BAB III
HASIL PELAKSANAAN KUNJUNGAN
A. KOPERASI INDUSTRI BATUR JAYA
1. Profil Perusahaan
NAMA PERUSAHAAN
Bidang Usaha
Sekretaris
Drs. Umardani.NH
Wakil Sekretaris
Bendahara
Wakil Bendahara
Ketua Pengawas
H. Zarkasyi
Anggota I
H. Agus Prasetyanto, BA
Anggota II
11
Akte Perubahan
Dirjend Koperasi RI
No.06 Tanggal 3 Maret 2005 Disahkan Notaris
SIUP
NPWP
TDP
TDR
DRT
(Persero)
No.S/166/DRT/3/II/2011
Mesin mesin yg dimiliki
Prestasi
diraih
yang
pernah
dan
= 9 buah
Mesin Skrap
= 2 buah
Mesin Las
= 2 buah
Mesin Frais
= 2 buah
Mesin Asah
= 2 buah
Generator set
= 4 buah
1. Tahun 1982 Sebagai Koperasi Terbaik Tingkat
Nasional
2. Tahun 1983 Sebagai Koperasi Teladan Tingkat
Nasional
3. Tahun 1984 Sebagai Koperasi Teladan Tingkat
Nasional
4. Tahun 1985 Sebagai Koperasi Teladan Tingkat
Nasional dan mendapat penghargaan Upakarti
dari Presdien Republik Indonesia.
11
Ageng Serang Kusuma dan Ki Ageng Barat Ketiga sampai sekarang masih
dimuliakan penduduk Batur.
Ki Ageng Serang Kusuma hidup sebagai empu cor yang membuat kejen (mata
bajak). Sedangkan Ki Tampir yang membuka Dukuh Tampiran (sebelah Utara
Batur) adalah tukang cor abdi dalem Ki Ageng Serang Kusuma. Suatu ketika
Sultan Agung keluar dari Istana, setelah mendapat wangsit bahwa putera mahkota
Kerajaan Mataram yang sedang sakit, hanya akan dapat sembuh apabila mendapat
ketupat berkah dari seorang pedagang keliling.
Sultan Agung bertemu dengan Ki Ageng Barat Ketiga dan langsung memesan
ketupat berkah yang akan dijadikan obat. Ki Ageng Barat Ketiga pergi, tak lama
kemudian sudah kembali bersembah membawa ketupat dari Mekkah yang masih
hangat. Karena kecepatan jalan Ki Ageng itulah maka Sultan lalu memberi gelar
Ki Ageng Barat Ketiga, sebab mampu berjalan secepat barat (angin) dimusim
ketiga
(kemarau).
Sementara
itu
Nyi
Ageng
Jepara
meneruskan
11
Zaman Kemerdekaan
Tepatnya pada tahun 1953 mulai ada pesanan alat-alat pertanian yang
masuk kedaerah Batur, Ceper, Klaten. Agar mendapat hasil produksi sesuai
pesanan, maka Dinas Perindustrian memberikan bimbingan modernisasi peralatan
ububan berupa Blower dengan baling-baling yang
digerakkan dengan
11
1) Perintisan pemerintah Tahap I, pada awal tahun 1973, akan membentuk PT.
Mein Contractor yang berlokasi diBatur dengan usaha memproduksi kaki
mesin jahit. Dalam hal ini pemerintah berusaha mengawinkan para pengusaha
cor logam di Batur sebagai produsen kaki mesin jahit disatu pihak dengan
asosiasi-asosiasi pabrik mesin jahit dilain pihak. Dalam kesempatan ini,
proyek menitikberatkan pada segi pemasaran hasil produksi terlebih dahulu.
Sedangkan pemerintah ikut didalamnya sebagai pengarah dan pengawas yang
dominan. Agaknya hasil mujur belumlah tiba, akhirnya usaha tersebut
berkesudahan dengan kegagalan.
2) Perintisan pemerintah Tahap II, dimulai sekitar awal tahun 1975 dengan
bentuk yang berbeda. Pada kesempatan ini ditangani oleh Sub. Proyek
Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil (BIPIK) dilingkungan
Direktorat Jenderal Industri Logam dan Mesin, atau disingkat dengan Sub.Pro.
