Di Banten terdapat pabrik baja, yaitu Krakatau Steel yang didirikan pada tahun
1966 yang termasuk dalam wilayah di Kota Cilegon, Propinsi Banten. Kota yang
terletak di Propinsi Banten ini memang dikenal sebagai kota industri, yang
bermula dari industri baja, dapat mendorong tumbuhnya berbagai industri baru
termasuk berkembangnya jumlah kegiatan baru seperti pelabuhan milik swasta
untuk kepentingan industri-industri yang ada disepanjang pantai barat dan utara
Banten. Hal tersebut turut mendorong Cilegon sehingga disebut sebagai Kota
Baja, mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara
yang mencapai sekitar 6 (enam) juta ton baja setiap tahunnya. Selain itu di kota
ini juga terdapat berbagai macam objek vital Negara antara lain Pelabuhan
Merak, Pelabuhan Cigading, Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel,
PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water
Treatment Plant, (Rencana Lot) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan
(Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.
Provinsi Banten dengan jumlah penduduk sekitar 9.978.932 jiwa (tahun 2013)
mempunyai letak strategis dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia, serta
memiliki berbagai keunggulan. Namun dipihak lain posisinya berada dalam
wilayah yang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis
yang rawan terhadap terjadinya bencana, baik yang diakibatkan oleh letusan
Gunung Anak Krakatau maupun patahan lempeng yang terdapat di Samudra
Indonesia, sehingga 14 jenis bencana yang ada dalam undang undang semuanya
terdapat dan mempunyai potensi terjadi di wilayah Provinsi Banten, termasuk
potensi bencana akibat kegagalan teknologi.
Kejadian bencana sekecil apapun akan selalu memberikan dampak kerugian bagi
masyarakat baik jiwa maupun harta benda termasuk kerusakan lingkungan.
Menyinggung tentang teknologi pada industri di Provinsi Banten pada dewasa ini
berkembang sangat pesat, kegagalan teknologi pada industri bisa diakibatkan
oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia
(human error) dalam penggunaan teknologi pada industri. Penyebab terjadinya
kegagalan teknologi pada industri antara lain, kebakaran, kesalahan desain
keselamatan pabrik atau teknologi, kesalahan prosedur pengoprasian pabrik
atau teknologi (SOP), kerusakan komponen, kebocoran reaktor nuklir, kecelakaan
transportasi (darat, laut, udara), sabotase atau kebakaran akibat kerusuhan,
yang dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung
berapi, dan sebagainya).
Beberapa sumber bencana yang ada didaerah cilegon adalah : kegiatan bongkar
muat B3, penyimpanan dan penampungan limbah B3, proses produksi bahan
kimia, keberadaan komponen radioaktiv sebanyak 450 unit peralatan di pabrik
sekitar cilegon dan penempatan beberapa pipa interkoneksi yang berisi limbah
B3. Dari 37 industri kimia yang berada di daerah anyer-merak tercatat bahwa
semuanya berpotensi bahaya (lima industri berpotensi bahaya menengah.
Dampak dari kegagalan tersebut di atas akan sangat terasa oleh masyarakat.
Tidak hanya kerugian materiil karena kerusakan berbagai barang atau tempat
tinggal masyarakat tapi juga kerugian jiwa, kematian yang diakibatkan oleh
bencana dan juga dampak sosial ekonomi yang cukup besar akibat
terganggungnya aktifitas kehidupan sehari-hari masyarakat. Kehidupan sosial
masyarakat seperti pendidikan, perdagangan, dan perkembangan kehidupan
akan terganggu dan lingkungan sekitar juga akan rusak akibat berbagai cairan
dan limbah serta efek samping yang terjadi akibat keberadaan industri yang
gagal dan berdampak negative sehingga lingkungan tidak bersahabat, bahkan
bukan tidak mungkin, masyarakat terpaksa harus direlokasi ke wilayah baru,
karena desa atau kota tempat tinggalnya tidak lagi layak untuk di huni, tempat
kehidupan mencari nafkah seperti lahan pertanian, perkebunan, pariwisata
beserta infrastrukturnya hacur sehingga menjadikan dampak yang luas dan
secara umum mengancam bagi Pemerintahan, masyarakat, dan lingkungan.
