Anda di halaman 1dari 125

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS

PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PEMELIHARAAN


MEKANIK INDUSTRI KELAS XI SMK YPWKS CILEGON

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh :
Asep Wahyudi
2284142370

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS


PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PEMELIHARAAN
MEKANIK INDUSTRI KELAS XI SMK YPWKS CILEGON

ASEP WAHYUDI
NIM. 2284142370

Dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi


Pendidikan Teknik Mesin
Tanggal: November 2019

DEWAN PENGUJI

Soffan Nurhaji, M.Pd


(Ketua) …………………….. ………………

Muhammad Nurtanto, M.Pd


(Sekretaris) …………………….. ………………

Sulaeman Deni Ramdani, M.Pd


(Penguji I) …………………….. ………………

Bapak Haris Abizar, M.Pd


(Penguji II) …………………….. ………………

Muhammad Nurtanto, M.Pd


(Penguji Utama) …………………….. ………………

i
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS
PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PEMELIHARAAN
MEKANIK INDUSTRI KELAS XI SMK YPWKS CILEGON

ASEP WAHYUDI
NIM. 2284142370

Dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi


Pendidikan Teknik Mesin
Tanggal: November 2019

DEWAN PENGUJI

Soffan Nurhaji, M.Pd


(Ketua) …………………….. ………………

Muhammad Nurtanto, M.Pd.


(Sekretaris) …………………….. ………………

Sulaeman Deni Ramdani, M.Pd.


(Penguji I) …………………….. ………………

Bapak Haris Abizar, M.Pd.


(Penguji II) …………………….. ………………

Muhammad Nurtanto, M.Pd.


(Penguji Utama) …………………….. ………………

Serang, …………………………
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Dekan,

Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd


NIP. 19670820 199802 1 003

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya sebagai penulis skripsi berikut.

Judul : Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based


Learning Pada Materi Pemeliharaan Mekanik Industri Kelas XI SMK
Nama : YPWKS
Asep Wahyudi
Cilegon
NIM : 2284142370
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi tersebut di atas


adalah benar-benar hasil karya asli saya dan tidak memuat hasil karya
orang lain, kecuali dinyatakan melalui rujukan yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal
yang menunjukkan bahwa sebagian atau seluruh karya ini bukan karya
saya, maka saya bersedia dituntut melalui hukum yang berlaku. Saya
juga bersedia menanggung segala akibat hukum yang timbul dari
pernyataan yang secara sadar dan sengaja saya nyatakan melalui
lembar ini.

Serang, November 2019


Yang Membuat Pernyataan

Materai Rp 6.000

Asep Wahyudi
NIM. 2284142370

iii
MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan


(QS. Al Insyirah : 6)

“Allah tidak akan memberikan beban kepada seseorang


melainkan sesuai dengan kemampuannya”
(Qs.Al-Baqoroh: 286)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,


tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”
(Confusius)

“Education is the best tool for old age”


(Aristoteles)

“Sukses sering kali datang pada mereka yang berani


bertindak, dan jarang menghampiri penakut yang tidak
berani mengambil konsekuensi”
(Achmad Zaky)

iv
ABSTRAK

Asep Wahyudi. 2019. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis


Problem Based Learning Pada Materi Pemeliharaan Mekanik Industri Kelas
XI SMK YPWKS Cilegon”.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Merancang dan membuat media pembelajaran
simulator sistem elektro pneumatik berbasis dual design, (2) Mengetahui kelayakan
media pembelajaran simulator sistem elektro pneumatik berbasis dual design.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and
Development (R&D) yang diadaptasi dari model pengembangan 4D (Define,
Design, Develop dan Dessiminate). Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
Pendidikan Teknik Mesin Untirta semester IV dan VI sebanyak 30 mahasiswa yang
sedang dan telah mengambil mata kuliah hidrolik pneumatik. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini melalui angket dan wawancara. Instrumen penelitian ini
menggunakan lembar wawancara dan angket. Data yang diperoleh dari angket
dianalisis dengan pendekatan deskripsi kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan (1)
Menghasilkan Media sistem elektro pneumatik berbasis dual design, desain yang
pertama menjelaskan komponen asli yang bisa dioperasikan dan satu desainnya lagi
sebuah wiring yang bisa digerakan untuk mengetahui laju udara pada komponen
tersebut, (2) Hasil kelayakan dari validasi ahli media bernilai 83,33% (Sangat
Layak), validasi ahli materi bernilai 92,3% (Sangat Layak), dan validasi pengguna
bernilai 85,2% (Sangat Layak). Jadi, media pembelajaran simulator sistem elektro
pneumatik ini sangat layak sebagai media pembelajaran pada mata kuliah hidrolik
pneumatik.
Kata Kunci : Simulator, Elektro Pneumatik, Dual Design

v
ABSTRACT
Angga Pangestu. 2019. "Simulator of Dual Design-Based Pneumatic System as
a Media to Support Electro Pneumatic Practice".
Thesis. Department of Mechanical Engineering Education. Faculty of Teacher
Training and Education. Sultan Ageng Tirtayasa University.
This study to aims: (1) Design and create a learning media simulator for electro
pneumatic systems based on dual design, (2) Determine the feasibility of learning
media simulator for electro pneumatic systems based on dual design. This research
is a research and development (R&D) that was adapted from the 4D development
model (Define, Design, Develop and Dessiminate). The subjects of this study were
students of Mechanical Engineering Education in semester IV and VI of 30 students
who were taking pneumatic hydraulic courses. Data collection techniques in this
study through questionnaires and interviews. This research instrument uses
interview sheets and questionnaires. Data obtained from questionnaires were
analyzed using quantitative description approach. The results showed (1)
Producing electro-pneumatic electro media systems based on dual design, the first
design describes the original component that can be operated and another design
a wiring that can be moved to determine the air rate of the component, (2) The
feasibility results from the validation of media experts 83.33% value (Very
Eligible), validation of material experts is 92.3% (Very Eligible), and user
validation is 85.2% (Very Eligible). So, the learning media for pneumatic electro
system simulator is very feasible as a learning media in pneumatic hydraulic
courses.
Keywords: Simulator, Electro Pneumatic, Dual Design.

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka
untuk memenuhi sebagain persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan dengan judul “PENGEMBANGAN PERANGKAT
PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA
MATERI PEMELIHARAAN MEKANIK INDUSTRI KELAS XI SMK
YPWKS CILEGON”, dapat disusun dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini
dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain.
Berkenaan dengan hal tersebut penulis menyampaikan ucapan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada Dosen Pembimbing Utama yaitu Soffan Nurhaji M.Pd.
yang telah bersedia membimbing peneliti untuk menyusun tugas akhir ini, tidak
lupa juga kepada Dosen Pembimbing II Muhammad Nurtanto, M.Pd. yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan nasehat yang
bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Serta keberhasilan
penulisan Tugas Akhir Skripsi ini, tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang senantiasa memberikan dukungan dari sarana dan
fasilitas kampus.
2. Bapak Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa selalu memberikan
motivasi terhadap mahasiswa FKIP Untirta.
3. Bapak Moh. Fawaid, S.Pd.T., MT., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam
penyusunan Tugas Akhir Skripsi.
4. Bapak Muhammad Nurtanto, M.Pd selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan
Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan

vii
Ageng Tirtayasa yang telah membantu kemudahan dalam mengurus
administrasi Tugas Akhir Skripsi.
5. Bapak dan Ibu tercinta yang terus menerus selama ini selalu memberikan
doa, nasihat, kasih sayang, semangat dan dorongan hingga terselesaikanya
skripsi ini.
6. Bapak Sulaeman Deni, M.Pd., Bapak Atep Iman, M.Pd., Bapak Iwan
Ridwan, M.Pd., Ramang Pramudi, M.Pd. selaku dosen Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa di
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Ibu Wahyu Purnami, SE, yang telah membantu selama proses administrasi
Tugas Akhir Skripsi.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Untirta
Angkatan 2014 dan teman-teman keluarga besar Pendidikan Teknik Mesin
Untirta atas semua kerjasama dan dukungannya.
Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin

Serang, November 2019


Penulis,

Asep Wahyudi
NIM. 2284142370

viii
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
MOTTO ............................................................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 10
A. Kajian Teori ........................................................................................... 10
1. Pembelajaran ..................................................................................... 10
2. Media Pembelajaran .......................................................................... 14
3. Sistem Pneumatik .............................................................................. 28
4. Sistem Elektro Pneumatik ................................................................. 29
B. Kajian Penelitian Relevan ....................................................................... 43
C. Kerangka Berfikir.................................................................................... 46

Hal

ix
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 48
A. Jenis Pengembangan ............................................................................... 48
B. Prosedur Pengembangan ......................................................................... 49
1. Pendefinisian (Define)....................................................................... 51
2. Perancangan (Design) ....................................................................... 54
3. Pengembangan (Develop) ................................................................. 57
4. Penyebarluasan (Dessiminate) .......................................................... 59
C. Desain Uji Coba Produk ......................................................................... 59
1. Desain Uji Coba ................................................................................ 59
2. Sujek Uji Coba .................................................................................. 60
3. Populasi dan Sampel ......................................................................... 60
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 61
5. Instrumen Penelitian.......................................................................... 64
6. Teknik Analisis Data ......................................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 74
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 74
1. Deskripsi Penelitian .......................................................................... 74
2. Tahap Model 4-D .............................................................................. 74
B. Pembahasan ............................................................................................. 97
1. Proses Pengembangan Media Pembelajaran Simulator Sistem
Elektro Pneumatik Berbasis Dual Design ......................................... 97
2. Kelayakan Media Pembelajaran Sistem Elektro Pneumatik
Berbasis Dual Design ........................................................................ 98
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 112

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 113


A. Simpulan Tentang Produk ....................................................................... 113
B. Kesimpulan Pemanfaatan Produk ........................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 116


LAMPIRAN ....................................................................................................... 118

x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Membaca Simbol Katup Pneumatik .................................................... 37
Tabel 2. Simbol-simbol Katup .......................................................................... 38
Tabel 3. Penomoran Lubang Pneumatik ........................................................... 39
Tabel 4. Tahapan Pembuatan Desain Media Pemeblajaran Sistem
Elektro Pneumatik ............................................................................... 56
Tabel 5. Packing List Bengkel Pendidikan Teknik Mesin ................................ 63
Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Wawancara Dosen Pengampu ............................. 63
Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Wawancara Mahasiswa ....................................... 64
Tabel 8. Kisi-kisi Kuisioner Ahli Media ........................................................... 65
Tabel 9. Kisi-kisi Kuisioner Ahli Materi .......................................................... 66
Tabel 10. Kisi-kisi Kuisioner Pengguna ........................................................... 66
Tabel 11. Skor Instrumen .................................................................................. 67
Tabel 12. Tingkat Koefesien Korelasi .............................................................. 68
Tabel 13. Range Persentase dan Kriteria Kualitatif .......................................... 73
Tabel 14. Tahapan-tahapan Revisi Pembuatan Desain ..................................... 81
Tabel 15. Kebutuhan Komponen dan Peralatan Kerja Pembuatan
Media Pembelajaran Sistem Elektro Pneumatik ............................... 85
Tabel 16. Ukuran Besi ....................................................................................... 86
Tabel 17. Data dan Analisis Rekap Validasi Ahli Media ................................. 92
Tabel 18. Data dan Analisis Rekap Validasi Ahli Materi ................................. 93
Tabel 19. Hasil Uji Validitas Instrumen tiap Item Pernyataan Pengguna ........ 94
Tabel 20. Reliability Statistic ............................................................................ 95
Tabel 21. Tingkat Koefesien Korelasi .............................................................. 95
Tabel 22. Data dan Analisis Pengguna ............................................................. 96

xi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Sistem Kendali Pneumatik ............................................................... 28
Gambar 2. Sirkit Reservoir Udara .................................................................... 32
Gambar 3. Lubricator ....................................................................................... 33
Gambar 4. Air Service Unit dengan Lubricator ................................................ 33
Gambar 5. Gambar dan Simbol Actuator Single Acting ................................... 34
Gambar 6.Gambar dan Simbol Actuator Double Acting .................................. 34
Gambar 7. Gambar dan Simbol Aktuator gerakan Berputar ............................. 35
Gambar 8. Gambar dan Simbol 2/2 Way Valve ................................................ 35
Gambar 9. Gambar dan Simbol 3/2 Way Valve ................................................ 36
Gambar 10. Gambar dan Simbol 4/2 Way Valve .............................................. 36
Gambar 11. Gambar dan Simbol 5/2 Way Valve .............................................. 36
Gambar 12. Gambar dan Simbol Throttle Valve .............................................. 40
Gambar 13. Gambar dan Simbol Limit Switch ................................................. 41
Gambar 14. Gambar dan Simbol Relay ............................................................ 42
Gambar 15. Gambar dan Simbol Power Supply ............................................... 43
Gambar 16. Kerangka Berfikir .......................................................................... 47
Gambar 17. Alur Pengembangan 4-D ............................................................... 50
Gambar 18. Media Pembelajaran Simualtor Sistem Elektro Pneumatik .......... 59
Gambar 19. Dimensi Media Pembelajaran Simulator Sistem
Elektro Pneumatik ......................................................................... 78
Gambar 20. Spesifikasi Media Pembelajaran Sistem Elektro Pneumatik ......... 79
Gambar 21. Tampak Depan Media Pembelajaran Simulator Sistem
Elektro Pneumatik ......................................................................... 85
Gambar 22. Tampak Belakang Media Pemelajaran Simulator Sistem
Elektro Pneumatik ......................................................................... 85
Gambar 23. Dimensi Tampak Depan Media Pembelajaran Simulator
Sistem Elektro Pneumatik ............................................................. 86
Gambar 24. Dimensi Tampak Samping Media Pembelajaran Simulator
Sistem Elektro Pneumatik .............................................................. 86

xii
Hal
Gambar 25. Simulator Sistem Elektro Pneumatik Berbasis Dual Design ........ 90
Gambar 26. Skor Hasil dan Skor Tertinggi Indikator Ahli Media .................. 100
Gambar 27. Hasil Persentase Semua Indikator Ahli Media ............................ 101
Gambar 28. Hasil Persentase Semua Kriteria Ahli Media .............................. 102
Gambar 29. Skor Hasil dan Skor Tertinggi Indikator Ahli Materi ................. 103
Gambar 30. Hasil Persentase Semua Indikator Ahli Materi ........................... 104
Gambar 31. Hasil Persenatase Semua Kriteria Ahli Materi ............................. 105
Gambar 32. Skor Hasil dan Skor Tertinggi Pengguna ..................................... 106
Gambar 33. Hasil Persentase Semua Indikator Pengguna .............................. 107
Gambar 34. Hasil Persentase Semua Kriteria Pengguna ................................. 109

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Surat permohonan Penelitian dan Validator ................................ 115
Lampiran 2. Surat Pernyataan Judgement Instrumen Ahli Media dan
Ahli Materi ................................................................................. 116
Lampiran 4. RPS ............................................................................................. 117
Lampiran 5. SILABUS ................................................................................... 118
Lampiran 6. Hasil Instrumen Ahli Media, Ahli Materi dan Pengguna ........... 119
Lampiran 7. Desain Media Simulator Sistem Elektro Pneumatik .................. 120
Lampiran 8. Jobsheet ...................................................................................... 121
Lampiran 9. Dokumentasi ............................................................................... 122
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup ................................................................. 123

xiv
15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dilaksakan dengan

sengaja, tertib dan terencana dengan tujuan untuk mengubah atau

mengembangkan perilaku yang di inginkan Menurut Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional di indonesia bahwa ada 3 jalur

pendidikan, yaitu pendidikan fprmal, informal, nonformal. Pendidikan formal

merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah-sekolah untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyelenggaraan pendidikan formal

disekolah khususnya di sekolah SMK YPWKS adalah terwujudnya dalam

kegiatan pembelajaran dari berbagai mata pembalajaran, salah satunya adalah

mata pelajaran Teknik Mekanik Mesin Industri (TMMI)

Teknik Mekanik Mesin Industri yang bersifat sangat penting pada

kompetensi keahlian Teknik Mekanik Industri dan sangat sulit untuk dipahami

oleh siswa oleh karena itu siswa harus memiliki keterampilan berpikir kritis

dapat terlatih bila ada dukungan dengan pembelajaran yang dapat mendorong

siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran akan terlaksana dengan baik bila di

sertai dengan rencana pembelajaran yang baik, oleh karena itu diperlukan

perangkat pembelajaran yang dapat mendukung untuk melatih siswa memiliki

keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan analisis perangkat pembelajaran

yang digunakan guru belum lengkap seperti media pembelajaran, bahan ajar,
16

RPP dan alat evaluasi. Kegiatan pembelajaran gurusudah menerapkan

pembelajaran yang aktif, akan tetapi belum mengarahkan pengembangan

keterampilan berpikir kritis peserta didik, dan masih menggunakan metode

ceramah. Selain itu juga bahan ajar yang digunakan masih menggunakan yang

lama, dan belum ada alat evaluasi untuk mengukur keterampilan atau kemapuan

peserta didik.

Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu keterampilan yang harus

dilatihkan melalui pemberian rangsangan bertujuan peserta didik dapat berpikir

kritis. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan berpikir secara logis dan

reflektif dalam memecahkan masalah sehingga menghasilan keputusan yang

tepat tentang apa yang harus dipercayai dan dilakukan (Ennis 2011). Berpikir

kritis memungkinkan seseorang dapat menganalisis pemikiran sendiri untuk

memastikan bahwa ia telah menentukan pilihan yang cerdas. Sedangkan orang

yang tidak berpikir kritis akan cenderung meniru orang lain, percaya dan

menerima kesimpulan orang lain dengan pasif. Oleh karena itu keterampilan

berpikir kritis harus dilatihkan kepada siswa sehingga kelak mereka dapat

menentukan pilihan cerdas dalam hidupnya.

Materi Pemeliharaan Mekanik Industri berkaitan dengan Perusahaan-

perusahaan di bidang industri yang sering sekali dihadapi oleh teknisi mekanik

terutama bagi yang perserta didik yang sedang praktek kerja lapangan (PKL).

