Anda di halaman 1dari 10

riset dan teknologi yang berada di banten

Banten resmi menjadi provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik Indonesia


(NKRI) pada tahun 2000, pada masa-masa awal reformasi, melalui UndangUndang nomor 23 tahun 2000. Banten merupakan salah satu kawasan andalan
nasional di Indonesia dengan sektor andalan industri dan pariwisata. Kedua
sector andalan tersebut tersebar di wilayah Propinsi Banten seperti: Kabupaten
Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang, Kota Cilegon, Kota Cilegon dan Tangerang selatan.

Di Banten terdapat pabrik baja, yaitu Krakatau Steel yang didirikan pada tahun
1966 yang termasuk dalam wilayah di Kota Cilegon, Propinsi Banten. Kota yang
terletak di Propinsi Banten ini memang dikenal sebagai kota industri, yang
bermula dari industri baja, dapat mendorong tumbuhnya berbagai industri baru
termasuk berkembangnya jumlah kegiatan baru seperti pelabuhan milik swasta
untuk kepentingan industri-industri yang ada disepanjang pantai barat dan utara
Banten. Hal tersebut turut mendorong Cilegon sehingga disebut sebagai Kota
Baja, mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara
yang mencapai sekitar 6 (enam) juta ton baja setiap tahunnya. Selain itu di kota
ini juga terdapat berbagai macam objek vital Negara antara lain Pelabuhan
Merak, Pelabuhan Cigading, Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel,
PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water
Treatment Plant, (Rencana Lot) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan
(Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.

Selain di kawasan Cilegon, kawasan industri lainnya di Propinsi Banten terdapat


di wilayah Serang Timur yang masuk wilayah kabupaten Serang, juga yang ada
di Kabupaten Tangerang, kota Tangerang, dan kabupaten Lebak, kabupaten
Pandeglang, serta Tangerang Selatan. Di berbagai wilayah tersebut tersebar
bermacam macam jenis industri, mulai dari industri ringan sampai industri berat.
Mulai dari industri padat karya, dengan ratusan bahkan ribuan buruh, hingga
industri yang memanfaatkan teknologi biasa sampai mesin teknologi tinggi dan
beberapa industri kimia, bahan alam, dan pengolahan plastik yang berpotensi
menghasilkan efek samping, misalkan polutan yang berbahaya bagi masyarakat
dan lingkungan.

Pertumbuhan industri sebagaimana disebut di atas, mendorong kemajuan


wilayah dan perekonomian daerah, sehingga secara nasional Banten tergolong
sebagai wilayah yang cepat tumbuh dan memicu kemajuan wilayah sekitar.
Mega akselerasi tumbuhnya industri di Banten, telah diprogramkan melalui
beberapa pembangunan proyek strategis yang berskala nasional dan
internasional, seperti pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara,

pembangunan Jembatan Selat Sunda (Jawa-Sumatera), pengembangan Jaringan


Jalan Cincin (ring road) pantai utara-selatan Baten, peningkatan jalan tol dan
jalan kereta api (double track), perluasan bandara Soekarno-Hatta,
pembangunan supply air baku waduk karian, peningkatan kapasitas Power Plant,
jaringan kilang gas dan penyimpanan BBM, pengembangan kawasan ekonomi
khusus dan kluster industri petro kimia.

Dengan dikembangkannya infrastruktur pedukung wilayah yang memadai,


menjadikan Banten kedepan sebagai wilayah tujuan utama investasi di Indonesia
yang memiliki tingkat daya saing yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran
bagi penduduk di Propinsi Banten.

Provinsi Banten dengan jumlah penduduk sekitar 9.978.932 jiwa (tahun 2013)
mempunyai letak strategis dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia, serta
memiliki berbagai keunggulan. Namun dipihak lain posisinya berada dalam
wilayah yang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis
yang rawan terhadap terjadinya bencana, baik yang diakibatkan oleh letusan
Gunung Anak Krakatau maupun patahan lempeng yang terdapat di Samudra
Indonesia, sehingga 14 jenis bencana yang ada dalam undang undang semuanya
terdapat dan mempunyai potensi terjadi di wilayah Provinsi Banten, termasuk
potensi bencana akibat kegagalan teknologi.

Ditinjau dari potensi penyebab bencana, dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga)


jenis, yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana alam
dapat terjadi secara tiba-tiba, maupun melalui proses yang berlangsung secara
perlahan. seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor kekeringan, angin puting
beliung, kebakaran, letusan gunung api, dan kegagalan teknologi pada industri
yang dapat merusak infrastruktur industri dan lingkungan.

