Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Amrullah M
8136173002
PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS A (REGULAR)
PROGRAM PASCASARJANA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
penulis nikmat Iman, kesehatan, serta keselamatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Kultur Jaringan yang berjudul
Kultur Jaringan Tumbuhan Perbanyakan Jeruk Secara In Vitro.
Makalah ini berisi 3 bab yakni bab 1 berupa pendahuluan yang merupakan
uraian gambaran umum dari kultur jaringan. Bab 2 berupa pembahasan dari kultur
jaringan berupa sejarah kultur jaringan, pengertian kultur jaringan, media serta
alat yang digunakan dalam kultur jaringan dan aplikasi kultur jaringan tumbuhan.
Dan bab 3 berupa kesimpulan yang berupa ringkasan dari pembahasan.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan
Medan, 03 Desember 2014
Amrullah M
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kultur Jaringan Tumbuhan 4
3.1 Kesimpulan 56
DAFTAR PUSTAKA iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Meski Indonesia disebut sebagai daerah asli jeruk besar, namun negara yang
dikenal sebagai pusat pengembangan jeruk besar justru Thailand. Hal ini
disebabkan karena usaha pertanaman kebun jeruk di Indonesia kurang didukung
oleh penggunaan bibit yang bermutu. Saat 1 ini, penyediaan bibit jeruk besar
dilakukan dengan persemaian benih dan okulasi. Kelemahan dari bibit hasil
persemaian benih yaitu tidak dapat diperoleh dalam jumlah banyak, sedangkan
bibit hasil okulasi seringkali mengalami inkompatibilitas sehingga proses
2
Untuk meningkat produksi jeruk ini dibutuhkan bibit yang baik dan unggul
untuk mendapatkan bibit unggul ini dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan.
Dalam budidaya tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian
zat pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan
inokulum awal yang ditanam dalam media perlu diperhatikan karena
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut menjadi bibit
yang baru.
1.3 Tujuan
Prinsip dasar kultur jaringan berpegangan pada teori sel dari Schwan dan
Schleiden pada tahun 1838. Teori sel atau yang lebih dikenal dengan teori
totipotensi menyatakan bahwa setiap sel tanaman hidup mempunyai informasi
genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman utuh jika kondisinya sesuai. Teori ini menjadi dasar
dari spekulasi Haberlandt pada awal abad ke-20 yang menyatakan bahwa jaringan
tanaman dapat diisolasi dan dikultur hingga berkembang dengan tanaman normal
dengan melakukan manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan nutrisinya.
Namun teknik kultur jaringan yang diungkapkan pada teori tersebut mengalami
kegagalan. Tetapi pada tahun 1907-1909 Harrison, Burrows dan Carrel berhasil
mengkulturkan jaringan hewan dan manusia secara in vitro (Zulkarnain, 2009).
Kultur jaringan tanaman pertama kali berhasil dilakukan oleh White pada
tahun 1934 yakni kultur akar tanaman tomat. Pada tahun 1939, White melaporkan
keberhasilannya dalam membuat kultur kalus dari wortel (animasi kultur kalus
wortel) dan tembakau. Pada tahun 1957, tulisan penting Skoog dan Miller
dipublikasikan dimana mereka menyatakan bahwa interkasi kuantitatif antara
auksin dan sitokinin menentukan tipe pertumbuhan dan morfogenik yang akan
terjadi. Penelitian mereka pada tembakau mengindikasikan bahwa perbandingan
auksin dan sitokinin yang tinggi akan menginduksi pengakaran, sedangkan rasio
sebaliknya akan menginduksi pembentukan tunas. Akan tetapi pola respon ini
tidak berlaku universal (Tri Hanggono A.,2009).
Tahun Peristiwa
1964 Produksi tanaman Datura haploid dari kultur serbuk sari untuk
pertama kalinya dan regenerasi tunas dan akar pada jaringan
kalus tanaman Populus tremuloides.
1976 Inisiasi pucuk dari eksplan tunas tanaman anyelir yang berasal
dari penyimpanan pada suhu rendah (kreopreservasi).
Hibridisasi antarspesies melalui peleburan protoplas pada
tanaman Petunia hybrida dan P.parodii. Sintesis dan
perombakan oktopin dan nopalin diketahui dikontrol secara
genetis oleh Ti-plasmid Agrobacterium tumefaciens.
