Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 15, Nomor 1, Januari 2019 : 63 - 75

TAMBANG INKONVENSIONAL: PERAN MASYARAKAT


DAN DAYA TARIK EKONOMI BAGI PENAMBANG
The Unconventional Mine: Role of Community and Economic
Attraction for Miners

SULISTA

Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Jalan Pulau Belitung No. 2, Komplek Perkantoran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Telp. (0717) 439333, 439335, 439336
e-mail: sulista.25051986@gmail.com

ABSTRAK

Masih tingginya aktivitas pertambangan timah rakyat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membuktikan
bahwa timah merupakan komoditas penting dalam membentuk ekonomi masyarakat pedesaan. Tujuan
penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang bagaimana masyarakat memainkan perannya dalam
aktivitas pertambangan rakyat dan kontribusi ekonomi yang diperoleh sehingga aktivitas ini menjadi tumpuan
ekonomi. Metodologi penelitian dilakukan melalui wawancara terhadap aparatur pemerintahan desa dan
pelaku pertambangan untuk memetakan kelompok masyarakat yang beraktivitas di sektor ini, selanjutnya
dilakukan wawancara mendalam terhadap kelompok masyarakat tersebut guna mendapatkan informasi
tentang daya tarik ekonomi dari tambang rakyat ini. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa aktivitas masyarakat
dalam proses pertambangan rakyat terdiri dari pelimbang timah, pekerja tambang inkonvensional, penambang
dengan menggunakan pompa air, pemilik tambang inkonvensional, pekerja lobi timah, dan pembeli timah.
Aktivitas tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi masyarakat penambang yang dikelompokkan
ke dalam pelaku pertambangan berpenghasilan rendah yaitu pelimbang, pekerja tambang inkonvensional (TI),
pekerja robin, berpenghasilan sedang yaitu pekerja lobi timah, berpenghasilan tinggi yaitu pemilik TI serta
berpenghasilan sangat tinggi yaitu pembeli timah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan
bagi pemerintah daerah dalam merumuskan strategi pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kata kunci: ekonomi pedesaan, peran masyarakat, tambang inkonvensional, timah.

ABSTRACT

The high activity of tin mining in Bangka Belitung Islands Province proves that tin is an important commodity
in shaping the economy of rural society. The purpose of this research is to obtain information about how
society plays its role in people’s mining activity and economic contribution, therefore this activity becomes
economic support. The research methodology was conducted through interviewing with village government
apparatus and mining stakeholders to map the community groups in this sector and then conducted in-depth
interviewing with the community groups to obtain information on the economic attraction from the people’s
mine. From the result of the research, it is known that community activities in the community mining process
consist of tin artisanal miners/tin small scale miners, unconventional mine worker, miner using water pump,
unconventional mine owners, tin lobby workers, and tin buyers. This activity greatly affect the economic
condition of miners who are grouped into low-income mining stakeholder such as artisanal miners/small scale
miners, IT workers, Robin workers, middle income is tin lobby workers, high income is IT owners, and very
high income is tin buyers. The results of this study are expected to be an input for local government in
formulating development strategies in Bangka Belitung Province.

Keywords: the economy of rural society, community role, unconventional mine, tin.

Naskah masuk : 07 September 2017, revisi pertama : 08 Desember 2017, revisi kedua : 06 Maret 2018, revisi terakhir : 03 Desember 2018. 63
DOI: 10.30556/jtmb.Vol15.No1.2019.348
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 15, Nomor 1, Januari 2019 : 63 - 75

PENDAHULUAN satu penyebab terjadinya perlambatan ekonomi


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam
Telah diketahui khalayak umum bahwa sektor rentang 2011 hingga 2015 dari 6,90 menjadi
pertambangan timah termasuk keterdapatan 4,08 persen.
tambang inkonvensional (TI) merupakan
penopang perekonomian terpenting di Pada 2016, Badan Pusat Statistik mencatat ada
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. TI 73.939 tenaga kerja usaha pertambangan dan
merupakan klasifikasi tambang yang dipakai penggalian dan 37.369 tenaga kerja usaha
oleh PT. Timah Tbk untuk suatu kegiatan industri pengolahan timah (Badan Pusat
penambangan dengan kemampuan Statistik, 2016b). Kedua sektor ini didominasi
pemindahan material tambang di bawah 30 oleh tenaga kerja usaha mikro yang merupakan
m3/jam. Pengertian ini kemudian mengalami kegiatan pertambangan rakyat. International
pergeseran menjadi kegiatan penambangan Institute for Environment and Development
pasir timah yang dilakukan oleh masyarakat (2002) melaporkan kegiatan penambangan
yang secara umum tidak memiliki izin dari tradisional dan skala kecil menjadi sumber
pemerintah. Konsekuensinya penambangan penghidupan penting bagi wanita dan anak-
yang dilakukan tidak melaksanakan kewajiban anak yang terlibat dalam kegiatan
reklamasi dan membayar royalti walaupun penambangan, terutama ketika berada pada
peralatan yang dipakai sudah menyamai situasi kemiskinan. Sektor ini pun menimbulkan
kemampuan sebuah tambang besar efek domino terhadap ekonomi lokal antara lain
(Zulkarnain dkk., 2005). peningkatan daya beli yang signifikan dan
munculnya arus permintaan dan penawaran
Menurut Erman (2010), komoditas timah dari terhadap barang dan jasa untuk memenuhi
masa VOC hingga kini adalah sumber kebutuhan daerah setempat (makanan,
pendapatan terpenting di Pulau Bangka. peralatan, perumahan, dan infrastruktur).
Pendapat ini cukup beralasan mengingat sejak
berdirinya provinsi ini, sektor pertambangan Kemunculan TI di Pulau Bangka Belitung
dan penggalian dengan industri pengolahan menurut Subiman dan Resosudarmo (2010)
memberikan kontribusi sebesar 30 hingga 40 didasari oleh 3 faktor yaitu: (1) keputusan PT.
persen terhadap struktur perekonomian daerah, Timah pada awal tahun 1990-an untuk
meskipun menunjukkan penurunan dalam mensubkontrakkan sebagian proyek
beberapa tahun terakhir. Penurunan rata-rata penambangan timah daratnya kepada
5,64 persen pertahun dari 39,69 persen pada pengusaha lokal akibat krisis timah dunia pada
2012 menjadi 31,45 persen pada 2016, akan tahun 1985 dan pada pola subkontrak inilah
tetapi masih merupakan sektor tertinggi pertama kali istilah TI diperkenalkan, (2)
pendukung PDRB (Badan Pusat Statistik, kejatuhan harga komoditas lada (Piper ningrum
2016a). Pentingnya peranan timah ini pun L) sebagai komoditas utama pertanian Bangka
terlihat ketika terjadi penurunan harga pada penghujung tahun 1990-an menyebabkan
komoditas sepanjang tahun 2015 pada bursa penurunan pendapatan masyarakat lokal, (3)
Indonesia Commodity & Derivatives Exchange pemisahan Bangka Belitung dari Provinsi
(ICDX) yang jatuh hingga ke angka 14.000 Sumatera Selatan sebagai akibat diterapkannya
$/MT mengakibatkan Pemerintah Daerah kebijakan otonomi daerah dan terjadinya krisis
berupaya mendorong smelter untuk membatasi ekonomi pada 1997-1998 yang menyebabkan
jumlah ekspor timah. Beberapa bulan setelah lemahnya sistem pemerintahan di Pulau
upaya pembatasan ekspor timah tersebut, Bangka. Ketiga hal ini yang mendorong
diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan masyarakat melakukan penambangan secara
nomor 33 tahun 2015 tentang Ketentuan Ekspor terbuka. Di samping karena kebutuhan
Timah dengan harapan akan menaikkan harga ekonomi juga anggapan masyarakat bahwa ada
komoditas ini. Sebelumnya moratorium ekspor rasa ketidakadilan terhadap rakyat kecil dalam
timah pernah dilakukan pada akhir tahun 2011 menikmati kekayaan alam yang dimiliki di
oleh Asosiasi Industri Timah Indonesia (AITI) tanah negeri mereka sendiri.
dengan tujuan untuk menstabilkan harga timah
di pasar dunia sebagai reaksi balik terhadap Menurut Zulkarnain (2010), ada dua aspek
menurunnya harga timah pada saat itu. yang menyebabkan tetap berlangsungnya
Turunnya harga komoditas ini menjadi salah kegiatan masyarakat menambang secara terus