Menyinggung bencana non alam, salah satunya adalah bencana akibat


kegagalan teknologi pada industri yang dapat serta-merta terjadi dan berakibat
pada ancaman masyarakat dan lingkungan yang ada di Propinsi Banten. Untuk
itu, perkembangan terknologi industri di berbagai wilayah industri harus
menyadari resiko potensi kondisi tersebut dan perlu penanganan atau upaya
pengurangan risiko bencana yang dilakukan secara bersama-sama antar
aparatur Pemerintah, masyarakat, relawan dan dunia usaha, sesuai yang
diamanatkan oleh Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.

Kejadian bencana sekecil apapun akan selalu memberikan dampak kerugian bagi
masyarakat baik jiwa maupun harta benda termasuk kerusakan lingkungan.
Menyinggung tentang teknologi pada industri di Provinsi Banten pada dewasa ini
berkembang sangat pesat, kegagalan teknologi pada industri bisa diakibatkan
oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia
(human error) dalam penggunaan teknologi pada industri. Penyebab terjadinya
kegagalan teknologi pada industri antara lain, kebakaran, kesalahan desain
keselamatan pabrik atau teknologi, kesalahan prosedur pengoprasian pabrik
atau teknologi (SOP), kerusakan komponen, kebocoran reaktor nuklir, kecelakaan
transportasi (darat, laut, udara), sabotase atau kebakaran akibat kerusuhan,
yang dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung
berapi, dan sebagainya).

Beberapa sumber bencana yang ada didaerah cilegon adalah : kegiatan bongkar
muat B3, penyimpanan dan penampungan limbah B3, proses produksi bahan
kimia, keberadaan komponen radioaktiv sebanyak 450 unit peralatan di pabrik
sekitar cilegon dan penempatan beberapa pipa interkoneksi yang berisi limbah
B3. Dari 37 industri kimia yang berada di daerah anyer-merak tercatat bahwa
semuanya berpotensi bahaya (lima industri berpotensi bahaya menengah.

Dampak dari kegagalan tersebut di atas akan sangat terasa oleh masyarakat.
Tidak hanya kerugian materiil karena kerusakan berbagai barang atau tempat
tinggal masyarakat tapi juga kerugian jiwa, kematian yang diakibatkan oleh
bencana dan juga dampak sosial ekonomi yang cukup besar akibat
terganggungnya aktifitas kehidupan sehari-hari masyarakat. Kehidupan sosial
masyarakat seperti pendidikan, perdagangan, dan perkembangan kehidupan
akan terganggu dan lingkungan sekitar juga akan rusak akibat berbagai cairan
dan limbah serta efek samping yang terjadi akibat keberadaan industri yang
gagal dan berdampak negative sehingga lingkungan tidak bersahabat, bahkan
bukan tidak mungkin, masyarakat terpaksa harus direlokasi ke wilayah baru,
karena desa atau kota tempat tinggalnya tidak lagi layak untuk di huni, tempat
kehidupan mencari nafkah seperti lahan pertanian, perkebunan, pariwisata
beserta infrastrukturnya hacur sehingga menjadikan dampak yang luas dan
secara umum mengancam bagi Pemerintahan, masyarakat, dan lingkungan.

Beberapa catatan tentang kejadian potensi bahaya yang terjadi di daerah


industri cilegon antara lain: meledaknya tangki sodium hipochloride pada tahun
2001, kebakaran tangki ethylene pada tahun 2002, tumpahan bahan kimia
NaOH, di desa Rama Nuju pada tahun 2003 dan terbaliknya mobil angkutan
paracylin di tol cilegon pada tahun 2002. Selain itu dengan terbitnya undangundang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana diharapkan
masyarakat akan semakin sadar. Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah yang
didalamnya termasuk dunia usaha, baik industry maupun non industri,

semuanya turut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan


bencana,

Banten resmi menjadi provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik Indonesia


(NKRI) pada tahun 2000, pada masa-masa awal reformasi, melalui UndangUndang nomor 23 tahun 2000. Banten merupakan salah satu kawasan andalan
nasional di Indonesia dengan sektor andalan industri dan pariwisata. Kedua
sector andalan tersebut tersebar di wilayah Propinsi Banten seperti: Kabupaten
Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang, Kota Cilegon, Kota Cilegon dan Tangerang selatan.