Skoog dan Miller mengemukakan bahwa regenerasi tunas dan akar in vitro
dikontrol secara hormonal oleh ZPT sitokinin dan auksin. Organogenesis adalah
proses terbentuknya organ seperti tunas atau akar, baik secara langsung dari
permukaan eksplan atau secara tidak langsung melalui pembentukann kalus
terlebih dahulu.
1. Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar dan
sesuai. Implikasi dari totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam sel.
Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi yang
mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik.
Saat ini teknik kultur jaringan tumbuhan bukan hanya sebagai sarana
untuk mempelajari aspek-aspek fisiologi dan biokimia tanaman saja, tetapi sudah
berkembang menjadi metode untuk berbagai tujuan yakni :
b. Pebaikan Tanaman
d. Transformasi Genetik
Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus manfaat
dari kultur jaringan antara lain:
1. Kultur meristem
2. Kultur protoplasma
Protoplas adalah sel dalam keadaan telanjang. Fusi protoplas (yang terjadi
didalam sel tanpa campur tangan manusia) adalah proses alamiah yang terjadi
pada tumbuhan rendah sampai tingkat tinngi. Pada proses pembuahan terjadi
penyatuan gamet jantan (sub protoplas) dengan gamet betina (protoplas) menjadi
zigot (hibrida seksual). Sel-sel tanaman tingkat tinggi berhubungan satu dengan
lainnya melalui plasmodesmata, hubungan sel melalui plasmodesmata ini
merupakan fusi protoplas dengan protoplas terapi terjadi secara alamiah.
Sumber protoplas yang umum untuk diisolasi adalah : daun (paling sering
digunakan), pucuk, buah, akar, nodul akar. Jaringan mesofil daun (diutamakan
berasal dari in-vitro) yang paling mudah diisolasi karena susunannya yang jarang
sehingga penetresi enzim lebih cepat.
3. Kultur Kalus
Kalus adalah kumpulan masa sel yang amorphus yang terdiri dari sel-sel
atau jaringan-jaringan yang membelah diri terus menerus. Kalus tersusun oleh sel-
sel parenkim yang mana ikatannya dengan sel lainnya sangat rengggang. Jaringan
ini belum mengalami deferensiasi lanjut. Untuk menginduksi terbentuknya tunas
diperlukan media regenerasi dengan modifikasi ZPT.
Medium yang digunakan untuk kultur kalus adalah medium dasar dengan
modifikasi ZPT. Umumnya digunakan auksin 2,4-0, kadang-kadang digunakan
bahan organik kompleks seperti sari pisang, air kelapa.
Subkultur dapat dilakukan ke media yang sama atau media regenerasi. Hal
ini tergantung kepada tujuan subkultur tersebut. Untuk tujuan menghasilkan
senyawa atau metabolit sekunder maka jangan menggunakan media regenerasi.
Namun subkultur yang berulang-ulang dengan sumber eksplan yang terdiri dari
sel-sel yang heterogen yang dapat menyebebkan perubahan berupa :
Kalus yang baik adalah kalus yang uriable dan mempunyai spot-spot hijau
pada permukaan atasnya. Kalus yang padat akan sulit beregenerasi membentuk
emrio somatik dan tunas.
4. Kultur Suspensi
Sumber protoplas
Perlakuan dengan mutagen kimia, penyakit dan lain-lain.
Memproduksi metabolit sekunder
Untuk keperluan seleksi in vitro dalam pemuliaan tanaman
5. kultur anther/haploid
Kultur anther (anther culture) sering juga disebut kultur haploid jika
serbuk sari yang digunakan sebagai sumber eksplan maka disebut kultur serbuk
sari (polen culture). Kultur serbuk sari ini lebih tepat disebut kultur haploid
dibanding dengan kultur anther. Kultur haploid lain adalah kultur ovul, dimana
sebagai sumber eksplannya adalaah ovul. Kultur haploid adalah kultur yang
menghasilkan tanaman haploid. Tanaman haploid adalah tanaman yang memiliki
jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom gamet (N).jadi tidak
harus sama dengan kromosom dasar. Untuk tanaman diploid (2N), jumlah
kromosom gamet (N) adalah sama dengan kromosom dasar, tetapi untuk tanaman
tetraploid (4N) maka jumlah kromosom gamet adalah 2 kali kromosom dasar
(N=2X). Dengan demikian istilah haploid pada tanaman tetraploid dibedakan atas
dihaploid (N=2X) dan monohaploid (N=X)
Media yang baik harus selalu berada pada PH yang optimal yaitu 5,5 5,8.