64
Tambang Inkonvensional: Peran Masyarakat dan Daya Tarik Ekonomi Bagi Penambang, Sulista

menerus dan cenderung turun temurun. Adiatma, Bambang dan Purnaweni (2013), serta
Pertama, sifat kegiatan tersebut dapat Marfirani dan Adiatma (2012) menyebutkan
menghasilkan uang secara cepat (instant bahwa aktivitas TI Apung di Desa Batu
money) dan kadangkala dalam jumlah yang Belubang memberikan peningkatan kapasitas
cukup signifikan sehingga menimbulkan ekonomi dengan pendapatan tiga juta rupiah
harapan bagi yang ingin mengubah nasibnya per bulan bagi buruh TI dan bagi pemilik
dengan cepat. Kedua, kegiatan tersebut tidak tambang dalam 1 minggu dapat menghasilkan
memerlukan pengetahuan dan keahlian yang belasan juta rupiah serta memicu timbulnya
tinggi, tetapi lebih berdasarkan pengalaman dampak ganda walaupun dinilai belum efektif
dengan bermodalkan tenaga dan keberanian. menjamin keberlanjutan lingkungan.
Kedua hal tersebut yang menyebabkan Sedangkan Harliyana dan Radjiman (2008)
kegiatan menambang menjadi salah satu menyebutkan bahwa pengaruh penambangan
pilihan yang sangat menarik untuk dijadikan timah rakyat terhadap kondisi sosial ekonomi
mata pencaharian, terutama bagi mereka yang masyarakat bagi sebagian penambang hanya
berpendidikan terbatas dan memiliki kondisi bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
fisik yang cukup kuat. Kegiatan menambang saja. Peningkatan kesejahteraan hanya terjadi
merupakan kehidupan yang mereka nikmati pada para pemilik tambang skala kecil, tetapi
dan jalani untuk memenuhi kebutuhan itupun belum sebanding dengan resiko yang
ekonomi sepanjang kehidupannya. dihadapi, baik resiko secara ekonomi maupun
keselamatan kerja.
Kelimpahan sumber daya alam memiliki
hubungan positif terhadap pendapatan suatu Kegiatan penambangan rakyat yang dilakukan
negara didukung oleh kemampuan modal di berbagai daerah lainnya seperti
insan dalam membantu pertumbuhan penambangan emas rakyat di Gunung
ekonomi (Kunchu dan Sarmidini, 2015). Di Pongkor, juga merupakan sumber pendapatan
Indonesia sektor pertambangan berpengaruh penting. Bagi penduduk lokal, baik yang
positif yang signifikan terhadap pertumbuhan terlibat secara langsung maupun tidak, turut
PDRB di provinsi-provinsi di Indonesia merasakan dampak ekonomi yang cukup
(Hermawan, 2014). Namun beberapa daerah besar dari kegiatan penambangan rakyat ini
di tingkat kabupaten/kota, sektor ini tidak (Pudjiastuti, 2005). Pudjiastuti (2010)
memberikan dampak dikarenakan dana bagi menyebutkan kegiatan penambangan emas
hasil sumber daya alam tidak dimanfaatkan masyarakat Mombana merupakan kegiatan
pada sektor yang memberikan multiplier effect yang menghasilkan dampak multiplier yaitu
seperti pendidikan dan kesehatan terbentuknya pasar yang menjual beras hingga
(Martawardaya, Basuki, dan Hanafi, 2014). linggis, bahkan tersedia praktek lokalisasi
Bahkan, sejumlah provinsi di Indonesia terselubung, terjadi perputaran uang yang
teridentifikasi mengalami kerusakan sumber diperkirakan bisa mencapai miliran rupiah per
daya alam (Haryanto, 2018). Studi-studi ini hari. Dampak lainnya adalah berdirinya
menunjukan bahwa pertentangan antara warung-warung yang merupakan warung
dampak positif ekonomi dan dampak negatif tumbuh, yaitu ramai menjamur ketika mulai
masih menjadi permasalahan serius di daerah- ada penambang yang menjual berbagai
daerah yang mengandalkan sektor macam kebutuhan penambang. Warung-
pertambangan sebagai komoditas unggulan warung ini menjual berbagai macam
pembentuk struktur perekonomian daerah. kebutuhan penambang mulai dari makanan
dan bahan makanan, kelengkapan tambang
Sejauh ini kajian penambangan timah rakyat hingga kelengkapan untuk bermukim, seperti
didominasi oleh dampak negatifnya yang tikar, tenda, tali dan lainnya. Begitu pula
dirasa lebih besar baik terkait isu lingkungan, kegiatan penambangan emas liar di Desa
regulasi, konflik pertimahan dan dampak sosial Kebun Lado Kecamatan Singingi Kabupaten
ekonominya yang cenderung negatif. Namun Kuantan Singingi, kegiatan penambangan
masih sedikit kajian tentang kegiatan emas liar memberikan besaran pendapatan
pertambangan timah rakyat yang menunjukkan bagi masyarakat sehingga mereka terus
sebagai komponen inti sumber pendapatan bekerja sebagai penambang emas liar
utama bagi ekonomi masyarakat pedesaan. walaupun dari segi hukum merupakan
pekerjaan ilegal (Eriyati dan Iyan, 2011).