Ketika mempelajari materi pemeliaharan mekanik industri siswa diharapkan

untuk bisa memahami konsep dari pemeliharaan mekanik industri sehingga

peserta didik bisa menangani masalah yang disebabkan oleh komponen-


17

komponen mesin yang ada di industri. Namun pada materi pemeliharaan

mekanik industri guru belum menerapkan model yang tepat dan model yang

memungkinkan siswa aktif dan mandiri mencari informasi untuk memecahkan

masalah.

Model yang tepat untuk memberikan peluang bagi peserta didik untuk

memiliki pengalaman menemukan suatu konsep dan mengembangakan

keterampilan berpikir kritis adalah Problem-Based Learning (PBL). PBL adalah

model pengajaran yang menggunakan msalah dari lingkunan sebagai rangsangan

bagi peserta didik untuk dapat belajar dengan mengalaisis dan memecahkan

suatu masalah, sehinggal peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan

keterampilan konsep yang mendalam dari materi pemeliharaan mekanik

industri.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik yang lebih

mengutamakan sikap yang diperoleh melalui belajar aktif daripada pengetahuan

dengan penekanan pada struktur capaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan (kemendikbud 2013). Kegiatannya PBL juga mengedepankan

sikap memalui pembelajaran aktif untuk memperoleh pengetahuan.

Pembelajaran berbasis PBL menyuguhkan masalah nyata dalam kehidupan

untuk menuntut peserta didik yang aktif berpikir dan bekerjasama dalam

mengindentifikasi dan memecahkan masalah sehingga siswa dapat menemukan

konsep dalam pemeliharaan mekanik industri. Ketika peserta didik mempelajari

sesuatu dengan diberikan masalah, hal tersebut memberikan tantangan untuk

berpikir lebih mendalam. Dengan begitu model PBL diharapkan akan sesuai
18

diterapkan dalam pembelajaran berdasarkan Kurukum 2013 dalam upaya

meningkatkan kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas diperlukan suatu rancangan kegiatan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran efektif dengan menyajikan

permasalahan nyata yang menuntut keaktifan peserta didik dan mendorong

keterampilan berpikir kritis siswa untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu

berdasarkan pemasalahan tersebut menjadi titik acuan untuk

melakuk.ol];o09g6an penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Pemeliharaan

Mekanik Industri Kelas XI SMK YPWKS Cilegon

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dijelaskan pada latar

belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:

1. Metode Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah

2. Peserta didik masih belum mampu memiliki keterampilan berpikir kritis

C. Batasan Masalah

Berdasarkan berbagai identifikasi masalah yang telah disampaikan di atas

tidak semua masalah dapat dibahas, maka pada penelitian ini dibatasi pada

pengembangan perangkat pembelajaran untuk siswa kelas XI SMK materi

pemeliharaan mekanik industri pada mata pelajaran Teknik Mekanik Mesin

Industri.
19

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah

disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning yang

dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran?

2. Apakah perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning yang

dikembangkan efektif digunakan dalam pembelajaran materi pemeliharaan

mekanik industri, khusunya untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pengembangan

perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kelayakan perangkat pembelajaran berbasis PBL pada materi

pemeliharaan mekanik industri yang telah dikembangkan.

2. Menganalisis efektivitas perangkat pembelajaran berbasis PBL pada materi

Pemeliharaan Mekanik Industri

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk :

1. Mendorong siswa belajar secara aktif dan berpikir kritis dalam menemukan

gagasan-gagasan pemecahan masalah dan pemahaman terhadap konsep dari

materi pemeliharaan mekanik industri

2. Menghasilkan inovasi perangkat pembelajaran yang telah tervalidasi

3. Memberi sumbangan perangkat pembelajaran yang baik untuk melatih

keterampilan berpikir kritis


20

4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

optimalisasi kualitas pembelajaran Teknik Mekanik Mesin Industri di sekolah


21

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam

melaksanakan pemebelajaran baik di kelas, bengkel atau lapangan untuk

setiap kompetensi dasar (Devi dkk. 2009) Menurut Kemp J.E (Trianto

2011), dalam pengembangan perangkat pembelajaran terdapat sepuluh

unsur rencana perancangan pembelajaran yaitu identifikasi masalah analisis

siswa, analisis tugas perumusan indikator, penyusunan evaluasi, stategi

pembelajaran, media atau sumber belajar, merinci pelayanan penunjang,

menyiapkan evaluasi hasil belajar, dan revisi perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

Silabus, RPP, Modul dan alat Evaluasi

a. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk

sertiap bahan kajian mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup

kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), Materi pokok, kegiatan

pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar isi

untuk setiap satuan pendidikan (Kemendikbud 2013). Pada Kurikulum

2013 silabus sudah disiapkan oleh pemerintah. Kurikulum 2013 yang

dikembangan saat ini adalah desain minimum, sekolah dapat


22

mengembangkan lebih bagus lagi, guru dapat menyalurkan

kreativitasnya dalam proses belajar mengajar (Kemendikbud 2013)

b. Rencana Proses Pembelajaran (RPP)

Rencana proses pembelajaran merupakan rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih untuk

mencapai kompetensi dasar yang dikembangkan dari silabus

(Kemendikbud 2013). Menurut Majid (2009) unsur-unsur penting yang

harus ada pada suatu RPP adalah apa yang akan diajarkan, bagaimana

mengajarkannya dan bagaimana mengevaluasi hasil kerjanya, yaitu

dengan merancang jenis evaluasi untuk mengukur daya serap siswa

terhadap materi yang mereka pelajari.

c. Modul sebagai sumber pembelajaran

Sumber belajar adalah segala tempat atau lingkungan sekitar benda

dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana

bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku

(Depdiknas 2008). Sumber belajar dikategorikan menjadi enak yaitu

lingkungan, benda, orang, bahan, buku, dan peristiwa.

Menurut Prastowo (2012), Bahan ajar merupakan segala bahan,

baik informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis yang

menampilkan secara utuh kompetensi yang akan dikuasu siswa dan

digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dapat berupa bahan

ajar cetak yang meliputi hangout, buku, modul, poster, lembar kerja

siswa, modul, dll, serta dapat berupa bahan ajar audio, audio visual,
23

multimedia interaktif dan bahan ajar berbasis web. Sumber maupun

bahan ajar sebagai komponen sistem pembelajaran perlu di kembangan

dalam kegiatan pembelajaran. Jenis bahan ajar yang akan di kembangkan

dalam penelitian ini adalah Modul Pembelajaran yang bebasis Problem

basen learning (PBL).

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat

dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul juga disebut

juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi

petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan

kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. (Susilo,

Siswandari, & Bandi, 2016)

Manfaat Modul bagi guru yaitu memudahkan guru dalam

melaksanakan pembelajaran, sedangkan bagi siswa yaitu siswa dapat

belajar secara mandiri dan mampu memahami maupun menjalankan

suatu tugas tertulis. Pemanfaatan modul dapat menciptakan interaksi

antara guru dan siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

d. Alat evaluasi

Secara umum penilaian atau evaluasi adalah suati sistem sistematis

untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efeksiansi suatu program.

Evaluasi dalam sistem pendidikan adalah salah satu kegiatan yang sangat

penting dilaksanakan secara teratur pada periode-periode tertentu, antara

lain untuk memantau kualitas mutu pendidikan dan membantu proses

belajar mengajar di kelas, karena itu diperlukan alat ikut. Pemahaman


24

siswa terhadap materi pelajaran dapat diketahui seseorang berdasarkan

hasil evaluasi, sehingga informasi yang bermakna dapat diperoleh dalam

pengambilan keputusan. Oleh karena itu dalam praktiknya masalah

pengukuran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses

evaluasi baik butuknya hasil evaluasi tergantung pada hasil pengukuran.

(Yulinda Erma Suryan, 2017)

e. Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap

bidang studi. Tujuan ini dapat dilihat dari GBPP (Garis-garis Besar

Program Pengajaran) setiap bidang studi. Tujuan kurikuler merupakan

penjabaran dari tujuan institusional, sehingga kumulasi dari setiap tujuan

kurikuler ini akan menggambarkan tujuan institusional.

2. Problem Based Learning (PBL)

Upaya untuk meningkatkan berpikir kreatif peserta didik pada mata

pelajaran teknik mekanik mesin industri salah satunya dapat

menggunakan model pembelajaran. Salah satu model yang dapat

digunakan dalam materi pembelajaran pemeliharaan mekanik industri

yaitu modem problem based learning (PBL), karena dengan

menggunakan model PBL yang meiki tahapan orientasi, organisasi,

inversigasi, presentasi, analisis dan evaluasi akan membantu peserta

didik dalam mencari dan menemukan sendiri materi atau jawaban yang

dipelajari sesuai dengan masalah yang diberikan. Sehingga aspek

berpikir kritis peserta didik yang masih lebih bisa meningkat, oleh karena
25

itu dalam pembelajaran peserta didik untuk dapat berpikir kritus dalam

mencari jawaban-jawaban dari materi yang dipelajari. (Abdurrozak,

2016)

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar, media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi (Arief, 2014), menurut (Gerlach & Ely,

1971) (Azhar, 2015), bahwa media apabila dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan

atau sikap. Dalam pengertian ini, dosen, buku teks dan lingkungan

sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam

proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

photografis, atau eletronis untuk menangkap, memproses dan menyusun

kembali informasi visual atau verbal.

Secara definisi media adalah suatu perangkat yang dapat

menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi (Martinis

Yamin, 2007). Sedangkan menurut (Schram, 1997), media adalah

teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran.
26

Menurut (Anderson, 1987) yang dikutip (Bambang Warsita, 2008)

media dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran

(Intructional Aids) dan media pembelajaran (Intructional Media). Alat

bantu pembelajaran atau alat untuk membantu dosen (pendidik) dalam

memperjelas materi (pesan) yang disampaikan. Oleh karena itu alat bantu

pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya

OHP/OHT, film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart,

model benda sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang

dimanfaatkan untuk memperjelas materi pembelajaran.

Media merupakan bagian yang sangat penting dan tidak

terpisahkan dari proses pemelajaran, terutama untuk mencapai tujuan

pembelajaran itu sendiri. Media pembelajaran secara umum adalat alat

bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan

untuk merangsang pikiran, perasaan perhatian dan kemampuan atau

keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan dosen

untuk menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran, sehingga

proses pembelajaran berjalan dengan baik dan peserta didik mudah

memahaminya.

b. Manfaat Media Pembelajaran


27

Media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam

menyalurkan informasi dari pendidik kepada peserta didik. Ditinjau dari

manfaat media pembelajaran, (Roymond H. Simamora, 2009)

mengemukakan manfaat media pembelajaran antara lain adalah

memperjelas pesan supaya tidak verbal, menambah semangat belajar,

mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan tenaga, meningkatkan

kemandirian peserta didik serta menimbulkan persepsi yang sama

dengan kondisi yang sesungguhnya.

(Azhar Arsyad, 2013), memberikan penjelasan mengenai manfaat

praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar

mengajar yaitu memperjelas penyajian pesan, mengatasi keterbatasan

indra, menimbulkan motivasi belajar serta memberikan kesamaan

pengalaman tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan.

(Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2013) menyatakan bahwa media

pengajaran dapat mempertinggi proses belajar karena pengajaran akan

lebih menarik, bahan ajar menjadi lebih jelas maknanya, metode

pengajaran bervariasi dan siswa menjadi lebih banyak melakukan

kegiatan belajar.

c. Ciri-ciri Media Pembelajaran

(Gerlach dan Ely, 1971) yang dikutip dari (Azhar Arsyad, 2013)

mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa


28

media digunakan dan apa-apa saja yang dilakukan oleh media yang

mungkin dosen tidak mampu melakukannya. Ketiga ciri tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek.

2) Ciri Manipulatif (Manipulatif Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek memungkinkan karena

media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu

berhari-hari dapat disajikan kepada peserta didik dalam dua atau tiga

menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

3) Ciri Distribustif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian

tersebut disajikan kepada peserta didik dengan stimulus pengalaman

yang relatif sama dengan kejadian tersebut.

Menurut Hamalik (Sanaky, 2011) media pembelajaran memiliki

ciri umum media pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Media pemelajaran identik artinya dengan pengertian peragaan yang

berasal dari kata raga yaitu suatu bentuk yang dapat diraba, dilihat,

didengar dan diamati melalui panca indra.

2) Tekanan utama media adalah terletak pada benda atau hal-hal yang

dilihat, didengar, dan diraba.


29

3) Media pembelajaran adalah semacam alat bantu dalam proses

pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

4) Media pembelajaran merupakan suatu perantara dan digunakan

dalam rangka pendidikan dan pengajar. Dengan demikian, media

pembelajaran mengandung aspek alat dan teknik yang sangat erat

kaitannya dengan metode mengajar.

d. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Beberapa jenis media pembelajaran yang digunakan untuk proses

kegiatan belajar mengajar yaitu sebagai berikut.

1) Media Grafis

Media grafis termasuk media visual yang berfungsi

menyalurkan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Saluran

yang digunakan adalah mengutamakan indra penglihatan (visual).

Agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien, pesan

yang disampaikan dituangkan ke dalam simbol komunikasi yang

digunakan adalah simbol visual. Media grafis banyak sekali jenisnya,

beberapa di antaranya sebagai berikut:

a) Gambar atau foto e) Bagan atau chart

b) Sketsa f) Grafik (graphs)

c) Diagram g) Kartun

d) Poster h) Alat gambar berseri

e) Peta dan globe.


30

2) Media Audio, Visual, dan Audio-Visual

Komunikasi yang bersifat auditif sangat mendominasi

kehidupan manusia, demikian halnya dengan kegiatan pengajaran,

mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Penggunaan komunikasi

audio banyak dipergunakan dibandingkan dengan kegiatan

komunikasi lainnya (Sanaky, 2011).

3) Media Audio

Media audio adalah segala macam bentuk media yang berkaitan

dengan indra pendengaran, termasuk dalam kelompok media audio.

Karena media audio berkaitan dengan indra pendengaran , maka pesan

yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang aditif,

baik verbal maupun non verbal. Jenis alat yang dikategorikan dalam

media audio yaitu : Audio kaset, Radio, dan Laboratorium bahasa

(Sanaky, 2011).

4) Media Visual

Pada mulanya pada proses pembelajaran hanya menggunakan

pendekatan verbal, yakni membaca dan menulis. Baru pada

pertengahan tahun 1960-an mulai muncul konsep keterbacaan visual

dalam bentuk grafik seperti sketsa, gambar, foto, diagram, tabel, dan

lain-lain. Dalam buku-buku pelajaran mulai ditampilkan pesan-pesan

visual melalui berbagai ilustrasi untuk memperjelas keterbacaan

visual (Sanaky, 2011).

5) Media Audio-Visual
31

Media audio-visual adalah seperangkat alat yang dapat

memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara

gambar dan suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya.

Alat-alat yang termasuk dalam kategori media audio-visual, adalah :

televisi, video-VCD, sound slide, dan film (Sanaky, 2011).

6) Media Tiga Dimensi

Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran

adalah model dan boneka. Model adalah benda tiruan tiga dimensional

dari beberapa obyek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu

kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa

kedalam kelas dan dipelajari pembelajar dalam wujud aslinya. Boneka

merupakan jenis model yang dipergunakan untuk memperlihatkan

permainan (Sanaky, 2011). Beberapa benda yang digolongkan ke

dalam benda tiga dimensi adalah sebagai berikut.

a) Benda Asli

Sebelum menggunakan macam-macam alat audio-visual,

benda asli merupakan alat yang paling efektif untuk

mengikutsertakan berbagai indera dalam belajar. Hal ini

disebabkan benda asli memiliki sifat keasliannya, mempunyai

ukuran besar dan kecil, berat, warna, dan adakalanya disertai

dengan gerak dan bunyi. Sehingga benda asli memiliki daya tarik

tersendiri bagi pembelajar. Jadi, benda asli adalah benda dalam

keadaan sebenarnya dan seutuhnya (Sanaky, 2011).


32

b) Benda model

Benda model dapat diartikan sebagai sesuatu yang dibuat

dengan ukuran tiga dimensi, sehingga menyerupai benda aslinya

untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin diperoleh dari benda

sebenarnya. Benda asli kemudian dibuat modelnya dalam bentuk

besar seperti aslinya, atau sangat kecil. (Sanaky, 2011) membagi

model atau benda tiruan menjadi tiga jenis yaitu :

(1) Solid model, model ini terutama hanya menunjukkan bagian

luar,

(2) Cross section model, model ini hanya menampakkan struktur

bagian dalam saja, dan

(3) Working model, bahwa model ini hanya mendemonstrasikan

fungsi atau proses-proses saja.

c) Alat tiruan sederhana atau mock-up

Alat tiruan sederhana atau mock-up banyak digunakan dalam

pendidikan teknik dan industri untuk menjelaskan kerjanya bagian-

bagian dari sebuah alat atau mesin. Di pendidikan kemiliteran juga

banyak menggunakan mock-up untuk menerangkan fungsi dari

bagian-bagian sebuah senjata. Jadi, dapat dikatakan bahwa mock-

up adalah suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu

proses atau sistem yang lebih rumit. Susunan nyata dari bagian-

bagian pokok itu diubah sehingga aspek-aspek utamanya dari suatu

proses utama mudah dimengerti pembelajar (Sanaky, 2011).


33

d) Diorama

Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini

yang bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya.

Diorama biasanya terdiri atas bentuk-bentuk sosok atau obyek-

obyek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan yang

disesuaikan dengan penyajinya. Diorama sebagai media

pembelajaran terutama berguna untuk mata pelajaran ilmu bumi,

ilmu hayat, sejarah, dan bahkan dapat diusahakan untuk berbagai

macam mata pelajaran (Sanaky, 2011).

7) Media Pembelajaran Jenis Working Model.

