Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN PEMBIBITAN

“MANAJEMEN PEMBIBITAN POHON JATI”

KELOMPOK 5

Disusun Oleh:

1. Putri Andansari (1525010007)

2. Achmad Zulfikar (1525010022)

3. Nur Safira Firdaus (1525010023)

4. Faldy Ari Ramadhani (1525010033)

5. Fitria Rahmawati (1525010055)

6. Risalatul Mufidah (1525010130)

7. Elita Permata Sari (1525010151)

8. Muthoyibah (1525010156)

9. Amelia Lutmaul Fauziah (1525010171)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2018
I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini banyak ditemukan ekspoitasi pemanfaatan tumbuhan tanpa


memperhatikan efeknya terhadap pelestarian lingkungan. Adapun eksploitasi tumbuhan
tersebut dapat berupa pemanfaatan sebagian atau keseluruhan bagian tumbuhan tersebut.
Apabila kondisi tersebut tetap dibiarkan maka akan berdampak negatif terhadap
kelangkaan tumbuhan yang di eksploitasi secara besar- besaran bahkan kondisi terparah
adalah terjadi kepunahan pada tumbuhan tersebut.
Sektor perkebunan merupakan salah satu jalan untuk memperbaiki dan
mengembangkan perekonomian rakyat serta merupakan salah satu jalan guna tercipta nya
pembangunan nasional di Indonesia. Apalagi dimasa yang akan datang,akan terciptanya
perdagangan bebas, maka lebih dapat meningkatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan dapat
dimanfaatkan, salah satunya adalah tanaman jati. Tanaman ini dapat menambahkan devisa
negara dan menjadi salah satu komoditi ekspor serta dapat meningkatkan pendapatan
petani.
Salah satu tumbuhan yang dieksploitasi adalah tumbuhan Jati. Pohon Jati cocok
tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan per tahun. Besarnya
curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata
tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur
sedang dengan pH netral hingga asam.Tumbuhan Jati banyak dimanfaatkan untuk
perabotan rumah tangga, bahan bagunan dan lai sebagainya. Adapun daunnya dapat
dimanfaatkan untuk pembungkus makanan (misal ikan) karena merupakan polimer alami.
Tegakan jati yang sehat, tumbuh cepat, dan menghasilkan kayu yang berkualitas
dapat diperoleh dari benih yang induknya berkualitas (benih unggul). Benih yang unggul
akan menunjukkan pertumbuhan yang maksimal jika ditanam pada lahan yang sesuai bagi
pertumbuhannya.
Sebaliknya benih unggul dapat menghasilkan pertumbuhan yang kurang baik jika
ditanam pada lahan yang tidak sesuai. Karena itu, untuk mendapatkan bibit berkualitas
yang sesuai dengan lahan petani, dan sesuai dengan waktu penanaman, maka pengadaan
benih perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana cara pembibitan tanaman jati ?
b. Bagaimana planning, organizing, directing, actuating, dan controlling dalam
usaha pembibitan tanaman jati ?

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui cara pembibitan tanaman jati
b. Untuk mengetahui planning, organizing, directing, actuating, dan controlling
dalam usaha pembibitan tanaman jati.
II. PLANING

Perencanaan merupakan suatu kegiatan pandangan masa depan yang disusun dan
ditetapkan sebelum kegiatan tersebut berjalan. Tujuan perencanaan yaitu agar kegiatan
yang akan dilaksanakan berjalan dengan baik, teratur, terarah, dan dapat memperkecil
resiko kegagalan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yangmengarah ke masa
depan dan memutuskan tugas-tugas dari sumberdaya yang digunakan untuk mencapai
sasaran (Ariani, 2005).
Perencanaan pembibitan tanaman jati antara lain terdiri dari :

2.1 Persiapan Lokasi Pembibitan


Lokasi pembibitan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam usaha. Maka dari itu
penentuan lokasi harus disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman (dalam hal ini bibit)
yang akan diusahakan. Persyaratan lokasi pembibitan jati antara lain :
1. Lahan datar
2. Lahan terbuka dan mendapat sinar matahari yang cukup/langsung
3. Dekat dengan areal penanaman
4. Aman dari berbagai gangguan
5. Mudah diawasi
6. Dekat dengan sumber air
7. Drainase baik

2.2 Persiapan Media Tanam


Media tanam persemaian jati antara lain tanah harus memiliki porositas dan drainase
baik, pH 5-7, bebas dari batu dan kerikil. Media semai berupa campuran tanah dan kompos
dengan perbandingan 2:1, atau pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 2:3. Media
tanam sebaiknya diayak terlebih dahulu. Kemudian, media tanam dicampur secara merata
dan dijemur agar terlindung dari nematoda atau organisme pengganggu. Media tanam
kemudian dimasukkan pada polybag berukuran 10 x 15 cm.