65
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 15, Nomor 1, Januari 2019 : 63 - 75

Dari penelitian-penelitian tersebut di atas, berdasarkan pedoman wawancara yang telah


masih belum terungkap sejauh mana kegiatan dirumuskan menurut aspek dan variabel yang
penambangan memengaruhi kehidupan ingin diketahui. Tahapan verifikasi dilakukan
ekonomi para penambang yang pada akhirnya untuk setiap kegiatan ekonomi yang saling
melibatkan masyarakat dalam berbagai berkaitan. Dalam prosesnya digunakan alat
tingkatan. Dalam tulisan ini, telah dikaji lebih bantu rekaman berupa tape recorder.
dalam bagaimana masyarakat Bangka Belitung
beraktivitas di sektor pertambangan timah, Untuk memetakan aktivitas masyarakat dalam
kemudian melakukan analisis kontribusi usaha pertambangan mengacu kepada kutipan
kegiatan ini secara ekonomi bagi keluarga. dari Buxton (2013) yang menyebutkan bahwa
Diharapkan dapat memberikan gambaran keragaman penambangan skala kecil dapat
seimbang tentang pertambangan timah rakyat diamati dari sisi penambangan yang paling
dan menjadi bahan pertimbangan bagi dasar dengan hanya sekedar mengambil dan
pemerintah dalam mengambil kebijakan yang menggunakan sekop hingga menggunakan
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. mesin sederhana, maupun dari sisi
pekerjaannya sebagai diggers, miner or gang
leader. Diggers yaitu buruh upahan yang
METODE menggali, mencuci, mengangkut, menyortir
limbah dan mengangkut atau memberikan
Metode yang digunakan adalah deskriptif keamanan, termasuk di dalam kelompok ini
kualitatif yaitu melakukan wawancara adalah wanita, orang tua dan anak-anak.
mendalam dengan aparatur pemerintahan Miner atau gang leader yaitu pemilik
desa dan pelaku pertambangan untuk peralatan atau pemilik pit yang menanggung
mengetahui bagaimana masyarakat semua biaya pekerjaan.
beraktivitas dalam sektor pertambangan ini.
Wawancara yang mendalam dilanjutkan Zulkarnain dkk. (2005) memetakan beberapa
kepada masyarakat yang terlibat untuk pihak yang berperan dalam kegiatan TI yaitu
mengetahui dampak ekonomi yang diperoleh. (1) pemodal adalah orang atau sekelompok
Studi literatur berupa artikel dan kajian yang orang yang menyediakan modal untuk
berkaitan sebagai bahan perbandingan, dan pekerjaan TI, (2) pemilik TI yaitu orang
data sekunder berupa data publikasi BPS memiliki unit TI dan melakukan kegiatan TI
antara lain Provinsi Kepulauan Bangka sendiri maupun mempekerjakan orang lain
Belitung Dalam Angka, Sensus Ekonomi untuk menjalankan kegiatan TI. (3) pekerja TI
Tahun 2016 (Badan Pusat Statistik, 2016b), adalah buruh-buruh yang bekerja pada unit TI
dan website ICDX (ICDX, 2016) untuk yang biasanya berjumlah 3-4 orang, (4)
mengetahui harga timah global. pengumpul/kolektor yaitu orang yang membeli
timah dari para TI dan mengumpulkannya
Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan hasil sebelum dijual kepada perusahaan.
pengamatan langsung, yaitu di Desa Penyak
yang sebagian besar warganya memiliki mata Indra (2013) menyebutkan istilah dalam
pencaharian yang signifikan di sektor pertambangan untuk masyarakat yang terlibat
pertambangan (TI Rajuk) dan akses ke lokasi dalam pertambangan terdiri dari penambang
penelitian yang mudah dijangkau. Waktu (orang yang bekerja di TI-TI), pelimbang
penelitian dilakukan dari Agustus 2015 s.d. (masyarakat yang bisa terdiri dari bapak-
Februari 2016. Pemilihan responden dipilih bapak, ibu-ibu, anak-anak, atau kombinasi
secara purposive sampling. Responden dipilih semuanya yang mengayak atau mengais timah
dan disesuaikan berdasarkan keterwakilan sisa pembuangan pencucian TI orang lain)
dari jenis keterlibatannya yaitu penambang dan kolektor (individu atau beberapa orang
timah yang secara langsung menambang di yang melakukan aktivitas membeli timah dari
dalam bumi, pemilik tambang, warga yang para pelimbang TI atau penyelewengan
memanfaatkan ampas timah, dan pembeli timah). Erman (2014), Marfirani dan Adiatma
serta lainnya yang menjadi temuan di (2012) menyebutkan adanya multiplier effect
lapangan. Selain itu banyaknya jumlah warga pertambangan timah yaitu terbentuknya pasar
yang terlibat menjadi pertimbangan dalam malam dan jasa pertukangan.
penelitian ini. Wawancara dilakukan

66
Tambang Inkonvensional: Peran Masyarakat dan Daya Tarik Ekonomi Bagi Penambang, Sulista

Sementara itu, dampak ekonomi diukur informasi berdasarkan koding yang telah
berdasarkan besaran pendapatan yang disusun. Keempat, tahapan kategorisasi yaitu
diperoleh oleh masyarakat yang terlibat dalam pengelompokan hasil wawancara berdasarkan
aktivitas pertambangan baik langsung maupun hasil ekstraksi data untuk melihat
tidak. Menurut Sukirno (2006) pendapatan kecenderungan dari data yang diperoleh. Data
adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh diolah menggunakan model explanatory
penduduk atas prestasi kerjanya selama satu approach yaitu model analisis dengan
periode tertentu, baik harian, mingguan, memberikan penekanan pada eksplorasi
bulanan maupun tahunan. Lumintang (2013) berbagai data lapangan dan realitas yang
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ditemui sekaligus memberikan interpretasi
besarnya pendapatan yang diterima oleh terhadap objek penelitian untuk menjawab
penduduk sangat dipengaruhi oleh biaya persoalan atau rumusan masalah yang telah
produksi dan penerimaan. Pendapatan yang dituangkan dalam pertanyaan penelitian.
diperoleh oleh setiap individu pun berbeda
yang disebabkan oleh faktor usia, karekteristik
bawaan sejak lahir, keberanian mengambil HASIL DAN PEMBAHASAN
resiko, bobot latihan, kekayaan dan warisan,
keseimbangan pasar dan diskriminasi (Eriyati Peran Masyarakat dalam Aktivitas
dan Iyan, 2011). Pertambangan Rakyat

Berdasarkan studi pustaka tersebut Peralihan mata pencaharian masyarakat Desa


dikombinasikan dengan pengamatan lapangan, Penyak dari sektor pertanian dan perikanan
untuk mempermudah penelitian yang menuju sektor pertambangan terjadi pada
dilakukan, dirumuskan aspek, variabel, 2011. Peralihan tersebut diawali oleh salah
indikator dan sumber data yang menjadi seorang warga yang melakukan aktivitas
panduan wawancara seperti diuraikan pada penambangan dengan membuka unit TI
Tabel 1. sistem Rajuk di salah satu lokasi cadangan
timah yang masuk Izin Usaha Pertambangan
Pengolahan data dilakukan melalui empat (IUP) PT. Kobatin. Mereka mendapat
tahapan. Tahapan pertama yaitu menyusun informasi kandungan timah di daerah tersebut
transkripsi hasil wawancara semua narasumber. melalui tenaga kontrak eksplorasi yang pernah
Kedua, pemberian kode aspek, variabel dan dipekerjakan oleh perusahaan tersebut.
indikator. Ketiga, ekstraksi terhadap data dan