Media pembelajaran yang dibuat adalah media pembelajaran

tiga dimensi dengan jenis working model. Pada jenis working model

ini media hanya mendemostrasikan fungsi atau proses-proses saja.

Menurut (Hamalik, 1982) model kerja (working model) adalah tiruan

dari suatu obyek yang memperhatikan bagian luar obyek asli dan

mempunyai beberapa bagian dari benda sesungguhnya. Contoh media

pembelajaran jenis working model yaitu : pembuatan alat pengukur

kekuatan gempa, pembuatan alat pengukur hujan (Hygrometer), dan

winscope tata surya. Pada proses pembuatan media tiga dimensi jenis

model kerja ini membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut.

a) Akrilik atau Acrylic

Akrilik pada pembuatan media pembelajaran digunakan

sebagai papan panel. Papan panel ini berfungsi untuk menempatan


34

alat ataupun komponen-komponen sistem pengapian IIA. Akrilik

(Acrylic) merupakan bahan yang berasal dari asam akrilik atau

senyawa sejenis. Istilah ini paling sering dipergunakan untuk

menggambarkan plastik jernih seperti kaca yang dikenal sebagai

poli metil metakrilat (PMMA). PMMA, juga disebut kaca akrilik,

memiliki sifat yang menjadikannya pilihan yang lebih baik untuk

banyak produk yang mungkin juga tadinya dibuat dari kaca.

Terdapat dua jenis dasar akrilik yaitu sebagai berikut.

b) Akrilik ekstrusi

Akrilik ekstrusi dibuat melalui proses dimana plastik cair

didorong melewati roller, yang kemudian akan menekan plastik

tersebut menjadi lembaran saat mendingin. Proses ini relatif murah,

tapi lembaran yang dihasilkan lebih lembut daripada akrilik

cetakan, lebih mudah tergores, dan mungkin mengandung kotoran.

Akan tetapi, banyak akrilik ekstrusi bermutu sangat baik, dan

akrilik yang bermutu sangat baik ini merupakan mayoritas akrilik

ekstrusi yang terdapat di pasaran. Akrilik ekstrusi merupakan

pilihan yang baik untuk membuat plang, display, dan kegunaan

lainnya.

c) Akrilik cetakan

Akrilik cetakan cenderung memiliki mutu yang lebih baik

daripada jenis ekstrusi, tapi juga lebih mahal. Dalam pencetakan

sel, lembar-lembar akrilik tunggal dibuat dengan cara menekan


35

plastik cair diantara dua potong pencetak tekan (mold), seringkali

terbuat dari kaca, yang kemudian dibawa melewati proses

pemanasan bertahap. Lembar yang dihasilkan lebih kuat daripada

akrilik ekstrusi.

d) Besi Kotak Berongga (Hollow)

Bahan besi ini digunakan sebagai rangka dari media

pembelajaran. Hal ini dipilih karena besi ini memiliki profil kotak

sehingga bisa menompang media agar media pembelajaran dapat

diletakkan diatas bidang yang datar dalam kondisi tegak berdiri.

Besi kotak berongga memiliki variasi panjang, lebar, dan tebal

yang beragam.

e) Besi Kotak Berongga Galvanise

Besi ini merupakan sebutan untuk pelapisan finishing yang

terdiri dari 97% unsur coating zinc ( besi ), ± 1% unsur

coating alumunium dan sisanya adalah unsur bahan lain. Dengan

komposisi bahan seperti ini, akan membuat besi kotak berongga

jenis ini menjadi korosif, terlebih lagi jika besi ini tergesek maupun

terpotong. Oleh karena itu, pada penerapannya besi kotak berongga

ini harus diberikan anti karat dan jenis cat yang bagus agar tahan

lebih lama meskipun diterpa hujan dan panas.

f) Besi Besi Kotak Berongga Galvalume

Galvalume merupakan sebutan untuk Zinc-Alume yang

pelapisannya mengandung unsur Alume ( Aluminium ) dan Zinc


36

(besi). Untuk bahan Galvalume yang paling baik terdiri dari unsur

coatingnya 55% Aluminium, unsur besi 43,5% dan unsur lapisan

silicon 1,5%. Dilihat dari komposisi bahannya, besi kotak

berongga galvalume ini memiliki ketahanan yang lebih baik

terhadap korosi dibandingkan besi kotak berongga

galvanise. Dengan kualitas yang bagus, otomatis harga dari

pada galvalume lebih mahal daripada galvanise.

e. Aspek Kelayakan pada Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat digunakan apabila sudah memenuhi

kelayakan. Kelayakan media pembelajaran didapatkan melalui validasi

dari ahli media. Media pembelajaran harus sesuai dengan materi yang

akan diajarkan, agar pembelajaran dapat dengan mudah dimenegrti.

Aspek-aspek dalam media pembelajaran harus sesuai agar media dapat

dikatakan layak, seperti halnya aspek kualitas materi, aspek tampilan

simulator, aspek desain dan aspek kualitas teknis. (Hamalik, 1986)

menyatakan bahwa dalam pembuatan media pembelajaran, alat-alat yang

dibuat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1) Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita.

2) Ilmiah, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

3) Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat.

4) Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktek di sekolah dan bersifat

sederhana.
37

5) Fungsional, berguna dalam pelajaran, dapat digunakan oleh guru dan

siswa.

Pembuatan Media pembelajaran harus direncanakan sebaik

mungkin, karena jika tidak terencana makas hasil yang didapatkan akan

kurang maksimal. Dengan demikian untuk memenuhi syarat sebagai

media pembelajaran, maka media pembelajaran tersebut harus

direncanakan sebagai berikut.

1) Dimensi

Pembuatan rangka harus disesuaikan dengan tinggi badan

pengguna, sehingga mempermudah pserta didik dalam mengunakan

media pembelajaran saat praktik. Rata-rata tinggi badan pengguna

160 cm, dengan demikian rancangan rangka media pembelajaran

dapat dibuat. Dimensi rangka media pembelajaran adalah 152 cm dan

lebar 78 cm, sehingga pada saat merangkai sistem elektro pneumatik

lebih mudah, karena disesuaikan dengan sudut pandang dan tinggi

peserat didik.

2) Bentuk

Membuat bentuk media pembelajaran harus diperhatikan

secara teliti, karena bentuk media pembelajaran harus terlihat simple

dan menarik, sehingga dapat memeotivasi peserta didik dalam

menggunakan media pembelajaran tersebut. Dalam perancangan


38

stand dibuat sederhana, sehingga mudah diamati dan saat praktik

sistem elektro pneumatik mudah dijangkau.

3) Layout

Layout merupakan penyusunan dari komponen dan desain dari

simbol-simbol komponen pada frame akrilik. Pada media

pemebelajaran ini, peneliti membuat dua layout, yaitu bagian depan

dan bagian belakang. Bagian depan terdapat komponen-komponen

dan simbol-simbol elektro pneumatik dan bagian belakang terdapat

wiring diangram elektro pneumatik. Karena jika terdapat didepan

akan terlihat kurang menarik dari media tersebut, sehingga dibuat

dibelakang agar bentuknya menarik, pada saat praktik layout bisa

diputar untuk melihat wiring diagram sistem elektro pneumatik

tersebut. Pembuatan desain simbol-simbol pada frame bagian depan

harus sesuai dengan simbol komponen, sehingga gambar komponen

menjadi komunikatif dengan memudahkan peserta didik membaca

simbol-simbol komponen yang disajikan.

3. Sistem Pneumatik

Sistem pneumatik dalam industri manufaktur merupakan muara dari

semua proses mekanik atau manipulasi gerakan yang menggunakan tenaga

udara kempa. Sistem pneumatik udara kempa akan memindahkan suatu

gaya atau gerakan.

Sistem pneumatik meliputi semua komponen mesin atau peralatan

yang beroperasi secara pneumatik atau menggunakan proses-proses


39

pneumatik. Udara bertekanan dalam peranannya sebagai undur penggerak

merupakan bagian utama yang harus mendapatkan perhatian lebih banyak.

Sistem pneumatik menggunakan udara berteknaan untuk

menghasilkan gerakan mekanik. Sistem dasar kendali pneumatik meliputi

piranti penyedia sumber energi udara kempa yang terdiri dari kompresor

udara, sistem filter udara, sistem pengering udara dan sistem pengatur

tekanan udara. Kemudian elemen input untuk mengendalikan sistem, berupa

kutub tombol tekan (pushbutton valve) dan katub sensor. Selanjutnya

berbagai jenis katub pengarah dan pengatur tekanan udara, dan yang terakhir

berupa aktuator (Cylinder).

Gambar. Sistem Kendali Pneumatik


(Sumber : Direktoral Pembinan SMK, KEMENDIKBUD)
Sistem tersebut mencakup air compressor, menghasilkan udara kempa

secara kontinyu, intakefilter berfungsi menahan kotoran udara sebelum

masuk ke sistem, dryer berfungsi menyerap uap air di udara (moisture),

receiver tank sebagai reservoar udara udara kempa, pressure regulator

mengatur dan menjaga tekanan udara tetap konstan, valve mengontrol aliran

udara kempa, dan pneumatik cylinder sebagai aktuator yang mengubah energi

udara menjadi energi mekanik.


40

Sistem pneumatik menggunakan udara bertekanan untuk menghasilkan

gerakan mekanik. Sistem dasar kendali dan kompresor udara, sistem filter

udara, sistem penegring udara dan sistem pengatur tekanan udara. Kemudian

masukan untuk mengendalikan sistem, berupa pushbutton valve dan sensor

valve.

4. Sistem Elektro Pneumatik

Elektro Pneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik,

dimana prinsip kerjanya memilih energi pneumatik sebagai media kerja

(tenaga penggerak) sedangkan media kontrolnya menggunakan sinyal

elektrik ataupn elektronik. Sinyal elektrik dialirkan ke kumparan yang

terpasang pada katup pneumatik dengan mengaktifkan sakelar, sensor

ataupun sakelar pembatas yang berfungsi sebagai penyambung tadi akan

menghasilkan medan elektromagnetik dan akan mengaktifkan atau

mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai elemen akhir pada rangkaian

kerja pneumatik. Sedangkan media kerja pneumatik akan mengaktifkan atau

menggerakan elemen kerja pneumatik seperti motor pneumatik atau silinder

yang akan menjalankan sistem. Tata letak komponen harus disesuaikan

dengan diagram alir dari mata rantai kontrol yaitu sebuah sinyal harus mulai

mengalir daei bawah menujuke atas dari gambar rangkaian.

a. Kompresor

Kompresor adalah suatu alat yang berfungsi untuk memampatkan

udara atau gas. Sebagaimana halnya dengan pompa, kompresor memiliki

cara kerja yang identik dengan pompa. Udara atau gas yang
41

dimampatkan dalam suatu tempat penapungan. Pada saat kompresor

memampatkan udara atau gas, ia bekerja sebagai penguat (meningkatkan

tekanan), dan sebaliknya kompresor juga dapat berfungsi sebagai pompa

vakum. Dengan kata lain kompresor dapat melakukan kerja ganda yaitu

sebagai penguat (booster) atau sebagai pompa vakum.

Kompresor untuk menyediakan continuing performance dari

sistem kontrol pneumatik dan working element yang digunakannya, perlu

ada jaminan bahwa kempa yang akan digunakan untuk sistem pneumatik

harus memnuhi persyaratan teknis sebagai berikut :

1) Tekanan kerja sesuai standar

2) Udara kempa harus kerig tidak mengandung uap air

3) Bersih dari kotoran

Bila kondisi tersebut tidak dapat dipenuhi, maka keadaan yang

lebih buruk atau degenerasi akan muncul lebih cepat. Sebagai

dampaknya adalah terjadi down time pada sistem dan biaya pemeliharan

meningkat. Upaya penyiapan udara kempa yang buruk dan seadanya,

pasti akan cenderung menimbulkan malfunction dan mengakibatkan seal

dan bagian-bagian bergerak cepat aus, oli masuk ke dalam katub, silincer

tekontaminasi, korosi pada pipa, katub dan silinder, serta menguras

pelumasan. Pada kasus kebocoran maka pelepasan udara kempa yang

terkontaminasi akan dapat mencemari produk (makanan).

Pada umunya komponen pneumatik didisain menerima tekanan

kerja normal antara 800 hingga kPa (8 – 10 bar). Pengalaman praktik


42

menunjukkan untuk ulasan ekonomi, tekanan operasi sebesar 6 bar dapat

digunakan. Biasanya rugi tekanan berkisar 10 hingga 50 kPa (0,1 – 0,5

bar) yang disebabkan oleh berbagai kondisi, misalnya adanya bengkokan

pipa dan panjang, tahanan pipa dan adanya kebocoran, sehingga untuk

mengatasi aanya kerugian tekanan, maka udara kempa yang yang

tersimpan didalam kompresor harus berkisar 6,5 -7 bar.

Sistem pneumatik menggunakan udara kempa untuk menghasilkan

gerakan mekanik. Untuk mengurangi adanya fluktuasi tekanan, dan

memberikan jaminan kualitas penaluran udara kempa, dipasang sebuah

reservoir. Kompresor mengisi reservoir yang disediakan sebagai storage

tank. Ukuran diameter pipa distribusi udara harus dipili sedemikian

sehingga rugi tekanan tidak boleh melebihi 10 kPa (0,1). Dari berbagai

piranti dalam sistem pneumatik, yang perlu mendapat perhatian lebih

adalahcompressor, Filter & dryer.

Gambar 1. Sirkit Reservoir Udara


(Sumber : Direktoral Pembinan SMK, KEMENDIKBUD)

b. Air Service Unit

Air Service Unit merupakan kombinasi dari beberapa komponen

untuk memberikan jaminan kualitas udara kempa pada sistem pneumatik,

terdiri dari 3 komponen, yaitu :


43

1) Compressed Air Filter

2) Compressed Air Regulator

3) Compressed Air Regulator (Optional)

Kegunaan komponen Compressed air filter secara rinci telah

dijelaskan pada kegiatan belajar 1. Air service unit juga biasanya

dilengkapi dengan Lubricator, dijelaskan pada gambar 3 dan 4 sebagai

berikut:

Gambar 2. Lubricator
(Sumber : Direktoral Pembinan SMK, KEMENDIKBUD)

Gambar 3. Air Service Unit dengan Lubricator


(Sumber : Direktoral Pembinan SMK, KEMENDIKBUD)
44

a. Aktuator

Aktuator adaah bagian terakhir dari output suatu sistem kontrol

pneumatik. Output biasanya digunakan untuk mengidentfikasi suatu

sistem kontrol atau aktuator. Pada pneumatik, aktuator dikategorikan

kedala 2 kategori yaitu aktuator gerak linear dan aktuator gerak rotasi.

1) Aktuator gerak linear

Akturator gerakan linear berbentuk silinder dan disebut silinder

pneumatik. Terdapat 2 jenis silinder pneumatik yaitu silinder kerja

tunggal dan silinder kerja ganda. Kedua jenis silinder dan simbolnya

dapat dilihat berturut-turut pada gambar 5 dan gambar 6.

Gambar 5. Gambar dan Simbol Actuator Single Acting


(Sumber : Teddy Prabowo, 2012)

Gambar 6. Gambar dan Simbol Actuator Double Acting


(Sumber : Teddy Prabowo, 2012)

2) Aktuator gerakan berputar (rotary)


45

Aktuator gerakan berputar merupakan aktuator pneumatik

yang bekerja dengan cara berputar. Aktuator berputar ganda disebut

aktuator motor pneumatik. Terdapat 4 jenis motor pneumatik, yaitu

piston motors, sliding vane motors, gear motors, dan turbin. Salah

satu contoh aktuator berputar ganda dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Gambar dan Simbol Aktuator Gerakan Berputar


(Sumber : Teddy Prabowo, 2012)

b. Katup atau Valve

Katub kendali aliran atau flow-control valve, mengendalikan aliran

udara kempa, yang akan digunakan untuk menggerakkan aktuator. Katub

kendali aliran memiliki sistem mekanik, sehingga dapat digunakan untuk

mengendalikan secara jarak jauh “remote” melalui sinyal yang

dikirimkan oleh kontroler. Katup terdiri dari 2 jenis yaitu katup poppet

dan katup geser, namun dalam hal ini hanya membahas katup geser,

diantaranya yaitu :

1) 2/2 way valve, yaitu mempunyai 2 port dan 2 ruang. Penggerak katup

berupa udara bertekanan dari sisi kiri dan sisi kanan. Dijelaskan pada

gambar yang ada dibawwah ini.


46

Gambar 8. Gambar dan Simbol 2/2 Way Valve


(Sumber : Rolu Destu, 2015)

2) 3/2 way valve, yaitu mempunyai 3 port dan 2 ruang. Penggerak katup

berupa udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan. Dijelaskan pada

gambar dibawah ini.

Gambar 9. Gambar dan Simbol 3/2 Way Valve


(Sumber : Rolu Destu, 2015)

3) 4/2 way valve, yaitu mempunyai 4 port dan 2 ruang. Penggerak

katup berupa udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan. Dijelaskan

pada gambar dibawah ini.

Gambar 10. Gambar dan Simbol 4/2 Way Valve


(Sumber : Teddy Prabowo, 2012)
47

4) 5/2 way valve, yaitu mempunyai 5 port dan 2 ruang. Penggerak katup

berupa udara bertekanan dari sisi kiri dan kanan. Dijelaskan pada

gambar dibawah ini.

Gambar 11. Gambar dan Simbol 5/2 Way Valve


(Sumber : Teddy Prabowo, 2012)
Secara lebih spesifik katup kendali pneumatik dibagi dalam

beberapa kelompok yang dinamakan Katup Kontro Arah (KKA).