2.3 Persiapan Bahan Tanam


Pembibitan tanaman jati dilakukan perbanyakan secara generatif melalui benih.
Benih dapat diperoleh dengan membeli dari sumber yang terpercaya, yaitu dari Balai
Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH). Benih yang dibeli harus benih unggul, bersertifikat,
dan harus memiliki kondisi ekologis (tinggi tempat, iklim, dan tanah) menyerupai lokasi
yang akan ditanami.
2.4 Persiapan Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembibitan jati antara lain cangkul, cetok, gembor, kayu
untuk naungan. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri atas benih jati, seresah daun,
polybag, tanah humus, pasir, pupuk, dan pestisida.

2.5 Perencanaan Tanam


Persemaian bibit jati memerlukan waktu 5-7 hari, yang kemudian disapih ke media
semai. Waktu keseluruhan untuk pembibitan jati hingga siap tanam di lahan yaitu 4-5
bulan. Pembibitan berkelanjutan dapat dilakukan setiap hari, dengan tidak menggunakan
alat dan bahan pembibitan secara bersamaan sehingga apabila ada konsumen
membutuhkan bibit maka akan selalu ada (sesuai dengan motto manajemen pembibitan
yaitu memproduksi bibit yang kompetitif).

2.6 Analisis Usaha Pembibitan Jati

2.6.1 Asumsi
1. Satu periode pembibitan jati terhitung selama empat bulan.

2. Lahan yang digunakan merupakan lahan sewa seluas 500 m².

3. Target produksi sebanyak 10.000 bibit.

4. Benih yang digunakan merupakan benih bersertifikat seharga Rp850.000/kg.

5. Persentase berkecambah benih sebesar 70%.

6. Persentase bibit siap tanam sebesar 80%.

7. Jumlah butir benih per kg sebanyak 1.500 butir per kg.

Kebutuhan benih = Target produksi : (persentase berkecambah x persentase bibit


siap salur x jumlah butir benih)
= 10.000 : (70% x 80% x 1.500)
= 11,9 kg
= 12 kg

8. Persentase kerusakan polibag sebesar 3%.


9. Jumlah polibag per kg sebanyak 1.000 buah.
Kebutuhan polibag = (jumlah bibit + (jumlah bibit x persentase kerusakan)) :
jumlah polibag/kg = (10.000 + (10.000 x 3%))/1.000
= 10,3 kg
= 11 kg
10. Media berupa tanah, arang sekam, dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1
11. Pembelian tanah menggunakan mobil colt berkapasitas 7 m³.

2.3.1 Rincian Biaya


1. Biaya investasi pembibitan jati

Harga satuan
Komponen Jumlah Satuan Total biaya (Rp)
(Rp)

Sewa lahan 500 m2 400.000 1 Tahun 400.000


Paranet 875.000 2 Gulung 1.750.000

Bambu 7.500 25 Batang 187.500

Pembuatan sumur 2.000.000 1 Paket 2.000.000

Pemasangan instalasi 250.000 1 Paket 250.000


listrik

Pompa air 750.000 1 Buah 750.000

Sprayer 350.000 1 Buah 350.000

Saung (barak) 1.000.000 1 Paket 1.000.000

Peralatan pertanian 350.000 1 Paket 350.000

Sungkup plastik 300.000 1 Paket 300.000

Total biaya investasi 7.337.500

2. Biaya tetap pembibitan jati per periode

Komponen Masa Harga Perhitungan Total Biaya


Pakai (Rp) (Rp)