Di Banten terdapat pabrik baja, yaitu Krakatau Steel yang didirikan pada tahun
1966 yang termasuk dalam wilayah di Kota Cilegon, Propinsi Banten. Kota yang
terletak di Propinsi Banten ini memang dikenal sebagai kota industri, yang
bermula dari industri baja, dapat mendorong tumbuhnya berbagai industri baru
termasuk berkembangnya jumlah kegiatan baru seperti pelabuhan milik swasta
untuk kepentingan industri-industri yang ada disepanjang pantai barat dan utara
Banten. Hal tersebut turut mendorong Cilegon sehingga disebut sebagai Kota
Baja, mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara
yang mencapai sekitar 6 (enam) juta ton baja setiap tahunnya. Selain itu di kota
ini juga terdapat berbagai macam objek vital Negara antara lain Pelabuhan
Merak, Pelabuhan Cigading, Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel,
PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water
Treatment Plant, (Rencana Lot) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan
(Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.

Selain di kawasan Cilegon, kawasan industri lainnya di Propinsi Banten terdapat


di wilayah Serang Timur yang masuk wilayah kabupaten Serang, juga yang ada
di Kabupaten Tangerang, kota Tangerang, dan kabupaten Lebak, kabupaten
Pandeglang, serta Tangerang Selatan. Di berbagai wilayah tersebut tersebar
bermacam macam jenis industri, mulai dari industri ringan sampai industri berat.
Mulai dari industri padat karya, dengan ratusan bahkan ribuan buruh, hingga
industri yang memanfaatkan teknologi biasa sampai mesin teknologi tinggi dan
beberapa industri kimia, bahan alam, dan pengolahan plastik yang berpotensi
menghasilkan efek samping, misalkan polutan yang berbahaya bagi masyarakat
dan lingkungan.

Pertumbuhan industri sebagaimana disebut di atas, mendorong kemajuan


wilayah dan perekonomian daerah, sehingga secara nasional Banten tergolong
sebagai wilayah yang cepat tumbuh dan memicu kemajuan wilayah sekitar.

Mega akselerasi tumbuhnya industri di Banten, telah diprogramkan melalui


beberapa pembangunan proyek strategis yang berskala nasional dan
internasional, seperti pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara,
pembangunan Jembatan Selat Sunda (Jawa-Sumatera), pengembangan Jaringan
Jalan Cincin (ring road) pantai utara-selatan Baten, peningkatan jalan tol dan
jalan kereta api (double track), perluasan bandara Soekarno-Hatta,
pembangunan supply air baku waduk karian, peningkatan kapasitas Power Plant,
jaringan kilang gas dan penyimpanan BBM, pengembangan kawasan ekonomi
khusus dan kluster industri petro kimia.

Dengan dikembangkannya infrastruktur pedukung wilayah yang memadai,


menjadikan Banten kedepan sebagai wilayah tujuan utama investasi di Indonesia
yang memiliki tingkat daya saing yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran
bagi penduduk di Propinsi Banten.

Provinsi Banten dengan jumlah penduduk sekitar 9.978.932 jiwa (tahun 2013)
mempunyai letak strategis dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia, serta
memiliki berbagai keunggulan. Namun dipihak lain posisinya berada dalam
wilayah yang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis
yang rawan terhadap terjadinya bencana, baik yang diakibatkan oleh letusan
Gunung Anak Krakatau maupun patahan lempeng yang terdapat di Samudra
Indonesia, sehingga 14 jenis bencana yang ada dalam undang undang semuanya
terdapat dan mempunyai potensi terjadi di wilayah Provinsi Banten, termasuk
potensi bencana akibat kegagalan teknologi.

Ditinjau dari potensi penyebab bencana, dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga)


jenis, yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana alam
dapat terjadi secara tiba-tiba, maupun melalui proses yang berlangsung secara
perlahan. seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor kekeringan, angin puting
beliung, kebakaran, letusan gunung api, dan kegagalan teknologi pada industri
yang dapat merusak infrastruktur industri dan lingkungan.

Menyinggung bencana non alam, salah satunya adalah bencana akibat


kegagalan teknologi pada industri yang dapat serta-merta terjadi dan berakibat
pada ancaman masyarakat dan lingkungan yang ada di Propinsi Banten. Untuk
itu, perkembangan terknologi industri di berbagai wilayah industri harus
menyadari resiko potensi kondisi tersebut dan perlu penanganan atau upaya
pengurangan risiko bencana yang dilakukan secara bersama-sama antar
aparatur Pemerintah, masyarakat, relawan dan dunia usaha, sesuai yang
diamanatkan oleh Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.