Katup kontrol arah adalah bagian yang mempengaruhi jalannya

aliran udara. Aliran udara akan lewat, terblokir atau membuang ke

atmosfir tergantung dari lubang dan jalan aliran KKA tersebut. KKA

digambarkan dengan jumlah lubang dan jumlah kotak. Lubang-

lubang menunjukkan saluran -saluran udara dan jumlah kotak

menunjukkan jumlah posisi. Cara membaca simbol katup pneumatik

sebagai berikut :

Tabel 1. Membaca Simbol Katup Pneumatik

Simbol Keterangan
Kotak menunjukkan posisi pensakelaran katup

Jumlah kotak menunjukkan jumlah posisi

pensakelaran katup
48

Simbol Keterangan
Contoh : - jumlah kotak 2 menunjukkan hanya 2

kemungkinan

pensakelaran misal : posisi ON dan

posisi OFF.

- Jumlah kotak 3 menunjukkan 3

kemungkinan pensakelaran misal

: posisi 1 - 0 – 2

Garis menunujakan lintasan aliran.

Panah menunjukkan arah aliran

Garis blok menunjukkan aliran tertutup

(terblokir)

Garis diluar kotak menunjukkan saluran

masukan dan keluaran digambar di posisi awal

(Sumber : Direktoral Pembinan SMK, KEMENDIKBUD)

Penjelasan dapat digambarkan simbol-simbol katup kontrol arah

sebagai berikut :

Tabel 2. Simbol-simbol Katup

Simbol Nama Katup

KKA 2/2, N/C


49

KKA 2/2, N/O

KKA 3/2, N/C

KKA 3/2, N/O

KKA 4/2

KKA 5/2

KKA 5/3, posisi tengah tertutup

(Sumber : Direktoral Pembinan SMK, KEMENDIKBUD)

Sistem penomoran yang digunakan untuk menandai KKA

sesuai dengan DIN ISO 5599. Sistem huruf terdahulu digunakan dan

sistem penomoran dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3. Penomoran Lubang Pneumatik

DIN ISO Sistem


Lubang/Sambungan
5599 Huruf
Lubang tekanan
1 P
(masukan)
Lubang Keluaran 2,4 B,A
R (katup
Lubang Pembuangan 3 (katup 3/2)
3/2)
5,3 (Katup R , S (katup
Lubang Pembuangan
5/2) 5/2)
50

Saluran Pengaktifan :
 Membuka
12 (katup 3/2) Z (katup)
aliran 1 ke 2
 Membuka Y (katup
12 (katup 5/2)
aliran 1 ke 2 5/2)
 Membuka Z (katup
14 (katup 5/2)
aliran 1 ke 4 5/2)
(Sumber : Direktoral Pembinan SMK, KEMENDIKBUD)

c. Throttle Valve

Throttle Valve pada keadaan normal dapat diatur dan

pengesetannya dapat dikunci pada posisi yang diinginkan. Karena sifat

udara yang kompresibel, karakteristik gerakan silinder tergantung dari

beban dan tekanan udara. Oleh karena itu katup kontrol aliran

digunakan untuk mengontrol kecepatan silinder dengan berbagai harga

yang bervariasi. Hati-hati agar tidak menutup katup ini penuh, karena

akan menutup udara ke sistem. Rangkaian penggerak bisa dilihat pada

gambar 12 dibawah ini.

Gambar 12. Gambar dan Simbol Throttle Valve


(Sumber : Rolu Destu, 2015)

d. Limit Switch

Limit switch (saklar pembatas) adalah saklar atau perangkat

elektromekanis yang mempunyai tuas aktuator sebagai pengubah posisi


51

kontak terminal (dari Normally Open/ NO ke Close atau sebaliknya dari

Normally Close/NC ke Open). Posisi kontak akan berubah ketika tuas

aktuator tersebut terdorong atau tertekan oleh suatu objek. Sama halnya

dengan saklar pada umumnya, limit switch juga hanya mempunyai 2

kondisi, yaitu menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik.

Dengan kata lain hanya mempunyai kondisi ON atau Off.

Sistem kerja limit switch berbeda dengan saklar pada umumnya,

jika pada saklar umumnya sistem kerjanya akan diatur atau dikontrol

secara manual oleh manusia (baik diputar atau ditekan). Sedangkan

limit switch dibuat dengan sistem kerja yang berbeda, limit switch

dibuat dengan sistem kerja yang dikontrol oleh dorongan atau tekanan

(kontak fisik) dari gerakan suatu objek pada aktuator, sistem kerja ini

bertujuan untuk membatasi gerakan ataupun mengendalikan suatu

objek atau mesin tersebut, dengan cara memutuskan atau

menghubungkan aliran listrik yang melalui terminal kontaknya.

Dijelaskan pada gambar 13 dibawah ini.

Gambar 13. Gambar dan Simbol Limit Switch


(Sumber : Teddy Prabowo, 2012)

e. Relay
52

Relay adalah sebuah saklar yang dikendalikan oleh arus. Relay

memiliki sebuah kumparan tegangan rendah yang dililitkan pada

sebuah inti. Terdapat sebuah armatur besi yang akan tertarik menuju

inti apabila arus mengalir melwati kumparan. Armatur ini terpasang

pada sebuah tuas berpegas. Ketika armatur tertarik menuju ini, kontak

jalur bersama akan berubah posisinya dari kontak normal tertutup ke

kontak normal terbuka.

Relay adalah suatu saklar yang digerakkan secara

elektromagnetik. Bila sumber tegangan diberikan pada kumparan

selenoid, maka akan terbangkit suatu medan elektromagnetik yang

menakibatkan tertariknya armatur ke inti kumparan. Armature tersebut

menggerakkan kontak relai apakah menutup atau membuka sesuai

dengan perancangannya. Pegas akan mengembalikan armatur ke posisi

semula jika arus listrik yang mengalir ke kumparan tidak ada.

Relay dapat digunakan untuk mengontrol motor AC dengan

rangkaian kontrol DC atau beban lain dengan sumber tegangan yang

berbeda antara tegangan rangkaian kontrol dan tegangan beban.

Rangkaian penggerak penggerak relay dapat dilihat pada gambar 14.

diantara apikasi relay yang dapat ditemui.


53

Gambar 14. Gambar dan Simbol Relay


(Sumber : Rolu Destu, 2015)

f. Power Supply

Power supply atau PSU merupakan suatu komponen komputer

yang mempunyai fungsi sebagai pemberi suatu tegangan serta arus

listrik kepada komponen - komponen komputer lainnya yang telah

terpasang dengan baik pada motherboard atau papan induk, sedang

tujuan awal dari penyaluran arus listrik ini adalah agar perangkat atau

komponen - komponen komputer lainnya bisa berfungsi sebagaimana

mestinya sesuai dengan tugasnya.

Arus listrik yang disalurkan oleh power supply ini merupakan

arus listrik dengan jenis AC atau arus bolak balik, namun dengan

kelebihannya PSU ini dapat mengubah arus AC tersebut menjadi arus

DC atau merupakan arus yang searah karena pada dasarnya semua

komponen yang terdapat pada perangkat komputer hanya bisa

melakukan pergerakan pada satu aliran listrik.

Fungsi utama dari power supply adalah sebagai alat yang mampu

memberikan sebuah suplai arus listrik kepada semua komponen

komputer yang sudah terpasang dengan baik, dimana arus listrik yang

dihasilkan merupakan arus AC dan selanjutnya akan dirubah menjad i

arus DC. Yang perlu digaris bawahi adalah jika semua komponen

hardware yang sudah terpasang pada komputer ini tidak bisa menerima

rus listrik AC namun hanya bisa menerima aliran listrik dengan tipe

DC. Bentuk dan simbol dapat dilihat pada gambar 15 berikut ini.
54

Gambar 15. Gambar dan Simbol Power Supply


(Sumber : Rolu Destu, 2015)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Pengembangan media trainer sistem pneumatik banyak dilakukan oleh

berbagai peneliti. Hasil penelitian relevan yang sesuai penelitian ini

adalah penelitian (Isnanto, 2017) tentang pengembangan media

pembelajaran pneumatik pada kompetensi merakit sistem kontrol

pneumatik di SMK Negeri 2 Depok. Metode yang digunakan ialah

metode penelitian penelitian dan pengembangan. Penelitian ini

menghasilkan : (1) media pembelajaran pneumatik pada kompetensi

merakit sistem kontrol pneumatik di SMK dengan menggunakan model

pengembangan 4-D dengan hasil berupa media pembelajaran dengan

antarmuka flash dan materi pokok berupa video pembelajaran interaktif,

(2) hasil penilaian kelayakan oleh ahli media mendapat rerata skor 93,5

dari skor tertinggi 116 dengan kategori layak, penilaian kelayakan oleh

ahli materi mendapat rerata skor 111,5 dari skor tertinggi 132 dengan

kategori layak, dan penilaian oleh pengguna mendapat rerata skor sebesar

129,7 dari skor tertinggi 160 dengan kategori layak sebagai media

pembelajaran. Penelitian Isnanto relevan dengan penelitian ini yaitu


55

sama-sama menggunakan model pembelajaran 4-D dalam media

simulator sistem elektro pneumatik.

2. Penelitian (Nizar Syaefrudin, 2016) tentang pengembangan media

pembelajaran trainer kit sensor dan aktuator untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran teknik mikrokontroler di SMK

YPT 1 Purbalingga. Jenis penelitian yang digunakan ialah peneliian dan

pengembangan (Research and Development) dengan menggunakan

model pengembangan ADDIE. Penelitian ini menghasilkan (1) Aspek

kualitas media mendapatkan persentase skor 67% dengan kategori

“Layak” dan 32,3% dengan kategori “Sangat Layak”, (2) Aspek kualitas

materi mendapatkan persentase skor 35,5% dengan kategori “Layak”,

dna 61,29% dengan kategori “Sangat Layak”. Sehingga media

pembelajaran Trainer Kit Sensor dan Aktuator layak digunakan sebagai

media pembelajaran mata pelajaran Teknik Mikrokontroller. Pada hasil

ujicoba pretest dan posttes dapat meningkatkan hasil belajar siswa

sebesar 74,3% setelah melalui pembelajaran Trainer Kit Sensor dan

Aktuator. Penelitian Nizar Syaefrudin relevan dengan peneliti yaitu

bentuk hasil yang djelaskan relevan dengan penentuan hasil yang

dilakukan peneliti.

3. Penelitian (Jamaluddin, 2009) tentang pengembangan trainer elektro

pneumatik pada kompetensi mengoperasikan sistem kendali elekro

pneumatik. Jenis penilaian yang digunakan ialah penelitian dan

pengembangan (research and development) dengan menggunakan model


56

pengembangan ADDIE. Penelitian ini menghasilkan (1) dihasilkan

media pembelajaran trainer elektro pneumatik untuk praktik pada

kompetensi yang dikembangkan menggunakan model pengembangan

ADDIE, (2) berdasarkan validasi ahli materi didapat jumlah rerata

sebesar 87%, sehingga termasuk dalam kategori “Sangat Layak”,

berdasarkan ahli media didapat jumlah rerata skor sebesar “84%”,

sehingga termasuk kategori “Sangat Layak”, berdasarkan penilaian

respon siswa didapat jumlah rerata sebesar 88%, sehingga termasuk

ketegori “Sangat Layak”. Penelitian Jamaluddin relevan dengan peneliti

yaitu bentuk hasil yang djelaskan relevan dengan penentuan hasil yang

dilakukan peneliti.

4. Penelitian (Muhamed Smaoui, 2007) tentang penerapan sistem

pengontrol mundur pada sistem pneumatik. Pada penelitian ini

menggunakan perhitungan model matematika. Kontrol mundur mimo da

pengendali geser model mimo untuk mengontrol posisi dan tekanan.

Penggunaan rumus matematika dalam aktuator dapat menguji efektifitas,

pengendali yang dihasilkan. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil

bahwa dalam membuat media pembelajaran sistem elektro pneumatik

dibutuhkan perhitungan agar media yang dihasilkan dapat berfungsi

dengan baik sesuai dengan perhitungan yang dilakukan. Penelitian

Muhammed Smaoui relevan dengan penelitian ini yaitu perhitungan

matematika yang dilakukan relevan dengan apa yang dilakukan peneliti.

C. Kerangka Berpikir
57

Pneumatik merupakan cabang ilmu yang mempelajari prinsip udara

bertekanan menjadi suatu kerja. Sistem pneumatik banyak digunakan dalam

industri karena tergolong murah dan mudah dalam perawatannya. Oleh

sebab itu, perguruan tinggi khususnya Pendidikan Teknik Mesin

mempelajari sistem pneumatik ini untuk mempersiapkan lulusan dari

perguruan tinggi agar memahami sistem tersebut. Sistem pneumatik

diajarkan pada mata kuliah Hidraulik dan Pneumatik, yakni pada

kompetensi memahami komponen-komponen sistem pneumatik dan

memahami rangkaian sistem pneumatik di Jurusan Pendidikan Teknik

mesin Untirta. Pada kompetensi tersebut peserta didik diharapkan dapat

memahami komponen sistem pneumatik dan memahami mekanisme kerja

elektro pneumatik pada sebuah simulator secara langsung. Namun

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti diketahui bahwa

pertama, peserta didik kesulitan dalam memahami elektro pneumatik,

karena pembelajaran yang bersifat teori, kedua, keterampilan peserta didik

belum sesuai dengan kompetensi, ketiga, keterbatasan alat simulator, dan

keempat, belum efektifnya media pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu pengembangan media

pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam pembelajaran tentang

memahami komponen sistem elektro pneumatik dan memahami mekanisme

kerja sistem elektro pneumatik berbasis dual design. Media pembelajaran

ini dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan 4-D milik

Thiagarajan, yaitu Define (pendefinisian), Design (perancangan) dan


58

Desseminate (penyebarluasan). Berdasarkan uraian diatas dapat

divisualisasikan melalui gambar 16 berikut.

Keadaan Seharusnya
Keadaan Sebenarnya
1. Media pembelajaran sangat
1. Media pembelajaran sistem
elektro pneumatik terbatas. mencukupi
2. Media pembelajaran yang ada 2. Media pembelajaran yang ada
belum mampu menjelaskan sangat baik dalam menjelaskan
sistem kerja dan rangkaian dengan sistem kerja dan rangkaian elektro
baik. pneumatik.
3. Metode yang digunakan belum 3. Metode yang digunakan sangat
maksimal dalam pembelajaran maksimal digunakan dalam
sistem elektro pneumatik. pembelajaran sistem elektro
pneumatik.

Media atau Simulator

Pengujian Media
Simulator sistem elektro
1. Validasi Ahli Media
pneumatik berbasis dual design
2. Validasi Ahli Materi
sebagai media penunjang praktik
3. Tanggapan
elektro pneumatik
Pengguna

Kelayakan media pembelajaran


dalam memahami komponen
dan mekanisme kerja elektro
pneumatik

Penggunaan dalam Pembelajaran

Gambar 16. Kerangka Berfikir


59
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Development). Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk dan menguji kelayakan produk yang dibuat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji produk hasil

pengembangan yang layak digunakan dan sesuai dengan kebutuhan. Penelitian

dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji kelayakan produk tersebut (Sugiono,

2009). Pengembangan yang akan dilakukan dalam pnelitian ini adalah Simulator

pneumatik berbasis dual design sebagai media pembelajaran yang menunjang

praktik elektro pneumatik. Pengembangan berupa trainer sistem elektro

pneumatik ini dilenkapi dengan modul panduan penggunaan media

pembelajaran.

Model pengembangan media pembelajaran ini menggunakan model

pengembangan 4-D, seperti yang dikemukakan Thiagarajan (1974) menjelaskan

bahwa ada 4 tahap dalam model pengembangan 4-D, yaitu Define

(Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan) dan

Dessiminate (Penyebarluasan). Sedangkan untuk perancangan simulator

pembelajaran menggunakan perancangan simulator menurut Hackbarth (1996)

yang di ringkas oleh (Isnanto, 2017) menjadi empat tahap yakni memilih dan

60
61

mengorganisasikan isi simulator, menyusun design, membuat kerangka dan

produksi simulator.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan model 4-D dipadukan menurut langkah-langkah

penelitian pengembangan dengan dasar pertimbangan bahwa model tersebut

cocok untuk mengembangkan produk media instruksional/pembelajaran yang

tepat sasaran, efektif dan dinamis. Model 4-D dinilai sangat membantu dalam

pengembangan pembelajaran bagi pendidik. Produk yang dikembangkan dalam

penelitian pengembangan jenis 4-D adalah media pembelajaran sistem elektro

pneumatik berbasis dual design. Pengembangan media pembelajaran ini

menggunakan model 4-D, karena pengembangan jenis ini dapat digunakan untuk

berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model pembelajaran,

strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan. Penerapan

langkah utama dalam penelitian ini tidak hanya menurut versi asli, tetapi

disesuaikan dengan karakteristik subjek dan tempat asal examinee. Selain itu

model yang diikuti akan disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan

dilapangan. Adapun tahapan pengembangan dalam model 4-D diantaranya yaitu

:
62

Analisis Awal Akhir P


E
N
D
Analisis Peserta Didik E
F
I
N
Analisis Tugas Analisis Konsep I
S
I
A
N
Spesifikasi Tujuan

P
E
R
A
Pemilihan Format N
C
A
N
G
A
Rancangan Awal N

Validasi Ahli
PENGE
MBAN
GAN
Uji Pengembangan

Uji Terbatas
PENYE
BARAN

Publikasi Media

Gambar 17. Alur Pengembangan Model 4-D Thiagarajan


(Sumber: Thiagarajan dkk, 1974)

Penjelasan rinci dari langkah-langkah model pengembangan 4D adalah

sebagai berikut:
63

1. Pendefinisian (Define)

Tahap pendefinisian merupakan tahap pertama dalam

mengembangkan media pembelajaran. Tahap ini bertujuan untuk

menetapkan dan mendefinisikan tentang syarat-syarat pembelajaran. Berikut

penjelasan rinci terkait tahap pendefinisian, yakni sebagai berikut :

b. Analisis Awal Akhir (Front-end Analysis)

Analisis awal dilakukan dengan cara studi pendahuluan melalui

observasi secara langsung di bengkel Pendidikan Teknik Mesin dan

wawancara kepada mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin yang berjumlah

9 orang. Hasil dari studi pendahuluan melalui observasi yaitu masih

kurangnya media pembelajaran yang menunjang mata kuliah sistem

hidrolik pneumatik. Hasil dari wawancara kepada mahasiswa menyatakan

bahwa pembelajaran mata kuliah hidrolik pneumatik di Prodi Pendidikan

Teknik Mesin Untirta khususnya kompetensi dalam memahami komponen

dan rangkaian sistem pneumatik belum diajarkan secara mendalam. Hal

tersebut dikarenakan media pembelajaran yang menunjang pembelajaran

sistem pneumatik masih kurang memadai di Prodi Pendidikan Teknik

Mesin. selain itu pembelajaran masih sebatas menggunakan media aplikasi

fluidsim. Penggunaan pembelajaran fluidsim hanya memahami simbol

bukan bentuk komponen asli yang bisa dioperasikan.