BIPIK / ILM
Departemen
ini lebih
11
terbentuknya Koperasi. Dalam hal ini dilaksanakan oleh Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Klaten bersama-sama Kepala Kantor Koperasi Klaten.
Sedang untuk menyerap informasi dan menampung aspirasi para
pengusaha cor logam untuk ikut berpartisipasi dalam proyek yang dimaksud,
pemerintah menunjuk beberapa pengusaha yang didudukkan dalam Panitia Kecil
yang disebut Team Partisipasi Proyek (TP2) dengan tugas pokok antara lain :
1. Menyampaikan informasi kepada para pengusaha tentang maksud dan tujuan
proyek bantuan pemerintah.
2. Menggali dana dari pengusaha untuk mewujudkan pengadaan tanah dan
gedung sebagai langkah tempat beroperasinya mesin-mesin bantuan
pmerintah.
Atas dua idea yang dikombinasikan tersebut, maka tepatnya pada tanggal 23
Juli 1976, bertempat di pendopo Kalurahan Tegalrejo, lahirlah wadah yang
dinanti-nantikan oleh para pengusaha yaitu KOPERASI PUSAT PEMESINAN
PENGERJAAN LOGAM BATUR JAYA.
Pembentukan Koperasi tersebut dicetuskan oleh 94 pengusaha dari 103 yang
hadir dan dihadiri pula oleh pejabat-pejabat Kabupaten Klaten dan pejabat
dilingkungan Departemen Perindustrian yang direstui oleh Bapak Kepala
Sub.Proyek BIPIK / ILM, Kenwil Departemen Perindustrian Jawa tengah,
Koordinator Dinas Perindustrian Karesidenan Surakarta, Dinas Perindustrian
kabupaten Klaten, Kantor Koperasi Klaten serta Direktur MIDC Bandung.
B. Koperasi Produksi Usaha dan Permesinan ( KPUP) Batur Jaya Ceper
Koperasi ini beranggotakan 217 perusahaan pengecoran logam baik yang
berskala kecil, menengah dan besar. Secara keseluruhan terdapat 273 perusahaan
pengecoran logam akan tetapi hanya 75 persen yang masuk menjadi anggota
Koperasi KPUP Batur Jaya Ceper ini. Sebenarnya syarat menjadi anggota
Koperasi ini sangat mudah hanya ijin dan memiliki Nomor Pengusaha Wajib
Pajak (NPWP) dan membayar iuran wajib anggota. Keberadaan koperasi ini
memberikan kontribusi yang besar bagi kelangsungan produksi perusahaan
mengingat koperasi ini sering mengadakan pelatihan-pelatihan dan memyediakan
laboratorium untuk pengecekan bahan baku sebelum digunakan untuk produksi.
Namun belakangan peran koperasi semakin terpinggirkan karena adanya ketidak
11
percayaan diantara anggota dan persaingan usaha yang tidak sehat di antara
anggota koperasi sendiri.
Kondisi industri pengecoran logam di Ceper akhir-akhir ini mengalami
penurunan aktivitas produksi tepatnya sejak tahun 1995 dan mencapai puncaknya
pada krisis ekonomi tahun 1998.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
1. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pengecoran logam ini selain lokal juga
tergantung dengan bahan-bahan kimia yang harus diimpor. Mahalnya bahan baku
membuat beberapa industri pengecoran logam memanipulasi produk dengan cara
mendempul produk, mengingat bahan baku yang harganya dulu perkilo Rp .3000
sekarang mencapai Rp.7000, sedangkan besinya seharga Rp 5.300.
Industri- industri ini juga pernah mencoba menggunakan pasir besi yang
diimport dari Cina, dan bantuan dari BPPT akan tetapi kalorinya kurang bagus.
Mengingat mahalnya bahan baku industri cor logam tak mampu lagi mendapatkan
bahan baku tersebut, apalagi kokas yang digunakan untuk pencairan batang besi
sulit untuk ditemukan. Kalaupun menggunakan dapur induksi mencapai Rp. 1,5
miliar dan diperkirakan baru mencapai break event point setelah 4-5 tahun
produksi investasinya tidak murah.