Tabel 1. Aspek, variabel, indikator dan sumber data penelitian

No. Aspek Variabel Indikator yang diamati Sumber Data


1 Sumber penghidupan Sejarah peralihan mata - Jenis pekerjaan Primer
masyarakat pencaharian - Tahun peralihan (aparatur pemerintahan
- Gambaran desa dan tokoh
pendapatan masyarakat)
masyarakat
2 Kegiatan ekonomi Kelompok diidentifikasi - Kegiatan ekonomi Primer
kelompok masyarakat terdiri dari: yang dilakukan dalam (warga lokal yang
yang terlibat langsung - Digger pertambangan rakyat sumber pendapatan
dalam kegiatan - Miner/Gang Leader - Tahun peralihan utama diperoleh dari
penambangan - Kolektor - Pendapatan kegiatan pertambangan
- Lainnya rakyat setempat)
3 Kegiatan ekonomi Kelompok diidentifikasi - Kegiatan ekonomi Primer
kelompok masyarakat terdiri dari: yang sedang (warga lokal yang
yang ikut terdampak - Pedagang berlangsung berjualan, pedagang
akibat adanya - Jasa Pertukangan - Pendapatan pasar malam dan
masyarakat yang - Lainnya lainnya yang merasakan
menambang dampak ekonomi)

67
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 15, Nomor 1, Januari 2019 : 63 - 75

Kegiatan tersebut ternyata secara ekonomi menggunakan timbangan sehingga diketahui


menghasilkan dan terdengar oleh warga kadar rata-rata 1,2 kg. Ampas yang dihasilkan
lainnya sehingga mengundang banyak orang mengandung pasir timah berkadar rendah tetapi
yang berprofesi sebagai nelayan, petani, masih bisa dimanfaatkan.
buruh (tukang kayu/anak buah nelayan) dan
lainnya ikut membuka unit TI di lokasi Tidak dapat dipungkiri, hadirnya TI di suatu
tersebut, tepatnya di hulu sungai Kurau. Pada komunitas telah memberikan kesempatan kerja
saat itu ± 80 persen warga desa beralih bagi banyak orang. Tidak hanya pemilik TI dan
pekerjaan ke sektor pertambangan. Aktivitas pekerjanya tetapi ada kelompok masyarakat
penambangan mencapai puncaknya pada yang ikut menambang dengan memanfaatkan
2013 dan 2014. Pada masa itu, satu orang ampas yang dihasilkan oleh TI tersebut yaitu
pemilik TI memiliki minimal 2 atau 3 unit TI pelimbang timah dan pekerja robin. Satu unit
dan rata-rata satu unit TI bisa menghasilkan TI terdiri dari 3-4 orang pekerja, ditambah lagi
100-150 kg pasir timah dalam satu hari atau dengan pelimbang timah dan pekerja robin
500-600 kg pasir timah dalam satu minggu. hingga terdapat puluhan orang pada suatu
Hingga saat ini, ekonomi desa Penyak masih lokasi. Terdapat pula reman masak yaitu istilah
sangat bergantung pada sektor ini. yang digunakan bagi masyarakat setempat yang
menyediakan makanan bagi pekerja TI, dan
Tahapan pekerjaan TI terdiri dari proses pekerja yang melobi timah. Bermunculan
pengambilan pasir timah yang bercampur air warung kecil yang menjual makanan ringan
(slurry) menggunakan pompa tanah (gravel dan toko yang menjual spare part TI, serta
pump). Air berasal dari pompa air (water terbentuknya pasar malam. Kegiatan ekonomi
pump), melalui pipa mengalirkan air yang akibat adanya TI dapat diamati pada Gambar 1.
bersumber dari kolong atau lubang galian yang
telah terisi air menuju sump yaitu lubang galian Aktivitas masyarakat dalam pertambangan
berbentuk sumuran yang terdapat pasir timah rakyat terdiri dari 4 kelompok yaitu (1)
tempat pompa tanah diletakkan. Pompa tanah kelompok masyarakat yang menambang timah
yang terhubung dengan pipa akan mengalirkan menggunakan alat sederhana berupa
slurry. Ampas akan langsung keluar melalui sekop/cangkul maupun menggunakan mesin,
ujung pipa ke tempat pembuangan, sedangkan (2) kelompok masyarakat yang terlibat dalam
pasir timah akan mengendap di sepanjang proses pencucian lanjutan dan pengeringan
dasar pipa. Pada akhir penambangan, ujung timah, (3) pemilik tambang yang memiliki unit
pipa dipindahkan ke unit pencucian. Pompa penambangan dan bertanggung jawab terhadap
tanah akan menghisap air dengan tekanan operasional tambang, dan (4) kelompok
lebih kuat sehingga pasir timah keluar melalui masyarakat yang terlibat dalam pemasarannya.
ujung pipa menuju unit pencucian yang
disebut oleh masyarakat setempat dengan Kelompok penambang terdiri dari
istilah sakan. pekerja/buruh TI, pelimbang timah dan
pekerja robin. Pekerja TI bekerja pada pemilik
Dalam dunia pertambangan, sakan lebih dikenal TI dan menambang dengan unit TI. Pelimbang
dengan istilah palong/khan/sluice box yang timah menambang menggunakan pengeruk
terbuat dari papan/kayu dengan dimensi ukuran yang terbuat dari pipa untuk mengambil pasir
lebar dasar 3-4 meter, panjang 32 meter, dan ampas dan dimasukkan ke dalam piring untuk
tinggi 1 meter, serta kemiringan 2-2,5 persen kemudian ditampung ke dalam
(Sujitno, 2007). Hanya saja sakan didesain kampil/karung. Pasir timah tersebut dicuci
dengan ukuran yang lebih kecil disesuaikan menggunakan karpet yang posisinya diatur
dengan kapasitas produksi timah dengan dengan kemiringan tertentu. Timah kemudian
dimensi ukuran lebar 2 meter, panjang 4 meter, ditimbang dan diketahui kadar rata-rata 1-1,1
dan tinggi 1 meter, serta kemiringan 15 persen. kg. Adakalanya pelimbang timah ikut
Pada unit sakan, pasir timah disemprot membantu kegiatan TI yang disebut dengan
menggunakan monitor dengan tekanan tertentu. reman TI. Jasa reman TI dibayar dengan
Dengan bantuan air dan gravitasi, butiran timah beberapa kilogram pasir timah disesuaikan
akan mengendap sedangkan air dan lumpur dengan banyak sedikitnya perolehan pasir
akan mengalir ke luar. Kadar timah (Sn) yang timah pada hari itu juga.
dihasilkan dari proses pencucian ditimbang