Permasalahan tersebut membuat peneliti bermaksud untuk

melakukan pembuatan media pembelajaran sistem elektro pneumatik

berbasis dual design. Penambahan sistem elektro pneumatik berbasis dual


64

design merupakan inovasi yang dilakukan oleh peneliti. Adanya inovasi

pada sistem elektro pneumatik tersebut akan membuat pengguna

(mahasiswa) semakin antusias dalam mempelajari komponen dan

rangkaian sistem pneumatik. Pengguna akan belajar mengenai model

pembelajaran yang baru yang diterapkan dalam pembelajaran sistem

elektro pneumatik. Penggunaan dual design yang diterapkan pada media

sistem elektro pneumatik, agar mempermudah pemahaman dalam

pembelajaran. Dual design mengartikan bahwa satu design menjelakan

komoponen asli yang bisa dioperasikan langsung dan satu design nya lagi

menjelaskan rangkaian dengan komponen silinder dan selenoid yang bisa

digerakan agar mengetahui langsung bagaimana laju udara yang bergerak.

c. Analisis Peserta Didik (Learner Analysis)

Analisis peserta didik dilakukan dengan cara mengamati

karakteristik mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin yang sedang dan telah

mangampu mata kuliah hidrolik pneumatik di semester IV dan VI. Analisis

ini dilakukan dengan mempertimbangkan ciri, kemampuan, dan

pengalaman peserta didik, baik sebagai kelompok maupun individu. Hasil

analisis peserta didik yang didapatkan yaitu mahasiswa sedang dan telah

mengampu mata kuliah hidrolik pneumatik di semester IV dan VI sebagian

dari lulusan SMA yaitu 70%. Banyaknya peserta didik yang berasal dari

SMA memiliki kecenderungan sulit mempelajari mata kuliah hidrolik

pneumatik.
65

d. Analisis Tugas (Task Analysis)

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas utama

yang akan dilakukan oleh peserta didik. Analisis tugas akhir terdiri dari

analisis terhadap rencana pembelajaran semester (RPS) pada mata kuliah

hidrolik pneumatik. Tugas-tugas utama yang harus dilakukan peserta didik

yaitu tugas mandiri, tugas kelompok, dan tugas terstruktur.

e. Analisis Konsep (Concept Analysis)

Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi yang ada

pada media pembelajaran. Analisis konsep dibuat dalam peta konsep

pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai arana pencapaian

kompetensi tertentu dengan cara mengidentifikasi dan menyusun secara

sistematis bagian-nagian utama materi pembelajaran. Berdasarkan hasil

analisis peserta didik dan analisis tugas maka diperlukan suatu konsep

yang dapat meningkatkan antusias dan semangat belajar peserta didik

khususnya dalam mempelajari mata kuliah hidrolik pneumatik.

f. Analisis Tujuan Pembelajaran (Specifying Instructional Objectives)

Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan indikator

pencapaian pembelajaran yang didasarkan atas analisis materi melalui

rencana pembelajaran semester (RPS). Peneliti dapat menuliskan tujuan

pembelajaran, sehingga dapat mengetahui materi apa saja yang akan

ditampilkan dalam media pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis

dual design. Hal tersebut akan menentukan seberapa besar tujuan

pembelajaran yang tercapai. Tujuan dalam pembelajaran sistem elektro


66

pneumatik adalah mahasiswa mampu menjelaskan tentang fungsi,

komponen, cara kerja, serta rangkaian kelistrikan sistem elektro

pneumatik.

2. Perancangan (Design)

Tahap ini merupakan tahap kedua dalam mengembangkan media

pembelajaran.tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan merancang tentang

media yang akan dibuat. Berikut penjelasan rinci terkait tahap perancangan,

yakni sebagai berikut :

a. Pemilihan Format

Format yang dipilih adalah format yang memenuhi kriteria

menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran. Hasil dari

tahap perancangan ini adalah sebuah desain awal atau rancangan media

pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis dual design. Rancangan

perangkat pembelajaran ini berupa panduan penggunaan media (manual

book), dan job sheet. Rancangan perangkat pembelajaran ini

dikembangkan dengan melalui validasi dari dosen pembimbing 1 dan

dosen pembimbing 2. Setelah perangkat pembelajaran divalidasi dan di

setujui oleh pembimbing, kemudian perangkat pembelajaran divalidasi

oleh ahli dan uji coba lapangan.

b. Rancangan Awal

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7) “Initial design is the

presenting of the essential instruction through appropriate media and in

a suitable sequence”. Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan


67

seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum uji coba

dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang

terstruktur seperti studi literatur, wawancara, dan praktek kemampuan

pembelajaran yang berbeda melalui praktik mengajar. Dalam tahap

perancangan, peneliti membuat produk awal (prototype) atau rancangan

produk. tahap ini dilakukan untuk membuat manual book dan simulator

pembelajaran sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan

amteri. Tahap ini diisi dengan menyiapkan kerangka konseptual dan

perangkat pembelajaran.

Sebelum tahap design (rancangan) produk dilanjutkan ke tahap

berikutnya, yaitu rancangan produk manual book dan simulator

pembelajaran perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh

para ahli dari bidang studi yang sesuai. Berdasarkan hasil validasi dari

para ahli tersebut, terdapat kemungkinn rancangan produk masih perlu

diperbaiki sesuai dengan daran validator.


68

Tabel 4. Tahapan Pembuatan Desain Media Pembelajaran


Sistem elektro pneumatik
No. Tahapan Desain Gambar Simulator Elektro Pneumatik

Rangka Media
1
Pembelajaran

Identitas dan

Komponen-
2
komponen elektro

pneumatik

3 Wiring Diagram
69

No. Tahapan Desain Gambar Simulator Elektro Pneumatik

4 Assembling

3. Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media

pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis dual design. Pada tahap ini

media pembelajaran sismulator elektro pneumatik berbasis dual design

dilakukan pengujian oleh ahli dan pengguna. Hal ini bertujuan untuk

memberikan validasi simulator tersebut, bahwa simulator tersebut layak

dijadikan sebagai media pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis

dual design. Terdapat tiga langkah dalam tahapan ini yaitu sebagai berikut :

a. Validasi Ahli (expert appraisal)

Validasi media ini meliputi tingkat kelayakan media dari aspek

tampilan, desain, kualitas teknis, kualitas materi dan kemanfaatan untuk

pembelajaran. Kegiatan ini melibatkan ahli media dan ahli materi dari

bidang studi yang sama. Validasi media dilakukan oleh guru pengampu

mata pelajaran Hidrolik Pneumatik Prodi Teknik Mekanik Industri dua

orang dan dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro satu orang.


70

Sedangkan validasi ahli materi dilakukan oleh guru pengampu Sistem

Kontrol Elektro Pneumatik Prodi Teknik Otomasi Industri dua orang dan

dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro satu orang. Hasil validasi

berupa saran dan komentar tentang kekurangan dan kelebihan media

pembelajaran yang divalidasi. Saran dari para validator digunakan untuk

merevisi media pembelajaran yang dikembangkan. Selanjutnya akan

diujikan kepada pengguna (mahasiswa) dalam uji coba lapangan

terbatas.

b. Uji Coba Produk (development testing)

Simulator yang telah diuji dan direvisi beberapa kali pada tahap

sebelumnya dan dinyatakan layak, selanjutnya diujicobakan untuk

diterapkan dalam pembelajaran sistem pneumatik dengan kompetensi

memahami komponen dan rangakaian sistem pneumatik. Proses uji coba

lapangan tesebut populasi penelitiannya adalah Mahasiswa Pendidikan

Teknik Mesin Untirta. Sedangkan sampel penelitiannya adalah

mahasiswa semester IV dan semester VI yang berjumlah 30 orang.

Selama proses uji coba lapangan media simulator yang dikembangkan

diuji efektifitasnya. Pengujian efektifitas dilakukan dengan mempelajari

materi sistem pneumatik dengan menggunakan simulator. Design yang

digunakan dalam penelitian ini adalah desain True Eksperimental

Designs (desain eksperimen yang betul-betul) sehingga dengan desain

tersebut simulator layak untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.


71

4. Penyebarluasan

Penyebarluasan dilakukan pada saat proses pengambilan data

kelayakan media di prodi Pendidikan Teknik Mesin Untirta, peneliti

mempraktikan kepada perwakilan mahasiwa semester IV dan VI untuk

selanjutnya masing-masing mahasiswa mencoba memperaktikan sendiri.

Selain mahasiswa, peneliti juga mempraktikan kepada dosen pengampu

mata kuliah Hidrolik Pneumatik untuk digunakan nantinya sebagai alternatif

dalam pembelajaran khususnya praktik. Berdasarkan hasil sosilisasi peneliti

mendapatkan hasil berupa komentar terkait media bahwa media ini sangat

membantu mahasiswa sehingga dapat digunakan sebagai media

pembelajaran.

C. Desain Uji Coba Produk

1. Desain uji coba

Desain uji coba produk dibuat menggunakan aplikasi solid work.

Desain uji coba produk yang telah dibuat kemudian disetujui oleh

pembimbing 1 dan pembimbing 2.


72

Gambar 18. Media Pembelajaran Simulator


Sistem Elektro Pneumatik

2. Subjek uji coba

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berlokasi

di Kampus C Jl. Ciwaru Raya, Kel. Cipare, Kec. Serang, Kota Serang,

Banten 42117.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April dampai dengan Mei

tahun 2019.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan

tujuan agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai


73

yang diharapkan. Adapun pembahasan mengenai populasi dan sampel

sebagai berikut.

a. Populasi

Populasi menurut Sugiono (2013) adalah wilayah generalisasi yeng

terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian populasinya adalah seluruh

mahasiwa Pendidikan Teknik Mesin semester IV dan VI yang sedang atau

telah mengontrak mata kuliah hidrolik pneumatik yang berjumlah 60

orang.

b. Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh, yaitu

menurut Arikunto (2013) jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang,

maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika

populasinya lebih besar dari 100, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25%

dari jumlah populasinya. Berdasarkan penelitian ini karena jumlah

populasinya tidak lebih dari 100 responden, maka responden diambil 50%

dari semester IV dan 50% dari semester VI yang mengontrak mata kuliah

hidrolik pneumatik. Jadi jumlah sampel tersebut sebanyak 30 orang.

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling merupakan

metode atau cara pengambilan sampel. Tujuan diadakan pengambilan

sample adalah keterbatasan tenaga, waktu, biaya dan adanya asumsi

bahwa seluruh populasi seragam sehingga bisa diwakili oleh sampel. Ada
74

dua macam teknik pengambilan sampel, yaitu teknik Random sampel

(probability sampling) dan Non Random sample (nonprobability

sampling) (Martono, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik nonprobability sampling untuk cara pengambilan sampel. Teknik

yang digunakan adalah purposive sampling.

4. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk

keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat

penting dalam metode penelitian ilmiah karena pada umumnya data yang

dikumpulkan, digunakan, untuk penelitian eksplorasi dalam menguji

hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini,

teknik pengumpulan data yang dipergunakan untuk memenuhi tahapan

model 4-D adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan penyajiannya

secara induktif. Jadi, data yang tersaji berbentuk narasi berdasarkan data-

data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui

lembar observasi, studi literatur, dan angket

a. Pengamatan (Observasi)

Observasi digunakan utuk mengumpulkan data dalam kebutuhan

akan media dan masalah yang timbul dalam pembelajaran. Pengamatan

ini di dasari atas perkembangan akan pemanfaatan teknologi yang

semakin pesat di bidang pendidikan. Sudjana (2005) mengemukakan

bahwa observasi dilakukan untuk megukur tingkah laku individu ataupun


75

proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi

yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Pada penelitian ini observasi dilakukan pada tahapan awal, uji coba

terbatas, uji coba luas maupun pada tahap validasi model untuk

mendapatkan data berupa pengamatan secara langsung terhadap

responden selama kegiatan proses pembelajaran. Observasi yang diamati

berupa kegiatan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang

dilakukan secara kontinyu sampai diperoleh data yang memadai. Alat

yang digunakan dalam pengamatan (observasi) merupakan packing list

seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Packing List Bengkel Pendidikan Teknik Mesin Untirta


Keterangan
No Item Jumlah
Ada Tidak Ada
1 Trainer sistem stater √ 1
2 Trainer sistem pengisian √ 1

b. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana

peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data (Sugiyono, 2010). Pada

peneliian ini wawancara dilakukan kepada dosen pengampu mata kuliah

Hidrolik Pneumatik dan kepada mahasiswa yang telah mengambil mata

kuliah Hidrolik Pneumatik disemsester IV dan berjumlah 9 orang.


76

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan pada

mata kuliah Hidrolik Pneumatik.

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Wawancara Dosen Pengampu


No. Aspek No. Item Instrumen Jumlah
1. Pembelajaran 1, 2, 3 3
2. Metode 4, 5 2
3. Media Pembelajaran 6, 7, 8, 9 , 10 5
4. Evaluasi 11, 12 2

Tabel 7. Kisi-kisi instrumen wawancara mahasiswa


No. Aspek No. Item Instrumen Jumlah
1. Pembelajaran 1, 2, 3 3
2. Metode 4, 5 2
3. Media Pembelajaran 6, 7, 8, 9 4
4. Evaluasi 10, 11 2

c. Studi Literatur

Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan berbagai

informasi, khususnya untuk melengkapi data dalam studi pendahuluan

dengan melihat penilitan terdahulu untuk menguatkan solusi dalam

pemecahan masalah dan pentingnya kebutuhan akan penelitian dan

pengembangan media yang ditawarkan. Selain itu studi literatur

dilakukan dengan cara mempelajari dokumen dan catatan-catatan yang

berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti. Motode pengumpulan data

ini perlu dilakukan unuk menganalisis dokumen-dokumen yang

mendukung informasi untuk memahami hal yang sebenarnya. Hasil studi

literatur berasal dari Jurnal, skripsi dan buku.


77

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian

ini adalah angket (kuesioner). angket merupakan instrumen pengumpul data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Data angket diperoleh dari ahli

materi, ahli media, dan pengguna atau peserta didik yang bertujuan untuk

mengukur kualitas media pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari

aspek tampilan, rekayasa perangkat lunak, kebermanfaatan, relevansi materi,

pengorganisasian materi, evaluasi latihan soal, Bahasa, media pembelajaran,

desain materi, komunikasi visual.

Instrumen angket disusun dengan beberapa indikator penilaian untuk

ahli materi, ahli media, praktisi pembelajaran, dan peserta didik. Sebelum

membuat instrumen pengumpulan data berupa kuesioner/angket, terlebih

dahulu dibuat kisi-kisi instrumen sebagai berikut:

a. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Media

Pada instrumen ahli media berisikan poin tentang aspek-aspek

yang berhubungan dengan media pembelajaran. Berikut kisi-kisi untuk

instrumen ahli media:

Tabel 8. Kisi-kisi Kuisioner Ahli Media

No Kriteria Indikator Nomor Soal


1 Tampilan a. Pewarnaan 1, 2, 3
Simulator b. Tata Bahasa 4, 5, 6
c. Gambar 7, 8, 9
2 Desain a. Bentuk Simulator 10, 11
b. Tata Letak Komponen 12, 13, 14
3 Kualitas a. keamanan Simulator 15, 16
Teknis b. penggunaan Simulator 17, 18, 19
78

b. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi

Pada instrumen ahli materi berisikan poin tentang aspek-aspek

yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Berikut kisi-kisi untuk

instrumen ahli materi:

Tabel 9. Kisi-kisi Kuisioner Ahli Materi.

No. Kriteria Indikator Nomor Soal


1 Kualitas a. Kesesuaian Materi 1, 2, 3
Materi dengan RPS
b. Kelengkapan Materi 4, 5, 6, 7, 8, 9
c. Relevansi materi 10, 11, 12, 13,
14, 15

2 Kemanfaatan a. Kreatifitas 16, 17, 18


b. Kemudahan Proses 19, 20, 21
Belajar

c. Kisi-kisi Instrumen untuk Pengguna (Mahasiswa)

Pada instrumen pengguna berisikan poin tentang aspek-aspek

yang berhubungan dengan tanggapan pengguna terkait media

pembelajaran simulator sistem elektro pneumatik. Berikut kisi-kisi untuk

instrumen pengguna:

Tabel 10. Kisi-Kisi Kuisioner Pengguna

No Kriteria Indikator Nomor Soal


1 Aspek Kualitas a. Isi materi 1, 2, 3. 4, 5, 6
Materi b. Tingkat ketertarikan 7, 8, 9
c. Job sheet 10, 11, 12
2 Aspek Tampilan a. Pewarnaan 13, 14, 15
Simulator b. Tata Bahasa 16, 17
c. Gambar 18, 19, 20
3 Desain a. Bentuk Simulator 21, 22
b. Tata Letak Komponen 23, 24, 25
4 Kualitas Teknis a. keamanan Simulator 26, 27
b. penggunaan Simulator 28, 29
79

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian pengembangan ini yaitu deskriptif

persentase. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada pengembangan media

pembelajaran sistem elekto pneumatik dual design interaktif pada kompetensi

keahlian setiap mata kuliah, sehingga data dianalisis dengan sistem deskriptif

persentase. Menurut Ali (1998: 184), untuk menganalisis data dari angket

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) angket yang telah di isi

responden, diperiksa kelengkapan jawabannya, kemudian disusun sesuai

dengan kode responden, (b) mengkuantitatifkan jawaban setiap pernyataan

dengan memberi skor sesuai bobot yang telah ditentukan sebelumnya, (c)

membuat tabulasi data, dan (d) Menghitung persentase dari tiap-tiap sub

variabel dengan rumus:


𝑛
Persentase kelayakan (%) = 𝑁 x 100%

Keterangan:
% = Persentase sub variabel
n = Jumlah skor tiap variabel
N = Jumlah skor maksimum
Persentase yang telah diperoleh kemudian ditrasformasikan kedalam

tabel supaya pembacaan hasil penelitian menjadi mudah, untuk menentukan

kriteria kualitatif dilakukan dengan cara: (1) menentukan persentase skor

ideal (skor maksimum), (2) menentukan persentase skor terendah (skor

minimum), (3) menentukan range, (4) menentukan interval yang dikehendaki

= 4 (sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju).