Di Banten terdapat pabrik baja, yaitu Krakatau Steel yang didirikan pada tahun
1966 yang termasuk dalam wilayah di Kota Cilegon, Propinsi Banten. Kota yang
terletak di Propinsi Banten ini memang dikenal sebagai kota industri, yang
bermula dari industri baja, dapat mendorong tumbuhnya berbagai industri baru
termasuk berkembangnya jumlah kegiatan baru seperti pelabuhan milik swasta
untuk kepentingan industri-industri yang ada disepanjang pantai barat dan utara
Banten. Hal tersebut turut mendorong Cilegon sehingga disebut sebagai Kota
Baja, mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara
yang mencapai sekitar 6 (enam) juta ton baja setiap tahunnya. Selain itu di kota
ini juga terdapat berbagai macam objek vital Negara antara lain Pelabuhan
Merak, Pelabuhan Cigading, Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel,
PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water
Treatment Plant, (Rencana Lot) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan
(Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.
Provinsi Banten dengan jumlah penduduk sekitar 9.978.932 jiwa (tahun 2013)
mempunyai letak strategis dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia, serta
memiliki berbagai keunggulan. Namun dipihak lain posisinya berada dalam
wilayah yang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis
yang rawan terhadap terjadinya bencana, baik yang diakibatkan oleh letusan
Gunung Anak Krakatau maupun patahan lempeng yang terdapat di Samudra
Indonesia, sehingga 14 jenis bencana yang ada dalam undang undang semuanya
terdapat dan mempunyai potensi terjadi di wilayah Provinsi Banten, termasuk
potensi bencana akibat kegagalan teknologi.
Kejadian bencana sekecil apapun akan selalu memberikan dampak kerugian bagi
masyarakat baik jiwa maupun harta benda termasuk kerusakan lingkungan.
Menyinggung tentang teknologi pada industri di Provinsi Banten pada dewasa ini
berkembang sangat pesat, kegagalan teknologi pada industri bisa diakibatkan
oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia
(human error) dalam penggunaan teknologi pada industri. Penyebab terjadinya
kegagalan teknologi pada industri antara lain, kebakaran, kesalahan desain
keselamatan pabrik atau teknologi, kesalahan prosedur pengoprasian pabrik
atau teknologi (SOP), kerusakan komponen, kebocoran reaktor nuklir, kecelakaan
transportasi (darat, laut, udara), sabotase atau kebakaran akibat kerusuhan,
yang dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung
berapi, dan sebagainya).
Beberapa sumber bencana yang ada didaerah cilegon adalah : kegiatan bongkar
muat B3, penyimpanan dan penampungan limbah B3, proses produksi bahan
kimia, keberadaan komponen radioaktiv sebanyak 450 unit peralatan di pabrik
sekitar cilegon dan penempatan beberapa pipa interkoneksi yang berisi limbah
B3. Dari 37 industri kimia yang berada di daerah anyer-merak tercatat bahwa
semuanya berpotensi bahaya (lima industri berpotensi bahaya menengah.
Dampak dari kegagalan tersebut di atas akan sangat terasa oleh masyarakat.
Tidak hanya kerugian materiil karena kerusakan berbagai barang atau tempat
tinggal masyarakat tapi juga kerugian jiwa, kematian yang diakibatkan oleh
bencana dan juga dampak sosial ekonomi yang cukup besar akibat
terganggungnya aktifitas kehidupan sehari-hari masyarakat. Kehidupan sosial
masyarakat seperti pendidikan, perdagangan, dan perkembangan kehidupan
akan terganggu dan lingkungan sekitar juga akan rusak akibat berbagai cairan
dan limbah serta efek samping yang terjadi akibat keberadaan industri yang
gagal dan berdampak negative sehingga lingkungan tidak bersahabat, bahkan
bukan tidak mungkin, masyarakat terpaksa harus direlokasi ke wilayah baru,
karena desa atau kota tempat tinggalnya tidak lagi layak untuk di huni, tempat
kehidupan mencari nafkah seperti lahan pertanian, perkebunan, pariwisata
beserta infrastrukturnya hacur sehingga menjadikan dampak yang luas dan
secara umum mengancam bagi Pemerintahan, masyarakat, dan lingkungan.
masyarakat akan semakin sadar. Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah yang
didalamnya termasuk dunia usaha, baik industry maupun non industri,
semuanya turut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana,z
Suatu saat, setahun, dua tahun atau beberapa tahun lagi, seluruh desa di
Propinsi Banten sudah tergabung dalam suatu jaringan komunikasi, khususnya
internet. Bahkan bisa saja Desa Bangkonol di Lebak Selatan sudah memiliki situs
internet www.bangkonol.go.id, begitu pula Desa Barengkok dengan
www.barengkok.go.id. Dengan keberadaan kedua situs tersebut, potensi kedua
desa bisa diketahui oleh siapapun dan di negara manapun, dan investor atau
wisatawan manca negara berdatangan.