68
Tambang Inkonvensional: Peran Masyarakat dan Daya Tarik Ekonomi Bagi Penambang, Sulista

Penawaran jasa
Reman masak (menyiapkan
makanan bagi pekerja TI)

Penambang (pekerja TI,


pelimbang timah, pekerja
robin) Konsumsi

Pelobi timah (pekerja yang


bekerja pada pembeli timah)
Tambang Pasar barang dan jasa
inkonvensional a. Toko sembako
Konsumsi
(TI) Pemilik TI (bertanggung jawab b. Warung makanan
terhadap modal dan biaya dan minuman
operasional) c. Pasar malam
d. Jasa pertukangan

Pembeli timah (skala kecil dan


skala besar tergantung biaya
yang di investasikan)

Penawaran barang Toko menjual spare part TI (pelaku


usaha yaitu pembeli timah skala
besar)
Permintaan terhadap barang

Sumber: Pengolahan data lapangan

Gambar 1. Kegiatan ekonomi komunitas pedesaan usaha pertambangan timah rakyat

Sedangkan pekerja robin merupakan istilah timah skala besar sesuai dengan besarnya
setempat untuk kelompok penambang yang modal yang dikeluarkan. Para pembeli timah
menambang menggunakan satu unit pompa air membeli timah secara langsung dari para
yang dihubungkan dengan pipa sebagai unit penambang, mendatangi lokasi penambangan
penambangan. Pada umumnya beroperasi di ataupun para penambang yang mendatangi
ujung unit pencucian TI yaitu tempat para pembeli.
pembuangan ampas. Operator akan
menyemprot pasir ampas menggunakan Aktivitas yang dilakukan oleh pelaku
pompa air. Pasir timah akan terkumpul pada pertambangan timah dipengaruhi oleh modal
sump dan dimasukkan ke dalam karung untuk finansial dan kondisi fisik, usia, jenis kelamin,
dibawa ke unit pencucian. Proses pencucian serta tingkat pendidikan. Modal besar
menggunakan karpet seperti halnya pelimbang diperlukan oleh pembeli timah untuk
timah. Kadar timah yang diperoleh tidak jauh membeli timah dari penambang. Begitu pula
berbeda dengan kadar timah hasil melimbang. pemilik TI memerlukan investasi besar untuk
dapat membeli peralatan dan perlengkapan
Kelompok masyarakat yang berperan dalam penambangan serta menanggung biaya
proses lanjutan bertugas melobi timah atau operasional. Sementara itu, pekerja robin
melakukan tahapan pencucian kembali. memerlukan cukup uang untuk modal awal
Setelah itu timah dikeringkan menggunakan dan biaya operasional walaupun tidak sebesar
tungku pemanas untuk mengurangi kadar air. pemilik TI. Kondisi fisik yang kuat dan tenaga
Timah kering ditimbang menggunakan neraca yang lebih besar diperlukan pada tingkatan
ohaus sehingga diperoleh kadar timah yang pekerja TI dan pelobi timah, sedangkan
dapat diterima oleh pasar. pelimbang timah tidak memerlukan fisik yang
kuat dan modal yang dikeluarkan relatif kecil.
Sementara itu masyarakat yang terlibat dalam
pemasaran atau jual beli pasir timah terdiri Melimbang timah merupakan pekerjaan yang
dari pembeli timah skala kecil dan pembeli relatif santai dan ramai dilakukan ketika

69
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 15, Nomor 1, Januari 2019 : 63 - 75

tahapan pencucian TI. Kegiatan ini dilakukan yang terlibat tersebut. Nurtjahya, Agustina dan
selama 4-5 hari kerja dari jam 10 pagi hingga Putri (2008) menyebutkan bahwa pendapatan
jam 5 sore sehingga melimbang dapat dari penambangan timah memberi kontribusi
dilakukan oleh anak usia sekolah dasar dan yang signifikan terhadap total pendapatan
para wanita. Sama halnya dengan melimbang, keluarga per bulan, yaitu sebesar 89 hingga
para pekerja robin, tidak memerlukan fisik 95 persen. Kondisi ini memberikan dampak
yang kuat dengan aktivitas yang cenderung positif bagi peningkatan penghasilan
santai dan juga bekerja ketika para pekerja TI walaupun kerugian yang diderita oleh
melakukan tahapan pencucian. Namun pekerja penambang timah memang terbukti ada,
kategori ini memerlukan modal yang cukup tergantung dari besar kecilnya kerugian akibat
besar untuk membeli satu unit alat untuk investasi yang dibelanjakan, luas lahan, dan
menambang, serta biaya perbaikan dan lama operasional yang merugi.
pergantian spare part yang rusak.
Subiman dan Resosudarmo (2010)
Tenaga yang besar dan kondisi fisik yang menyebutkan bahwa adanya pelaku TI,
prima diperlukan oleh pekerja TI untuk memberikan manfaat keuangan yang besar.
menjalankan kegiatan penambangan. Pada TI Tidak seperti bertani lada yang hasilnya baru
rajuk, para pekerja menggunakan pipa besi didapat setidaknya setelah dua tahun
untuk merajuk hingga kedalaman lebih memelihara tanaman ini, menambang timah
kurang 20 meter. Sedangkan pada TI darat, dapat menghasilkan uang yang setara dengan
pekerja menyemprot lapisan dinding pasir jangka waktu 1 - 3 bulan saja. Hal ini dapat
untuk melepaskan bijih timah dari gumpalan diamati dari ribuan rumah di tepi jalan yang
material. Setelah itu pekerja TI juga dulunya terbuat dari kayu atau anyaman
melakukan proses pencucian menggunakan bambu kini telah direnovasi pemiliknya
sakan. Sementara pemilik TI hanya menjadi layaknya rumah-rumah di perkotaan
bertanggungjawab atas permodalan dan dengan perangkat elektronik lengkap dan
kelancaran operasional TI. kendaraan pribadi.