80

Tabel 11. Skor Instrumen


Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

a. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukan pada pengertian apakah sebuah intrumen

dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu kewaktu

(Burhan Nurgiantoro dkk, 2010). Uji reliabilitias dilakukan dengan rumus

Croanbach’s Alpha. Adapun rumus Croanbach’s Alpha adalah sebagai

berikut :

𝐾 ∑ 𝑆𝑖2
ri= (𝐾−1) (1 − ) ............................... (1.1)
𝑆𝑡2

Keterangan :
ri = Reliabilitas instrumen
K = Jumlah butir pertanyaan
Si2 = Variasi Butir
St2 = Variasi total
Kemudian nilai dari ri diinterpretasikan dengan tingkat hubungan

koefesian korelasi menurut Sugiyono (2011) sebagai berikut :

Tabel 12. Tingkat Koefesien Korelasi


(Sumber : Sugiyono, (2012))
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,299 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
81

b. Menentukan Skor Rata-rata

Menurut Menurut Ali (1998), untuk menganalisis data dari angket

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) angket yang telah di isi

responden, diperiksa kelengkapan jawabannya, kemudian disusun sesuai

dengan kode responden, (b) mengkuantitatifkan jawaban setiap pernyataan

dengan memberi skor sesuai bobot yang telah ditentukan sebelumnya, (c)

membuat tabulasi data, dan (d) Menghitung persentase dari tiap-tiap sub

variabel dengan rumus:

𝛴𝑥
x̅ = ........................................... (1.2)
𝑛

Keterangan :
𝑥̅ = Skor Rata-Rata
𝑛 = Jumlah Penilai
Σ𝑋 = Skor Total Masing-Masing

Persentase yang telah diperoleh kemudian ditrasformasikan kedalam

tabel supaya pembacaan hasil penelitian menjadi mudah, untuk

menentukan kriteria kualitatif dilakukan dengan cara: (1) menentukan

persentase skor ideal (skor maksimum), (2) menentukan persentase skor

terendah (skor minimum), (3) menentukan range, (4) menentukan interval

yang dikehendaki = 4 ( sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak

setuju), dan (5) menentukan lebar interval. Dari pernyataan diatas maka

untuk menentukan kriteria terhadap media yang telah diujikan kepada

pakar ahli (ahli media dan materi) dan pengguna (Mahasiswa) dapat

dijabarkan sebagai berikut :


82

1) Analisis Ahli Media

Nilai tertinggi = 4 (Sangat Setuju), nilai terendah = 1 (Sangat Tidak

Setuju), jumlah kriteria yang ditentukan = 4 kriteria, dan jumlah

responden keseluruhan = 3 orang. Maka langkah-langkah deskriptif

persentase adalah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah maksimal

Skor maksimal = jumlah responden x nilai tertinggi

= 3 x 4 = 12

b) Menghitung skor minimal

Skor minimal = jumlah responden x nilai terendah

=3x1=3

c) Menghitung peresentase maksimal

skor maksimal
𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 = skor maksimal x 100% .................. (1.3)

12
= 12 𝑥 100%

= 100 %

d) Menghitung peresentase minimal

skor minimal
𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 = skor maksimal x 100% ................. (1.4)

3
= 12 𝑥 100%

= 25 %

e) Menghitung rentang peresentase

Rentangan = peresentase maksimal – peresentase minimal ...... (1.5)

= 100% - 25% = 75%


83

f) Menghitung interval kelas persentase

Interval persentase = rentang persentase : jumlah kriteria

= 75% : 4 = 18,75%

2) Analisis ahli materi

Nilai tertinggi = 4 (Sangat Setuju), nilai terendah = 1 (Sangat

Tidak Setuju), jumlah kriteria yang ditentukan = 4 kriteria, dan jumlah

responden keseluruhan = 3 orang. Maka langkah-langkah deskriptif

persentase adalah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah maksimal

Skor maksimal = jumlah responden x nilai tertinggi ............... (1.6)

= 3 x 4 = 12

b) Menghitung skor minimal

Skor minimal = jumlah responden x nilai terendah ................. (1.7)

=3x1=3

c) Menghitung peresentase maksimal

skor maksimal
𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 = x 100% ................(1.8)
skor maksimal

12
= 𝑥 100%
12

= 100 %

d) Menghitung peresentase minimal

skor minimal
𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 = skor maksimal x 100% ................ (1.9)

3
= 𝑥 100%
12

= 25 %
84

e) Menghitung rentang peresentase

Rentangan = peresentase maksimal – peresentase minimal .... (1.10)

= 100% - 25% = 75%

f) Menghitung interval kelas persentase

Interval persentase = rentang persentase : jumlah kriteria ...... (1.11)

= 75% : 4 = 18,75%

3) Analisis pengguna

Nilai tertinggi = 4 (Sangat Setuju), nilai terendah = 1 (Sangat

Tidak Setuju), jumlah kriteria yang ditentukan = 4 kriteria, dan jumlah

responden keseluruhan = 21 orang. Maka langkah-langkah deskriptif

persentase adalah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah maksimal

Skor maksimal = jumlah responden x nilai tertinggi .............. (1.12)

= 30 x 4 = 120

b) Menghitung skor minimal

Skor minimal = jumlah responden x nilai terendah ................. (1.13)

= 30 x 1 = 30

c) Menghitung peresentase maksimal

skor maksimal
𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 = skor maksimal x 100% ................ (1.14)

120
= 120 𝑥 100%

= 100 %

d) Menghitung peresentase minimal

skor minimal
𝑝𝑒𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 = skor maksimal x 100% ............. (1.15)
85

30
= 30 𝑥 100%

= 25 %

e) Menghitung rentang peresentase

Rentangan = peresentase maksimal – peresentase minimal .... (1.16)

= 100% - 25% = 75%

f) Menghitung interval kelas persentase

Interval persentase = rentang persentase : jumlah kriteria ...... (1.17)

= 75% : 4 = 18,75%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka range persentase dan

kriteria kualitatif dapat ditetapkan sebagaimana tabel, untuk

menentukannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Tabel 13. Range Persentase dan Kriteria Kualitatif

No. Interval Kriteria


1. 81,25% < skor ≤ 100,00% Sangat Layak
2. 62,50% < skor ≤ 81,24% Layak
3. 43,75% < skor ≤ 62,49% Kurang Layak
4. 25,00% < skor ≤ 43,74% Sangat Tidak Layak
(Sumber : Ali, 1998)

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila diperoleh hasil yang

berada pada rentang 62,50% < skor ≤ 81,24% (Layak) dan 81,25% <

skor ≤ 100% (Sangat Layak). Apabila dari angket diperoleh hasil yang

berada pada rentang 25,00% < skor ≤ 43,74% (Sangat Tidak Layak) dan

43,75% < skor ≤ 62,49% (Kurang Layak).


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan yaitu research and development (R &

D) dengan model pengembangan 4-D meliputi tahapan Define, Design, Develop

dan Dessiminate. Setiap tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti

bekerjasama dengan dosen pengampu mata kuliah hidrolik pneumatik. Berikut

tahapan-tahapan dalam model penegmbangan 4-D yaitu:

1. Tahap Model 4-D

a. Hasil Tahapan Pendefinisian (Define)

Proses define diawali dari studi pendahuluan dengan tiga cara yaitu

melalui observasi, wawancara dan studi literatur. Proses observasi

dilakukan dibengkel jurusan Pendidikan Teknik Mesin Untirta pada

tanggal 29 Agustus 2018. Proses wawancara dilakukan pada tanggal 12

September 2018, sedangkan studi literatur dilakukan melalui jurnal,

skripsi dan buku. Hasil didapatkan pada proses analisis dibagi menjadi 3,

diantaranya yaitu :

1) Hasil Observasi

Hasil observasi dibengkel Jurusan Pendidikan Teknik Mesin yaitu :

a) Terbatasnya media pembelajaran yang menunjang mata kuliah

Hidrolik Pneumatik.

86
87

b) Belum tersedianya media pembelajaran sistem elektro pneumatik.

c) Media pembelajaran belum bisa memberikan pemahaman yang

baik saat pembelajaran praktik.

2) Hasil Wawancara kepada Mahasiswa

Hasil wawancara dikelompokan menjadi 4, yaitu wawancara

terhadap pembelajaran, metode, media pembelajaran dan evaluasi.

Hasil tersebut diantaranya :

a) Pembelajaran

Hasil wawancara terhadap pembelajaran pada mata kuliah

hidrolik pneumatik pada kompetensi sistem pneumatik yaitu :

(1) Proses pembelajaran kurang menarik, karena tidak

menggunakan media pembelajaran dengan komponen asli.

(2) Proses pembelajaran praktik sistem pneumatik kurang

maksimal tanpa adanya media pembelajaran.

(3) Proses pembelajaran yang tidak menggunakan media

membuat mahasiswa menjadi kurang semangat dalam

mengikuti pembelajaran.

b) Metode pembelajaran

Hasil wawancara terhadap pembelajaran pada mata kuliah hidrolik

pneumatik yaitu :

(1) Metode yang digunakan masih menggunakan metode inquiri

(2) Metode yang digunakan hanya penyampaian materi, tidak

melakukan praktik langsung menggunakan komponen asli.


88

(3) Tidak adanya media pembelajaran yang menunjang, sehingga

pengajar menjadi sulit menerapkan metode pembelajaran yang

variatif.

c) Media pembelajaran

Hasil wawancara terhadap pembelajaran pada mata kuliah hidrolik

pneumatik yaitu :

(1) Kurangnya media pembelajaran yang menunjang dalam

pemebelajaran praktik.

(2) Perlunya media pembelajaran yang menunjang mata kuliah

hidrolik pneumatik, khususnya sistem pneumatik.

d) Evaluasi

Hasil wawancara terhadap pembelajaran pada mata kuliah hidrolik

pneumatik yaitu :

(1) Evaluasi pembelajaran hanya secara sebatas teori saja.

(2) Evaluasi pembelajaran kurang efektif, karena tidak

menggunakan media pembelajaran.

3) Hasil Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara membaca dan

menganalisis jurnal, skripsi, buku dan penelitian terdahulu yang

sesuai dengan judul penelitian penulis. Hasil dari studi literatur

yaitu peneliti dapat menemukan referensi yang sesuai sehingga

mempermudah dalam penelitian dan penulisan.


89

Beberapa faktor diatas menyebabkan proses pembelajaran

pada mata kuliah hidrolik pneumatik khususnya sistem pneumatik

menjadi kurang maksimal. Mempelajari mata kuliah hidrolik

pneumatik tentunya sangat penting. Tidak bisa dipungkiri, semakin

kedepan penggunaan sistem pneumatik didunia industri semakin

berkembang, sehingga pemahaman terkait kompetensi ini harus

lebih ditingkatkan. Perkembangan teknologi di dunia industri

disambut dengan baik, khususnya mahasiswa Pendidikan Teknik

Mesin Untirta yaitu dengan cara mempelajari mata kuliah hidrolik

pneumatik khusnya sistem pneumatik dengan sungguh-sungguh.

Mata kuliah hidrolik pneumatik merupakan salah satu mata

kuliah yang sulit dipelajari tanpa mempraktikannya secara

langsung. Oleh karena itu dalam mempelajarinya dibutuhkan

fasilitas yang menunjang. Fasilitas yang menunjang pembelajaran

mata kuliah hidrolik pneumatik salah satunya yaitu media

pembelajaran berupa simulator. Dengan adanya media

pembelajaran mahasiswa dapat mengetahui sistem kerja serta dapat

mencoba mempraktiaknnya secara langsung. Pada tingkatan

taksonomi bloom melakukan secara langsung memiliki nilai lebih

tinggi dari pada hanya melihat secara visual. Peserta didik akan

memiliki ingatan yang tajam ketika dia mencobanya secara

langsung. Adanya media pembelajaran mebuat pendidik menjadi

lebih mudah dalam menentukan metode pembelajaran yang variatif.


90

Metode pembelajaran yang baik dan tidak monoton akan membuat

mahasiswa menjadi lebih semangat dalam belajar. Hal tersebut akan

meningkatkan kompetensi peserta didik sehingga akan terciptanya

proses pembelajaran yang baik. Dengan demikian perlunya media

pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis dual design yang

menunjang proses pembelajaran sistem pneumatik.

b. Hasil Tahapan Desain (Design)

Tahap desain (Design) merupakan langkah untuk merencanakan media

yang akan dikembangkan sesuai permasalahan yang ditemukan saat tahap

pendefinisian selanjutnya ialah langkah merancang sebuah media

pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada langkah desain adalah (a) desain

produk dan, (b) desain tata letak produk yang akan dikembangkan. Dari hasil

pendefinisian kebutuhan diatas, maka dihasilkan desain sebagai berikut :

Gambar 19. Dimensi Media Pembelajaran


Sistem Elektro Pneumatik
91

Gambar 20. Spesifikasi Media Pembelajaran Simulator


Sistem Elektro Pneumatik

Keterangan :
1. Frame depan menggunakan 11. Kompresor
multiplek
2. Aktuator 12. Power Supply
3. Limit switch 13. Kaki pertama
4. Selenoid 14. Kaki kedua
5. Relay 15. Kaki ketiga
6. Throttel valve 16. Kaki keempat
7. Air service unit 17. Siku kaki
8. Push Button 18. Roda
9. LED 19. Rangkaian elektro pneumatik
10. Identitas Pembuat Media
92

Hasil dari desain diatas terdapat revisi atau masukan dari penguji yaitu :

a) Revisi Materi

Revisi materi dilakukan berdasarkan saran dan masukan dari

validator ahli. Berikut beberapa revisi materi yang dapat dilakukan oleh

peneliti, yaitu a) melakukan perbaikan pada isi materi yang dijelaskan

agar lebih spesifik pembahasan yang buat, b) memperjelas tampilan

gambar agar pengguna melihat lebih jelas dan mudah dipahami, c)

penulisan dan desaign cover dilakukan perbaikan agar lebih rapih dan

menarik.

b) Revisi Media

Revisi media dilakukan berdasarkan saran masukan dari penguji

semhas agar media pembelajaran media lebih baik. Berikut beberapa

yang dapat dilakukan peneliti berdasarkan masukan dari penguji

semhas, yaitu a) perubahan bentuk dari simulator yang terlalu besar

ukurannya, b) dilakukan perbaikan simulator menjadi portable,

sehingga bisa digunakan dan pindahkan lebih mudah dalam

pembelajaran, c) dilakukan perbaikan tampilan simbol pada simulator,

karena beberapa simbol masih belum sesuai dengan komponen asli.

Proses pembuatan revisi hasil dari masukan penguji desain

dilakukan dengan beberapa tahapan sampai desain tersebut benar-benar

dikatakan layak. Tahapan-tahapan dalam pembuatan desain bisa dilihat

pada tabel 14.


93

Tabel 14. Tahapan-tahapan Revisi Pembuatan Desain

No. Tahapan Desain Gambar Simulator Elektro Pneumatik

Rangka Media
1
Pembelajaran

Identitas dan

Komponen-
2
komponen elektro

pneumatik

3 Wiring Diagram
94

No. Tahapan Desain Gambar Simulator Elektro Pneumatik

4 Assembling

Tahap desain (design) merupakan langkah dalam merencanakan media

pembelajaran yang akan dibuat dam dikembangkan sesuai permasalah yang

ditemukan dilapangan pada saat tahap analisis. Pembuatan desain pada media

pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis dual design ini

menggunakan aplikasi solid work. Kegiatan yang dilakukan pada tahap desain

alah membuat asumsi kebutuhan alat dan bahan pembuatan media

pembelajaran sistem elekro pneumatik. Proses desain akan membuat kita tahu

besarnya anggaran yang harus kita keluarkan, sehingga tidak akan kelebihan

atau kekurangan anggaran dalam pembuatan media pembelajaran tersebut.

Proses desain juga akan membuat kita tahu dimensi dari media pembelajaran

yang akan dibuat. Adanya desain akan mempermudah kita dalam mebuat

media pembelajaran, karena kita hanya tinggal mengikuti apa yang ada dalam

desain. Dengan demikian media yang akan dibuat menjadi tepat sasaran.

Adapun langkah-langkah dalam pembuatan desain sebagai berikut :


95

1) Menggambar rangka media pembelajaran menggunakan software

solidwork

2) Menggambar frame simbol-simbol komponen elektro pneumatik

menggunakan photoshop

3) Menggambar identitas pembuat media photoshop

4) Membuat wiring diagram sistem elektro pneumatik fluid sim dan

photoshop.

5) Perakitan semua komponen menjadi simulator elektro pneumatik berbasis

dual desain.