Selain itu, harus dibuat dalam tempat steril, autoclave sering dipakai untuk
sterilisasi dalam pembuatan media kultur jaringan.
22
B. Zat-Zat Organik
Gula
Gula diberikan pada medium kultur jarinagan berfungsi untuk sumber
energy yang diperlukan untuk induksi dan pertumbuhan sel, kalus, tunas
tanaman.
Myo-inositol
Myo-inositol ditambahkan pada medium untuk membantu differensiasi
dan pertumbuhan jaringan. Myo-inositol merupakan perantara pada
perubahan glukosa menjadi asam galakturonat, juga berperan sebagai
precursor untuk pembentukan pektin dan penyusunan dinding sel.
Vitamin
Vitamin ditambahkan pada medium untuk mempercepat pertumbuhan dan
differensiasi kalus, serta menurunkan stress tanaman/eksplan. George dan
Sherringtone mengungkapkan beberapa macam vitamin yang umum
digunakan pada berbagai macam medium dasar antara lain : Thiamin-HCl,
Nicotinic, Acid, Pyridoxin HCl, Ca D-Pantotenate, Biotic, Folic, dan lain-
lain.
Asam-asam Amino
Asam amino merupakan sumber N organik yang lebih cepat diambil
daripada N anorganik didalam medium yang sama. Sumber N yang
berbeda ini, akan memberikan pengaruh yang berbeda juga. Adapun asam-
asam amino yang sering digunakan pada medium dasar, pada umumnya
adalah : L-Argarin, L-Apartic acid, L-Cystein, L-Glutamate, L-Asparagin,
L-Methionine, L-Tyrosine, Glycine.
Zat Pengatur Tumbuh
Merupakan komponen yang dibutuhkan untuk pembuatan media.
23
PH Media
Bahan Pemadat
Arang Aktif
Arang aktif merupakan arang yang dihasilkan dari proses pemanasan yang
menggunakan uap atau udara yang panas. Bahan ini dapat mengabsorbsi berbagai
bahan(zat). Banyak digunakan dalam medium inisiasi, regenasi, dan pengakaran
tanaman kultur.
1) Pembuatan media
26
2) Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas.
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
Konsep hormon yang dikembangkan oleh para ahli fisiologi hewan bahwa
hormon adalah bahan bukan nutrisi yang aktif dalam konsentrasi rendah dapat
termasuk baik senyawa-senyawa organik maupun ion-ion anorganik.
28
A. Auksin
IAA dan auksin lain berperan pada berbagai aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Beberapa aspek diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Pembesaran Sel
Studi mengenai pertumbuhan koleoptil menunjukkan bahwa IAA dan
auksin-auksin yang lain mendorong pembesaran sel tersebut. Perpanjangan
koleoptil atau batang merupakan hasil dari pembesaran sel tersebut.
Penyebaran yang tidak sama dari auksin ini menyebabkan pembesaran sel
yang tidak merata dan terjadi pembengkokan dari koleoptil atau organ
tanaman (geotropisma dan fototropisma.
b. Penghambatan mata tunas samping
Pertumbuhan dari mata tunas samping dihambat oleh IAA yang diproduksi
pada meristem apical yang diangkut secara basepetal. Konsentrasi auksin
yang tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas tersebut. Jika sumber
auksin ini dihilangkan dengan jalan memotong meristem apical itu maka
tunas samping ini akan tumbuh menjadi tunas.
c. Absisi (pengguran daun)
Pengguran daun terjadi sebagai akibat dari proses absisi (proses-proses
29
fisik dan biokimia) yang terjadi didaerah absisi. Daerah absisi adalah
kumpulan sel yang terdapat pada pangkal tangkai daun. Proses absisi ada
hubungannya dengan IAA pada sel-sel didaerah absisi.
d. Aktivitas daripada kambium
Pertumbuhan sekunder termasuk pembelahan sel-sel di daerah kambium
dan pembentukan jaringan xylem dan floem dipengaruhi oleh IAA.
