KESEHATAN LINGKUNGAN,
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Isu Atau Kasus Kesehatan Masyarakat Akibat Lingkungan
OLEH:
NIM. 2082111048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
1. PENDAHULUAN
Limbah atau sampah merupakan salah satu masalah kritis yang masih
dihadapi oleh masyarakat. Dari sekian banyak jenis sampah, sampah rumah tangga
merupakan limbah yang paling berbahaya dan dapat dikatakan bahwa kerusakan
lingkungan karena limbah rumah tangga lebih besar daripada kerusakan lingkungan
yang diakibatkan dari limbah industri, hal tersebut dikarenakan kurang adanya
perhatian terhadap sistem pembuangan dan pengolahan segala jenis sampah. Salah
satu jenis sampah anorganik dari limbah rumah tangga yaitu diapers dan pembalut
sekali pakai (Hasibuan, 2016).
Berdasarkan sumber dari World Bank di tahun 2017 bahwa diapers dan
pembalut bekas sekali pakai berkontribusi sebagai penyumbang sampah terbesar
kedua setelah plastik dengan komposisi sampah plastik sebesar 44%, diapers dan
pembalut sekali pakai sebesar 22%, tas plastik 16%, sampah lain 9%, pembungkus
plastik 5%, beling kaca dan metal 4% dan botol plastik 1%. (Habibie, et al., 2019).
Sampah diapers atau biasa disebut popok baik popok bayi dan pembalut
wanita sekali pakai, sekarang ini jumlahnya sangat melimpah. Hampir setiap bayi
memakai diapers setiap hari mulai umur 3 bulan sampai umur sekitar 3 tahunan..
Bahkan saat ini tidak hanya bayi saja yang memakai diapers, tetapi juga lanjut usia.
Limbah diapers sangat banyak dan susah untuk di musnahkan. Indonesia memiliki
angka kelahiran bayi mencapai sekitar 4,5 juta setiap tahunnya. Begitu juga dengan
penggunaan pembalut wanita sekali pakai yang sangat dibutuhkan oleh wanita yang
mengalami menstruasi 3-4 kali pembalut digunakan perhari (Badan Pusat Statistik,
2010).
Sampah pembalut sekali pakai juga menjadi masalah yang rumit. Pembalut
ini sangat sulit terurai secara alami karena tersusun atas lapisan dasar berupa plastik
sintetik nonbiodegradable yang disintesis dari minyak bumi. Menurut riset
Stockholm University, penguraian plastik dalam bungkus pembalut membutuhkan
waktu 500-800 tahun yang berarti lebih lama dari penguraian sampah plastik botol
yang memerlukan 70-450 tahun (Liana, et al., 2014).
Diapers dan pembalut wanita sekali pakai yang sudah digunakan akan
dibuang dan berakhir di TPA. Seiring dengan berjalannya waktu, sampah tersebut
tersebut akan mengeluatkan gas metana yang berakibat pada pencemaran
lingkungan.
2. GAMBARAN MASALAH
Sampah adalah bahan yang terbuang dan dibuang dari suatu sumber aktivitas
yang dihasilkan manusia, juga dapat diartikan sebagai hasil dari aktivitas proses-
proses alam yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomi atau diartikan sebagai
barang yang memilki nilai ekonomi negatif. Berkaitan dengan hal tersebut, apabila
penanganan sampah tidak diperhatikan oleh berbagai pihak maka akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan yang kondisinya semakin memburuk, karena masalah
sampah terhadap lingkungan bukan hanya tugas dari pemerintah setempat.
Indonesia termasuk pengguna diaper terbanyak, hal ini terlihat dari angka
kelahiran bayi terbanyak setiap tahunnya. Peningkatan penggunaan diaper bayi
kurang diimbangi dengan system pengolahan atau pemanfaatan limbah yang baik
sehingga akan menjadi permasalahan terhadap lingkungan. Sekarang ini bukan
hanya bayi yang menggunakan popok orang dewasa (lansia) pun sekarang sering
menggunakannya (Sudarni & Nisa, 2019).
Faktor utama yang menjadi alasan masyarakat Indonesia masih membuang
sampah sembarangan atau tidak melakukan pengelolaan sampah yaitu
ketidakpedulian karena mengelola sampah atau limbah dirasa rumit. Meskipun sudah
ada peraturan pemerintah mengenai pengelolaan sampah, tetapi pengelolaan sampah
di Indonesia masih sangat minim. Pengadaan bank sampah yang diharapkan mampu
mengurangi sampah atau limbah yang mengotori dan mencemari lingkungan masih
kurang efektif. Masyarakat ini dirasakan masih kurang peduli apabila dibandingkan
dengan mereka yang tidak peduli akan pelestarian lingkungan.
Menurut penelitian (Wibisono & Dewi, 2014) yang meneliti mengenai
pengkajian terhadap perilaku masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa,
masyarakat di Indonesia memiliki karakter dan perilaku yang buruk tentang sampah,
yakni dengan sikap membuang sampah sembarangan. Sikap dan karakter ini tidak
mengenal status sosial ataupun tingkat pendidikan.
3. SUMBER DAN AGEN PENYEBAB GANGGUAN KESEHATAN
MASYARAKAT
Diapers dan pembalut sekali pakai mengandung berbagai macam jenis bahan
yang kurang ramah lingkungan, seperti plastik, dioksin, pestisida, herbisida, pemutih,
dll. Diapers dan pembalut sekali pakai apabila terbakar, asap yang dikeluarkan akan
menghasilkan senyawa kimia berbahaya seperti dioksin dimana senyawa tersebut
dapat digunakan sebagai racun tumbuhan (herbisida) (Nasution, 2015).
Diapers menampung urin dan kotoran bayi, sehingga limbah diapers
mengandung pencemar organik dan mikroba. Limbah diapers diduga mengandung
Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri indikator adanya pencemaran
yang berasal dari kotoran dan urin manusia. Bila diapers sekali pakai dibuang tanpa
pengolahan dapat menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan, khususnya terhadap
tanah, air tanah dan air permukaan (Firmansyah, et al., 2020).
Sampah pembalut sekai pakai berisi darah, bahan-bahan organik dari tubuh
yang berasal dari peluruhan endometrium, serta bahan-bahan anorganik dan
berbahaya dari bahan pembalut itu sendiri. Dari sisi kesehatan tentu hal ini
memerlukan perhatian dalam penanganannya. Bahan organik tersebut pasti akan
mengalami pembusukan dan menimbulkan bau tidak sedap. Warna darah yang
membekas pada pembalut secara estetika juga terlihat tidak nyaman dipandang dari
sudut manapun di tempat sembarang. Pembalut sekali pakai bisa sebagai salah satu
penyebab kerusakan alam dan lingkungan di muka bumi ini. Karena pembalut sekali
pakai yang sudah digunakan akan dibuang dan berakhir di TPA. Seiring dengan
berjalannya waktu, pembalut tersebut akan mengeluarkan gas metana yang berakibat
pada pencemaran lingkungan (Puspita, 2019).
Komposisi dan cara membuangnya pun membuat lebih sulit untuk diurai,
karena bahan selulosa yang ada dalam diapers dan pembalut dianggap dapat terurai
secara hayati, asimilasinya oleh lingkungan membutuhkan waktu beberapa tahun
hingga beberapa ratus tahun. Dengan demikian, diapers dan pembalut
pembuangannya memiliki jejak karbon yang besar. Menurut Badan Lingkungan
Hidup, diaper dan pembalut pembuangan bertanggung jawab atas 630 kg gas rumah
kaca, yang setara dengan rata-rata mobil yang dikendarai sejauh 1800 mil (Rahat, et
al., 2014).
Hal ini di dukung oleh penelitian (Aishwariya & Priyanka, 2020) yang
menyatakan bahwa salah satu unsur berbahaya dalam diaper dan pembalut sekali
pakai adalah adanya Sodium Polyacrylate dalam inti diaper dan pembalut untuk
meningkatkan daya serap cairan tubuh. Walaupun dalam kemasannya bertuliskan
ramah lingkungan. Jika diuji tampak seperti kristal seperti agar-agar, berkilau dan
sangat kecil yang merupakan bahan khusus dalam air yang memiliki kemampuan
menyerap 100 kali lipat beratnya sendiri.
7. SIMPULAN
Setiap hari, terdapat ratusan hingga ribuan ton sampah yang diproduksi.
Sampah-sampah tersebut berasal dari sisa penggunaan perusahaan ataupun rumah
tangga. Tidak semua sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), masih
banyak sampah yang berakhir di sungai yang nantinya akan mengalir ke laut.
disamping jalan yang nantinya akan dibakar, ada juga sampah yang hanya
ditinggalkan di tempat sampah sementara tanpa ada tindakan yang berkelanjutan.
Sejalan dengan kemajuan zaman hingga saat ini, Diapers dan pembalut sekali
pakai menjadi pilihan utama para ibu-ibu yang memiliki anak balita, wanita
menstruasi dan lanjut usia yang mengalami ketidakmampuan eliminasi secara
mandiri. Karena dapat memberikan kenyamanan beraktivitas dan tidak perlu repot
mencuci. Namun, tidak disadari bahwa sampah diapers dan pembalut dapat menjadi
pengancam kelestarian lingkungan karena mengandung bahan plastik yang bersifat
unbiodegradable. Jika dibiarkan tidak dapat terurai, jika dibakar bahan plastik yang
terkandung di dalamnya dapat menghasilkan dioksin yang bersifat karsinogenik dan
jika dibuang ke sungai dan terurai dalam air, senyawa Super Absorbent Polymer
(SAP) yang terkandung dalam pembalut dapat menyebabkan perubahan hormon pada
ikan. Terdapat cara pengelolaan limbah pembalut ini dengan mengolahnya menjadi
pupuk cair dan media tanam. Diharapkan pengolahan limbah ini dapat mengurangi
dampak buruk terhadap lingkungan
Diaper dan pembalut wanita sekali pakai memang tidak mungkin dipungkiri
untuk penggunannya di seluruh dunia, karena barang mudah didadapatkan, dibeli dan
praktis digunakan. Penggunaannya cenderung meningkat karena pertumbuhan
populasi di seluruh dunia. Selain itu, mayoritas masyarakat tidak mengolah sampah
diaper dan pembalut wanita bahkan membuang di tempat terbuka. Hal ini dapat
menyebabkan kontaminasi udara dan permukaan air sehingga menyebabkan
timbulnya penyakit seperti diare. Terlebih lagi, diaper dan pembalut sekali pakai tidak
mengalami degradasi dan ketika gas yang dibakar dari plastik dilepaskan ke udara.
Dampak paling nyata dari diaper dan pembalut sekali pakai terhadap lingkungan
adalah bahwa sampah tersebut dibuang dan tertumpuk setiap hari. Oleh karena itu,
kesadaran tentang pembuangan sampah diaper dan pembalut yang tepat adalah
strategi paling praktis yang dapat digunakan untuk mengelola pembuangan sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Aishwariya, S. & Priyanka, P., 2020. A Riview on Convenience and Pollution Caused by
Baby Diapers. VNU-HCM Press: Science & Technology Development Journal,
Volume 23(3):694-707, pp. 694-707.
Badan Pusat Statistik, 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk. [Online]
Available at: http://www.bps.go.id [Accessed 28 October 2020].
Cordella, M. et al., 2015. Evolution of disposable baby diapers in Europe: life cycle
assessment of environmental impacts and identification of key areas of improvement.
Elsevier: Journal of Cleaner Production, Volume 95 (2015) 322-331, pp. 322-331
Edana, 2015. Baby Diapers and Incontine Productsa, Germany: Sustainability Report.
Firmansyah, T., Alfiah, T. & Caroline, J., 2020. Kualitas Paving Block dengan Campuran
Limbah Popok Bayi Sebagai Alternatif Pemanfaatan Limbah Padat. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan VIII: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya,
Issue 2686-0023, pp. 255-260.
Habibie, M. et al., 2019. Pemberdayaan Wanita Melalui Pelatihan Pembuatan Pembalut
Ramah Lingkungan di Dusun Jamb. Prosiding Konferensi Pengabdian Masyarakat,
1(2655-7711), pp. 75-79.
Hasibuan, R., 2016. Analisis Dampak Limbah/Sampah Rumah Tangga Terhadap
Pencemaran Lingkungan Hidup. Journal Imliah Advokasi, Volume 04, 01.
Nasution, R. S., 2015. Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik. Journal of Islamic
Science and Technology, Volume 1.
Nema, 2011. Kenya State of Environment and Outlook 2010pg. Progress Printing Press
Co Ltd, Malta, pp. 154-155.
Puspita, N. F. S., 2019. Dampak Sampah Pembalut Terhadap Lingkungan. Journal PKM
GT, Volume 1, Juli.
Rahat, S., Sarkar, A. T., Rafie, A. A. & Hossain, S., 2014. Prospects of Diaper Disposal
and Its Environmental Impact on Populated Urban Area Like Dhaka City. 2nd
International Conference on Advances in Civil Engineering 2014 (ICACE-2014),
Volume ID: 0043, pp. 1-6.
Sudarni, D. H. A. & Nisa, N. I. F., 2019. Pelatihan dan Sosialisasi Pengolahan Limbah
Diapers Sebagai Media Tanam Di SMK AL-Inabah Ponorogo. Journal Hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNIPMA, pp. 391-393.
Veronica, C., 2019. Pembalut Wanita Sekali Pakai, Penyumbang Sampah yang Juga
Berdampak Buruk Bagi Lingkungan. [Online]
Available at: https://nationalgeographic.grid.id/read/131817950/pembalut-sekali-
pakai-penyumbang-sampah-yang-juga-berdampak-buruk-bagi-lingkungan
[Accessed 28 October 2020].
Wambui, K. E., Joseph, M. & Makindi, D. S., 2015. Soiled Diapers Disposal Practices
among Caregivers in Poor and Middle Income Urban Settings. International Journal
of Scientific and Research Publications, 5(10. ISSN 2250-3153), pp. 1-10.
Wibisono, A. F. & Dewi, P., 2014. Sosialisasi bahaya membuang sampah sembarangan
dan menentukan lokasi TPA di Desa Jagonayan. Journal Inovasi dan
Kewirausahaan, 3 (1)(2089-3086).