Anda di halaman 1dari 9

11

BAB III
HASIL PELAKSANAAN KUNJUNGAN
A. KOPERASI INDUSTRI BATUR JAYA
1. Profil Perusahaan
NAMA PERUSAHAAN
Bidang Usaha

KOPERASI INDUSTRI BATUR JAYA


Industri Pengecoran Logam
Jasa Permesinan
Pemasaran Produk Anggota

Pengadaan Bahan Baku


Alamat Pabrik dan Kantor Batur RT 02/RW 01, Tegalrejo, Ceper, Klaten
Pusat
Telephone
FAX
E-mail
Website
Status
Mulai Beroperasi
Keanggotaan Asosiasi
Ketua Umum
Ketua I Bid.Usaha
Luas area perusahaan
Ketua II Bid.Organisasi

(0272) 551346; 551984; 552119


(0272) 551984
baturjaya@yahoo.com
www.koperasibaturjaya.com
Koperasi
23 Juli 1976
Drs. H. Anas Yusuf Mahmudi
H. Badrul Munir, Bsc
4,5 Ha
Drs. H. Syamsuddin Asyrofi, MM

Sekretaris

Drs. Umardani.NH

Wakil Sekretaris

Agus Yulianto, ST, MT

Bendahara

Ir. H. Djoko Widodo

Wakil Bendahara

Ir. H. Edy Purwanto

Ketua Pengawas

H. Zarkasyi

Anggota I

H. Agus Prasetyanto, BA

Anggota II

Agus Mustofa Fanani, S.Ag

Kapasitas Produksi Traktor 82.500 unit per tahun


Tangan
Jumlah Anggota
Akte Pendirian

247 Orang pengusaha cor logam


No.9041/BH/VI/77 Tanggal 23 Juni 1977 oleh

11

Akte Perubahan

Dirjend Koperasi RI
No.06 Tanggal 3 Maret 2005 Disahkan Notaris

SIUP
NPWP
TDP
TDR
DRT

Bernardina Maria Dieni Renyarti,SH


503/07.SIUP.B/15 Tanggal 7 Juli 2008
01.140.116.3-525.000
11.12.2.27.00020 Tanggal 5 Mei 2007
1351 Tahun 2004 Tanggal 10 Des 2004
Dari
PT.Kereta
Api

(Persero)

No.S/166/DRT/3/II/2011
Mesin mesin yg dimiliki

Prestasi
diraih

yang

pernah

dan

No.S/167/DRT/3/II/2011 Tgl.25 Februari 2011


Mesin Bubut
= 20 buah
Mesin Boor

= 9 buah

Mesin Skrap

= 2 buah

Mesin Las

= 2 buah

Mesin Frais

= 2 buah

Mesin Asah

= 2 buah

Generator set
= 4 buah
1. Tahun 1982 Sebagai Koperasi Terbaik Tingkat
Nasional
2. Tahun 1983 Sebagai Koperasi Teladan Tingkat
Nasional
3. Tahun 1984 Sebagai Koperasi Teladan Tingkat
Nasional
4. Tahun 1985 Sebagai Koperasi Teladan Tingkat
Nasional dan mendapat penghargaan Upakarti
dari Presdien Republik Indonesia.

2. Tentang Koperasi Industri Batur Jaya


A. Sejarah Koperasi Batur Jaya
Pada zaman keemasan kerajaan Mataram, dibawah pemerintahan Sultan
Agung, ada 4 (empat) orang pengembara dari daerah Serang (Banten) Jawa Barat
datang diwilayah Mataram. Keempat bersaudara itu bernama Ki Ageng Serang
Kusuma, Ki Ageng Barat Ketiga, Ki Ageng Bang Sri dan Nyi Ageng Jepara. Ki
Ageng Serang Kusuma dan Ki Ageng Barat Ketiga membuat tempat hingga
tinggal didaerah Batur, Ceper, Klaten. Sebagai cikal bakal desa, maka makam Ki