Pembeli timah memerlukan modal besar Ada tiga hal yang memengaruhi besar
untuk membeli timah dari penambang. Besar kecilnya penghasilan para penambang yaitu
kecilnya modal yang dikeluarkan tergantung harga timah, kadar timah, dan banyak
kepada banyak sedikitnya timah yang dibeli. sedikitnya timah yang diperoleh. Pada saat
Dalam rutinitas pekerjaannya, kegiatan penelitian berlangsung harga timah hasil
melobi dilakukan oleh pekerja lobi dengan melimbang dan robin yaitu 40–50 ribu
fisik yang prima karena dikejar oleh target dan rupiah/kg kadar Sn 1,1, harga timah TI ±80
waktu. Timah yang dibeli dalam satu minggu ribu rupiah/kg rupiah kadar Sn 1,2 dan harga
dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian timah lobi 178-180 ribu rupiah/kg kadar Sn
dilobi hingga selesai. 69-72 persen. Tabel 2 menampilkan
perbedaan pendapatan yang didapat oleh
Selain para penambang, kehadiran TI memicu masyarakat yang terlibat dalam usaha
bermunculannya para pedagang yang pertambangan rakyat.
berjualan di pasar malam yang terdiri dari
puluhan pedagang (penjual kaset, penjual Dari Tabel 2 tersebut diketahui besarnya
buah, pedagang baju, pedagang sembako, pendapatan pelaku pertambangan rakyat.
pedagang sayur-sayuran), kuli bangunan, Penghasilan terendah diperoleh oleh
warung-warung kecil yang menjual makanan kelompok penambang yaitu pekerja TI,
dan minuman ringan, toko sembako, dan pelimbang timah dan pekerja robin.
reman masak. Khususnya pekerja TI memiliki penghasilan
terendah dengan pendapatan 300-500 ribu
Daya Tarik Ekonomi Tambang rupiah/minggu dan memiliki resiko lebih
Inkonvensional besar dikarenakan sewaktu-waktu operasional
bisa saja terhenti dan tidak sepadan dengan
Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan tenaga yang sudah dikeluarkan. Sementara itu,
pertambangan rakyat merupakan komponen para pelimbang timah memperoleh pasir
inti sumber utama pendapatan masyarakat timah sebanyak 1-2 kg/hari dengan

70
Tambang Inkonvensional: Peran Masyarakat dan Daya Tarik Ekonomi Bagi Penambang, Sulista

penghasilan lebih kurang 500 ribu maupun pekerja robin bisa berpindah-pindah
rupiah/minggu, pengeluaran relatif kecil, dan dari satu lokasi TI ke TI lainnya dengan
adakalanya seorang pelimbang ikut memperhatikan suatu kegiatan TI
membantu pekerja TI yang disebut dengan menghasilkan atau tidak. Berbeda halnya
reman TI. Para reman TI dibayar dengan 1-2 dengan pekerja TI, seorang pekerja TI
kg pasir timah sehingga mendapatkan mendapatkan bagi hasil rata-rata sebesar 20
penghasilan sebesar 800 ribu hingga 1 juta ribu rupiah untuk satu kilogram pasir timah
rupiah setiap minggunya. dari kegiatan TI yang sedang berlangsung,
bahkan sewaktu-waktu bisa saja tidak ada
Pekerja robin mendapatkan pasir timah ± 15 hasil yang didapat jika TI yang dioperasikan
kg/minggu dengan pendapatan rata-rata tidak mendapatkan pasir timah ataupun terjadi
sebesar 900 ribu rupiah/minggu, lebih besar kerusakan alat yang mengakibatkan
dibandingkan dengan pekerja TI dan operasional terhenti.
pelimbang, tetapi biaya yang dikeluarkan juga
lebih besar yaitu modal untuk membeli 1 unit Sementara itu, dengan tingkat penghasilan
robin dan kelengkapannya sebesar 3-4 juta sedang adalah pekerja lobi yang bekerja pada
rupiah, biaya operasional 100 ribu pembeli timah mendapatkan rata-rata
rupiah/hari, sehingga secara keseluruhan baik penghasilan 500-800 ribu rupiah/minggu.
pekerja TI, pelimbang timah maupun pekerja Pada umumnya pekerjaan ini dibayar 1000
robin memiliki penghasilan yang hampir sama rupiah/kilo yang dibagi dengan jumlah
tiap minggunya. pekerja dan dilaksanakan 2-3 hari dalam
seminggu. Para pekerja dibayar seminggu
Kegiatan para pelimbang dan pekerja robin sekali. Selain itu pekerja lobi juga
sangat bergantung dari aktivitas TI karena mendapatkan tambahan penghasilan dari
memanfaatkan ampas yang dihasilkan oleh TI penjualan ampas timah lobi dengan besaran
tersebut. Semakin banyak pasir timah yang rupiah tergantung dari bos, yaitu pembeli
dihasilkan maka semakin banyak pula ampas timah. Dari sisi pengeluaran, hampir tidak ada
yang dibuang. Hanya saja para pelimbang biaya yang dikeluarkan.

Tabel. 2. Pendapatan penduduk lokal yang terlibat langsung dalam kegiatan pertambangan rakyat

No. Kategorisasi variabel Indikator pendapatan Keterangan


1 Kategori kelompok penambang
- Pelimbang Rp500.000/minggu Modal kecil
Pekerja TI Rp300.000–Rp500.000/minggu Modal kecil tapi ada resiko tidak
mendapatkan uang ketika
operasional terhenti
Pekerja robin Rp900.000 /minggu Modal awal dan biaya
operasional cukup tinggi
2 Kategori kelompok yang terlibat dalam proses lanjutan yaitu pencucian lanjutan dan pengeringan timah
Pekerja lobi Rp500.000-Rp800.000/minggu Tidak ada modal yang
dikeluarkan
3 Kategori pemilik tambang
Pemilik TI Rp9.000.000-RP10.000.000/minggu Modal awal dan biaya
operasional sangat tinggi serta
resiko lebih besar
4 Kategori kelompok masyarakat yang terlibat dalam pemasaran
Pembeli timah skala Rp2.000.000-RP3.000.000/minggu Modal besar tapi ada dukungan
kecil di desa dana
Pembeli timah skala >Rp.15.000.000.000/minggu Modal besar tapi ada dukungan
besar skala besar dana
Sumber: Pengolahan data lapangan

71
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 15, Nomor 1, Januari 2019 : 63 - 75

Pendapatan pemilik TI sangat bergantung pekerja TI berpindah kerja dengan pemilik TI