Kejadian bencana sekecil apapun akan selalu memberikan dampak kerugian bagi
masyarakat baik jiwa maupun harta benda termasuk kerusakan lingkungan.
Menyinggung tentang teknologi pada industri di Provinsi Banten pada dewasa ini
berkembang sangat pesat, kegagalan teknologi pada industri bisa diakibatkan
oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia
(human error) dalam penggunaan teknologi pada industri. Penyebab terjadinya
kegagalan teknologi pada industri antara lain, kebakaran, kesalahan desain
keselamatan pabrik atau teknologi, kesalahan prosedur pengoprasian pabrik
atau teknologi (SOP), kerusakan komponen, kebocoran reaktor nuklir, kecelakaan
transportasi (darat, laut, udara), sabotase atau kebakaran akibat kerusuhan,
yang dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung
berapi, dan sebagainya).

Beberapa sumber bencana yang ada didaerah cilegon adalah : kegiatan bongkar
muat B3, penyimpanan dan penampungan limbah B3, proses produksi bahan
kimia, keberadaan komponen radioaktiv sebanyak 450 unit peralatan di pabrik
sekitar cilegon dan penempatan beberapa pipa interkoneksi yang berisi limbah
B3. Dari 37 industri kimia yang berada di daerah anyer-merak tercatat bahwa
semuanya berpotensi bahaya (lima industri berpotensi bahaya menengah.

Dampak dari kegagalan tersebut di atas akan sangat terasa oleh masyarakat.
Tidak hanya kerugian materiil karena kerusakan berbagai barang atau tempat
tinggal masyarakat tapi juga kerugian jiwa, kematian yang diakibatkan oleh
bencana dan juga dampak sosial ekonomi yang cukup besar akibat
terganggungnya aktifitas kehidupan sehari-hari masyarakat. Kehidupan sosial
masyarakat seperti pendidikan, perdagangan, dan perkembangan kehidupan
akan terganggu dan lingkungan sekitar juga akan rusak akibat berbagai cairan
dan limbah serta efek samping yang terjadi akibat keberadaan industri yang
gagal dan berdampak negative sehingga lingkungan tidak bersahabat, bahkan
bukan tidak mungkin, masyarakat terpaksa harus direlokasi ke wilayah baru,
karena desa atau kota tempat tinggalnya tidak lagi layak untuk di huni, tempat
kehidupan mencari nafkah seperti lahan pertanian, perkebunan, pariwisata
beserta infrastrukturnya hacur sehingga menjadikan dampak yang luas dan
secara umum mengancam bagi Pemerintahan, masyarakat, dan lingkungan.

Beberapa catatan tentang kejadian potensi bahaya yang terjadi di daerah


industri cilegon antara lain: meledaknya tangki sodium hipochloride pada tahun
2001, kebakaran tangki ethylene pada tahun 2002, tumpahan bahan kimia
NaOH, di desa Rama Nuju pada tahun 2003 dan terbaliknya mobil angkutan
paracylin di tol cilegon pada tahun 2002. Selain itu dengan terbitnya undangundang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana diharapkan

masyarakat akan semakin sadar. Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah yang
didalamnya termasuk dunia usaha, baik industry maupun non industri,
semuanya turut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana,z

riset teknologi internet..............

Suatu saat, setahun, dua tahun atau beberapa tahun lagi, seluruh desa di
Propinsi Banten sudah tergabung dalam suatu jaringan komunikasi, khususnya
internet. Bahkan bisa saja Desa Bangkonol di Lebak Selatan sudah memiliki situs
internet www.bangkonol.go.id, begitu pula Desa Barengkok dengan
www.barengkok.go.id. Dengan keberadaan kedua situs tersebut, potensi kedua
desa bisa diketahui oleh siapapun dan di negara manapun, dan investor atau
wisatawan manca negara berdatangan.

'Banten berbasis internet' dapat tercapai setelah semua desa terhubung dalam
jaringan teknologi informasi dan komunikasi. Sebelum terbentuknya jaringan
desa, terlebih dahulu harus terbentuk jaringan kecamatan dan kabupaten/kota,
jaringan pendidikan (SD, SLTP, SMU/SMK dan Perguruan Tinggi) jaringan
kesehatan (Puskesmas, RS) dan jaringan bisnis (perusahaan besar dan UKM).
Untuk tingkat propinsi dan kabupaten/kota saat ini situs internetnya sudah dapat
diakses (www.banten.go.id, www.kabtangerang.go.id., www.cilegon.go.id dan
sebagainya), begitu pula beberapa Perguruan Tinggi (www.untirta.ac.id, dll) dan
perusahaan (www.krakatausteel.co.id, dll).