Gambar 21. Tampak depan Media Gambar 22. Tampak belakang


Pembelajaran Sistem Elektro Pneumatik Media Pembelajaran Sistem
Elektro Pneumatik

Keterangan :

1. Limit switch 1 13. Relay 1


2. Silinder Double Acting 1 14. LED 2
3. Throttel valve 1 15. LED 3
4. Air service unit 16. Relay 2
5. LED 1 17. Selenoid 2
96

6. Push Button 1 18. LED 4


7. Push Button 2 19. Throttel valve 2
8. Selenoid 1 20. Silinder Double Acting 2
9. Kompresor 21. Limit switch 2
10. Power Supply 22. Limit switch 3
11. Siku kaki 23. Limit switch 4
12. Tempat Alat dan Bahan 24. Rangkaian Elektro
Pneumatik

Gambar 23. Dimensi Tampak Depan Gambar 24. Dimensi Tampak


Media Pembelajaran Sistem Elektro Samping Media Pembelajaran
Pneumatik Sistem Elektro Pneumatik

Pembuatan desain ini meruapakan hasil revisi dan masukan dari

penguji, kemudian divalidasi oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2 dan

akhirnya dikatakan layak. Stelah desain tersebut dikatakan layak selanjutnya

penulis dapat membuat media pembelajaran sistem elektro pneumatik

berbasis dual design. Berikut ini merupakan tahapan dalam pembuatan media

pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis dual design.


97

1) Jenis alat dan bahan

Pemilihan jenis alat dan bahan dalam pembuatan media

pembelajaran sangatlah penting. Pemilihan alat dan bahan yang tepat akan

mengurangi resiko biaya tak terduga yang tinggi. Alat dan bahan yang

dibutuhakan dalam pembuatan media pembelajaran sistem elektro

pneumatik dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 15. Kebutuhan Komponen dan Peralatan Kerja Pembuatan Media


Pembelajaran Sistem Elektro Pneumatik
No. Komponen Utama Kebutuhan Alat-alat
a. Mesin las busur listrik
b. Gerinda Duduk
c. Bobor Tangan
d. Meteran
1 Peralatan Kerja
e. Obeng -
f. Obeng +
g. Cutter
h. Kunci Pas
a. Besi hollow 3x3
b. Akrilik 3 mm
c. Aktuator double acting
d. Throttle valve
e. Selenoid 5/2
Bahan Simulator Sistem
2 f. Relay
Elektro Pneumatik
g. Air Service Unit
h. Limit Switch
i. Push Button
j. Power Supply
k. Kompresor
98

2) Proses pembuatan media pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis

dual desain.

Pembuatan kerangka sistem elektro pneumatik ini bertujuan

sebagai tempat pemasangan akrilik yang digunakan untuk penempatan

komponen dan wiring diagram, selain itu untuk dudukan bagian box

sebagai tempat penyimpanan peralatan sistem elektro pneumatik. Proses

pembuatan rangka ini memerlukan bebrapa tahap yaitu sebagai berikut :

a) Proses pemotongan besi hollow

Pemotongan besi dilakukan sesuai dengan rancangan

sebelumnya. Besi dipotong menggunakan gerinda potong.

Ukuran besi yang akan dipotong adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Ukuran Besi


No. Jenis Besi Ukuran Panjang Jumlah
75 cm 2
69 cm 2
83 cm 4
1. Hollow 3cm x 3cm x 6 cm
38 cm 2
30 cm 1
80 cm 2

b) Proses Pengelasan Rangka

Proses pengelasan dilakukan untuk menyambungkan potongan

besi sesuai dengan desain yang telah dibuat. Penyambungan besi

tersebut menggunakan las busur listrik.

c) Proses Merapikan Rangka

Proses merapikan rangka dilakukan setelah penyambungan

rangka selesai. Perapihan rangka bertujuan untuk merapikan bagian


99

rangka yang tajam sehingga tidak membahayakan bagi pengguna.

Proses perapihan rangka dilakukan agar rangka dapat terlihat rapih.

Proses merapihkan bagian rangka yang dilas yaitu dengan cara

pendempulan. Proses pendempulan akan menghasilkan permukaan

yang halus dan rapi. Sebelum dilakukan pendempulan bagian yang di

las harus dibersihkan dahulu dengan menggunkan mesin gerinda.

d) Proses Finishing Pengecatan Rangka

Proses pengecatan dilakukan untuk melindungi rangka dari

karat/korosi. Sebelum pengecatan dilakukan bersihkan rangka terlebih

dahulu dari kotoran yang berupa serbuk hasil penghalusan, pelumas,

dan hasil pendempulan yang kurang rata. Setelah dipastikan permukaan

yang akan dicat sudah rapi maka selanjutnya dilakukan pengecatan.

e) Pemasangan Akrilik dan komponen

Pemasangan komponen sistem elektro pneumatik meliputi limit

switch, aktuator, throttle valve, selenoid, relay, air service unit, dan

push button. Penempatannya dipasang pada akrilik. Pemuatan

dudukan komponen ditentukan dengan desain dalam bentuk gambar.

Setelah desain jadi lalu pemotongan dan pengeboron dudukan.


100

3) Hasil Media

Gambar 25. Simulator sistem elektro pneumatik berbasis dual design

c. Hasil Tahapan Pengembangan (Development)

Pembuatan produk dilakukan setelah menganalisis kebutuhan dan

pengumpulan komponen dan peralatan kerja disesuaikan dengan desain

produk. Desain produk yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh ahli dan

direvisi sebelum diuji coba oleh pengguna. Revisi tersebut dikelompokan

berdasarkan validator melalui pertanyaan yang terdapat pada angket terbuka.

Revisi dilakukan agar media pembelajaran dapat diperbaiki dan dapat

digunakan sebagaimana mestinya, sehingga dikatakan layak. Berikut revisi

produk dan hasil validasi menurut ahli:

1) Revisi Produk

a) Validator Ahli Media

Hasil analisis uji validasi media pembelajaran terhadap aspek

diatas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sistem

elektro pneumtaik ini dapat digunakan dengan revisi sebagai berikut :


101

(1) Perubahan Bentuk rangka simulator

(2) Dibuat bok tempat penyimpanan komponen

(3) Perubahan simbol.

b) Validator Ahli Materi

Hasil analisis uji validasi media pembelajaran terhadap aspek

diatas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sistem

elektro pneumatik berbasis dual design ini dapat digunakan dengan

revisi sebagai berikut :

(1) Penambahan wiring diagram sebelum langkah kerja.

(2) Penggunaan kalimat pada langkah kerja harus sesuai dengan

simulator.

(3) Hasil penilaian harus ada dalam format

2) Hasil Validasi

Proses validasi merupakan proses yang dilakukan untuk menguji

media pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis dual design.

Penerapan media pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis dual

design dilakukan setelah melewati tahap pengujian sebelum digunakan.

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengethaui kualitas media dan

tingkat kelayakan media sebelum digunakan. Jenis pengujiannya antara

lain sebagai berikut:

a) Uji validasi Ahli Media

Validasi ahli terdiri dari validasi oleh ahli media yang dilakukan

oleh pakar ahli di Pendidikan Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng


102

Tirtayasa sebanyak 1 orang, dan 2 orang dari guru SMK YPWKS

Cilegon yang meliputi kriteria tampilan simulator (9 pernyataan),

kriteria desain (8 pernyataan) dan kriteria kualitas teknis (8 pernyataan).

Hasil media dilakukan untuk memperoleh masukan tentang

media yang didapat dalam media pembelajaran. Hasil masukan yang

diperoleh dari ketiga ahli tersebut kemudian dirata-rata dengan hasil

83,91% yang berarti dari ketiga kriteria tersebut media Simulator

Sistem Elektro Pneumatik ini mendapatkan kategori “Sangat Layak”.

Adapun hasil validasi tiap item oleh ahli media diantaranya adalah

sebagai berikut:

Tabel 17. Data dan Analisis Rekap Validasi Ahli Media

Indikator Skor Skor Persentase Persentase


Kriteria Kategori
Ahli Media Hasil Tertinggi Indikator Kriteria
Aspek Pewarnaan 30 36 83,33%
Sangat
Tampilan Tata Bahasa 20 24 83,33% 81,94%
Layak
Simulator Gambar 38 48 79,17%
Bentuk
40 48 83,33%
Aspek Simulator Sangat
83,33%
Desain Tata Letak Layak
40 48 83,33%
Komponen
Aspek Komunikatif 40 48 83,33%
Sangat
Kualitas Penggunaan 86,46%
43 48 89,58% Layak
Teknis Simulator
Sangat
Jumlah Rata-rata 251 300 83,63% 83,91%
Layak
b) Uji Kelayakan Ahli Materi

Validasi ahli materi yan dilakukan oleh pakar ahli di Pendidikan

Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sebanyak 1 orang,

dan 2 orang dari guru SMK YPWKS Cilegon yang meliputi kriteria
103

aspek kelayakan isi (11 pernyataan), kriteria aspek kelayakan penyajian

(9 pernyataan), kriteria aspek penilaian kontekstual (5 pernyataan).

Validasi materi dilakukan untuk memperoleh masukan tentang

materi yang terdapat dalam media pembelajaran. Hasil masukan

tersebut digunakan untu merevisi perangkat materi dan media sebelum

diujicobakan. Berdasarkan hasil skor 3 ahli materi terhadap materi

materi sistem elektro pneumatik berbasis dual design yang dibuat

dengan hasil rata-rata 92,36% yang berarti dari ketiga kriteria tersebut

media Simulator Sistem Elektro Pneumatik ini mendapatkan kategori

“Sangat Layak”. Adapun hasil validasi tiap item oleh ahli materi

diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 18. Data dan Analisis Rekap Validasi Ahli Materi

Indikator Ahli Skor Skor Persentase Persentase


Kriteria Kategori
Materi Hasil Tertinggi Indikator Kriteria
Kesesuaian Materi
45 48 93,75%
Aspek Dg RPS
Sangat
Kelayakan Keakuratan Materi 36 36 100,00% 94,44%
Layak
Isi Kemutahiran
43 48 89,58%
Materi
Teknik Penyajian 33 36 91,67%
Aspek Pendukung
31 36 86,11% Sangat
Kelayakan Penyajian 89,81%
Layak
Penyajian Penyajian
33 36 91,67%
Pembelajaran
Hakikat
Aspek 35 36 97,22%
Kontekstual Sangat
Penilaian 92,36%
Komponen Layak
Kontekstual 21 24 87,50%
Kontekstual
Sangat
Jumlah Rata-Rata 277 300 92,19% 92,21%
Layak
104

c) Uji Pengguna

1) Validasi Instrumen

Setelah seluruh angket instrumen divalidasi oleh para ahli,

dilakukan uji validitas per butir item instrumen untuk angket

pengguna (mahasiswa). Uji validitas melibatkan 30 mahasiswa

yang memiliki taraf signifikan maka nilai r adalah 0.361.

berdasarkan hasil uji validasi tersebut dapat dijabarkan

perbandingan r hitung yang diperoleh terdapat pada kolom

corrected item correlation dengan nilai tabel untuk n = 30 dan taraf

sihnifikan 5% adalah sebagai berikut :

Tabel 19. Hasil Uji Validitas Instrumen Tiap


Item Pernyataan Pengguna

No.Item rhitung rtabel Keterangan


P1 0.708 0.361 Valid
P2 0.498 0.361 Valid
P3 0.444 0.361 Valid
P4 0.594 0.361 Valid
P5 0.651 0.361 Valid
P6 0.678 0.361 Valid
P7 0.628 0.361 Valid
P8 0.773 0.361 Valid
P9 0.402 0.361 Valid
P10 0.587 0.361 Valid
P11 0.675 0.361 Valid
P12 0.559 0.361 Valid
P13 0.507 0.361 Valid
P14 0.592 0.361 Valid
P15 0.601 0.361 Valid
P16 0.558 0.361 Valid
P17 0.387 0.361 Valid
P18 0.572 0.361 Valid
P19 0.512 0.361 Valid
P20 0.574 0.361 Valid
P21 0.646 0.361 Valid
105

No.Item rhitung rtabel Keterangan


P22 0.626 0.361 Valid
P23 0.540 0.361 Valid
P24 0.655 0.361 Valid

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Seperti uji validitas instrumen, uji reliabilitas dilakukan

bersamaan dengan pengambilan data 30 mahasiswa Pendidikan

Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

mengambil mata kuliah hidrolik pneumatik. Analisis uji reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 21.0

sehingga memperoleh nilai reliabilitas (Cronchbach’s Alpha)

sebesar 0.915 yang ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel 20. Reliability Statistic

Cronbach’s Alpha N Of Item


0.915 24

Setelah itu, hasil perhitungan dibandingkan dengan tabel

berikut untuk mengetahui reliabilitas instrumen apakah

koefesiennya lebih lebih besar atau lebih kecil berdasarkan

klasifikasi dari sugiyono (2011) seperti pada tabel 23 berikut:

Tabel 21. Tingkat Koefesien Korelasi


(sumber : Sugiyono, 2011)
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,299 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
106

Jika dilihat berdasarkan pada tabel diatas hasilnya dapat

disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini reliabel dan termasuk

dalam kategori reliabilitas yang sangat kuat.

3) Uji pengguna

Uji pengguna dilakukan setelah proses validasi ahli media

dan materi selesai dan dikatakan layak. Uji pengguna dilakukan

oleh mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin semester IV dan VI.

Aspek yang ditinjau dari Kelayakan Isi, Tampilan Simulator,

Desain dan Kualitas Teknis. Data ini didapat dari 30 mahasiswa

yang mengampu mata kuliah dan telah mengampu mata kuliah

hidrolik pneumatik. Data yang diperoleh dari 30 mahasiswa

tersebut kemudia di rata-rata dengan hasil 85,53% yang berarti dari

keempat kriteria tersebut media simulator sistem elektro pneumatik

mendapatkan kategori “Sangat Layak”. Adapun hasil dari pengguna

dari setiap item sebagai berikut:

Tabel 22. Data dan Analisis Hasil Pengguna

Indikator Skor Skor Persentase Persentase Kategori


Kriteria
Pengguna Hasil Tertinggi Indikator Kriteria
Kelayakan Isi Materi 624 720 86,67% Sangat
86,04%
Isi Tingkat Ketertarikan 206 240 85,42% Layak
Pewarnaan 306 360 85,00%
Tampilan Sangat
Tata Bahasa 203 240 84,58% 86,06%
Simulator Layak
Gambar 319 360 88,61%
Bentuk Simulator 193 240 80,42%
Sangat
Desain Tata Letak 81,67%
199 240 82,92% Layak
Komponen
Keamanan Simulator 206 240 85,83%
Kualitas Sangat
Penggunaan 88,33%
Teknis 218 240 90,83% Layak
Simulator
107

Indikator Skor Skor Persentase Persentase Kategori


Kriteria
Pengguna Hasil Tertinggi Indikator Kriteria
2474 2880 85,59% 85,53% Sangat
Jumlah Rata-Rata
Layak

d. Hasil Tahapan Penyebarluasan (Dessiminate)

Penyebarluasan dilakukan setelah media pembelajaran sistem elektro

pneumatik berbasis dual design telah di validasi. Setelah proses validasi

kemudian dilakukan proses perbaikan (Revisi) sampai akhirnya dikatakan

layak. Media pembelajaran sistem elektro pneumatik yang telah dikatakan

layak selanjutnya dilakukan proses penyebarluasan (dessiminate).

Penyebarluasan yang dilakukan yaitu melalui publikasi jurnal.

B. Pembahasan

1. Langkah-langkah Pembuatan Media Pembelajaran Sistem Elektro

Pneumatik Berbasis Dual Design.

Langkah-langkah pembuatan media pembelajaran sistem elektro

pneumatik berbasis dual design berdasarkan tahapan metode 4-D yaitu

dengan tahapan define, design, develop dan desseminate. Langkah yang

pertama yaitu melui analisis yang berada pada tahapan define. Pada tahapan

analisis didapatkan hasil bahwa mahasiswa kesulitan dalam mempelajari

mata kuliah hidrolik pneumatik khususnya materi sistem elektro pneumatik

tanpa adanya media pembelajaran. perlunya media pembelajaran yang

menunjang membuat penulis bermaksud untuk membuat media

pembelajaran sistem elektro pnaumatik. Pada penelitian ini penulis


108

bermaksud membuat media pembelajaran sistem elektro pneumatik. Media

sistem elektro pneumatik mempunyai dual design, desain yang pertama

menjelaskan komponen asli yang bisa dioperasikan dan satu desainnya lagi

sebuah wiring yang bisa digerakan untuk mengetahui laju udara pada

komponen tersebut.

Langkah yang kedua adalah design. Langkah design dilakukan setelah

proses analis telah selesai. Langkah design disesuaikan dengan kebutuhan

materi yang ada pada sistem elektro pneumatik. Setelah proses design

disetujui oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2 selanjutnya dilakukan tahap

development atau tahap pengembangan.

Langkah yang ketiga adalah develop. Hasil pengembangan media

pembelajaran simulator sistem elektro pneumatik berbasis dual design ini

menghasilkan 2 komponen utama, yaitu (1) Sistem kerja pada sistem elektro

pneumatik, pada bagian ini adalah komponen sistem elektro pneumatik

terdapat dual design dalam penjelasannya yaitu komponen asli yang dapat

dapat dioperasikan dan sistem ekrja dari laju aur udara yang bergerak pada

sistem elektro pneumatik dan (2) Rangkaian Kelistrikan, pada bagian ini

adalah sistem kelistrikan dari beberapa komponen sistem elektro pneumatik

yang dapat digerakan sesuai laju udara yang mengalir. Kemudian pada

tahapan ini media pembelajaran di validasi oleh ahli materi dan ahli media.

Proses validasi ini dilakukan agar media pembelajaran sistem elektro

pneumatik berbasis dual design benar benar layak digunakan. Setelah media
109

dikatakan layak selanjutnya media pembelajaran sistem elektro pneumatik

berbasis dual design di uji coba oleh pengguna.

Langkah keempa adalah dessiminate, Tahapan uji pengguna

merupakan tahapan akhir dari proses develop sebelum akhirnya media di

desseminatae. Proses desseminate merupakan proses penyebarluasan. Proses

desseminate pada penelitian ini yaitu melalui publikasi media.

2. Kelayakan Media Pembelajaran Sistem Elektro Pneumatik Berbasis

Dual Design.