Penyusutan sewa 12 400.000 4/12 x 133.333


lahan Rp400.000

Penyusutan 36 1.750.000 4/36 x 194.444


paranet Rp1.750.000

Penyusutan 12 187.500 4/12 x 62.500


bambu Rp200.000

Penyusutan 96 2.000.000 4/96 x 83.333


sumur Rp2.000.000

Penyusutan 60 250.000 4/60 x 16.667


instalasi listrik Rp250.000

Penyusutan 48 750.000 4/48 62.500


pompa air xRp750.000
Penyusutan 36 350.000 4/36 x 38.889
sprayer Rp350.000

Penyusutan saung 60 1.000.000 4/60 x 66.667


Rp1.000.000

Penyusutan 24 350.000 4/24 x 58.333


peralatan Rp350.000
pertanian

Penyusutan 36 300.000 4/36 x 33.333


sungkup Rp300.000

Total biaya tetap 750.000

3. Biaya variabel pembibitan jati per periode

Komponen Harga Jumlah Satuan Total


Satuan Biaya
(Rp)

Polibag 25.000 11 Kg 275.000

Kompos 10.000 50 Karung 500.000

Tanah 300.000 1 Bak 300.000

Arang sekam 10.000 20 Karung 200.000

Benih jati 850.000 12 Kg 10.200.000

Pupuk 3.000 70 Kg 210.000

Pestisida 100.000 1 Kg 100.000

Pembukaan lahan 100.000 1 Borongan 100.000

Biaya listrik 50.000 4 Bulan 200.000

Tenaga pengisian 50 10.000 Polibag 500.000


media

Tenaga penyapihan 25 10.000 Polibag 250.000

Biaya tenaga kerja 300.000 4 Bulan 1.200.000

Total biaya variabel 14.035.000

Total biaya operasional = Total biaya tetap + Total biaya variabel


= Rp733.333 + Rp14.035.000
= Rp14.785.000
2.3.2 Pendapatan dan Keuntungan per Periode
1. Pendapatan
Pendapatan = Jumlah bibit x harga jual
= 10.000 bibit x Rp3.000
= Rp30.000.000
2. Keuntungan
Keuntungan = Pendapatan—total biaya operasional
= Rp30.000.000—Rp14.785.000
= Rp17.215.000

2.3.3 Kelayakan Usaha


1. Rasio R/C
Rasio R/C = Pendapatan : Total biaya operasional
= Rp30.000.000 : Rp14.785.000
= 2,16
R/C lebih dari satu artinya usaha layak dijalankan. R/C 2,16 artinya setiap
penambahan modal sebesar satu rupiah akan memberikan pendapatan
sebesar Rp2,16.
Pay Back Period
Pay back period (titik balik modal atau titik impas) adalah perbandingan antara
total investasi dengan keuntungan yang diperoleh.
Pay back period = (Total biaya investasi : keuntungan) x 4 bulan
= (Rp7.187.500 : Rp14.785.000) x 4 bulan
= 1,7 bulan
III. ACTUATING

Actuating atau pengerahan adalah usaha seseorang untuk mengerahkan apa yang
dimilikinya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Actuating adalah implementasi
rencana, Actuating merupakan pedoman yang membuat urutan rencana menjadi tindakan.
Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana akan menjadi imajinasi atau impian yang tidak
pernah menjadi kenyataan. Atau dengan kata lain actuating merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengerahan
perencanaan dan penorganisasian dapat terlaksana dengan baik dan kegiatan yang
dilakukan dapat berjalan secara optimal sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Makna
actuating ada 2 berdasarkan:

Actuating dalam Sumber Daya Alam

Actuating: pelaksanaan yang dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan bagian


kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Melaksanakan perencanaan sumber daya
alam dengan tanggung jawa yang telah diberikan sebelumnya. Misalnya manajer
dalam bidang pengelolaan tanaman teh melaksanakan pekerjaannya. Dimulai dengan
melihat keadaan tamanam, tanah, cara pembibitan, pekerjan karyawan apakah sesuai
dengan prosedur apa tidak dan sebagainya


Actuating dalam Sumber Daya Manusia
Actuating : melaksanakan pekerjaannya dengan tepat sesuai dengan perancanaan,
prosedur dan bidang pekerjaannya. Dimana setiap anggota melaksanakan seluruh
pekerjaan yang telah ditetapkan dari penanaman hingga produksi hasil.. Haruslah
mencapai target dan tujuan sasaran industri berdasarkan kemampuan di bidang
karyawan/ anggota.