kepada banyak sedikitnya pasir timah yang lainnya karena kegiatan TI tersebut tidak
didapat dari operasional penambangan. Rata- menghasilkan lagi. Begitupun dengan pemilik
rata memiliki pendapatan kotor sebesar 9-10 TI yang memerlukan modal awal yang besar
juta rupiah/minggu. Sebagai pihak yang seringkali terlibat hutang dengan pembeli
bertanggungjawab terhadap kelancaran pasir timah dengan konsekuensi menjual pasir
operasional penambangan, pemilik TI timah yang didapat dengan pembeli pasir
memerlukan modal besar untuk biaya timah yang memberi hutang.
operasional sebesar 500-600 ribu
rupiah/minggu, pergantian spare part dengan Kelompok yang memiliki keuntungan besar
harga jutaan setiap minggunya. Modal awal dengan kehadiran TI ini adalah kelompok
untuk merangkai 1 unit TI rajuk yaitu TI yang pembeli pasir timah. Pembeli skala kecil
beroperasi di wilayah daratan tetapi berlokasi memiliki pendapatan bersih sebesar 2-3 juta
di kolong ataupun rawa-rawa dengan kondisi rupiah/minggu. Pembeli ini membeli pasir
baru yang mencapai 80-85 juta rupiah. timah ± 500 kg/minggu dari penambang yang
Begitupula dengan TI darat yaitu TI yang selanjutnya melalui tahapan pelobian akan
berlokasi di darat, selain modal 1 unit menghasilkan 300-350 kg timah kering,
penambangan TI yang mencapai puluhan juta, sementara pembeli timah skala besar membeli
juga diperlukan modal yang cukup besar untuk pasir timah hingga 5 ton/minggu dari
menyewa excavator pengupas tanah penutup penambang sehingga memiliki pendapatan
hingga kedalaman belasan meter, sehingga bersih belasan hingga puluhan juta rupiah per
tidak jarang pemilik TI harus berhutang terlebih minggunya. Teridentifikasi bahwa pembeli
dahulu untuk modal sedangkan hasil yang timah skala besar turut menjual spare part TI.
diperoleh belumlah pasti. Modal untuk membeli timah sangatlah besar
hingga ratusan juta rupiah. Erman (2010)
Zulkarnain dkk. (2007) mengemukakan mengemukakan sejak 2005, beberapa investor
bahwa dalam mekanisme operasional TI, berhasil dalam memproduksi pasir timah,
pihak yang paling menentukan adalah membeli pasir timah dari penambang TI dan
pemodal. Peranan pemodal dalam pendanaan kadang-kadang juga menyuplai peralatan alat
TI menyebabkan adanya hubungan kerjasama berat kepada penambang. Liberalisasi
yang saling menguntungkan. Pemilik TI penambangan timah di era otonomi daerah
memiliki modal yang kuat untuk membuka TI telah membuka akses lebar kepada berbagai
yang mencapai puluhan juta rupiah, kelompok masyarakat, baik pemilik modal,
sementara pemodal mendapatkan harapan supplier alat-alat penambangan, bahan bakar,
besar dari sumber penerimaan timah yang penjual makanan, penyedia hiburan, dan para
akan diperoleh. Tidak jarang para pemodal ini penambang dari dan luar Pulau Bangka untuk
kehilangan uang modal dalam jumlah besar bersama-sama memperoleh keuntungan
karena kegiatan penambangan tersebut tidak langsung ataupun tidak langsung dengan
berhasil, sementara itu mereka tidak dapat bisnis tersebut.
menuntut kerugian. Sangat sering baik pemilik
TI maupun pemodal menghabiskan modal Dinamika ekonomi dari kegiatan TI memang
hingga ratusan juta rupiah tanpa hasil tetapi bersifat spekulatif. Layaknya berjudi, di suatu
mereka tidak mengalami depresi seperti waktu tampak menghasilkan tapi di lain waktu
layaknya masyarakat umum (Zulkarnain, dapat meninggalkan hutang dalam jumlah
2010). besar. Faktanya adalah ketergantungan
ekonomi yang tinggi menyebabkan kegiatan
Ketidakpastian pasir timah yang didapat dari ini tidak serta merta dapat ditinggalkan.
TI selain berpengaruh terhadap besar kecilnya Sebagai sumber pendapatan utama
rupiah yang akan didapat oleh pemilik TI dan penambang, uang yang diperoleh
pekerjanya, berpengaruh pula pada dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
pendapatan kelompok pelimbang dan pekerja sehari-hari termasuk membiayai pendidikan
robin. Akibat hasil yang spekulatif seringkali anak-anak dan berobat.
para pekerja TI cenderung terlibat hutang
piutang dengan pemilik TI untuk menutupi Selain itu, akibat dari kehadiran TI ini secara
kebutuhan rumah tangga. Tak jarang pula tidak langsung merupakan sumber

72
Tambang Inkonvensional: Peran Masyarakat dan Daya Tarik Ekonomi Bagi Penambang, Sulista

pendapatan bagi masyarakat yang terlibat Saran


dalam sektor perdagangan dan jasa antara lain
nilai penjualan para pedagang di pasar malam Pertambangan rakyat telah menjadi tumpuan
sebesar 500 ribu hingga 3 juta rupiah setiap ekonomi masyarakat yang terlibat di
malamnya, warung-warung kecil dengan nilai dalamnya. Hal ini pun tidak menjadi serta
penjualan 100 ribu hingga 200 ribu merta sumber penghidupan ini bisa langsung
perharinya, lebih tingginya biaya yang harus tergantikan oleh sektor lain mengingat
dikeluarkan untuk jasa pertukangan yaitu dampak negatifnya terhadap keberlanjutan
tenaga pertukangan (warga asli desa) dengan ekonomi dan ekologis. Pemerintah Daerah
upah 150 ribu/hari untuk kenek dan 200 ribu Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi di
rupiah/hari untuk mandor. Hal ini dipicu Kepulauan Bangka Belitung seyogyanya
ketika TI ini sangat menjanjikan, banyak bersama-sama untuk dapat menyusun master
masyarakat yang membangun unit rumah plan jangka pendek antara lain dukungan
baru, serta reman masak mendapat imbalan permodalan usaha khususnya bagi istri
jasa berupa 1-2 kg hasil timah. penambang yang membuka warung dan
master plan jangka panjang yaitu adanya
percontohan penerapan standar operasional
KESIMPULAN DAN SARAN penambangan yang baik yang bisa
diimplementasikan oleh penambang rakyat di
Kesimpulan Wilayah Pertambangan Rakyat dengan
melibatkan engineer tambang yang ada di
Sektor pertambangan rakyat masih menjadi perusahaan korporasi. Selain itu, kegiatan
lapangan pekerjaan utama yang cukup peningkatan kapasitas keluarga penambang
signifikan bagi masyarakat Bangka Belitung. dan pendidikan kesadaran lingkungan sangat
Mulai dari kelompok penambang hingga perlu untuk dipertimbangkan lebih lanjut.
pembeli timah memanfaatkan pendapatan Dokumen-dokumen tersebut disusun
dari menambang untuk dapat memenuhi terintegrasi lintas sektor dengan
kebutuhan sehari-hari termasuk biaya memperhatikan dampak positifnya terhadap
pendidikan dan berobat. Kehadiran TI juga ekonomi dan dampak negatifnya terhadap
mendatangkan peluang ekonomi lainnya, kerusakan lingkungan.
terbukti adanya para reman masak,
bermunculannya para pedagang yang
berjualan di warung-warung dan pasar malam UCAPAN TERIMA KASIH
serta tingginya harga jasa pertukangan di desa
ini. Keterlibatan perempuan di komunitas ini Dengan selesainya penelitian ini, penulis
pun nampak sebagai pelimbang dan reman mengucapkan terima kasih kepada narasumber
masak serta membuka usaha warung kecil yang telah membantu memberikan data dan
yang turut membantu ekonomi keluarga. informasi yang terkait dengan masalah TI,
antara lain aparatur pemerintahan desa, tokoh
Tampak pula ikatan permodalan dan hutang masyarakat dan pelaku pertambangan rakyat
piutang antara pemilik tambang dengan yang berada di lokasi penelitian. Di samping
pembeli timah dan hutang piutang antara itu penulis juga mengucapkan terima kasih
pekerja dan pemilik tambang. Kondisi ini kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
terjadi ketika biaya operasional lebih tinggi Belitung terutama Badan Perencanaan
daripada pendapatan ataupun timah yang Pembangunan dan Penelitian Pengembangan
diperoleh semakin berkurang. Tidak menutup Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
kemungkinan jika terjalin hutang pelimbang atas kontribusi pendanaan dan Badan Pusat
maupun pekerja robin dengan pemilik toko. Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Hal ini menggambarkan rentannya ekonomi atas publikasi data sekunder mengenai sektor
dari kegiatan penambangan timah rakyat. Di pertambangan.
sisi lain, warga yang menambang tidak
memiliki sumber penghidupan lain yang
mencukupi kebutuhan pada hari itu.