11

Ageng Serang Kusuma dan Ki Ageng Barat Ketiga sampai sekarang masih
dimuliakan penduduk Batur.
Ki Ageng Serang Kusuma hidup sebagai empu cor yang membuat kejen (mata
bajak). Sedangkan Ki Tampir yang membuka Dukuh Tampiran (sebelah Utara
Batur) adalah tukang cor abdi dalem Ki Ageng Serang Kusuma. Suatu ketika
Sultan Agung keluar dari Istana, setelah mendapat wangsit bahwa putera mahkota
Kerajaan Mataram yang sedang sakit, hanya akan dapat sembuh apabila mendapat
ketupat berkah dari seorang pedagang keliling.
Sultan Agung bertemu dengan Ki Ageng Barat Ketiga dan langsung memesan
ketupat berkah yang akan dijadikan obat. Ki Ageng Barat Ketiga pergi, tak lama
kemudian sudah kembali bersembah membawa ketupat dari Mekkah yang masih
hangat. Karena kecepatan jalan Ki Ageng itulah maka Sultan lalu memberi gelar
Ki Ageng Barat Ketiga, sebab mampu berjalan secepat barat (angin) dimusim
ketiga

(kemarau).

Sementara

itu

Nyi

Ageng

Jepara

meneruskan

penggembaraannya dan kawin dengan Ki Ageng Jepara.


Ki Ageng Bang Sri terus ketimur membuka tanah Magetan atau Kabupaten
Magetan sekarang. Disana ia membuka besaken cor besi yang juga membuat
kejen (mata bajak). Sampai sekarang desa Magetan di kabupaten Magetan, masih
dikenak cornya yang menghasilkan kejen tersebut.
Tetapi karena pengrajin Magetan terlalu tradisional, maka perusahaan mereka
tidak berkembang seperti didaerah Batur, Ceper, Klaten.
Zaman Pemarintahan Hindia Belanda.
Dengan didirikannya Pabrik Gula dan Karung Goni, maka para pengusaha cor
(home industri) didaerah Batur telah mulai dipesani komponen-komponen (suku
cadang) pabrik-pabrik tersebut dalam arti komponen yang sangat sederhana.
Zaman Jepang
Yang sangat besar pengaruhnya adalah pada zaman Jepang. Para
pengusaha cor logam diperintah secara paksa supaya bersedia membuat
longsongan granat untuk kebutuhan perang.
Pada waktu ini para pengusaha cor banyak yang menyatakan tidak
bersedia mengerjakannya akan tetapi karena terus dipaksa dan diawasi secara
ketat maka bagaimanapun juga harus bersedia walaupun sesungguhnya
bertentangan dengan pikiran dan perasaan mereka yang mayoritas memeluk
agama Islam.

11

Zaman Kemerdekaan
Tepatnya pada tahun 1953 mulai ada pesanan alat-alat pertanian yang
masuk kedaerah Batur, Ceper, Klaten. Agar mendapat hasil produksi sesuai
pesanan, maka Dinas Perindustrian memberikan bimbingan modernisasi peralatan
ububan berupa Blower dengan baling-baling yang

digerakkan dengan

menggunakan mesin Diesel.