Hal itu tidak terlepas dari hasil pertemuan pertama World Summit Information
Society (WSIS), berlangsung 10 Des 2003 di Jenewa, yang melahirkan
Declaration on Principles (DP) dan Plan of Action (PA). DP memuat komitmen
setiap pemerintah untuk membangun masyarakat informasi yang
memungkinkan setiap orang dapat membuat, mengakses, menggunakan dan
tukar-menukar informasi dan pengetahuan. Sedangkan PA memuat indikator
target pencapaian akses universal secara bertahap sampai tahun 2015.
Indikator dalam PA tersebut antara lain, adanya kewajiban setiap kantor
pemerintah pusat terhubung teknologi informasi dan komunikasi, memiliki situs
dan alamat elektronik (e-mail) pada tahun 2005. Sedangkan tahun 2010 seluruh
pemerintah daerah (Pemda propinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan,

Desa/Kelurahan); berbagai pelayanan umum, kesehatan, museum, arsip data


dan kantor pos; serta seluruh SMP dan SMA harus terhubung teknologi informasi
dan komunikasi. Untuk tingkat SD harus terhubung teknologi komunikasi dan
informasi selambat-lambatnya tahun 2015.

Dampak yang Luas


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi segala
bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai dari aspek politik, ekonomi,
sosial budaya, pendidikan, hukum, pertahan dan keamanan. Berbagai data dan
informasi diintegrasikan dengan menggunakan sarana telekomunikasi, sehingga
didapatkan sinergi oleh semua pihak dalam beragam kepentingan. Kemajuan
telekomunikasi pun berkembang begitu pesat, salah satu alat ukur ialah jumlah
satuan sambungan telepon. Tidak lama lagi paradigma tersebut akan berubah,
kemajuan telekomunikasi akan diukur berdasarkan jumlah satuan sambungan
pengetahuan.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat


menyebabkan terbukanya peluang bagi setiap individu, masyarakat, desa
bahkan negara untuk memperoleh kemajuan dengan pesat. Beragam ilmu
pengetahuan dan peluang-peluang bisnis yang termuat di internet, sebagian
dapat diakses dengan gratis. Namun di sisi lain ternyata dampak negatif internet
sulit dihindari. Menurut pakar teknologi informasi, Onno W Purbo, 16 persen
informasi di internet berpengaruh buruk, seperti pornografi. Namun sebagian
besar informasi ternyata berpengaruh baik.

Tingkat penguasaan teknologi komunikasi dan informasi sangat berpengaruh


terhadap daya saing individu, masyarakat, desa bahkan negara dalam arena
kompetisi global. Barangsiapa yang terbelakang dalam teknologi informasi dan
komunikasi maka akan terpuruk, bahkan terpinggirkan dalam pentas globalisasi.
Dengan demikian, jika Provinsi Banten ingin maju maka salah satu syaratnya
ialah SDM-nya 'melek' informasi dan mampu mengakses teknologi informasi.

Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi memang sangat penting, namun


dalam hal ini harus tetap memperhatikan aspek legalitas. Dalam hal ini muncul
prestasi yang 'tidak menggembirakan', yaitu Indonesia sebagai negara pembajak
piranti lunak terbesar kelima di dunia, yaitu setelah Vietnam, Ukraina, Cina dan
Zimbatwe. Hal ini menjadi dilema, di satu sisi kalau menggunakan piranti lunak
yang asli, maka tingkat keterjangkauan masyarakat menjadi sangat terbatas,
sebaliknya kalau menggunakan piranti lunak bajakan maka mau tidak mau
terlibat dalam aksi pelanggaran hak cipta dan ini melanggar hukum.

Untuk saat ini, tingkat pemahaman teknologi informasi dan komunikasi Indonesia
berada di pringkat ke-51 dari 104 negara, di bawah Malaysia (27) dan Thailand
(36). Sedangkan tingkat penetrasi komputer personal hanya 11 persen dari
jumlah penduduk, dengan demikian di Indonesia saat ini baru digunakan sekitar
23 juta komputer personal (PC), ratusan ribu di antaranya ada di Banten. Untuk
penggunaan internet di Indonesia saat ini mencapai sekitar 18 juta orang (8
persen dari jumlah penduduk), ratusan ribu di antaranya ada di Banten.