'Banten berbasis internet' dapat tercapai setelah semua desa terhubung dalam
jaringan teknologi informasi dan komunikasi. Sebelum terbentuknya jaringan
desa, terlebih dahulu harus terbentuk jaringan kecamatan dan kabupaten/kota,
jaringan pendidikan (SD, SLTP, SMU/SMK dan Perguruan Tinggi) jaringan
kesehatan (Puskesmas, RS) dan jaringan bisnis (perusahaan besar dan UKM).
Untuk tingkat propinsi dan kabupaten/kota saat ini situs internetnya sudah dapat
diakses (www.banten.go.id, www.kabtangerang.go.id., www.cilegon.go.id dan
sebagainya), begitu pula beberapa Perguruan Tinggi (www.untirta.ac.id, dll) dan
perusahaan (www.krakatausteel.co.id, dll).
Hal itu tidak terlepas dari hasil pertemuan pertama World Summit Information
Society (WSIS), berlangsung 10 Des 2003 di Jenewa, yang melahirkan
Declaration on Principles (DP) dan Plan of Action (PA). DP memuat komitmen
setiap pemerintah untuk membangun masyarakat informasi yang
memungkinkan setiap orang dapat membuat, mengakses, menggunakan dan
tukar-menukar informasi dan pengetahuan. Sedangkan PA memuat indikator
target pencapaian akses universal secara bertahap sampai tahun 2015.
Indikator dalam PA tersebut antara lain, adanya kewajiban setiap kantor
pemerintah pusat terhubung teknologi informasi dan komunikasi, memiliki situs
dan alamat elektronik (e-mail) pada tahun 2005. Sedangkan tahun 2010 seluruh
pemerintah daerah (Pemda propinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan,
Untuk saat ini, tingkat pemahaman teknologi informasi dan komunikasi Indonesia
berada di pringkat ke-51 dari 104 negara, di bawah Malaysia (27) dan Thailand
(36). Sedangkan tingkat penetrasi komputer personal hanya 11 persen dari
jumlah penduduk, dengan demikian di Indonesia saat ini baru digunakan sekitar
23 juta komputer personal (PC), ratusan ribu di antaranya ada di Banten. Untuk
penggunaan internet di Indonesia saat ini mencapai sekitar 18 juta orang (8
persen dari jumlah penduduk), ratusan ribu di antaranya ada di Banten.
Apakah langkah tersebut dapat ditiru oleh Pemprov Banten, misalnya dengan
mengadakan kerjasama dengan Bill Gates, untuk membantu penyediaan PC atau
laptop untuk mahasiswa di Banten. Langkah lainnya, bisa saja Pemprov Banten
memprakarsai penghimpunan dana dari kalangan perusahaan swasta/BUMN
dalam 'Program Seribu Laptop untuk Mahasiswa Banten'. Kalau harga laptop
sekitar Rp. 5-10 juta rupiah, maka dana yang diperlukan hanya sekitar Rp. 5-10
milyar rupiah, sangat kecil jika dibandingkan ongkos Pilkada Banten 2006.
Berdasarkan verifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ada calon gubernur
Banten dengan kekayaan lebih dari Rp. 300 milyar rupiah, dengan demikian
jumlah dana untuk 'Program Seribu Laptop untuk Mahasiswa Banten', hanya
sekitar 1,5 3 persen dari kekayaan sang Cagub, ya bisa sebagai zakat mal.
Dengan memberikan fasilitas teknologi informasi bagi mahasiswa, diharapkan
dapat memberikan kontribusi dan dampak yang luas bagi masyarakat Banten
untuk menjadi knowledge-based information society.
Perlu Filter
Saat ini ratusan ribu warga Banten, yang sebagian besar kalangan muda usia,
sudah dapat mengakses internet, baik melalui warnet, jaringan internet di
rumah, di sekolah/kampus atau di kantor. Persoalannya berapa persen dengan
tujuan konstruktif, artinya dengan memanfaatkan internet maka potensi SDMnya meningkat, dan berapa persen yang destruktif, artinya dengan
memanfaatkan internet, justru potensi SDM-nya menurun. Lantas, bagaimana
dampaknya jika seluruh desa di Provinsi Banten sudah dapat mengakses
internet, apakah Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan Imtak (keimanan
dan ketakwaan) masyarakat meningkat atau menurun ? Apakah kesejahteraan
Dalam hal ini Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (DTIKN), yang
diresmikan pembentukannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono, di Bogor,
13 November 2006, diharapkan dapat mentransformasikan masyarakat
Indonesia, termasuk masyarakat Banten, menjadi masyarakat informasi berbasis
pengetahuan. Jenis pengetahuan yang dapat diakses adalah pengetahuan yang
dapat meningkatkan beragam kecerdasan masyarakat, baik inteletual,
emosional, spiritual, sosial, manajerial dan finansial.