Adapun actuating dalam Manajemen Pembibitan Tanaman Jati (Tecnona grandis L)


ini adalah sebagai berikut:

3.1 Penanganan Benih


a. Benih yang sehat dan telah masak. Benih jati yang telah masak dicirikan dengan
warna cokelat gelap. Buah yang belum masak berwarna agak putih terang.
Kemudian benih dikeringkan dengan cara dijemur pada suatu areal datar untuk
mendapatkan sinar matahari secara langsung.
b. Penjemuran dilakukan selama 1-2 hari penuh pada cuaca cerah. Dengan cara ini akan
dihasilkan benih dengan kadar air sekitar 12%. Setelah kering, benih dibersihkan
dengan cara mengupas mahkotanya, dan memisahkan kotoran atau serasah yang
tercampur dalam benih. Benih yang sudah berlubang-lubang (bopeng) tidak selalu
menandakan bahwa benih tersebut berkualitas buruk. Benih seperti ini sering lebih
mudah berkecambah karena telah mengalami skarifikasi (penipisan kulit benih)
secara alami
c. Di dalam satu kg benih jati biasanya berisi sekitar 1.500 butir. Ukuran besar atau
kecil tidak menunjukkan baik atau buruknya mutu suatu benih. Benih yang telah
kering disimpan dalam wadah plastik. Ruang simpan hendaknya kering dan sejuk.
Jika memungkinkan gunakanlah ruangan ber-AC. Benih sebaiknya disimpan paling
lama 2 tahun

Benih jati merupakan jenis benih yang sulit berkecambah, karena kulit benihnya
sulit ditembus oleh air dan udara yang merupakan syarat utama untuk perkecambahan.
Agar benih jati cepat berkecambah, diperlukan kondisi dan perlakuan tertentu yang bisa
melunakkan kulit benih agar udaara dan air dapat masuk ke dalam benih. Perlakuan
tersebut dinaman perlakukan pendahuluan.
Caranya adalah sebagai berikut : Benih disterilkan (dibebaskan dari hama dan
penyakit) terlebih dahulu dengan cara dijemur sampai kering. Pilih salah satu cara
perlakuan pendahuluan berikut ini :

a. Benih direndam selama 3x24 jam dalam air mengalir, kemudian tiriskan benih
selama 2 hari

b. Benih direndam selama 3 hari dalam air tergenang yang selalu diganti setiap hari,
kemudian tiriskan benih selama 2 hari

c. Benih direndam dalam air dingin selama satu hari, kemudian benih dikeringkan
dengan dijemur dibawah terik matahari satu hari. Hal tersebut diulang kurang lebih
selama 4-5 hari
d. Benih setiap hari direndam dalam air dingin selama satu jam kemudian dipindah ke
dalam air panas selama 1 jam selanjutnya dikering-anginkan. Hal ini dilakukan
selama 1 minggu

e. Benih direndam dalam larutan Asam Sulfat pekat (H2S04) selama 15 menit,
kemudian dicuci dengan menggunakan air, dan tiriskan selama 1 malam

f. Benih direndam dalam air dingin selama dua malam kemudian dijemur dibawah
sinar matahari selama 1 hari

3.2 Persemaian Jati


Adapun langkah-langkah persemaian, antara lain:

a. Menyediakan media tabur yaitu pasir. Pasir yang baik tidak terlalu kasar atau
terlalu halus serta tidak banyak tercampur tanah. Media disterilkan dengan cara
dijemur sampai kering dan dicampur nematisida (racun pembunuh cacing).
Kemudian media tabur disiram air secara merata.

b. Benih yang telah diberi perlakuan pendahuluan dimasukkan ke media tabur, dengan
posisi bekas tangkai buah menghadap ke bawah. Benih ditanam sedalam diameter
benih, kemudian ditaburi pasir sehingga punggung benih terbenam sekitar 1-2 cm
di dalam media. Media ditutup dengan selapis jerami agar media tidak hanyut
ketika disiram air

c. Media disiram air, selanjutnya bedeng tabur ditutup sungkup plastik, namun jika
suhu sudah tinggi (misalnya cuaca cerah di musim kemarau) maka sungkup tidak
diperlukan. Bedeng tabur diperlihara dengan selalu dibersihkan dari gulma dan
disiram setiap hari agar media tidak sampai kering. Setelah lima sampai tujuh hari
sejak penaburan, maka benih di media tabur akan mulai berkecambah.
Perkecambahan biasanya tidak serentak, karena masih bisa dijumpai benih yang
berkecambah pada hari ke 100.

