kini-capai-rekor-tertinggi-ini-penyebabnya

Tambang-Wisata tak Perlu Konflik. (2017, Januari 14). Retrieved from Negeri Laskar Pelangi:
https://negerilaskarpelangi.com/2017/01/14/tambang-wisata-tak-perlu-konflik/

Wikipedia. (2021, agustus 15). Pulau Belitung. Retrieved from Wikipedia.com:


https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Belitung

Windharko, H. (2021, Oktober 1). Tergiur Harga Tinggi, Siswa di Bangka Ikut Berburu Timah dan
Akhirnya Berhenti Sekolah. Retrieved from Bangka Pos:
https://bangka.tribunnews.com/2021/10/01/tergiur-harga-tinggi-siswa-di-bangka-ikut-
berburu-timah-dan-akhirnya-berhenti-sekolah

Yanni Sudiyani, A. D. (2011). Determinasi Arsen (As) dan Merkuri (Hg) Dalam Air dan Sedimen Di
Kolam Bekas Tambang Timah (Air Kolong) Di Propinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Ecolab
Vol.5 No.2, 60.

Anda mungkin juga menyukai