Tentu saja bentuk besalennya harus dirubah dan disesuaikan dengan
pemakaian Blower tersebut. Maka terciptakanlah open / dapur tungkik yaitu suatu
modifikasi dari dapur kupola yang terbuat dari bahan plat baja berbentuk silinder.
Pada bagian dalam dilapisi batu tahan api. Diameter dapur tungkik tersebut
berkisar antara 65 cm dan tingginya 200 cm.
Dengan modernisasi open / dapur tungkik, maka keadaan industri rumah
tangga (home industri) maju selangkah. Kemudian yang lain ikut berbuat yang
sama. Di daerah Batur, Ceper, Klaten masih ada satu besalen, sedangkan pada
umumnya sekarang ini pengusaha-pengusaha cor logam telah memiliki open /
dapur tungkik tersebut.
Mulai tahun 1993, beberapa pengusaha cor logam di daerah Batur, Ceper,
Klaten telah banyak berkembang dan telah menggunakan Dapur Kupola yang
lebih modern. Seperti halnya Unit Pengecoran Logam yang terletak didaerah
Batur, Kal.Tegalrejo, Kec.Ceper, Kabupaten Klaten dengan pengusaha 100%
pribumi, maka pemerintah pada tahun 1973 telah merintis untuk mewujudkan
Lembaga apa yang bisa dibentuk untuk mewadahi secara keseluruhan para
pengusaha cor logam di Sentra Batur yang jumlahnya pada waktu itu 103
pengusaha yang sebelumnya telah memiliki beberapa organisasi yang berpusat di
Batur.
Adapun organisasi tersebut antara lain : Koperasi Cor Logam
PRASODJO yang telah berbadan hukum tahun 1962 dengan bentuk Koperasi
Produksi. Koperasi G.P3.T. Organisasi ini berbentuk gabungan dan usahanya
adalah mengusahakan bahan baku untuk anggota. Di saat pemerintah merintis
Lembaga yang fungsinya untuk mengkoordinir para pengusaha cor logam, kedua
organisasi ini telah lama tidak menampakkan kegiatannya lagi.
Adapun perintisan pemerintah yang telah dilaksanakan adalah sebagai
berikut :

11

1) Perintisan pemerintah Tahap I, pada awal tahun 1973, akan membentuk PT.
Mein Contractor yang berlokasi diBatur dengan usaha memproduksi kaki
mesin jahit. Dalam hal ini pemerintah berusaha mengawinkan para pengusaha
cor logam di Batur sebagai produsen kaki mesin jahit disatu pihak dengan
asosiasi-asosiasi pabrik mesin jahit dilain pihak. Dalam kesempatan ini,
proyek menitikberatkan pada segi pemasaran hasil produksi terlebih dahulu.
Sedangkan pemerintah ikut didalamnya sebagai pengarah dan pengawas yang
dominan. Agaknya hasil mujur belumlah tiba, akhirnya usaha tersebut
berkesudahan dengan kegagalan.
2) Perintisan pemerintah Tahap II, dimulai sekitar awal tahun 1975 dengan
bentuk yang berbeda. Pada kesempatan ini ditangani oleh Sub. Proyek
Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil (BIPIK) dilingkungan
Direktorat Jenderal Industri Logam dan Mesin, atau disingkat dengan Sub.Pro.
BIPIK / ILM

Departemen

Perindustrian RI. Proyek

ini lebih

menitikberatkan pada segi peningkatan hasil produksi daripada pemasaran


hasil produksinya.
Oleh karena itu bantuan pemerintah diwujudkan dengan seperangkat mesin
yang terdiri dari:
Mesin Bubut
18 unit
Mesin Frais
3 unit
Mesin Boor
6 unit
Generator Set
4 unit
Mesin Asah
1 unit
Mesin Gerinda
2 unit
Mesin Las Listrik
1 unit
Mesin Las Karbit
1 unit
Mesin Semprot Pasir
1 unit
Mesin Boor Corter
1 unit
Serta bahan baku yang ditempatkan pada Unit Pemesanan.
Selain itu secara berkala dikirim expert dari Pusat Pengembangan Industri
Pengerjaan Logam yang saat ini menjadi Balai Besar Pengembangan Industri
Logam dan Mesin (MIDC) Bandung. Agar bantuan tersebut dapat dinikmati
secara merata oleh pengusaha industry cor logam , maka harus dibentuk wadah
yang bisa mencerminkan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 adalah wadah koperasi.
Berkenaan dengan pembentukan wadah atau organisasi pengusaha
dimaksud, pejabat-pejabat tingkat Kabupaten Klaten secara serentak mensponsori