73
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 15, Nomor 1, Januari 2019 : 63 - 75

DAFTAR PUSTAKA https://www.neliti.com/id/publications/13028


5/dampak-dari-penambangan-timah-
Adiatma, I., Bambang, A. N. and Purnaweni, H. inkonvensional-di-desa-lampur-kabupaten-
(2013) ‘Peralihan mata pencaharian sebagai bangka-ten.
bentuk adaptasi (Studi kasus: Desa Batu
Belubang, Bangka)’, Teknik, 34(2), p. 123. International Institute for Environment and
doi: 10.14710/teknik.v34i2.5637. Development (2002) ‘Artisanal and small-
scale mining’, in Breaking new ground:
Badan Pusat Statistik (2016a) Data hasil Mining, minerals and Sustainable
pendaftaran usaha/perusahaan sensus Development. IIED, pp. 314–334.
ekonomi 2016 Provinsi Kepulauan Bangka Available at: http://pubs.iied.org/G00905/.
Belitung. Bangka Belitung: Badan Pusat
Statistik. Lumintang, F. M. (2013) ‘Analisis pendapatan
petani padi di Desa Teep Kecamatan
Badan Pusat Statistik (2016b) Provinsi Kepulauan Langowan Timur’, Jurnal EMBA, 1(3), pp.
Bangka Belitung dalam angka. Bangka 991–998. Available at:
Belitung: Badan Pusat Statistik. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/a
rticle/view/2304.
Buxton, A. (2013) Responding to the challenge of
artisanal and small-scale mining: How can Marfirani, R. and Adiatma, I. (2012) ‘Pergeseran
knowledge networks help? London: IIED. mata pencaharian nelayan tangkap menjadi
Available at: http://pubs.iied.org/16532IIED/. nelayan apung di Desa Batu Belubang’, in
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Eriyati and Iyan, R. Y. (2011) ‘Dampak ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, pp. 105–
dan lingkungan penambangan emas liar di 114. Available at:
Desa Kebun Lado Kecamatan Singingi http://eprints.undip.ac.id/37618/1/014-
Kabupaten Kuantan Singingi’, Jurnal Ekonomi, IRA_ADIATMA.pdf.
19(3), pp. 135–143. Available at:
https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/ Nurtjahya, E., Agustina, F. and Putri, W. A. E.
view/819. (2008) ‘Neraca ekologi penambangan timah
di Pulau Bangka studi kasus pengalihan fungsi
Erman, E. (2010) ‘Aktor, akses dan politik lahan di ekosistem darat’, Journal of
lingkungan di pertambangan timah Bangka’, Biological Researches, 14(1), pp. 29–38.
Jurnal Masyarakat Indonesia, 36(2), pp. 71– doi: 10.23869/bphjbr.14.1.20085.
101. doi: 10.14203/jmi.v36i2.640.
Pudjiastuti, T. N. (2005) ‘The pressure of migrant
Erman, E. (2014) ‘Timah sebagai blessing atau illegal miners on the dynamical of local
resource curse?: Perempuan, komunitas, dan community: On 1998 Pongkor gold mining
gerakan protes di pulau Belitung’, Jurnal case’, in Asia Pacific Learning Event di
Masyarakat Budaya, 16(3), pp. 457–472. Filipina, pp. 1–15. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/237
Harliyana and Radjiman, G. (2008) Pengaruh 626413_The_Pressure_of_Migrant_Illegal_Mi
penambangan timah rakyat terhadap ners_on_the_Dynamic_of_Local_Community
perubahan fisik lingkungan dan sosial _on_1998_Pongkor_Gold_Mining_Case.
ekonomi masyarakat di Kecamatan Pemali
Kabupaten Bangka. Universitas Gadjah Mada. Pudjiastuti, T. N. (2010) ‘Dampak kegiatan
Available at: penambangan emas terhadap sosial budaya
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mo dan ekonomi masyarakat di Bombana’, in
d=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&a Zulkarnain, I. (ed.) Strategi pengembangan
ct=view&typ=html&buku_id=38631. wilayah pertambangan rakyat di Kabupaten
Bombana, Sulawesi Tenggara. LIPI Press, pp.
ICDX (2016) Historic Data, ww.icdx.co.id. 89–138.
Available at: http://www.icdx.co.id/market-
data-historical-indonesia-commodity-and- Subiman, N. L. and Resosudarmo, B. P. (2010)
derivatives-exchange/tinpb300/02/2016 ‘Tambang untuk kesejahteraan masyarakat:
(Accessed: 2 December 2016). Konflik dan usaha penyelesaiannya’, in Azis,
I. J., Napitupulu, L. M., Patunru, A. A., and
Indra, C. A. (2013) ‘Dampak dari penambangan Resosudarmo, B. P. (eds) Pembangunan
timah inkonvensional di Desa Lampur BerkelanjutanPeran dan Kontribusi Emil
Kabupaten Bangka Tengah’, Jurnal Society, Salim. PT Gramedia, pp. 426–449.
1(2). Available at:

74
Tambang Inkonvensional: Peran Masyarakat dan Daya Tarik Ekonomi Bagi Penambang, Sulista

Sujitno, S. (2007) Sejarah penambangan timah di pertambangan timah Bangka Belitung:


Indonesia abad 18-abad 20. Cet. 2. Cempaka Persoalan dan alternatif solusi. Jakarta: LIPI
Publishing. Press. Available at:
https://www.academia.edu/998455/Konflik_di
Sukirno, S. (2006) Ekonomi pembangunan: Proses, _kawasan_pertambangan_timah_Bangka_Beli
masalah dan kebijakan. Kencana Prenada tung_persoalan_dan_alternatif_solusi.
Media Group.
Zulkarnain, I., Pudjiastuti, T. N., Sumardani A., E.
Zulkarnain, I. (ed.) (2010) Strategi pengembangan T. and Sari, B. R. (2007) Peran dan dinamika
wilayah pertambangan rakyat di Kabupaten pertambangan rakyat di Indonesia. Jakarta:
Bombana. LIPI Press. LIPI Press. Available at:
https://www.academia.edu/2073231/Dinamik
Zulkarnain, I., Erman, E., Pudjiastuti, T. N. and a_dan_Peran_Pertambangan_Rakyat_di_Indo
Mulyaningsih, Y. (2005) Konflik di kawasan nesia?auto=download.

75
76

Anda mungkin juga menyukai