Pembelahan sel-sel di daerah kambium dirangsang oleh IAA.
e. Pertumbuhan akar
Selang konsentrasi auksin untuk pembesaran sel-sel pada batang, menjadi
penghambat pada pembesaran sel-sel akar. Selang konsentrasi yang
mendorong pembesaran sel-sel pada akar adalah sangat rendah.
B. Giberelin
GA yang paling umum adalah GA, GA3-8, dan GA17-20. Jadi GA hukan saja hasil
metabolisme dari cendawan dengan pengaruh fisiologis yang menarik pada
tumbuh-tumbuhan, tetapi juga merupakan zat pengatur tumbuh yang endogen.
GA ini terdapat pada berbagai organ dan jaringan tumbuhan seperti akar,
tunas, mata tunas, daun, bunga, bintil akar, buah dan jaringan kalus.
30
Telah diselidiki juga bahwa proses dormansi dari beberapa biji dan mata tunas
dapat dihilanhgkan dengan pemberian GA. Pada biji-biji tersebut
perkecambahan dapat diawali dengan naiknya kadar GA endogen biji. Pada
biji-biji tersebut dormansi disebabkan oleh rendahnya kadar GA endogen
sehingga dormansi dapat diatasi dengan pemberian GA eksogen. Mekanisme
yang serupa juga terdapat pada mata tunas tidur (dorman).
C. Sitokinin
Baik efek yang menghambat maupun efek yang mendorong proses pembelahan
sel oleh sitokinin tergantung oleh adanya fitohormon lainnya terutama auksin.
D. Etilen
Etilen adalah suatu gas dari pembakaran gas yang tidak sempurna dari
senyawa-senyawa yang kaya akan ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi
dan gas alam. Merupakan komponen dari asap-asap yang dikeluarkan oleh
kendaraan-kendaraan bermotor dan industri-industri yang mempergunakan bahan
bakar gas.
E. Asam Absisat
Tempat produksi atau lokasi hormon asam absisat pada tumbuhan yaitu di
daun, batang, akar dan buah hijau. Fungsi utama asam absisat yaitu menghambat
pertumbuhan, menutup stomata selama kekurangan air, menghambat pemutusan
dormansi.
Pada daun, ABA berada pada 3 bagian sel yang berbeda, yakni : (1) pada
sitosol, dimana disintesis, (2) pada kloroplas dimana ABA diakumulasikan, dan
(3) pada dinding sel. Para ahli fisiologi berpendapat bahwa ABA dapat
merangsang penutupan stomata adalah ABA yang berada pada dinding sel. ABA
pada dinding sel ini berasal dari sel-sel mesofil daun tempat di mana ABA ini
disintesis. 33
Asam Absisat diangkut oleh tumbuhan secara alami melalui xilem floem
dan parenkim baik itu naik atau turun, proses pengangkutan menuju daun dalam
penutupan stomata dari akar menuju floem yang dekonsentrasi pada daun yang
dapat dipengaruhi oleh tingkat kegaraman yang tinggi. Begitupun dari daun
menuju akar dan menuju batang dalam penghambatan penambahan panjang dan
lebar batang pada tanaman.
Hormon Asam Absisat pada tumbuhan dapat diperoleh dengan cara alami
melaui proses di dalam tumbuhan itu sendiri (endogen) dan melalui pemberian
dari luar oleh campur tangan manusia (eksogen). Namun secara alami tumbuhan
dapat menghasilkan hormon Asam Absisat di dalam tubuhnya walaupun tidak
dalam jumlah yang besar dengan beberapa proses yaitu :
Cara kerja dari asam absisat ini seperti merangsang penutupan stomata
pada waktu kekurangan air, mempertahankan dormansi dan biasanya terdapat di
daun, batang, akar, buah berwarna hijau. Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi
baik di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun.
Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas
(kegaraman tinggi). Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA
34
dalam siklus hidupnya. Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem,
sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar
daun.
Daun dan buah pada tumbuhan dapat menjadi rontok karena adanya
pengaruh kerja hormon Asam Absisat (ABA). hormon ini menghambat
pertumbuhan dan pembelahan sel. karena itu, jika hormon ini bekerja, proses yag
terjadi di dalam sel akan berkurang dan kelamaan akan berhenti. berhentinya
aktivitas sel, berarti juga berhentinya asupan nutrisi ke dalam sel tumbuhan
tersebut, sehingga, bagian tumbuhan seperti daun akan kekurangan nutrisi, dan
kering karena penguapan terus terjadi, namun tidak ada asupan air, dan kelamaan
daun akan rontok.
Gambar : Tumbuhan kekeringan tanpa asam absisat (atas) dan cambah (A) yang tumbuh cepat
dengan ditiadakannya asam absisat (bawah)
Biji yang sedang berkembang konsentrasi ABA sangat tinggi (100 x) ; lalu
semakin menurun seiring dengan semakin dewasanya biji karena tumbuhan sudah
semakin kuat dan dapat menghasilkan makanan dalam jumlah besar serta
penyerapan air yang lebih optimal melalui akar.
1. Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
Kerugian
1. Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara
luar
2. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
6. Mahal
1. Ruangan Analisa/Serbaguna
Alat-alat dan bahan yang ada di ruangan analisa, antara lain adalah
Gambar-gambar informasi tentang kultur jaringan
Bahan-bahan media(di dalam lemari)
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengamatan hasil kultur
jaringan(milimeter blok, jangka sorong, mistar) biasanya disimpan
di lemari
2. Ruangan Sterilisasi
Ruangan sterilisasi adalah ruangan tempat dimana seluruh alat kultur
jaringan dibersihkan. Sebaiknya ruangan sterilisasi dibagi dua bagian, yaitu
ruangan pertama digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terkontaminasi,
ruangan kedua digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terkontaminasi.
Untuk mensterilkan alat yang tidak terkontaminasi alat yang dibutuhkan di dalam
ruangan ini adalah wastafel dan autoklaf.
Untuk mensterilakan alat-alat atau botol yang terkontaminasi haruslah
dipisahkan ruangan dan peralatan yang digunakan. Pada laboratorium berskala
besar, ruangan ini dilengkapi dengan autoklaf yang khusus digunakan untuk
mensterilkan botol yang terkontaminasi, jadi botol-botol yang berisi tanaman yang
terkontaminasi terlebih dahulu di autoklaf sebelum dicuci secara bersih di
wastafel.
Pengalaman penulis selama melakukan penelitian, alat-alat yang
digunakan untuk mencuci botol yang terkontaminasi haruslah dibedakan atau
dipisah deangan alat untuk mencuci botol yang tidak terkontaminasi, baik kain
pencuci, batang kayu dan wadahnya.
Jika kita tidak memiliki autoklaf dalam jumlah banyak, kondisi ini dapat
diatasi dengan cara memisahkan tempat dan alat pencuci botol terkontaminasi
dengan botol yang tidak terkontamiasi. Pengalaman memnunjukkan botol
terkontaminasi harus dicuci dua kali untuk memastikan botol benar-benar bersih
sebelum dilanjutkan dengan mengautoklafnya.
Pembagian ruangan sterilisasi dpat juga dengan cara sebagai berikut :
Kamar mandi, digunakan untuk tempat pencuci botol yang terkontaminasi.
Ruangan yang memiliki wastafel, untuk tempat pencucian alat-alat yang
bersih 39
Alat dan bahan yang harus ada pada ruangan ini antara lain: alat pencuci botol
seperti kain atau sabut pencuci, sikat gigi, sikat panjang, batang kayu (untuk
mencuci botol besar), autoklaf.
Autoklaf ada beberapa jenis, autoklaf sederhana dengan sumber listrik dan
dengan kompor gas dan autoklaf programmable. Autoklaf jenis ini memiliki
perangkat pengukur tekanan dan timer untuk mengukur waktu.
3. Ruangan Preparasi
Ruangan preparasi adalah ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan
eksplan, membuat media dan hal lainnya. Pada ruangan ini dibutuhkan
fasilitas, seperti meja untuk mempersiapkan bahan tanaman, untuk meletakkan
alat-alat. Ruanagan persiapan dibutuhkan untuk :
Mempersiapkan atau membuat media kultur jaringan, mempersiapkan dan
mensterilisasi eksplan dari lapang yang akan digunakan
Tempat mencuci alat membuat media
Tempat penyimpanan alat-alat gelas
Tempat penyimpanan zat kimia, media kultur jaringan
Alat-alat kultur jaringan yang umumnya terdapat dalam ruangan preparasi ini
adalah :
3. Spatula
4. Timbangan analitik
7. Lampu bunsen
10. Autoklaf
11. Panci
14. Lemari, tempat alat-alat, bahan kimia dan alat lain seperti aluminium foil,
karet, plastik.
18. Kereta dorong atau troli, untuk mengangkat media dan alat setelah di
autoklaf ke ruangan isolasi atau transfer
4. Ruangan Transfer
Pada ruangan transfer ini, kondisi harus benar-benar aseptik. Di dalam
ruangan inilah dilakukan isolasi bagian tanaman yang hendak ditanam,
sterilisasi eksplan tahap kedua, dan penananman ke media tanam. Pintu-pintu
penghubung harus senantiasa tertutup rapat sehingga kemungkinan debu yang
akan masuk sangat kecil.
Ruangan ini harus berhubungan dengan ruangan kultur, karena setelah
penanaman, maka botol berisi tanaman dibawa ke ruang kultur. Juga harus
berhubungan dengan ruang preparasi, untuk kemudahan pengangkatan botol
berisi media, alat tanam dan yang lainnya. Ruangan ini juga harus
berhubungan dengan ruang analisa, untuk keperluan pengamatan 41
mikroskopis. Ruangan senantiasa dibersihkan dengan desinfektan seperti
karbol. Idealnya ruanagn-ruangan di dalam laboratorium hendaknya saling
berhubungan.
Didalam ruangan ini terdapat alat-alat antara lain :
- Laminar Air Flow Cabinet
- Mikroskop
- Meja dorong (di dalam skala besar digunakan troli) untuk mengangkat media
yang akan digunakan
- Alat-alat tanam seperti: pisau, gunting, pinset, petridish, botol mini tempat
alkohol, disposible filter atau milipore, yang berguna untuk sterilisasi bahan-
bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi
- Hand prayer yang diisi alkohol 70 %
- Lampu bunsen beserta isinya yaitu spirtus
- Lemari: tempat alat-alat dan alkohol
- Timbangan digital
5. Ruangan Kultur
Ruangan ini merupakan ruangan terbesar dari seluruh ruangan yang
diperlukan dan harus dimungkinkan untuk melakukan perluasan, karena
kemungkinan senantiasa terjadi pertambahan kultur setiap periode tertentu. Kultur
yang tumbuh dan mampu memperbanyak diri, maka harus senantiasa disubkultur
setelah 2-3 bulan tergantung jenis tanamannya.
Tingkat aseptisitas ruangan ini harus lebih baik dari seluruh ruangan yang
ada, hal ini dikarenakan di ruangan inilah tanaman botol diletakkan. Botol kultur
berisi tanaman disususn pada rak-rak. Jarak antar rak harus diatur sedemikian
rupa, sehingga memudahkan kita memeriksa tanaman di rak kultur.
Pada ruangan ini senantiasa AC hidup, yang berguan untuk penyaringan
udara yang masuk dan juga untuk mempertahankan tanaman supaya tetap hidup
dengan mempertahankan pada kondisi suhu tertentu.
Ruangan kultur harus memiliki pengaturan terhadap suhu (dengan
menggunakan AC) dan cahaya (dengan pemberian lampu). Walaupun diketahiu
bahwa proses pada tanaman yang ditanam pada kultur jaringan bukanlah
fotosintesis murni, melainkan foto organogenesis melalui pemenuhan kebutuhan
karbohidrat dari gula dan juga bahan hara lainnya di dalam media, namun cahaya
sangat diperlukan untuk mengendalikan perkembangan eksplan.
Kualitas cahaya yang baik untuk perkembangan tanaman harus
42
diperhatikan. Lampu flourescens jauh lebih baik dibandingkan lampu pijar, karena
panasnya relatif rendah. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar: 1000 4000
lux. Intensitas cahaya diatur dengan menempatkan lampu dengan kekuatan
tertentu, dengan jarak 40-50 cm dari tabung kultur dan untuk luas tertentu.
Umumnya tanaman kultur jaringan membutuhkan sekitar 14-16 jam untuk
panjanng penyinaran yang dibutuhkan. Untuk laboratorium berskala besar dan
untuk akurasi penyinaran, timer otomatis digunakan untuk mengukur lamanya
penyinaran.
Suhu di dalam ruangan kultur juga merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan, umumnya suhu 18-25C selalu diterapkan, namun beberapa tanaman
membutuhkan temperatur yang lebih rendah. Untuk penelitian dan perlakuan
tertentu, misalnya pengumbian kentang yang dilakukan di PPSHB Bioteknologi
IPB, suhu 20C dan penggunaan ruang gelap mutlak diperlukan untuk proses
mendapatkan umbi mikro kentang.
Alat yang harus tersedia di ruang kultur adalah :
- Rak kultur yang dilengkapi dengan lampu florescens
- Timer, untuk pengukuran waktu
- AC, untuk pengaturan suhu dan penyaringan udara
- Mikroskop, loupe, penggaris, milimeter blok
- Shaker
6. Ruangan Stok
Untuk pembuatan media kultur jaringan, dibutuhkan zat hara makro,
mikro dan trace element lainnya. Untuk kemudahan pembuatan media dan
mengeliminir kesalahan, maka zat-zat hara yang hanya dibutuhkan dalam
jumlah sangat sedikit tersebut, dibuat dalam bentuk stok larutan, artinya
dilakukan pemekatan larutan, sehingga dalam pembuatan media, kita hanya
melakukan pemipetan dalam jumlah kecil sesuai dosis yang dibutuhkan. Oleh43
karena itu dibutuhkan ruangan yang berfungsi untuk menyimpan stok yang
telah dibuat tersebut. Ruangan ini berhubungan dengan ruang preparasi dan
ruang kultur. Umumnya alat yang ada di ruangan ini adalah lemari es, untuk
menyimpan stok dalam bentuk larutan dan beberapa zat kimia lainnya.
Jeruk (Citrus sp.) adalah tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara.
Sejak ratusan tahun lalu tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai
tanaman liar maupun sebagai tanaman pekarangan (Soelarso, 1996). Jeruk (Citrus
sp.) merupakan salah satu genus dari family Rutaceae yang mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi.
46
digunakan dalam kultur jaringan adalah zeatin dan 2-iP, sedangkan untuk sintetik
meliputi BAP dan kinetin (Wattimena, 1992). BAP merupakan zat pengatur
tumbuh yang sering digunakan dalam kultur in vitro karena sangat efektif dalam
menginduksi pertumbuhan daun dan penggandaan tunas, mudah didapat dan
harganya relatif murah (George & Sherrington, 1984). BAP merupakan turunan
adenin yang disubstitusi pada posisi 6 yang bersifat paling aktif (Wattimena,
1992). Dalam kultur jaringan zat pengatur tumbuh auksin atau sitokinin dapat
diberikan secara bersama-sama ataupun salah satunya saja, tergantung dari tujuan
kita (Hendaryono & Wijayani, 1994).
Faktor lain yang juga tidak kalah penting adalah pemilihan eksplan
diantaranya organ sumber eksplan, umur organ, musim, ukuran dan kualitas
tanaman induk (Barlass & Skene, 1982 dalam Nurwahyuni, 2001). Eksplan yang
digunakan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif, karena jaringan
tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi yang lebih tinggi, sel-
selnya masih aktif membelah diri dan relatif bersih (mengandung lebih sedikit
kontaminan). Sementara itu, jaringan tanaman yang sudah tua lebih sulit
beregenerasi dan biasanya mengandung lebih banyak kontaminan (Yusnita, 2003).
Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, faktor lingkungan seperti cahaya,
suhu, pH serta kelembaban juga akan menjadi perhatian dalam kultur jaringan
tanaman dalam usaha perbaikan kualitas bibit jeruk.
Kalus merupakan sekumpulan sel yang masih aktif tumbuh dan membelah
dan belum terdeferensisai untuk membentuk tunas maupun akar. Bagian tanaman
yang dipergunakan sebagai ekplan berupa tunas lateral yang sedang tumbuh
dengan ukuran panjang antara 5 cm sampai 10 cm sehingga sel-sel sekulen, yaitu
bersifat meristematik dan mudah diisolasi karena kandungan air yang cukup. 51
Pemakaian eksplan yang berasal dari tunas meristem diharapkan dapat
memperkecil tingkat kontaminasi. Sel-sel aktif membelah diharapkan kecepatan
pembelahan sel lebih dari kecepatan pertumbuhan / perkembangbiakan
kontaminan. Pemakaian eksplan yang berbulu atau tidak berbulu dapat secara
langsung mempengaruhi tingkat kontaminasi. Morfologi permukaan eksplan tidak
berbulu sehingga lebih memudahkan kontaminan bersentuhan langsung dengan
sel jaringan eksplan, meningkatkan peluang terjadinya serangan kontaminan.
Sedangkan untuk eksplan yang berbulu, metode sterilisasi membutuhkan cara
tersendiri misalnya dengan menggunakan larutan Tween 20 agar proses sterilisasi
dapat langsung bersentuhan dengan permukaan eksplan.
jumlah daunnya paling tinggi karena disamping sifat genetis dari jeruk
keprok juga waktu mulai pecah tunas lebih cepat sehingga daun yang terbentuk
lebih banyak.
Meski Indonesia disebut sebagai daerah asli jeruk besar, namun negara
yang dikenal sebagai pusat pengembangan jeruk besar justru Thailand. Hal ini
disebabkan karena usaha pertanaman kebun jeruk di Indonesia kurang didukung
oleh penggunaan bibit yang bermutu. Saat ini, penyediaan bibit jeruk besar
dilakukan dengan persemaian benih dan okulasi. Kelemahan dari bibit hasil
persemaian benih yaitu tidak dapat diperoleh dalam jumlah banyak, sedangkan
bibit hasil okulasi seringkali mengalami inkompatibilitas sehingga proses
okulasinya gagal. Beberapa hal tersebut mengakibatkan ketersediaan bibit jeruk
besar kurang mencukupi.
Eksplan biji jeruk besar yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
kebun pertanian jeruk besar di Sumedang. Biji jeruk besar ini telah mengalami
masak fisiologis dan telah mengalami masa penyimpanan dalam suhu dingin
selama 1 bulan.
Selama menuju inisiasi tunas, terjadi perubahan warna dan ukuran kotiledon
Citrus maxima (Burm.)
Jeruk besar dalam semua media perlakuan. Ukuran kotiledon pada saat
tanam menjadi bertambah besar dan warna kotiledon berubah dari kuning menjadi
hijau pada satu minggu setelah tanam (MST) sampai kotiledon bertunas. Waktu
yang diperlukan sampai terbentuknya tunas kotiledon rata-rata 4-5 minggu setelah
tanam pada semua jenis media. Pemunculan tunas pertama kali ditunjukkan pada
media 1 dan 3. Jumlah tunas yang terbentuk pada tiap-tiap kotiledon berjumlah 1-
5 tunas.
Pertumbuhan akar pada tunas asal eksplan kotiledon jauh lebih cepat
dibandingkan tunas asal eksplan epikotil. Berdasarkan tabel data jumlah akar
(Tabel 7), tunas asal eksplan kotiledon telah membentuk akar pada 4 MST
sedangkan tunas asal eksplan epikotil baru membentuk akar pada 10 MST. Jumlah
akar tanaman asal eksplan kotiledon berbeda nyata dan lebih banyak dari pada
tanaman asal eksplan epikotil.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
1. Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara
luar
2. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
6. Mahal
Kultur Jaringan Pada Jeruk Pamelo Bageng dapat dikultur secara in vitro, terlihat
dari keberhasilan eksplan membentuk kalus dan tunas
Sumarsih, S. 2011. Kultur Organ (kultur meristem dan pucuk). Fakultas Pertanian
UPN Veteran Yogyakarta
Dwiastuti M. E., M. Sugiharto dan Yunawan. 1996. Seleksi jeruk toleran terhadap
penyakit CVPD
Paudyal, K.P and Haq N. 2000. In Vitro propagation of pummelo (Citrus grandis
L. Osbeck). In Vitro Cellular and Development Biology-Plant. 36(6): 511-
516
Rukmana, R dan Y. Yuniarsih. 2003. Usaha Tani Jeruk Keprok. Aneka Ilmu.
Semarang
Supriyanto A., 1985. Teknik pembibitan buah-buahan secara cepat. Paper pada
latihan metodologi Penelitian Buah-buahan di malang. 10 p.