11

terbentuknya Koperasi. Dalam hal ini dilaksanakan oleh Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Klaten bersama-sama Kepala Kantor Koperasi Klaten.
Sedang untuk menyerap informasi dan menampung aspirasi para
pengusaha cor logam untuk ikut berpartisipasi dalam proyek yang dimaksud,
pemerintah menunjuk beberapa pengusaha yang didudukkan dalam Panitia Kecil
yang disebut Team Partisipasi Proyek (TP2) dengan tugas pokok antara lain :
1. Menyampaikan informasi kepada para pengusaha tentang maksud dan tujuan
proyek bantuan pemerintah.
2. Menggali dana dari pengusaha untuk mewujudkan pengadaan tanah dan
gedung sebagai langkah tempat beroperasinya mesin-mesin bantuan
pmerintah.
Atas dua idea yang dikombinasikan tersebut, maka tepatnya pada tanggal 23
Juli 1976, bertempat di pendopo Kalurahan Tegalrejo, lahirlah wadah yang
dinanti-nantikan oleh para pengusaha yaitu KOPERASI PUSAT PEMESINAN
PENGERJAAN LOGAM BATUR JAYA.
Pembentukan Koperasi tersebut dicetuskan oleh 94 pengusaha dari 103 yang
hadir dan dihadiri pula oleh pejabat-pejabat Kabupaten Klaten dan pejabat
dilingkungan Departemen Perindustrian yang direstui oleh Bapak Kepala
Sub.Proyek BIPIK / ILM, Kenwil Departemen Perindustrian Jawa tengah,
Koordinator Dinas Perindustrian Karesidenan Surakarta, Dinas Perindustrian
kabupaten Klaten, Kantor Koperasi Klaten serta Direktur MIDC Bandung.
B. Koperasi Produksi Usaha dan Permesinan ( KPUP) Batur Jaya Ceper
Koperasi ini beranggotakan 217 perusahaan pengecoran logam baik yang
berskala kecil, menengah dan besar. Secara keseluruhan terdapat 273 perusahaan
pengecoran logam akan tetapi hanya 75 persen yang masuk menjadi anggota
Koperasi KPUP Batur Jaya Ceper ini. Sebenarnya syarat menjadi anggota
Koperasi ini sangat mudah hanya ijin dan memiliki Nomor Pengusaha Wajib
Pajak (NPWP) dan membayar iuran wajib anggota. Keberadaan koperasi ini
memberikan kontribusi yang besar bagi kelangsungan produksi perusahaan
mengingat koperasi ini sering mengadakan pelatihan-pelatihan dan memyediakan
laboratorium untuk pengecekan bahan baku sebelum digunakan untuk produksi.
Namun belakangan peran koperasi semakin terpinggirkan karena adanya ketidak

11

percayaan diantara anggota dan persaingan usaha yang tidak sehat di antara
anggota koperasi sendiri.
Kondisi industri pengecoran logam di Ceper akhir-akhir ini mengalami
penurunan aktivitas produksi tepatnya sejak tahun 1995 dan mencapai puncaknya
pada krisis ekonomi tahun 1998.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
1. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pengecoran logam ini selain lokal juga
tergantung dengan bahan-bahan kimia yang harus diimpor. Mahalnya bahan baku
membuat beberapa industri pengecoran logam memanipulasi produk dengan cara
mendempul produk, mengingat bahan baku yang harganya dulu perkilo Rp .3000
sekarang mencapai Rp.7000, sedangkan besinya seharga Rp 5.300.
Industri- industri ini juga pernah mencoba menggunakan pasir besi yang
diimport dari Cina, dan bantuan dari BPPT akan tetapi kalorinya kurang bagus.
Mengingat mahalnya bahan baku industri cor logam tak mampu lagi mendapatkan
bahan baku tersebut, apalagi kokas yang digunakan untuk pencairan batang besi
sulit untuk ditemukan. Kalaupun menggunakan dapur induksi mencapai Rp. 1,5
miliar dan diperkirakan baru mencapai break event point setelah 4-5 tahun
produksi investasinya tidak murah.
Selain kesulitan bahan baku besi cor (skrep), kondisi ini juga diperparah
dengan tidak tersedianya kokes atau bahan bakar untuk pembakaran besi. Menurut
penuturan Anas Yusuf Mahmudi, Ketua Koperasi Batur Jaya Ceper (BJP),
persediaan bahan baku besi cor saat ini hanya tinggal 5 persen saja dari kebutuhan
total, kondisi saat ini adalah yang paling kritis yang dialami selama ini. Menurut
Anas, pada tahun 1997-1998 lalu, sentra industri cor logam di Batur, Ceper, juga
mengalami keterpurukan. Hanya saja kala itu dipengaruhi oleh terpuruknya nilai
tukar rupiah, tetapi sekarang hamper semua bahan baku sudah tidak tersedia lagi.
Saat itu masih ada bahan baku, jadi masih bisa berproduksi, tetapi sekarang
banyak pengusaha yang menghentikan produksinya karena kesulitan bahan baku,
sedangkan pengusaha yang masih berproduksi hanya tinggal 30 persen saja. Anas
menjelaskan selain dari dalam negeri, selama ini pasokan bahan baku besi cor
maupun kokes juga banyak mengandalkan dari Cina. Namun semenjak setahun
lalu pasokan skrep dan kokes dari Cina terhambat. Akibat semakin sulitnya