Media pembelajaran sistem elektro pneumatik berbasis dual design

dapat dikatakan layak jika media telah divalidasi oleh ahli. Validasi ahli

dilakukan oleh ahli madia dan ahli materi. Hasil dari validasi tersebut harus

berada pada persentase minimum 62,50%. Persentase 62,50% memiliki

kriteria layak. Berikut adalah pembahasan hasil validasi ahli berdasarkan

kriteria:

a. Ahli Media

1) Skor Hasil dan Skor Tertinggi Indikator Ahli Media

Hasil rekap skor hasil dan skor tertinggi semua indikator ahli

media dengan kuisioner analisis pernyataan tertutup, maka diperoleh

hasil tiap item selanjutnya dirata-rata dan dinyatakan dalam gambar

diagram berikut:
110

60
48 48 48 48 48
50 40 40 40 43
36 38
40 30
30 24
20
20
10
0

SKOR HASIL SKOR TERTINGGI

Gambar 26. Skor Hasil Dan Skor Tertinggi


Indikator Ahli Media

Data di atas tersebut dapat kita ketahui berapa jumlah skor hasil

dan skor tertinggi dari setiap indikator, baik indikator yang

mendapatkan nilai tertinggi serta nilai terendah dari indikator ahli

media.

2) Hasil Persentase Semua Indikator Ahli Media

Hasil rekap persentase uji validasi semua indikator ahli media

dengan kuisioner analisis pernyataan tertutup, maka diperoleh hasil tiap

item selanjutnya dirata-rata dan dinyatakan dalam gambar diagram

berikut:
111

100.00% 89.58%
90.00% 83.33% 83.33% 79.17% 83.33% 83.33% 83.33%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

Gambar 27. Hasil Persentase Semua Indikator Ahli Media

Hasil analisis rerata seluruh kriteria dalam ahli media bahwa

media pembelajaran memiliki : (1) Pewarnaan bernilai 83,33% (Sangat

Layak), terutama warna yang digunakan sangat menarik, konsep

wiring, dan konsep dual design dapat membantu pemahaman konsep,

(2) Tata Bahasa bernilai 83,33% (Sangat Layak), terutama penggunaan

jenis font yang digunakan dan peletakan nama komponen sangat baik,

(3) Gambar bernilai 79,17% (Sangat Layak), terutama petunjuk ang

disajikan, tampilan gambar dan tampilan rangkaian sangat jelas

sehingga dapat mempermudah dalam memahami materi, (4) Bentuk

Simulator bernilai 83,33% (Sangat Layak), kesesuian dimensi, bentuk,

trainer mudah untuk dipindahkan dan model dual design menarik, (5)

Tata Letak Komponen bernilai 83,33% (Sangat Layak), terutama

tampilan pusat pandan dan penempatan tata letak sudah sangat baik, (6)

Komunikatif bernilai 83,33% (Sangat Layak), terutama tempilan materi

Simulator dan kemudahan penerapan rangkaian mudah pahami oleh


112

peserta didik, dan (7) penggunaan Simulator bernilai 89,58% (Sangat

Layak), terutama media pembelajaran ini mudah dioperasikan dan

dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik.

Maka persentase uji kelayakan ahli media yang ditinjau dari

kriteria Tampilan Simulator, Desain, dan Kualitas Teknis dapat

digambarkan dalam diagram seperti berikut :

100.00% 81.94% 83.33% 86.46%


80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
ASPEK TAMPILAN ASPEK DESAIN ASPEK KUALITAS TEKNIS
SIMULATOR

Gambar 28. Hasil Persentase Semua Kriteria Ahli Media

Berdasarkan diagram di atas diperoleh data kelayakan yang

ditinau kriteria Tampilan Simulator, Desain, dan Kualitas Teknis pada

kriteria Tampilan Simulator diperoleh hasil 81,94% yang berarti

termasuk kategori “Sangat Layak”, pada kriteri Desain diperoleh hasil

83,33% yang berarti termasuk kategori “Sangat Layak”, dan pada

Kualitas Teknis diperoleh hasil 86,46% yang berarti termasuk kategori

“Sangat Layak”. Data ini didapat dari 3 orang ahli media yaitu dosen

dan guru yang ahli di bidang media pembelajaran. Data yang diperoleh

dari ketiga ahli tersebut kemudian dirata-rata dengan hasil 83,33% yang

berarti dari ketiga kriteria tersebut media Simulator Sistem Elektro

Pneumatik ini mendapatkan kategori “Sangat Baik”.


113

b. Kriteria Penilaian Ahli Materi

1) Skor Hasil dan Skor Tertinggi Indikator Ahli Materi

Hasil rekap skor hasil dan skor tertinggi semua indikator ahli

media dengan kuisioner analisis pernyataan tertutup, maka diperoleh

hasil tiap item selanjutnya dirata-rata dan dinyatakan dalam gambar

diagram berikut:

60
48 48
50 45 43
40 36 36 36 36 36 35 36
33 31 33
30 24
21
20
10
0

skor hasil skor tertinggi

Gambar 29. Skor Hasil Dan Skor Tertinggi Ahli Materi

Data di atas tersebut dapat kita ketahui berapa jumlah skor hasil

dan skor tertinggi dari setiap indikator, baik indikator yang

mendapatkan nilai tertinggi serta nilai terendah dari indikator ahli

materi.

2) Hasil Persentase Semua Indikator Ahli Materi

Hasil rekap persentase uji validasi semua indikator ahli media

dengan kuisioner analisis pernyataan tertutup, maka diperoleh hasil tiap


114

item selanjutnya dirata-rata dan dinyatakan dalam gambar diagram

berikut:

100.00% 93.75% 100.00% 89.58% 91.67% 91.67% 97.22%


86.11% 87.50%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

Gambar 30. Hasil Persentase Semua Indikator Ahli Materi

Hasil analisis rerata indikator semua kriteria dalam ahli materi

bahwa materi pembelajaran memiliki : (1) Kesesuaian Materi dengan

RPS bernilai 93,75% (Sangat Layak), terutama keluasan materi,

kedalaman materi dan kelengkapan dapat meningkatkan pemahaman

peserta didik, (2) Keakuratan Materi bernilai 100,00% (Sangat Layak),

terutama keakuratan gambar dan kesesuaian simbol sangat baik,

sehingga mudah dipahami peserta didik, (3) Kemutahiran Materi

bernilai 89,58% (Sangat Layak), terutama kesesuaian gambar baik dan

dapat mendorong rasa ingin tahu peserta didik, (4) Teknik Penyajian

bernilai 91,67% (Sangat Layak), terutama penyajian materi dan

keterkaitan materi dapat mendukung peserta didik dalam memahami

materi yang dipelajari, (5) Pendukung Penyajian bernilai 86,11%

(Sangat Layak), terutama pemahaman pesan informasi materi


115

tersampaikan dengan baik, (6) Penyajian Pembelajaan bernilai 91,67%

(Sangat Layak), terutama ketepatan bahasa yang digunakan dapat

mempermudah pemahaman peserta didik, (7) Hakikat Kontekstual

bernilai 97,22% (Sangat Layak), terutama keterkaitan materi dan

kontruksi kalimat dapat menambah pengetahuan peserta didik dalam

pembelajaran, dan (8) Komponen Kontekstual bernilai 87,50% (Sangat

Layak), terutama keaktifan dan kemandirian dalam kegiatan

pembelajaran sangat baik untuk peserta didik.

Maka persentase uji kelayakan ahli materi yang ditinjau dari

kriteri Kelayakan Isi, Kelayakan Penyajian dan Penilaian Kontekstual

dapat digambarkan dalam diagram seperti berikut:

100.00% 94.44% 89.81% 92.36%

80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
ASPEK KELAYAKAN ISI ASPEK KELAYAKAN ASPEK PENILAIAN
PENYAJIAN KONTEKSTUAL

Gambar 31. Hasil Persentase Semua Kriteria Ahli Materi

Berdasarkan diagram di atas dapat diperoleh data Kelayakan Isi,

Kelayakan Penyajian dan Penilaian Konseptual. Pada kriteria

Kelayakan Isi diperoleh hasil 94,44% yang berarti termasuk kategori

“Sangat Layak”, pada kriteria Kelayakan Penyajian diperoleh hasil

89,81% yang berarti termasuk kategori “Sangat Layak”, dan Pada

Penilaian Konseptual diperoleh hasil 92,36% yang berarti termasuk


116

kategori “Sangat Layak”. Data ini didapat dari 3 orang ahli materi yaitu

dosen dan guru yang ahli dibidang materi Sistem Elektro Pneumatik.

Data yang diperoleh dari ketiga ahli tersebut kemudian di rata-rata

dengan hasil 92,3% yang berarti dari ketiga kriteria tersebut media

Simulator Sistem Elektro Pneumatik ini mendapatkan kategori “Sangat

Baik”.

c. Penilaian Pengguna

1) Skor Hasil dan Skor Tertinggi Indikator Pengguna

Hasil rekap uji validasi semua kriteria Pengguna dengan

kuisioner analisis pernyataan tertutup, maka diperoleh hasil tiap item

selanjutnya di rata-rata dan dinyatakan dalam gambar diagram berikut:

800 720
700 624
600
500
360 360
400 306 319
300 206240 203240 240
193 199240 206240 218240
200
100
0

Skor Hasil Skor Tertinggi

Gambar 32. Skor Hasil Dan Skor Tertinggi Pengguna

Data di atas tersebut dapat kita ketahui berapa jumlah skor hasil

dan skor tertinggi dari setiap indikator, baik indikator yang

mendapatkan nilai tertinggi serta nilai terendah dari indikator

pengguna.
117

2) Hasil Persentase Semua Indikator Pengguna

Hasil rekap persentase uji validasi semua indikator pengguna

dengan kuisioner analisis pernyataan tertutup, maka diperoleh hasil tiap

item selanjutnya dirata-rata dan dinyatakan dalam gambar diagram

berikut:

100.00% 86.67% 85.42% 85.00% 84.58% 88.61% 80.42% 82.92% 85.83% 90.83%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

Gambar 33. Hasil Persentase Semua Indikator Pengguna

Hasil analisis rerata indikator kriteria Aspek Kelayakan Isi dapat

diuraikan bahwa media pembelajaran simulator elektro pneumatik

memiliki : (1) Isi Materi bernilai 86,67% (Sangat Layak), terutama

materi mudah dipahami, kesesuaian materi dan kesesuaian gambar, (2)

Tingkat Ketertarikan 85,42% (Sangat Layak), terutama kejelasan

bahasa dan keingintahuan mahasiswa atau peserta didik terkait materi

sistem elektro pneumatik, (3) Pewarnaan bernilai 85,00% (Sangat

Layak), terutama warna yang digunakan dan wiring diagram memuat

mahasiswa tertarik dan mempermudah dalam memahami konsep, (4)

Tata Bahasa bernilai 84,58% (Sangat Layak), terutama penggunaan

kata yang baik sehingga mahasiswa dengan mudah memahami materi


118

sistem elektro pneumatik, (5) Gambar bernilai 88,61% (Sangat Layak),

terutama simbol yang digunakan sangat jelas untuk dilihat, (6) Bentuk

Simulator bernilai 80,42% (Layak), terutama bentuk simulator sistem

elektro pneumatik yang menarik dan mempermudah pengguna untuk

memindahkan simulator setelah digunakan, (7) Tata Letak Simulator

bernilai 82,92% (Sangat Layak), terutama susunan penempatan

komponen yang rapih sehingga mudah dioperasikan. (8) Keamanan

Simulator bernilai 85,83% (Sangat Layak), terutama komponen pada

simulator dapat bekerja dengan baik sehingga mahasiswa mengetahui

secara langsung sistem kerja pada simulator tersebut, (9) Penggunaan

Simulator bernilai 90,83%, terutama kebutuhan pembelajaran

mahasiwa pada saat praktik.

Maka persentase uji kelayakan pengguna yang ditinjau dari

kriteria Kelayakan Isi, Tampilan Simulator, Desain dan Kualitas Teknis

dapat digambarkan dalam diagram seperti berikut :

100.00% 86.04% 86.06% 88.33%


81.67%
80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
ASPEK ASPEK TAMPILAN ASPEK DESAIN ASPEK KUALITAS
KELAYAKAN ISI SIMULATOR TEKNIS

Gambar 34. Hasil Persentase Semua Kriteria Pengguna

Berdasarkan diagram di atas dapat diperoleh data Kelayakan yang

ditinjau dari Kelayakan Isi, Tampilan Simulator, Desain dan Kualitas


119

Teknis. Pada kriteria Kelayakan Isi diperoleh hasil 86,04% yang berarti

termasuk kategori “Sangat Layak”, pada kriteria Tampilan Simulator

diperoleh hasil 86,06% yang berarti termasuk kategori “Sangat Layak”,

pada kriteria Desain diperoleh hasil 81,67% yang berarti termasuk

kategori “Sangat Layak”, dan pada kriteri Kualitas Teknis diperoleh

hasil 88,33% yang berarti termasuk kategori “Sangat Layak”. Data ini

didapat dari 30 mahasiswa yang mengampu mata kuliah dan telah

mengampu mata kuliah hidrolik pneumatik. Data yang diperoleh dari

30 mahasiswa tersebut kemudia di rata-rata dengan hasil 85,2% yang

berarti dari keempat kriteria tersebut media simulator sistem elektro

pneumatik mendapatkan kategori “Sangat Layak”.

C. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian Simulator Sistem Pneumatik Berbasis Dual Design

Sebagai Penunjang Praktik Elektro Pneumatik pada mata kulaih Hidrolik

Pneumatik terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut :

1. Media pembelajaran yang dihasilkan masih termasuk kedalam kategori

pengembangan yang belum maksimal untuk pembelajaran lebih luas.

2. Media pembelajaran ini baru memuat dua kompetensi dasar.

3. Komponen yang terdapat dalam media tersebut masih kurang, maka jobsheet

yang dihasilkan masih terbatas.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Langkah-langkah dalam merancang dan membuat media pembelajaran

elektro pneumatik pada kompetensi memahami komponen dan

rangkaiaj elektro pneumatik menggunakan model pengembangan 4-D

milik Thiagrajan sebagai berikut :

a. Pendefinisian, analisis didapatkan hasil bahwa mahasiswa kesulitan

dalam mempelajari mata kuliah hidrolik pneumatik khususnya

materi sistem elektro pneumatik tanpa adanya media pembelajaran.

b. Perancangan, . Langkah design dilakukan setelah proses analis telah

selesai. Langkah design disesuaikan dengan kebutuhan materi yang

ada pada sistem elektro pneumatik.

c. Pengembangan, Hasil pengembangan media pembelajaran simulator

sistem elektro pneumatik berbasis dual design ini menghasilkan 2

komponen utama, yaitu (1) Sistem kerja pada sistem elektro

pneumatik, pada bagian ini adalah komponen sistem elektro

pneumatik terdapat dual design dalam penjelasannya yaitu

komponen asli yang dapat dapat dioperasikan dan sistem ekrja dari

laju aur udara yang bergerak pada sistem elektro pneumatik dan (2)

120
Rangkaian Kelistrikan, pada bagian ini adalah sistem kelistrikan dari

beberapa komponen sistem elektro pneumatik yang dapat digerakan

sesuai laju udara yang mengalir.

d. Penyebarluasan, Tahapan uji pengguna merupakan tahapan akhir

dari proses develop sebelum akhirnya media di desseminatae. Proses

desseminate merupakan proses penyebarluasan. Proses desseminate

pada penelitian ini yaitu melalui publikasi media.

2. Hasil uji kelayakan Ahli Media pembelajaran simulator sistem elektro

pneumatik yang dilakukan oleh 3 ahli media yang dari 2 guru SMK

YPWKS Cilegon dan 1 dosen pendidikan teknik elektro bernilai

83,33% yang termasuk kategori Sangat Baik yang ditinjau dari kriteria

tampilan simulator, desain dan kualitas teknis. Hasil uji kelayakan Ahli

Materi pada media pembelajaran simulator sistem elektro pneumatik

yang dilakukan oleh 3 ahli materi terdiri dari 2 guru SMK YPWKS dan

1 dosen pendidikan teknik elektro bernilai 92,3% yang termasuk

kategori

121
122

Sangat Baik yang ditinjau dari kriteria keyalakan isi, kelayakan

penyajian dan penilaian kontekstual. Hasil uji kelayakan Pengguna

pada media pembelajaran simulator sistem elektro pneumatik yang

dilakukan oleh 30 mahasiswa pendidikan teknik mesin bernilai 85,2%

yang termasuk kategori Sangat Baik yang ditinjau dari kelayakan isi,

tampilan simulator, desain dan kualitas teknis.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan bahwa

penelitian ini masih terdapat kekurangan dan banyak hal-hal yang perlu

dikaji dan dikembangkan kembali. Peneliti selanjutnya dapat melakukan

pengembangan simulator sistem elektro pneumatik dengan metode yang

berbeda untuk menghasilkan simulator pembelajaran yang lebih inovatif.


123

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrozak, R. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap

Kemampuan Berargumentasi dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pena Ilmiah, 1,

1–18. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Isnanto, D. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Pneumatik Pada

Kompetensi Merakit Sistem Kontrol Pneumatik. 7(1), 68–77.

Jamaluddin, M. K. (2009). Pengembangan trainer elektropneumatik pada

kompetensi mengoperasikan sistem kendali elektropneumatik development of

electropneumatic trainer on operating electropneumatic control system

competence. 7(2), 108–116.

Nizar Syaefrudin. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Trainer Kit

Sensor dan Aktuator untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada

Pelajaran Teknik Mikrokontroler di SMK YPT 1 Purbalingga.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. In Tourism Management.

https://doi.org/10.1016/j.cell.2012.01.045

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Susilo, A., Siswandari, & Bandi. (2016). Pengembangan modul berbasis

pembelajaran saintifik untuk peningkatan kemampuan mencipta siswa dalam

proses pembelajaran akuntansi siswa kelas XII SMAN 1 Slogohimo 2014.

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 26(1), 50–56.


124

Yulinda Erma Suryan. (2017). 10725-43677-2-Pb. 21(2).

Anda mungkin juga menyukai