Selain kesulitan bahan baku besi cor (skrep), kondisi ini juga diperparah
dengan tidak tersedianya kokes atau bahan bakar untuk pembakaran besi. Menurut
penuturan Anas Yusuf Mahmudi, Ketua Koperasi Batur Jaya Ceper (BJP),
persediaan bahan baku besi cor saat ini hanya tinggal 5 persen saja dari kebutuhan
total, kondisi saat ini adalah yang paling kritis yang dialami selama ini. Menurut
Anas, pada tahun 1997-1998 lalu, sentra industri cor logam di Batur, Ceper, juga
mengalami keterpurukan. Hanya saja kala itu dipengaruhi oleh terpuruknya nilai
tukar rupiah, tetapi sekarang hamper semua bahan baku sudah tidak tersedia lagi.
Saat itu masih ada bahan baku, jadi masih bisa berproduksi, tetapi sekarang
banyak pengusaha yang menghentikan produksinya karena kesulitan bahan baku,
sedangkan pengusaha yang masih berproduksi hanya tinggal 30 persen saja. Anas
menjelaskan selain dari dalam negeri, selama ini pasokan bahan baku besi cor
maupun kokes juga banyak mengandalkan dari Cina. Namun semenjak setahun
lalu pasokan skrep dan kokes dari Cina terhambat. Akibat semakin sulitnya
11
mendapatkan bahan baku skrep dan kokes. Hal itu menyebabkan sekitar 300 unit
dapur peleburan logam yang berhenti produksi, 600 unit mesin bubut , mesin cor,
mesin finishing serta beberapa mesin produksi lainnya terpaksa tidak
dioperasikan.
2. Pemasaran
Standar minimal pengecoran adalah 10 ton, sedangkan jumlah pesanan yang
ada akhir-akhir ini dibawah standard minimal. Karena jumlah pesanan yang tidak
mencapai 5-6 ton bahan besi dalam sekali produksi maka beberapa industri
pengecoran baja ini dikawatirkan gulung tikar. Mengingat jumlah itu merupakan
standard minimal pengecoran agar perusahaan mendapatkan keuntungan. Menurut
Badrul Munir B.Sc, Manajer PT Aneka Adhilogam Karya, penurunan pesanan
disebabkan berbagai faktor. Selain menurunnya jumlah pembangunan yang
membutuhkan peralatan logam, biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku
dan mendistribusi produk sangat mahal akibat kenaikan harga BBM.
Pemasaran sementara masih mengandalkan pesanan/menunggu konsumen datang
ke lokasi pengecoran. Untuk meningkatkan volume pemasaran mestinya teknik
pemasarannya harus ditingkatkan dengan membangun workshop dan menugasi
sebagian
staf
perusahaan
khusus
menanggani
bidang
pemasaran.
Di pihak lain variasi dan inovasi produk hasil pengecoran tidak berkembang
sehingga tidak ada intervensi produk kepada calon konsumen. Hal ini menjadi
salah satu masalah dalam kelangsungan industri ini.
3. Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja mayoritas berasal dari lokal Kecamatan Ceper sendiri, dan hanya
beberapa persen saja yang merupakan lulusan SMK jurusan pengecoran logam. Di
Kabupaten Klaten terdapat dua SMK yang mempunyai jurusan pengecoran logam
yaitu SMKN 2 Klaten dan SMK Batur Jaya Ceper. Di Kecamatan Ceper terdapat
dua SMK yang menunjang supply tenaga kerja di industri pengecoran logam
dengan keahlian teknik mesin. Akan tetapi hanya beberapa persen saja lulusan
SMK ini yang bekerja disektor industri pengecoran logam. Hal ini terlihat dari
kebutuhan lulusan SMK jurusan pengecoran logam yang belum begitu urgen,
mengingat SMK Batur Jaya Ceper jurusan pengecoran logam ini baru meluluskan
satu kali, dan tahun ini lulusan kedua bagi jurusan pengecoran logam. Padahal
11
industri pengecoran logam di Kecamatan Ceper ini telah ada sejak abad ke-19.
Disatu pihak animo peserta didik juga tidak begitu tinggi, terbuktinya jumlah
siswa di SMK ini tidak banyak, meskipun pihak sekolah sendiri gencar
berpromosi mengenai program unggulan jurusan pengecoran logam dan prospek
yang bagus untuk kedepannya. Dan kebanyakan siswa justru berasal dari luar
Kecamatan Ceper.