11

mendapatkan bahan baku skrep dan kokes. Hal itu menyebabkan sekitar 300 unit
dapur peleburan logam yang berhenti produksi, 600 unit mesin bubut , mesin cor,
mesin finishing serta beberapa mesin produksi lainnya terpaksa tidak
dioperasikan.
2. Pemasaran
Standar minimal pengecoran adalah 10 ton, sedangkan jumlah pesanan yang
ada akhir-akhir ini dibawah standard minimal. Karena jumlah pesanan yang tidak
mencapai 5-6 ton bahan besi dalam sekali produksi maka beberapa industri
pengecoran baja ini dikawatirkan gulung tikar. Mengingat jumlah itu merupakan
standard minimal pengecoran agar perusahaan mendapatkan keuntungan. Menurut
Badrul Munir B.Sc, Manajer PT Aneka Adhilogam Karya, penurunan pesanan
disebabkan berbagai faktor. Selain menurunnya jumlah pembangunan yang
membutuhkan peralatan logam, biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku
dan mendistribusi produk sangat mahal akibat kenaikan harga BBM.
Pemasaran sementara masih mengandalkan pesanan/menunggu konsumen datang
ke lokasi pengecoran. Untuk meningkatkan volume pemasaran mestinya teknik
pemasarannya harus ditingkatkan dengan membangun workshop dan menugasi
sebagian

staf

perusahaan

khusus

menanggani

bidang

pemasaran.

Di pihak lain variasi dan inovasi produk hasil pengecoran tidak berkembang
sehingga tidak ada intervensi produk kepada calon konsumen. Hal ini menjadi
salah satu masalah dalam kelangsungan industri ini.
3. Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja mayoritas berasal dari lokal Kecamatan Ceper sendiri, dan hanya
beberapa persen saja yang merupakan lulusan SMK jurusan pengecoran logam. Di
Kabupaten Klaten terdapat dua SMK yang mempunyai jurusan pengecoran logam
yaitu SMKN 2 Klaten dan SMK Batur Jaya Ceper. Di Kecamatan Ceper terdapat
dua SMK yang menunjang supply tenaga kerja di industri pengecoran logam
dengan keahlian teknik mesin. Akan tetapi hanya beberapa persen saja lulusan
SMK ini yang bekerja disektor industri pengecoran logam. Hal ini terlihat dari
kebutuhan lulusan SMK jurusan pengecoran logam yang belum begitu urgen,
mengingat SMK Batur Jaya Ceper jurusan pengecoran logam ini baru meluluskan
satu kali, dan tahun ini lulusan kedua bagi jurusan pengecoran logam. Padahal

11

industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper ini telah ada sejak abad ke-19.
Disatu pihak animo peserta didik juga tidak begitu tinggi, terbuktinya jumlah
siswa di SMK ini tidak banyak, meskipun pihak sekolah sendiri gencar
berpromosi mengenai program unggulan jurusan pengecoran logam dan prospek
yang bagus untuk kedepannya. Dan kebanyakan siswa justru berasal dari luar
Kecamatan Ceper.

Anda mungkin juga menyukai