Pemerintah pusat, Pemprov atau Pemkab/Pemkot perlu membuat terobosan


kreatif, apalagi jika mengingat anggaran pendidikan yang masih jauh dari ideal
(kurang dari 20 persen APBN/APBD), yaitu bagaimana supaya jumlah PC yang
yang dapat digunakan untuk melakukan koneksi nirkabel untuk akses internet
bisa bertambah. Dalam hal ini, melalui kerjasama dengan sebuah yayasan
nirlaba di AS, pemerintah Libya mulai Juni 2008 akan menyediakan laptop untuk
1,2 juta siswa.

Apakah langkah tersebut dapat ditiru oleh Pemprov Banten, misalnya dengan
mengadakan kerjasama dengan Bill Gates, untuk membantu penyediaan PC atau
laptop untuk mahasiswa di Banten. Langkah lainnya, bisa saja Pemprov Banten
memprakarsai penghimpunan dana dari kalangan perusahaan swasta/BUMN
dalam 'Program Seribu Laptop untuk Mahasiswa Banten'. Kalau harga laptop
sekitar Rp. 5-10 juta rupiah, maka dana yang diperlukan hanya sekitar Rp. 5-10
milyar rupiah, sangat kecil jika dibandingkan ongkos Pilkada Banten 2006.
Berdasarkan verifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ada calon gubernur
Banten dengan kekayaan lebih dari Rp. 300 milyar rupiah, dengan demikian
jumlah dana untuk 'Program Seribu Laptop untuk Mahasiswa Banten', hanya
sekitar 1,5 3 persen dari kekayaan sang Cagub, ya bisa sebagai zakat mal.
Dengan memberikan fasilitas teknologi informasi bagi mahasiswa, diharapkan
dapat memberikan kontribusi dan dampak yang luas bagi masyarakat Banten
untuk menjadi knowledge-based information society.

Perlu Filter
Saat ini ratusan ribu warga Banten, yang sebagian besar kalangan muda usia,
sudah dapat mengakses internet, baik melalui warnet, jaringan internet di
rumah, di sekolah/kampus atau di kantor. Persoalannya berapa persen dengan
tujuan konstruktif, artinya dengan memanfaatkan internet maka potensi SDMnya meningkat, dan berapa persen yang destruktif, artinya dengan
memanfaatkan internet, justru potensi SDM-nya menurun. Lantas, bagaimana
dampaknya jika seluruh desa di Provinsi Banten sudah dapat mengakses
internet, apakah Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan Imtak (keimanan
dan ketakwaan) masyarakat meningkat atau menurun ? Apakah kesejahteraan

masyarakat meningkat atau menurun? Apakah tingkat kriminalitas meningkat


atau menurun ?

Dengan demikian, perlu adanya ketegasan dari instansi terkait dalam


mengawasi dinamika dunia maya tersebut. Baru-baru ini pemerintah Malaysia
memblokir 1,5 juta situs porno yang ada di internet, begitu pula pemerintah Cina
memblokir situs-situs tertentu yang dianggap membahayakan keamanan negara,
bahkan pemerintah Amerika Serikat yang liberal pun ternyata masih
memberikan pengawasan terhadap situs-situs internet tertentu, khususnya yang
diduga dikendalikan 'jaringan terorisme internasional'. Indonesia yang bukan
negara liberal, tentu saja perlu menerapkan kebijakan khusus menyangkut
internet, tetapi bukan berarti membatasi hak asasi masyarakat untuk
memperoleh pengetahuan.

Dalam hal ini Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (DTIKN), yang
diresmikan pembentukannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono, di Bogor,
13 November 2006, diharapkan dapat mentransformasikan masyarakat
Indonesia, termasuk masyarakat Banten, menjadi masyarakat informasi berbasis
pengetahuan. Jenis pengetahuan yang dapat diakses adalah pengetahuan yang
dapat meningkatkan beragam kecerdasan masyarakat, baik inteletual,
emosional, spiritual, sosial, manajerial dan finansial.

Perkembangan teknologi informasi selain menjadi 'ladang amal', juga menjadi


'lumbung dosa'. Dengan demikian setiap orang yang 'menikmati' dan
'menggeluti' teknologi informasi, selain harus memiliki kecerdasan intelektual,
juga harus menguasai serta menerapkan kecerdasan emosional dan spiritual. Di
sinilah letak 'filter' yang sesungguhnya, yaitu ada pada diri masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai