Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MK.

KESEHATAN LINGKUNGAN,
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Isu Atau Kasus Kesehatan Masyarakat Akibat Lingkungan

TOPIK: DAMPAK LIMBAH DIAPERS DAN PEMBALUT SEKALI PAKAI


TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN

OLEH:

NI LUH CICA KUSUMADEWI

NIM. 2082111048

PROGRAM STUDI MEGISTER (S2) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
1. PENDAHULUAN
Limbah atau sampah merupakan salah satu masalah kritis yang masih
dihadapi oleh masyarakat. Dari sekian banyak jenis sampah, sampah rumah tangga
merupakan limbah yang paling berbahaya dan dapat dikatakan bahwa kerusakan
lingkungan karena limbah rumah tangga lebih besar daripada kerusakan lingkungan
yang diakibatkan dari limbah industri, hal tersebut dikarenakan kurang adanya
perhatian terhadap sistem pembuangan dan pengolahan segala jenis sampah. Salah
satu jenis sampah anorganik dari limbah rumah tangga yaitu diapers dan pembalut
sekali pakai (Hasibuan, 2016).
Berdasarkan sumber dari World Bank di tahun 2017 bahwa diapers dan
pembalut bekas sekali pakai berkontribusi sebagai penyumbang sampah terbesar
kedua setelah plastik dengan komposisi sampah plastik sebesar 44%, diapers dan
pembalut sekali pakai sebesar 22%, tas plastik 16%, sampah lain 9%, pembungkus
plastik 5%, beling kaca dan metal 4% dan botol plastik 1%. (Habibie, et al., 2019).
Sampah diapers atau biasa disebut popok baik popok bayi dan pembalut
wanita sekali pakai, sekarang ini jumlahnya sangat melimpah. Hampir setiap bayi
memakai diapers setiap hari mulai umur 3 bulan sampai umur sekitar 3 tahunan..
Bahkan saat ini tidak hanya bayi saja yang memakai diapers, tetapi juga lanjut usia.
Limbah diapers sangat banyak dan susah untuk di musnahkan. Indonesia memiliki
angka kelahiran bayi mencapai sekitar 4,5 juta setiap tahunnya. Begitu juga dengan
penggunaan pembalut wanita sekali pakai yang sangat dibutuhkan oleh wanita yang
mengalami menstruasi 3-4 kali pembalut digunakan perhari (Badan Pusat Statistik,
2010).
Sampah pembalut sekali pakai juga menjadi masalah yang rumit. Pembalut
ini sangat sulit terurai secara alami karena tersusun atas lapisan dasar berupa plastik
sintetik nonbiodegradable yang disintesis dari minyak bumi. Menurut riset
Stockholm University, penguraian plastik dalam bungkus pembalut membutuhkan
waktu 500-800 tahun yang berarti lebih lama dari penguraian sampah plastik botol
yang memerlukan 70-450 tahun (Liana, et al., 2014).
Diapers dan pembalut wanita sekali pakai yang sudah digunakan akan
dibuang dan berakhir di TPA. Seiring dengan berjalannya waktu, sampah tersebut
tersebut akan mengeluatkan gas metana yang berakibat pada pencemaran
lingkungan.

2. GAMBARAN MASALAH
Sampah adalah bahan yang terbuang dan dibuang dari suatu sumber aktivitas
yang dihasilkan manusia, juga dapat diartikan sebagai hasil dari aktivitas proses-
proses alam yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomi atau diartikan sebagai
barang yang memilki nilai ekonomi negatif. Berkaitan dengan hal tersebut, apabila
penanganan sampah tidak diperhatikan oleh berbagai pihak maka akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan yang kondisinya semakin memburuk, karena masalah
sampah terhadap lingkungan bukan hanya tugas dari pemerintah setempat.
Indonesia termasuk pengguna diaper terbanyak, hal ini terlihat dari angka
kelahiran bayi terbanyak setiap tahunnya. Peningkatan penggunaan diaper bayi
kurang diimbangi dengan system pengolahan atau pemanfaatan limbah yang baik
sehingga akan menjadi permasalahan terhadap lingkungan. Sekarang ini bukan
hanya bayi yang menggunakan popok orang dewasa (lansia) pun sekarang sering
menggunakannya (Sudarni & Nisa, 2019).
Faktor utama yang menjadi alasan masyarakat Indonesia masih membuang
sampah sembarangan atau tidak melakukan pengelolaan sampah yaitu
ketidakpedulian karena mengelola sampah atau limbah dirasa rumit. Meskipun sudah
ada peraturan pemerintah mengenai pengelolaan sampah, tetapi pengelolaan sampah
di Indonesia masih sangat minim. Pengadaan bank sampah yang diharapkan mampu
mengurangi sampah atau limbah yang mengotori dan mencemari lingkungan masih
kurang efektif. Masyarakat ini dirasakan masih kurang peduli apabila dibandingkan
dengan mereka yang tidak peduli akan pelestarian lingkungan.
Menurut penelitian (Wibisono & Dewi, 2014) yang meneliti mengenai
pengkajian terhadap perilaku masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa,
masyarakat di Indonesia memiliki karakter dan perilaku yang buruk tentang sampah,
yakni dengan sikap membuang sampah sembarangan. Sikap dan karakter ini tidak
mengenal status sosial ataupun tingkat pendidikan.
3. SUMBER DAN AGEN PENYEBAB GANGGUAN KESEHATAN
MASYARAKAT
Diapers dan pembalut sekali pakai mengandung berbagai macam jenis bahan
yang kurang ramah lingkungan, seperti plastik, dioksin, pestisida, herbisida, pemutih,
dll. Diapers dan pembalut sekali pakai apabila terbakar, asap yang dikeluarkan akan
menghasilkan senyawa kimia berbahaya seperti dioksin dimana senyawa tersebut
dapat digunakan sebagai racun tumbuhan (herbisida) (Nasution, 2015).
Diapers menampung urin dan kotoran bayi, sehingga limbah diapers
mengandung pencemar organik dan mikroba. Limbah diapers diduga mengandung
Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri indikator adanya pencemaran
yang berasal dari kotoran dan urin manusia. Bila diapers sekali pakai dibuang tanpa
pengolahan dapat menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan, khususnya terhadap
tanah, air tanah dan air permukaan (Firmansyah, et al., 2020).
Sampah pembalut sekai pakai berisi darah, bahan-bahan organik dari tubuh
yang berasal dari peluruhan endometrium, serta bahan-bahan anorganik dan
berbahaya dari bahan pembalut itu sendiri. Dari sisi kesehatan tentu hal ini
memerlukan perhatian dalam penanganannya. Bahan organik tersebut pasti akan
mengalami pembusukan dan menimbulkan bau tidak sedap. Warna darah yang
membekas pada pembalut secara estetika juga terlihat tidak nyaman dipandang dari
sudut manapun di tempat sembarang. Pembalut sekali pakai bisa sebagai salah satu
penyebab kerusakan alam dan lingkungan di muka bumi ini. Karena pembalut sekali
pakai yang sudah digunakan akan dibuang dan berakhir di TPA. Seiring dengan
berjalannya waktu, pembalut tersebut akan mengeluarkan gas metana yang berakibat
pada pencemaran lingkungan (Puspita, 2019).
Komposisi dan cara membuangnya pun membuat lebih sulit untuk diurai,
karena bahan selulosa yang ada dalam diapers dan pembalut dianggap dapat terurai
secara hayati, asimilasinya oleh lingkungan membutuhkan waktu beberapa tahun
hingga beberapa ratus tahun. Dengan demikian, diapers dan pembalut
pembuangannya memiliki jejak karbon yang besar. Menurut Badan Lingkungan
Hidup, diaper dan pembalut pembuangan bertanggung jawab atas 630 kg gas rumah
kaca, yang setara dengan rata-rata mobil yang dikendarai sejauh 1800 mil (Rahat, et
al., 2014).
Hal ini di dukung oleh penelitian (Aishwariya & Priyanka, 2020) yang
menyatakan bahwa salah satu unsur berbahaya dalam diaper dan pembalut sekali
pakai adalah adanya Sodium Polyacrylate dalam inti diaper dan pembalut untuk
meningkatkan daya serap cairan tubuh. Walaupun dalam kemasannya bertuliskan
ramah lingkungan. Jika diuji tampak seperti kristal seperti agar-agar, berkilau dan
sangat kecil yang merupakan bahan khusus dalam air yang memiliki kemampuan
menyerap 100 kali lipat beratnya sendiri.

4. GEJALA DAN DAMPAK KESEHATAN MASYARAKAT


Sampah dan plastik kini telah menjadi permasalahan serta ancaman global.
Keduanya menyebabkan kerusakan lingkungan, ekosistem air hingga kesehatan
masyarakat yang berujung terjadinya bencana dan wabah penyakit. Diapers dan
pembalut yang sudah terpakai jika tidak dikelola dengan baik maka dapat
menimbulkan beberapa permasalahan jika tidak diminimalisir ataupun di daur ulang.
Adapun dampak-dampak yang dihasilkan oleh sampah khususnya diapers dan
pembalut sakali pakai yaitu:
1. Kesehatan Lingkungan
Saat ini limbah atau sampah telah menjadi ancaman pada lingkungan dan
terhadap makhluk hidup yang tinggal didalamnya, hal ini tentunya menjadi
permasalahan yang sangat serius dan menjadi salah satu masalah utama di
Indonesia. Dampak buruk yang dapat terjadi yaitu limbah atau sampah yang tidak
di kelola dengan baik akan mencemari lingkungan dan jika hal ini tidak
diminimalisir kemungkinan beberapa tahun kedepan masyarakat Indonesia akan
hidup bersama dengan tumpukan sampah.
Selain itu, dari sudut pandang lingkungan, masalah terpenting bukanlah
jumlah limbah yang dihasilkan itu sendiri, tetapi dampak yang terkait dengan
pembuangan aliran tersebut (Cordella, et al., 2015).
Berdasarkan penelitian dari University of Exeter, metana adalah salah satu
unsur dalam gas rumah kaca yang menyebabkan kenaikan temperatur di
permukaan Bumi, dan akan menyebabkan dampak pemanasan lebih jauh karena
kekuatan metana 25 kali lipat dalam menyebabkan pemanasan global
dibandingkan karbon dioksida. Diketahui bahwa pembalut sekali pakai
merupakan produk yang banyak digunakan perempuan di seluruh dunia. Selain
menghasilkan gas metana, pembalut juga berbahaya bagi lingkungan karena ia
sulit terurai. Menurut Jeanny, pembalut memiliki kandungan plastik di dalamnya,
yang mana membutuhkan puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai. Selain itu
kandungannya berisi pemutih yang digunakan pada bantalannya, yang dapat
mencemari tanah dan air (Veronica, 2019).
Dampak paling jelas dari pembalut dan diapers sekali pakai terhadap
lingkungan adalah bahwa dibuang dengan cara menumpuk sampah setiap hari.
Dampak lainnya saat ini dibuang bersama dengan darah, feses dan urine yang
tidak diolah. Kotoran manusia tersebut dapat larut sehingga menyebabkan
kontaminasi dan menyebarkan penyakit menular saat dibuang di TPA. Meskipun
sebagian besar popok pembuangan dapat terurai dalam waktu lima bulan karena
merupakan produk kayu atau kapas, tetapi gel superabsorben dan plastik
membutuhkan setidaknya 500 tahun untuk terurai (Rahat, et al., 2014).
Mengingat hubungan antara faktor lingkungan dan pembangunan,
penilaian dampak harus dilakukan karena pola produksi dan konsumsi yang
merangsang pertumbuhan bergantung pada penggunaan atau ekstraksi sumber
daya alam dan jasa ekosistem serta pembuangan limbah ke tempat pembuangan,
air atau atmosfer. Pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan telah
menghasilkan sintesis sampah yang cukup banyak baik dalam jumlah maupun
jenis sampah. Ini sebagai akibat dari urbanisasi yang pesat, pertumbuhan
ekonomi dan industrialisasi yang sedang berkembang masalah bagi pemerintah
pusat dan daerah. Ini menyebabkan dampak yang parah terhadap lingkungan
dalam hal pencemaran, penipisan sumber daya alam, kesehatan masyarakat dan
kerugian ekonomi lokal (Nema, 2011).
2. Ekosistem Air
Mengingat kebiasaan masyarakat membuang sampah bukan hanya di TPA
saja melainkan masih ada beberapa yang membuang sampah ke air seperti sungai
atau laut. Hal ini tentu bukan hanya merugikan manusia tapi juga berdampak
negatif terhadap makhluk hidup di air. Pembuangan diapers dan pembalut sekali
pakai yang tidak benar seperti pembuangan di sungai juga akan mempengaruhi
kesetimbangan alam, hal tersebut dapat disebabkan karena sampah yang
mengandung plastik akan terbawa arus laut yang dapat mencemari biota laut,
bahkan menimbulkan kematian pada hewan-hewan laut. Seperti kematian
sejumlah hewan laut sekitar satu juta burung laut, seratus ribu mamalia laut, serta
ikan-ikan dikarenakan mengkonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi
limbah plastik
Kebiasaan masyarakat membuang sampah diapers sekali juga sangat
berbahaya terhadap lingkungan kualitas air sungai dan untuk keberlangsungan
sungai tersebut di masa depan, karena sampah diapers dan pembalut sekali pakai
adalah hasil buangan pemakaian yang mengandung kotoran (tinja) dan air
kencing dari bayi, yang dapat memberikan dampak negatif bagi masyarakat
teruatama dampak berupa pencemaran sungai (Wibisono & Dewi, 2014).
Berdasarkan penelitian (Puspita, 2019) kebiasaan buruk masyarakat dalam
membuang sampah pembalut sekali pakai di hilir masih harus ditinjau lebih jauh,
hal tersebut dilakukan karena pembuangan pembalut sekali pakai dapat menjadi
faktor sejumlah populasi ikan mandul dan mengembangkan kelamin ganda
(interseks). Pada kasus yang parah, fenomena interseks dan kemandulan pada
ikan ini yang bahkan akan berujung pada kepunahan dan kerusakan
kesetimbangan alam.
Dalam penelitian (Mugadza, 2017) ditemukan bahwa sampah plastik
mengikis jaringan karang dan bahkan cedera fisik, menciptakan jalur masuknya
patogen yang akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan
disfungsi proses penyembuhan luka. Fakta yang kurang diketahui bahwa lebih
dari 275 juta kehidupan orang bergantung pada karang untuk pendapatan,
makanan, pariwisata, perlindungan, dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Sedangkan dalam penelitian (Wambui, et al., 2015) di AS dan Eropa,
barang-barang yang tidak dapat terurai secara hayati di daratan menciptakan
tantangan besar, karena diaper dan pembalut masuk ke laut dalam jumlah besar,
menghalangi drainase, membahayakan satwa liar, dan menyebarkan penyakit. Ini
adalah sampah laut yang berbahaya, dan bukti ilmiah menunjukkan bukti adanya
penyakit di terumbu karang (dekat Maladewa) yang disebabkan oleh popok. Di
Afrika Selatan, lebih dari empat miliar diaper dan pembalut sekali pakai yang
berisi plastik terjual setiap tahun dan bekasnya dibuang begitu saja tanpa berpikir
dan membuang kantong, tanpa kesadaran lingkungan dan ketidaktahuan tentang
masa depan lingkungan.
Menurut penelitian (Firmansyah, et al., 2020) hal ini sangat mengganggu
masyarakat yang tinggal dipesisir karena seringkali limbah popok bayi ini
menghambat aliran air di muara sehingga mengakibatkan banjir serta
mengganggu secara estetika karena berbau urin dan tinja. Hal ini sejalan dengan
hasil observasi ecoton selama bulan januari hingga maret 2011, menunjukkan
bahwa limbah popok sekali pakai yang berisi tinja ini menyumbang 15 % limbah
yang ada di sungai Surabaya
Sampah diapers dan pembalut sekali pakai jika tidak dikelola dengan baik
akan menimbulkan beberapa permasalahan. Sampah diapers dan pembalut sekali
pakai tidak seharunya dibuang di sungai karena akan meyebabkan banjir. Dalam
penelitian (Puspita, 2019) menyebutkan dari 5 responden yang diteliti
mengungkapkan bahwa sampah diapers dan pembalut akan langsung dibuang di
sungai meskipun sadar bahwa hal tersebut dapat menyebabkan banjir. Selain itu,
responden lain juga mengungkapkan bahwa sampah diapers dan pembalut sekali
pakai langsung dibakar tanpa diuci terlebih dahulu, itu akan menimbulkan banjir
jika dibuang di sungai dan mengganggu pemandangan orang lain serta
menimbulkan bau tidak sedap karena diapers dan pembalut bekas pakai yang
tidak dicuci terlebih dahulu.
3. Kesehatan Masyarakat
Diaper dan pembalut mengandung materi darah, feses dan urin, juga
kemungkinan besar mengandung bahan infeksius. Limbah B3 adalah kategori
limbah yang memiliki efek kesehatan jangka pendek atau jangka panjang
termasuk asma, reaksi alergi, ruam kulit, kanker dan penyakit jangka panjang
lainnya (Wambui, et al., 2015). Virus yang dikeluarkan melalui kotoran manusia
dapat menimbulkan masalah kesehatan dalam jangka panjang. Kebanyakan
diaper dan pembalut dibuang bersama dengan sampah rumah tangga, yang lain
di lubang kompos dan yang lainnya mengotori jalan-jalan perkebunan yang
menimbulkan bahaya besar infeksi bagi mereka yang bersentuhan dengannya.
Berdasarkan penelitian Wambui et.al (2015) diapers sekali pakai sangat
populer untuk perawatan bayi dan penggunaannya cenderung meningkat seiring
meningkatkan populasi kelahiran bayi dan mayoritas menyatakan mereka
membuang sampah ditempat terbuka atau di sembarang tempat, sehingga hal ini
menyebabkan terjadinya kontaminasi terhadap air yang memiliki kemungkinan
besar menyebabkan diare, diperparah dengan kondisi sampah yang sulit
terdegradasi, meski dilakukan pembakaran juga akan memberikan hasil yang
kurang baik karena gas yang dihasilan akan memberikan dampak kurang baik
bagi lingkungan

5. UPAYA PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN SERTA


PELAKSANAANNYA
Kebersihan lingkungan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Salah
satu upaya untuk meningkatan kebersihan adalah peningkatan pelayanan air bersih,
disamping itu perlu diadakan perbaikan pengelolahan pembuangan sampah diapers
dan pembalut sekali pakai, yang dapat diupayakan dengan memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan manfaatnya untuk
kesehatan. Hal ini berkaitan dengan tidak semua warga masyarakat memahami
pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Berkenaan dengan hal tersebutlah
perlu diadakan kegiatan untuk memahamkan masyarakat terhadap pentingnya
menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan popok dan menciptakan
inovasi baru sebagai pengganti pembalut sekali pakai, demi terwujudya Sustainable
Development atau perkembangan berkelanjutan di masa depan.
Sedangkan untuk pemanfaatan limbah diapres (popok bayi) dapat diolah
limbah sebagai media tanam. Seperti yang dipaparkan dalam penelitian (Sudarni &
Nisa, 2019), bahwa bahan yang menyerap air di dalam sampah diapers tersebut
adalah bahan organik. Bagian ini ada di bagian dalam yang dilapisi dengan kain.
Bagian yang dimanfaatkan sebagai media tanam adalah bagian ini, yaitu bagian
sampah diapers yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan air. Jadi
pemanfaatan sampah diapers ini diawali dengan pemisahan bagian diapers yang
menyerap air dengan bagian-bagian lainnya. Adapun cara lain penggunaan diampers
untuk tanaman, yaitu dengan cara dicampurkan ke air yang digunakan untuk
menyiram. Air untuk menyiram bisa air saja atau air yang sudah diberi pupuk cair.
Di air tersebut ditambahkan sedikit diapers. Setelah itu baru disiramkan ketanah.
Air/pupuk organikcairnya akanmeresap kedalam diapers dan akan dilepaskan pelan-
pelan. Cara ini sangatlah berguna jika dilakukan saat musin kemarau. Dimana sifat
silica popok bayi yang mampu menahan air lebih banyak dan tidak akan cepat kering
Hal ini didukung oleh penelitian (Havana, 2013) yang menyatakan bahwa
para ibu rumah tangga di Kuba telah menemukan proses daur ulang di mana, mereka
membuka lipatan diapers bekas dan melepas bantalannya, lalu mereka mencuci
diapers dan membiarkannya kering. Setelah mengering, mereka melipat potongan-
potongan kain dan memasukkannya ke dalam saku tempat bantalan itu berada. Jika
perekatnya sudah luntur, mereka menggunakan dua peniti untuk menjaga diapers.

6. REKOMENDASI DAN KONKLUSI


Diharapkan berbagai macam inovasi produk alternatif sebagai pengganti
pembalut sekali pakai sebagai usaha mengurangi sampah pembalut sekali pakai yang
setiap tahun meningkat serta mengurangi pencemaran lingkungan. Produk-produk
yang dimaksud antara lain seperti cawan menstruasi (menstrual cup), pembalut kain,
tampon, spons menstruasi, dll.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Edana, 2015) dalam
penelitian dan pengembangan yang dilakukan di tingkat desain produk diapers
maupun pembalut wanita difokuskan untuk menemukan solusi inovatif untuk potensi
pengurangan dan pengendalian dampak lingkungan. Secara khusus, salah satu
pencapaian terpenting industri adalah pengurangan berat rata-rata produk di UE lebih
dari 44% dalam 25 tahun terakhir. Perbaikan desain produk dapat ditingkatkan
melalui pelabelan opsi produk yang dianggap sangat baik dari sudut pandang
lingkungan. Analisis historis tentang bagaimana diapers dan pembalut sekali pakai
berdampak pada lingkungan terkait telah berevolusi dari waktu ke waktu akan
berguna untuk memahami aspek kritis produk dan mengidentifikasi area di mana
inovasi teknis dan pelabelan dapat menjadi fokus untuk mengurangi dampak
lingkungan.

7. SIMPULAN
Setiap hari, terdapat ratusan hingga ribuan ton sampah yang diproduksi.
Sampah-sampah tersebut berasal dari sisa penggunaan perusahaan ataupun rumah
tangga. Tidak semua sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), masih
banyak sampah yang berakhir di sungai yang nantinya akan mengalir ke laut.
disamping jalan yang nantinya akan dibakar, ada juga sampah yang hanya
ditinggalkan di tempat sampah sementara tanpa ada tindakan yang berkelanjutan.
Sejalan dengan kemajuan zaman hingga saat ini, Diapers dan pembalut sekali
pakai menjadi pilihan utama para ibu-ibu yang memiliki anak balita, wanita
menstruasi dan lanjut usia yang mengalami ketidakmampuan eliminasi secara
mandiri. Karena dapat memberikan kenyamanan beraktivitas dan tidak perlu repot
mencuci. Namun, tidak disadari bahwa sampah diapers dan pembalut dapat menjadi
pengancam kelestarian lingkungan karena mengandung bahan plastik yang bersifat
unbiodegradable. Jika dibiarkan tidak dapat terurai, jika dibakar bahan plastik yang
terkandung di dalamnya dapat menghasilkan dioksin yang bersifat karsinogenik dan
jika dibuang ke sungai dan terurai dalam air, senyawa Super Absorbent Polymer
(SAP) yang terkandung dalam pembalut dapat menyebabkan perubahan hormon pada
ikan. Terdapat cara pengelolaan limbah pembalut ini dengan mengolahnya menjadi
pupuk cair dan media tanam. Diharapkan pengolahan limbah ini dapat mengurangi
dampak buruk terhadap lingkungan
Diaper dan pembalut wanita sekali pakai memang tidak mungkin dipungkiri
untuk penggunannya di seluruh dunia, karena barang mudah didadapatkan, dibeli dan
praktis digunakan. Penggunaannya cenderung meningkat karena pertumbuhan
populasi di seluruh dunia. Selain itu, mayoritas masyarakat tidak mengolah sampah
diaper dan pembalut wanita bahkan membuang di tempat terbuka. Hal ini dapat
menyebabkan kontaminasi udara dan permukaan air sehingga menyebabkan
timbulnya penyakit seperti diare. Terlebih lagi, diaper dan pembalut sekali pakai tidak
mengalami degradasi dan ketika gas yang dibakar dari plastik dilepaskan ke udara.
Dampak paling nyata dari diaper dan pembalut sekali pakai terhadap lingkungan
adalah bahwa sampah tersebut dibuang dan tertumpuk setiap hari. Oleh karena itu,
kesadaran tentang pembuangan sampah diaper dan pembalut yang tepat adalah
strategi paling praktis yang dapat digunakan untuk mengelola pembuangan sampah.
DAFTAR PUSTAKA

Aishwariya, S. & Priyanka, P., 2020. A Riview on Convenience and Pollution Caused by
Baby Diapers. VNU-HCM Press: Science & Technology Development Journal,
Volume 23(3):694-707, pp. 694-707.
Badan Pusat Statistik, 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk. [Online]
Available at: http://www.bps.go.id [Accessed 28 October 2020].
Cordella, M. et al., 2015. Evolution of disposable baby diapers in Europe: life cycle
assessment of environmental impacts and identification of key areas of improvement.
Elsevier: Journal of Cleaner Production, Volume 95 (2015) 322-331, pp. 322-331
Edana, 2015. Baby Diapers and Incontine Productsa, Germany: Sustainability Report.
Firmansyah, T., Alfiah, T. & Caroline, J., 2020. Kualitas Paving Block dengan Campuran
Limbah Popok Bayi Sebagai Alternatif Pemanfaatan Limbah Padat. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan VIII: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya,
Issue 2686-0023, pp. 255-260.
Habibie, M. et al., 2019. Pemberdayaan Wanita Melalui Pelatihan Pembuatan Pembalut
Ramah Lingkungan di Dusun Jamb. Prosiding Konferensi Pengabdian Masyarakat,
1(2655-7711), pp. 75-79.
Hasibuan, R., 2016. Analisis Dampak Limbah/Sampah Rumah Tangga Terhadap
Pencemaran Lingkungan Hidup. Journal Imliah Advokasi, Volume 04, 01.

Havana, 2013. Cubans Recycle Disposable Diapers. [Online]


Available at: www.havanatimes.org [Accessed 28 October 2020].
Liana, A. W., M, A. & Asad, M., 2014. Laporan Akhir PKM-KCBAVA-PAD: Pembalut
Biodegradable. [Online] Available at:
https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/73741/laporanAkhir_G841
20072_.pdf. [Accessed 28 October 2020].
Mongabay, 2018. Situs Berita Lingkungan. [Online]
Available at: https://www.mongabay.co.id/2018/01/28/suarakan-bahaya-sampah-
popok-sungai-brantas-ke-kementerian-sampai-istana-presiden/ [Accessed 28
October 2020].
Mugadza, S., 2017. Options For The Management and Recycling of Disposable Diaper
Waste in Zimbabwe's Urban Area. International Open and Distance Learning
Journal, Volume 1(2).

Nasution, R. S., 2015. Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik. Journal of Islamic
Science and Technology, Volume 1.
Nema, 2011. Kenya State of Environment and Outlook 2010pg. Progress Printing Press
Co Ltd, Malta, pp. 154-155.
Puspita, N. F. S., 2019. Dampak Sampah Pembalut Terhadap Lingkungan. Journal PKM
GT, Volume 1, Juli.
Rahat, S., Sarkar, A. T., Rafie, A. A. & Hossain, S., 2014. Prospects of Diaper Disposal
and Its Environmental Impact on Populated Urban Area Like Dhaka City. 2nd
International Conference on Advances in Civil Engineering 2014 (ICACE-2014),
Volume ID: 0043, pp. 1-6.
Sudarni, D. H. A. & Nisa, N. I. F., 2019. Pelatihan dan Sosialisasi Pengolahan Limbah
Diapers Sebagai Media Tanam Di SMK AL-Inabah Ponorogo. Journal Hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNIPMA, pp. 391-393.
Veronica, C., 2019. Pembalut Wanita Sekali Pakai, Penyumbang Sampah yang Juga
Berdampak Buruk Bagi Lingkungan. [Online]
Available at: https://nationalgeographic.grid.id/read/131817950/pembalut-sekali-
pakai-penyumbang-sampah-yang-juga-berdampak-buruk-bagi-lingkungan
[Accessed 28 October 2020].
Wambui, K. E., Joseph, M. & Makindi, D. S., 2015. Soiled Diapers Disposal Practices
among Caregivers in Poor and Middle Income Urban Settings. International Journal
of Scientific and Research Publications, 5(10. ISSN 2250-3153), pp. 1-10.
Wibisono, A. F. & Dewi, P., 2014. Sosialisasi bahaya membuang sampah sembarangan
dan menentukan lokasi TPA di Desa Jagonayan. Journal Inovasi dan
Kewirausahaan, 3 (1)(2089-3086).

Anda mungkin juga menyukai