3.3 Penyapihan atau Transplanting Kecambah Bibit Jati


Menyiapkan media semai berupa campuran tanah humus (tanah lapisan atas) dan
kompos dengan perbandingan 2:1 atau pupuk kandang dan tanah humus (2:3) atau kompos,
tanah humu, dan sekam padi (2:1:1). Kemudian media dijemur dan dicampur dengan
fungisida (racun pembunuh jamur) agar steril, kemudian ditempatkan pada kantong semai.
a. Kecambah siap disapih setelah berumur 3-5 hari atau dicirikan dengan terbentuknya
sepasang daun muda yang belum membuka penuh. Penyapihan dapat dilakukan pada
waktu pagi (sebelum jam 10.00) atau sore (sesudah jam 15.00)
b. Untuk memudahkan penyapihan, media dibasahi terlebih dahulu. Media di sekitar
dan di bawah kecambah diangkat dengan menggunakan ranting atau bambu
berbentuk pipih untuk mengambil kecambah beserta akar-akarnya. Selanjutnya,
angkat kecambah dengan memegang daun atau lembaganya, kemudian langsung
ditanam pada media tanam yang telah dibasahi dan dilubangi.
c. Jika kecambah yang disapih jumlahnya banyak, kecambah tidak langsung ditanam
tetapi bisa ditampung dahulu di dalam wadah berisi air. Siramlah media dan benih
dengan pancaran air yang halus.
d. Setelah bibit berumur 4-5 bulan, bibit siap ditanam di lapang

3.4 Tempat( Place )

a. Tempat produksi : lahan fakultas pertanian Universitas Pembangunan Nasional


“ Veteran” Jawa Timur.
Pembibitan benih jati dilakukan melalui 2 tahap yaitu :
• Tahap pre nursery yaitu tahap perkecambahan benih dilaksanakan di dalam
grend house atau di dalam ruang ber paranet 70% yang berfungsi untuk
menjaga kelembapan.Tempat perkecambahan benih jati yaitu bedengan
dengan ukuran 1× 10meter untuk 30 kg biji jati .
• Tahap main nursery yaitu Sistem pembibitan yang dilakukan pada media
polybag. Polybag yang berisi media tanam harus tetap terjaga kelembabannya
agar perkecambahan yang diperoleh berhasil dengan baik. Kecambah jati di
transplantingkan ke dalam polybag yang sudah berisi media tanam .
b. Desain para net untuk pembibitan jati
3.5 Tempat Penjualan
Skala usaha kecil menengah, di mana hasil produksi bibit tanaman jati pemasarannya
dilakukan dilingkungan tempat usaha dan pemilik lahan yang ingin mengusahakan
lahannya dengan tanaman jati atau bekerjasama dengan sebuah perusahaan kayu yang
membutuhkan bibit untuk bahan tanam di lahan tersebut.

3.6 Promosi (Promotion)


Pemasaran bibit jati diaplikasikan secara offline dan online. Benih yang telah
menjadi bibit siap tanam tersebut dipasarkan di daerah sekitar pembibitan atau biasa
disebut lokal. Pemasaran yang digunakan dengan cara pembeli atau langganan yang
langsung datang ke tempat pembibitan. Juga mempromosikan pada perhutani yang ada
disekitar Surabaya.
Strategi atau cara pemasaran bibit jati melalui media internet ini akan mampu
memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan omset penjualan. Karena dari internet,
akan dengan mudah mendatangkan calon pembeli secara langsung untuk menawar produk
bibit jati.

3.7 Pemasaran
Pemasaran pembibitan kayu jati ini dilakukan pada daerah sekitar Surabaya dan akan
menjangkau wilayah sekitar Jawa Timur melalui media sosial dan pendekatan melalui CV
atau PT yang telah ada di daerah sekitar Surabaya, dengan bertujuan supaya kami dapat
beradaptasi dengan pesaing yang telah ada di pasaran saat ini. Selain itu, juga mendatangi
Perhutani disekitar Surabaya yang membutuhkan bibit jai dalam jumlah yang banyak.
Kami juga melakukan survei harga supaya kami dapat bersaing dengan pasar dan
juga kami akan meningkatkan kualitas dari jati yang kami pergunakan dimana supaya jati
yang kami pergunakan memiliki kelebihan atau keungulan dari pesaing yang telah ada saat
ini.
IV. ORGANIZING

ORGANISASI
USAHA PEMBIBITAN POHON JATI

Pemilik Usaha
Achamad Zulfikar

Kepala Bagian Kepala Bagian Keapala Bagian


Keuangan Produksi Pemasaran
Putri Andansari
Elita Permata Fitria Rahma

Asisten Bagian Asisten Bagian


Keuangan Pemasaran
Faldy Ari Ainur Rofiq

Asisten Asisten Asisten Asisten


Produksi Produksi Produksi Produksi
Amelia Muthoyibah Nur Safira Risalatul Mufidah

Pemilik Usaha :

• Bertanggung jawab atas kelancaran keseluruhan proses produksi dan pemasaran


pembibitan pohon jati.
• Menciptakan sistem produksi dan pemasaran pembibitan pohon jati serta
menetapkan kebijakan-kebijakan yang dibantu para manjernya.
• Mengawasi dan mengontrol bagian keuangan dalam proses pembibitan pohon jati.
yang dibantu oleh manajer keuangan.

Bagian Keuangan :

• Membuat perencanaan anggaran dana untuk produksi pembibitan pohon jati.


• Membuat anggaran dana biaya promosi sebagai sarana pemasaran pembibitan
pohon jati.
• Mengevaluasi hasil penjualan dari pembibitan pohon jati.
• Melaporkan rincian pemasukan dan pengeluaran dana untuk pembibitan pohon jati.
• Bertanggungjawab untuk melakukan analisis keuangan dan memiliki pertanggung
jawaban penuh pada pemiliki usaha.
Bagian Produksi :

• Bertanggungjawab terhadap kelancaran produksi secara keseluruhan dan


memastikan produk yang dihasilkan dalam kondisi baik dan layak untuk
dipasarkan.
• Memproduksi bibit pohon jati yang siap untuk dibudidayakan.
• Mengontrol hasil produksi dan melakukan inovasi dalam pembibitan pohon jati.
• Menyeleksi hasil produksi sebelum dipasarkan agar dapat mengontrol bibit pohon
jati yang akan dijual.

Bagian Pemasaran :

• Merencanakan strategi pemasaran yang akan digunakan untuk meningkatkan


penjualan bibit pohon jati.
• Bertanggung jawab atas pemasaran produk yang dihasilkan beserta
pendistribuannya hingga sampai pada konsumen tanpa masalah.
• Memberikan pelayanan yang baik agar konsumen puas dengan bibit pohon jati
yang dijual.
V. DIRECTING

Directing atau pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan oleh orang
banyak pada waktu yang sama dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
dan terdapat pada jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
yang dapat menimbulkan pemborosan.
Pada hakikatnya pengarahan ini mengandung kegiatan motivasi (motivating).
Kegiatan motivasi ini sebenarnya terdapat pada kegiatan directing sebagai sebuah fasilitas
atau sarana melakukan pengarahan terhadap para personel dalam organisasi. Jenis
pengarahan terdiri dari 3 yaitu:
• Orientasi
Memberikan informasi yang perlu agar kegiatan usaha budidaya pembibitan jati dapat
dilaksanakan dengan baik. Orientasi ini bisa dilakukan kepada pegawai dengan tujuan
untuk memberikan pengenalan dan pengertian tentang masalah yang terjadi di suatu
perusahaan mengenai budidaya pembibitan jati.
• Perintah
Permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan
atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu mengenai budidaya
pembibitan jati.
• Delegasi Wewenang
Pemimpin melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimiliki kepada bawahan.
• Contoh pengarahan:
Menjelaskan tujuan usaha budidaya pembibitan jati kepada para
karyawan/pegawai Mengelola dan mengajak para bawahan untuk bekerja
semaksimal mungkin. Membimbing bawahan untuk mencapai SOP.
Memberikan hak untuk mendengarkan pendapat demi memajukan usaha budidaya
pembibitan jati
Memperbaiki usaha budidaya pembibitan jati dipandang dari sudut hasil pengendalian.
VI. CONTROLING (PENGAWASAN)

Pengawasan atau controling yaitu suatu kegiatan mengamati sekaligus mengontrol


segala proses produksi yang ada didalam perusahaan dari lini terbawah hingga lini teratas,
agar segala bentuk penyimpangan dapat sesegara mungkin tertangani.Prinsip pengawasan
ada tujuh, yaitu :
a. Mencerminkan sifat dari apa yang diawasi
Maksudnya adalah pengawasan memiliki fungsi dan tujuan yang sama terhadap apa
yang akan diawasinya, contohnya adalah pengawasan terhadap pembiayaan usaha
yang sama-sama menghindari dari kerugian usaha pembibitan.
b. Dapat diketahui segera penyimpangan yang terjadi
Pengawasan memiliki fungsi yang salah satunya adalah mengetahui dan
mengidentifikasai berbagai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam usaha
pembibitan, sehingga penyimpangan tersebut lebih cepat terselesaikan dan dihindari
dan dapat sesegera mungkin terselesaikan.
c. Fleksibel
Artinya pengawasan itu tidak bersifat kaku. Pengawasan harus selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan produksi suatu usaha pembibitan.
d. Mencerminkan pola organisasi
Pengawasan dapat mencerminkan pola dan struktural organisasi karena pengawasan
tersebut berada dalam organisasi, yang dapat membantu kinerja organisasi tersebut.
e. Ekonomis
Karena pengawasan itu sangat dekat dan menyangkut kepada masalah biaya, maka
pengawasan itu juga dapt menghemat suatu proses produksi usaha pembibitan.
f. Mudah dipahami
Pengawasan itu mudah dipahami karena kegiatan pengawasan pada akhirnya akan
dilaporkan kepada atasan, sehingga mudah dituntut untuk mudah dipahami.
g. Dapat segera diadakan perbaikan
Berkaitan dengan prinsip pengawasan no. b bahwa pengawasan harus dapat
mengetahui penyimpangan yang terjadi, sehingga dari kegiatan pengawasan tersebut
harus dapat sesegera mungkin memberikan solusi yang baik untuk perbaikan-
perbaikan penyimpangan yang telah terjadi.
Proses pengawasan dalam Usaha Pembibitan Jati
Pengawasan dilakukan dengan menggunakan cara dengan melakukan pengawasan
langsung ditempat, sehingga apapun yang diawasi oleh seorang pengawas dapat terlihat
langsung dan sesuai dengan sebenernya. Pengawasan langsung ditempat dinyatakan lebih
efektif dan efisien karena dapat meminimalisir biaya yang keluar selain itu data-data yang
diperoleh sangat akurat karena dapat dibuktikan dan sesuai dengan kenyataan. Sebenarnya
Usaha Pembibitan Tanaman Jati bisa saja tidak hanya memiliki satu cara dalam
pelaksanaan pengawasan juga memiliki beberapa cara lain yang salah satunya adalah
dengan menggunakan cara laporan tertulis, hal ini ditempuh demi memudahkan dalam
pengarsipan proses-proses kinerja usaha pembibitan. Laporan tertulis juga dapat membantu
ketika seseorang pemilik usaha, karena seluruh proses produksi telah tercatat.
Pengawasan yang sebaiknya dilakukan usaha pembibitan adalah Pengawasan dilihat dari
segi objek disebut juga pengawasan administratif dan operatif. Contoh pengawasan
administratif ialah pengawasan pembiayaan, inspeksi dan pengawasan order dan
pengawasan kebijaksanaan. Pengawasan dilihat dari segi objek juga merupakan
pengawasan terhadap produksi, keuangan, aktivitas karyawan dan sebagainya.
• Pengawasan terhadap produksi, pengawasan ini dipusatkan kepada proses produksi
dari barang mentah hingga menjadi barang siap jual atau dipasarkan, yang
kesemuanya itu akan dilaporkan. Pengawasan ini akan dilakukan leh kepala bagian
produksi serta diketahui langsung oleh pemilik usaha. Sehingga keseluruhan
tanggung jawab produksi akan dipertanggungjawabkan kepada kepala bagian
produksi dan laporannya akan diserahkan kepada pemilik usaha.
• Pengawasan terhadap keuangan, pengawasan ini biasanya hanya memusatkan diri
kepada masalah keuangan perusahaan, yang dilaksanakan oleh bidang keuangan.
Bagian ini mengawasi setiap uang yng keluar masuk perusahaan.
• Pengawasan terhadap aktivitas karyawan, pengawasan ini hanya mengawasi
tingkah laku karyawan, kinerja dari karyawan perusahaan, hingga kemampuan
mereka untuk berproduksi. Untuk pengawasan ini dilakukan langsung oleh pemilik
usaha pembibitan.
Pengawasan dengan cara ini lebih terstruktur dan efektif mengingat suatu perusahaan
begitu banyak oranisasi-organisasi (lini) yang menaungi program kerja masing-masing
sehingga pengawasan lebih tersusun rapi. Pemilik usaha akan menerima laporan dari tiap-
tiap kepala bagian yang telah melakukan pengawasan, kemudian akan memberikan
keputusan terhadap hasil laporan pengawasan tersebut. Apabila terdapat beberapa
penyimpangan maka pemilik usaha akan memberikan instruksi kepada kepala bagian untuk
melakukan perbaikan, dan jika tidak ditemui penyimpangan yang tidak diinginkan maka
proses produksi dapat berlanjut kembali.
VII. ANALISA SWOT

STRENGHT
a. Di pasaran harga jual jati tinggi jika dibandingkan dengan jenis kayu lainnya

b. Untuk pembibitan tidak membutuhkan lahan yang luas (500 m2 dapat digunakan
untuk 10.000 bibit)
c. Periode panen pembibitan cepat yakni 4-5 bulan dari penyemaian

WEAKNESS
a. Keterbatasan modal untuk pemula usaha pembibitan jati
b. Relasi pemasaran yang kurang untuk yang baru memulai usaha

OPPORTUNITY
a. Permintaan jati yang selalu meningkat
b. Konsumsi masyarakat perkapita yang meningkat sehingga memiliki pemikiran untuk
investasi jati
c. Pemasaran yang luas karena didukung kemajuan teknologi informasi
d. Terbukanya pasar ekspor

THREAT
a. Banyak pesaing dalam usaha pembibitan jati
b. Usaha mudah ditiru karena tidak membutuhkan teknik khusus
KESIMPULAN

• Actuating atau pengerahan adalah usaha seseorang untuk mengerahkan apa yang
dimilikinya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya
• actuating ada 2 berdasarkan:
1. Actuating dalam Sumber Daya Alam
Actuating : pelaksanaan yang dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan bagian
kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Melaksanakan perencanaan sumber daya
alam dengan tanggung jawa yang telah diberikan sebelumnya.
2. Actuating dalam Sumber Daya Manusia
Actuating : melaksanakan pekerjaannya dengan tepat sesuai dengan perancanaan,
prosedur dan bidang pekerjaannya. Dimana setiap anggota melaksanakan seluruh
pekerjaan yang telah ditetapkan dari penanaman hingga produksi hasil.. Haruslah
mencapai target dan tujuan sasaran
• Directing atau pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan oleh orang banyak
pada waktu yang sama dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan
terdapat pada jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
yang dapat menimbulkan pemborosan.
• Perencanaan merupakan suatu kegiatan pandangan masa depan yang disusun dan
ditetapkan sebelum kegiatan tersebut berjalan. Tujuan perencanaan yaitu agar kegiatan
yang akan dilaksanakan berjalan dengan baik, teratur, terarah, dan dapat memperkecil
resiko kegagalan
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1996. Teknik Pembuatan Tanaman Jabon, Direktorat Hutan Tanaman


Industri, Dephut Jakarta.

Anonimous. 1999, Materi Penyuluhan Kehutanan, Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan dan
Perkebunan, Dephut Jakarta.

Ariani, Dorothea Wahyu. 2005. Manajemen Kualitas (Pendekatan Sisi Kualitatif). Jakarta:
Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai