PENDAHULUAN
6. Membentuk
konsisten.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT. KRAKATAU STEEL
PT Krakatau Steel memiliki 6 (enam) buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan
ini menjadi satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Keenam buah pabrik tersebut
menghasilkan berbagai jenis produk baja dari bahan mentah.
Proses produksi baja di PT Krakatau Steel dimulai dari Pabrik Besi Spons (Direct
Reduction Plant). Pabrik ini mengolah bijih besi pellet menjadi besi dengan menggunakan
air dan gas alam. Besi yang dihasilkan kemudian diproses lebih lanjut pada Electric Arc
Furnace (EAF) di Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant) dan Pabrik Billet Baja (Billet Steel
Plant). Di dalam EAF besi dicampur dengan scrap, hot bricket iron dan material tambahan
lainnya untuk menghasilkan dua jenis baja yang disebut baja slab dan baja billet.
Baja slab selanjutnya menjalani proses pemanasan ulang dan pengerolan di Pabrik
Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill) menjadi produk akhir yang dikenal dengan nama
baja lembaran panas. Produk ini banyak digunakan untuk aplikasi konstruksi kapal, pipa,
bangunan, konstruksi umum, dan lain-lain. Baja lembaran panas dapat diolah lebih lanjut
melalui proses pengerolan ulang dan proses kimiawi di Pabrik Baja Lembaran Dingin (
Laporan Praktek Kerja Industri
Cold Rolling Mill) menjadi produk akhir yang disebut baja lembaran dingin. Produk ini
umumnya digunakan untuk aplikasi bagian dalam dan luar kendaraan bermotor, kaleng,
peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Sementara itu, baja billet mengalami proses
pengerolan di Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) untuk menghasilkan batang kawat
baja yang banyak digunakan untuk aplikasi senar piano, mur dan baut, kawat baja, pegas, dan
lain-lain.
PT. Krakatau Steel Cilegon merupakan pemilik industri baja terpadu yang pertama di
Indonesia. Didirikan pada 31 Agustus 1970, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.35 tahun 1970. Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah tersebut, PT. Krakatau
Steel didirikan dengan tujuan menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri baja bekas
bantuan Rusia dan mengembangkan industri baja di Indonesia dalam arti luas. Gagasan
didirikannya industri baja ini berasal dari Perdana Menteri Ir. Juanda tahun 1956. Namun,
gagasan ini baru terealisasi pada tahun 1960 dengan ditandatanganinya kontrak pembangunan
pabrik baja Cilegon antara RI dengan All Export Import Corporation (Tjazpromex Pert) of
Moscow, dengan kontrak nomor 080 tanggal 7 Juni 1960.
Usaha untuk membangun industri besi baja di tanah air sebenarnya telah dimulai dengan
mendirikan dua proyek, yaitu proyek besi Lampung dan proyek baja Cilegon. Besi yang
dihasilkan di Lampung dilebur bersama-sama dengan besi tua di Cilegon serta baja yang
dihasilkan pada proses lebih lanjut menjadi barang-barang baja jadi yang berupa besi beton,
besi profil, dan kawat. Namun, proyek besi Lampung dihentikan karena bahan baku yang
berasal dari bijih besi setempat tidak cukup banyak. Sedangkan, proyek baja Cilegon sempat
terhenti karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.
Pada tanggal 30 Agustus 1970, pemerintah melalui PP No. 35 tahun 1970 menetapkan
kelanjutan proyek Pabrik Baja Cilegon dengan merubahnya kedalam bentuk badan hukum
Perseroan Terbatas. Sejak saat itu, pabrik baja Cilegon berubah menjadi PT. Krakatau Steel.
Sementara itu, pada tanggal 23 Oktober 1971 akte pendirian PT. Krakatau Steel
ditandatangani di hadapan notaris.
Dengan bantuan konsultan Inggris, PT. Krakatau Steel mengadakan perubahan rencana
dengan membatalkan pemasangan dapur peleburan baja karena teknologinya sudah tidak
sesuai. Sementara proyek bekas bantuan Rusia belum selesai dibangun, PT. Krakatau Steel
Laporan Praktek Kerja Industri
dengan bantuan Pertamina (tahun 1974) memutuskan untuk memperluas produksi agar dapat
membuat billet, bahkan dapat langsung membuat baja lembaran, slab, dan hot strip.
Teknologi yang dipilih adalah pembuatan besi dengan Direct Reduction dengan
peleburan di dapur listrik (Electric Arc Furnace), yang bahan bakunya berasal dari bijih besi
import. Kapasitas produksi baja yang rencana semula hanya 100.000 ton/tahun ditingkatkan
menjadi 500.000 ton/tahun untuk pembuatan billet, dan 1,5 juta ton/tahun untuk pembuatan
slab.
Berdasarkan proyeksi kebutuhan baja dalam negeri dan hasil negosiasi dengan
kontraktor-kontraktor dari Jerman, disusunlah rencana pengembangan PT. Krakatau Steel
selanjutnya untuk jangka waktu 1975-1985. Pembangunan yang dilaksanakan sampai
sekarang masih mengikuti rencana induk tersebut, hanya beberapa proyek yang diatur
kembali jadwal pembangunannya untuk disesuaikan dengan keadaan penyelesaian tiap-tiap
tahap selalu ditandai dengan peresmian oleh presiden yaitu bulan Juli 1977, Oktober 1979,
Februari 1983 (Peresmian HSM), dan tahun 1985 (Peresmian CRM).
Pada 10 November 1990 dilaksanakan peletakan batu pertama perluasan PT. Krakatau
Steel oleh Menteri Muda Perindustrian RI, Ir. Tungky Ariwibowo selaku Direktur Utama PT.
Krakatau Steel. Proyek perluasan ini direncanakan selesai sekitar tahun 1993 atau 1994.
Diantara proyek perluasan adalah pabrik besi spons, DRI HYL-III, SSP, dan HSM. Sasaran
program perluasan dan modernisasi pabrik PT. Krakatau Steel adalah:
1.
Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta ton/tahun
2.
Peningkatan kualitas
3.
4.
Efisiensi produksi.
Persatuan pokok kerja sama dalam lapangan ekonomi dan teknik antara republik
Indonesia dan Uni Republik Soviet Sosialis tanggal 15 September 1956. direalisasi
dengan penandatanganan kontrak pembangunan proyek vital oleh perdatam:
a. Proyek Aluminium Medan
b. Proyek Besi Baja Kalimantan
c. Proyek Besi Baja Trikora
Pembentukan team proyek besi baja, dikepalai Drs. Soejipto dibantu Ir.
A.Sayoeti, Ir. Tan Boen Liam, dan RJK Wiriasoeganda. Penelitan sumber bijih besi
dib ayah/ Ujung kulon Banten dan di lampung di Bantu ahli dari Belanda Ir.
Binghorst.
2. Tahun 1958
Penelitian sumber bijih besi di Kalimantan dipimpin RJK Wiriasoenada bekerja sama
konsultan jerman barat W. EDEXRO (West Deutche Ingenineur Bureau) yang
dipimpin Dr. Walter Roland.
3. Tahun 1959
Penelitan lokasi pendirian Pabrik Besi Baja dilakukan terhadap dua propinsi, dan
dibantu team ahli Rusia. Dua Propinsi tersebut:
a. Jawa Timur, penelitian di Jawa Timur dilakukan di empat daerah yaitu Gresik,
Probolinggo, Pasuruan dan Banyuwangi.
b. Jawa Barat, Penelitian di Jawa Barat dilakukan di Cilegon Banten.
c. Prinsip yang dipegang dalam survey lokasi pendirian Pabrik Bisi Baja adalah:
1) Menggunakan bahan baku dari dalam negri, alternative: ditimur berasal dari
Kalimantan dan dri barat berasal dari Lampung.
2) Air yang cukup
3) Dekat pelabuhan
4) Pendirian sumber tenaga listrrik veru (diesel, gas dan batu bara)
Hasil survey menyatakan bahwa Cilegon dan Probolinggo yang memenuhi syarat
prinsip diatas. Lalu pemerintah Indonesia melalui Mentri Departemen perindustrian.
Stell,
dengan
maksud
dan
tujuan
untuk
menyelenggarakan
penyelesaian
pembangunan proyek baja Trikora serta mengembangkan industri baja arti luas.
10. Tahun 1971
Pendirian PT. Krakatau Steel disahkan dengan akte notaries Tan Thong Kie No. 34
tanggal 23 Oktober 1971 di Jakarta di Perbaiki dengan naskah No. 25 Tanggal 29
Desember 1971.
11. Tahun 1973-1974
PT. Krakatau Steel dengan bantuan keuangan dari pertamina telah memutuskan
memperluas kapasitas produksi agar membuat billet sendiri, bahkan bisa membuat
slab dan baja lembaran panas. Namun rencana ini tidak dapat berjalan dengan
semestinya karena PERTAMINA sendiri mengalami masalah keuangan
12. Tahun 1975
Kelanjutan pembangunan PT. Krakatau Steel tahap satu kapasitas produksi 0,5 juta tn
per tahun berdasarkan Kep Pres No. 30 tanggal 27 Agistus 1975.
13. Tahun 1977
Peresmian Pabrik Besi Beton, Besi Profil dan Pelabuhan Khususnya Cigading PT.
Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto tanggal 27 juli 1977.
14. Tahun 1979
Peresmian Pabrik Besi Spons model hysa (50%). Pabrik Billet Baja (Electric Are
Furnace) atau Dapur Thomas Wire Rood. PLTU 400Mw, dan pusat penjernihan air
(Kapasitas 2.000 liter per detik). PT. Krakatau Steel serta KHI Pipe Oleh Presiden
Soeharto tanggal 9 Oktober 1979.
15. Tahun 1982
Penambahan dua M/module Pabrik Besi Spons.
16. Tahun 1983
Peresmian Pabrik Slab Baja (EAF). Hot Strip Mill, dan Pabrik Besi Spons Unit dua
PT KS oleh Presiden soeharto tanggal 24 Februari 1983.
Laporan Praktek Kerja Industri
a. Modernisasi dan perluasan HSM dari 1,2 juta ton menjadi 2 ton pertahun.
b. Peningkatan kualitas dan efisiensi HSM.
c. Perluas Pelabuhan Pellet Bijih Besi dari kapasitas pembongkaran 3 juta menjadi 6
juta pertahun
24. Tahun 1994
PT Krakatau Steel memperoleh pengakuan mutu Internasional dengan diterimanya
Sertifikasi ISO9002, yaiti pada tanggal 17 November 1994.
25. Tahun 1995
Penyelesaian proyek perluasan dan modernisasi PT Krakatau steel oleh Mentri Muda
Perindustrian Republik Indonesia atau komisaris utama PT Krakatau Steel Ir. Tunky
Ariwibowo bertepatan dengan HUT Ke- 25 PT KS tanggal 31 Agustus 1995. Pabrik
yang mengalami proyek perluasan tersebut yaitu Pabrik Besi Spons-HYL III.
26. Tahun 1996
PT Krakatau Steel memisahkan unit-unit otonom (unit penunjang) menjadi anak-anak
perusahaan yang meliputi:
a. PLTU 400Mw menjadi PTKrakatau Daya Listrik.
b. Penjernihan Air Krenceng menjadi PT Krakatau Tirta Industri.
c. Pelabuhan khusus Cigading menjadi PT Krakatau Bandar Samudra.
d. Rumah Sakit Krakatau Steel Menjadi PT Krakatau Medika.
10
yang merupakan system pengendalian elektroda terpadu berbasis jaringan taraf tiruan,
mulai diterapkan pada operasi rutin Electric Arc Furnace (EAF), pabrik SSP II PT.
KS. NFC adalah hasil karya inovasi tenaga-tenaga PT. KS dengan LSDE-BPPT dan
telah dipatenkan dengan Nomor P(990187) serta meraih ASEAN ENGINEERING
AWARD (24-10-2001).
30. Tahun 2002
Pemerintah melalui forum RUPS luar biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah
membubarkan PT. BPIS. Pengalihan asset BUMNIS (Badan Usaha Milik Negara
Industri Strategis) ke pemerintah (Kantor Menneg BUMN sebagai pemegang kuasa
menteri keuangan.
Visi Perusahaan
Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia.
Misi Perusahaan
Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa.
Nilai Budaya Perusahaan ( CORPORATE VALUES ) :
COMPETENCE
(Mencerinkan kepercayaan akan kemampuan diri serta semangat untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, keahlian dan sikap mental demi peningkatkan kinerja
yang berkesinambungan).
11
INTEGRITY
(Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan dan ketentuan
serta undang undang yang berlaku, melaui loyalitas profesi dalam memperjuangkan
kepentingan perusahaan).
RELIABLE
(Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon komitmen dan janji,
dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk meningkatkan kepuasan dan
kepercayaan pelanggan).
INNOVATIVE
(Mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan
implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses dan hasil kerja diatas
standard).
12
13
Fasilitas Utama
Reformer
HYL-I
Kapasitas
1.000.000 mtpy
Cooling System
OP.Rate
500.000 mtpy
Primary Reduction
Teknologi
Hylsa (Mexico)
Secondary Reduction
Ferrostaal (Germany)
Reactor
Reformer (Rekondisi
ex. HYL-I)
HYL-III
Kapasitas Desain
1.500.000 mtpy
Heat Recuparator
Teknologi
Hylsa (Mexico)
Gas Heater
Ferrostaal (Germany)
Reactor
Proses Hyl-III secara umum terdiri dari tiga area utama, yaitu :
a. Area Proses Reformasi
b.Area Proses Reduksi
c. Area Sistem Penunjang
Proses Reformasi adalah proses reaksi antara natural gas dengan steam yang
terjadi di dalam pipapipa katalis di reformer. Sedangkan proses reduksi adalah proses
reaksi bijih besi dan gas proses yang terjadi di dalam reaktor.
Sistem penunjang pada proses Hyl-III adalah :
1. O2 absorption system
2. Process Cooling Water System
3. Equipment Cooling Water System
4. Steam System
14
Pabrik BSP mempunyai empat buah dapur listrik dengan kapasitas mesin 65
ton per cetak atau Billet Continuous Caster. Kapasitas pabrik BSP adalah 700.000
ton/tahun. Pabrik ini menggunakan sumber radioaktif untuk mengukur level dari baja
cair. Penampang billet pada pabrik baja ini diproduksi dalam tiga macam :
a. Ukuran 100 x 100 mm, 110 x 110 mm, 120 x 120 mm
15
Hasil dari produk ini dipakai untuk bahan baku wire rod bar dan section mill.
Fasilitas utama Pabrik Baja Billet :
Nama Perusahaan
Fasilitas Pabrik
EAF (4x65) - 40/48 MVA
BSP
UHP
Kapasitas
675.000 mtpy
Ladle Furnace
Teknologi
ManGHH (Germany)
Concast (Germany)
Tundish
Continuous Casting Machine
Diameter 100-130 mm
Sumber data : PT. Krakatau Steel
16
PT. Krakatau Steel memiliki dua pabrik baja slab, yaitu SSP I yang dibangun
tahun 1982 dan SSP II yang dibangun tahun 1993. Slab Steel Plant I yang dibangun
dengan menggunakan teknologi pembuatan baja MANGHH dan CONCAST ini,
mempunyai empat dapur baja listrik yang masing-masing berkapasitas 130 ton dan
dua mesin concast (mesin tuang kontinyu) serta ladle furnace. SSP II dibangun
dengan teknologi pembuatan baja dari Voest Alpine-Australia memiliki dua dapur baja
listrik, satu mesin concast, ladle furnace, dan RH vacuum degassing.
Pabrik baja slab memproduksi lembaran baja yang bahan baku utamanya
adalah besi spons dan scrap ditambah dengan batu kapur, serta dicampur dengan
unsur-unsur lain seperti C, Fe, dan Si. Pabrik ini juga memanfaatkan peleburan ulang
baja-baja reject (rusak) dari pabrik-pabrik lain seperti HSM, CRM, dan WRM.
Komposisi kimia dari baja didaur ulang sesuai permintaan konsumen.
Pabrik ini memproduksi baja slab dengan ukuran : tebal 200 mm, lebar 950
2080 mm, dan panjang maksimum 12.000 mm, dengan berat maksimum 30 ton. Baja
yang dihasilkan dari SSP ini merupakan baja ultra low carbon dengan kandungan gas
terlarut (hidrogen dan nitrogen) relatif rendah. Hasil produksi SSP ini kemudian
dikirim ke HSM.
17
Nama Perusahaan
Fasilitas Pabrik
SSP 1
Kapasitas
1.000.000 mtpy
Ladle Furnace
Teknologi
Tundish
Concast (Germany)
Mould
Continuous Casting Machine (2)
Scarfer
SSP 2
Kapasitas desain
800.000 mtpy
Ladle Furnace
Teknologi
VAI (Austria)
Tundish
Mould
Continuous Casting Machine (1)
Vacuum degassing
18
otomatis dengan control set up computer, sehingga dapat menjamin kualitas produk
yang dihasilkan dalam hal kekuatan mekanik, toleransi ukuran, maupaun kualitas
bentuk (shape)
19
Fasilitas Pabrik
Kapasitas
2.000.000 mtpy
Type
Sizing Press Automatic Width Control
Reversing 4-Hi Rougher (Roughing Stand)
Finishing Stand # 1-5
Kapasitas
165.000 ton
20
equipment dari Morgan USA. Pabrik ini menggunakan bahan setengah jadi dari
pabrik baja billet sebagai bahan baku utama untuk diolah menjadi batang baja kawat.
Kapasitas produksi saat ini sebesar 450 ribu ton/tahun batang kawat baja. Dengan
variasi produk :
a. Batang kawat karbon rendah
b. Batang kawat untuk elektroda las
c. Batang kawat untuk cold heading diameter 5,5mm, 8mm, 10mm, dan 12mm.
Pabrik kawat baja ini dilengkapi dengan enam mesin pembuat kawat dan unit
pelapis seng. Pabrik ini menghasilkan kawat baja dengan kadar karbon rendah.
21
Alat ini di gunakan untuk mengukur panjang Billet, ukuran panjang Billet
langsung di record di komputer selain sebagai data produksi juga di kirim ke
proses untuk menentukan posisi penempatan Billet di dalam furnace.
c) Roll Table Aproach
Roll table di gunakan untuk mentransfer Billet dari lengh meansuring kedalam
furnace. pada roll table ini juga di lengkapi juga di timbulkan yang berfungsi
untuk menimbang billet sebelum masuk furnance. Hasil di timbulkan juga
automatis masuk ke dalam computer.
d) Charging Roll Table
Roll table yang berbeda dalam Furnace berfungsi untuk mengatur posisi billet di
dalam furnace.
e) Reheating Furnance (Dapur Permanas).
Bagian ini berfungsi untuk memanaskan billet sama kondisi siap di Roll dalam
temperature tertentu sesuai dengan kelas Baja. Untuk pengontrolan temperature
dalam furnance untuk mendapatkan Billet dengan suhu yang di inginkan dengan
menggunakan system select set point, yaitu dengan pemanasan setahap yang di
kendalikan secara Automatis. Pengendalian suhu ini biasa di pantau lewat PLC
dari furnance Pulfit pemantau ini di buat oleh sensor panas yaituThermocouple
pada tiap zona.
Furnance buatan
Kapasitas
: 150 T/H
Tipe
: Billet
: 130 batang
:2289 Kg
22
Alat ini berfungsi untuk membersihkan skill atau kerak yang menempel pada bar
(Billet). sebelum alat masuk ke roll table in let dengan tekanan minimal 200 Bar
Actual di lapangan hanya dipakai antara 80 s/d 150 bar tergantungukuran square
billet.
menentukan arah bar (Billet) ke jalur satu dan jalur dua. Dalam
kondisi normal Deviator ini bekerja secara Automatis bergantian dengan jalur
satu dan dua.
l) Roll Table Outlet
Alat ini berfungsi mentransfer bar (Billet) dan Deviator menuju rounghing Stand.
m) Roughing Stand
Terdiri dari 10 stand Horizontaluntuk mereduksi Billet hingga dapat masuk ke
intermidate stand.
n) Shear 10
Berfungsi untuk memotong bar (Billet) dari deviator menuju roughing Stand.
o) Intermidate Stand
23
Berfungsi untuk mereduksi bar yang keluar dari diameter 30mm menjadi 10,5
mm masing-masing standnya di gerakan oleh motor DC, gear unit dan universal
spindel. Pada stand 14 dan seterusnya terpisah menjadi dua jalur, dan masingmasing stand di gerakan dengan pengggerak motor yang berbeda.
p) Flying Shear (CD)
Berfungsi sebagai pemotong kepala bar yang keluar dari Diameter 30mm
menjadi 10,5mm masing masing stand nya di gerakn oleh Motor DC, gear Unit
Universal Spinder pada stand 14 dan seterusnya terpisah menjadi 2 jalur, dan
masing masing di gerakan dengan penggerak motor yang berbeda.
q) Chooping Shear
Suatu mesin atau equipment berfungsi untuk memotong-motong bar (Billet).
Problem atau mesin di lokasi equipment Finishing Blok.
r) Snap Shear
Alat ini berfungsi untuk memotong kawat apabila dalam proses produksi terdapat
gangguan.
s) Side Leoper dan Up Looper
Berfungsi untuk mengatur speed motor sesuai dengan speed Rolling. Prinsip
kerja dari pekerjaan ini adalah mengatur speed dengan selalu menjaga kegiatan
Looper sesuai dengan set point.
t) Free Finishing Blok (PFB)
Blok stand diantaranya intermidate dan finishing blok yang berfungsi untuk
mereduksi bar yang keluar dari intermidate horizontal dan vertical stand belum
masuk ke dalam finishing blok. PFB terdiri dari dua stand (18 dan19) yang di
mana bar masuk ke dalam Stand 18 dalam bentuk roud dan masuk ke stand 19
dalam bentuk oval, dan saat keluar dari PFB bar bentuk roud lagi, tempratur
berkisar 950 C.
u) Finishing Stand
Terdiri dari 10 vertikal horizontal yang digerakan oleh satu motor synchronous
5000Kw dengan pengaturan menggunakan system LCI pada TYAK buatan ABB
24
master pada Finishing stand ini pembuatan kawat terakhir. Diameter kawat sesuai
pesanan yang di inginkan.
v) Pinch Roll
Berfungsi untuk mengatur bar masuk ke dalam Lying head.
w) Laying Head
Alat ini berfungsi menentukan ring. Kawat yang sebelum nya lurus, sehingga
membektuk ring.
x) Stelmor Conveyor
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan kawat setelah proses dengan
menggunakan udara. Sesuai dengan hasil prosuk yang di pesan. Pendingin ini
dapat di kontrol sedemikian rupa sesuai dengan produk end use.Pada kelas baja
tertentu seperti (Elektroda) justru pendingin ini perlambat dengan jalan menuju
Cover pada stelemor conveyor.
y) Reforming Station
Berfungsi sebagai Collecting atau pengumpulan batang kawat yang datang dari
stelmor conveyor untuk di bentuk gulungan kawat, dengan two arm mandrel dan
bantuan coil car untuk membawa gulungan ke C-Hook.
z) Transfer Roll Table (C-hook)
Berfungsi untuk memindahkan Coil Collecting menuju compactor untuk di
lakukan building dan pengepakan. Alat ini di gerakan oleh motor AC yang di atur
berurutan dengan bantuan PLC dan pengatur putran dengan ATIVAR 18.
Peralatan yang menunjukan diantara lain :
Motor DC untuk penggerak beroperasi semi Automatis Dengan daya 5000
Kw di bagian Rougung Mill 1000 Kw Di bagian intermidate Mill dan di
bagian Finishing Mill 130 Kw.
Motor AC 3 fhase untuk sebagai penggerak pada Coil Car/Transfort Roll
Table, yang berfungsi sebagai pengatur nya dengan Converter Frekuensi.
Water Tripment Plant untuk kebutuhan air pendingin pada proses system
open colling system.
25
Sensor sensor untuk input system Control atau untuk pengawas proses
seperti Hot metal detektor,tension,detector, Termocouple dan Lain-lain.
26
Fasilitas Pabrik
Furnace
Kapasitas
450.000 mtpy
Roughing stand
Kapasitas awal
220.000 mtpy
Rotary Shear
Teknologi
Intermediate Stand
CD Shear
Chopping Shear
10 Finishing Stand
Side Looper
Water Box
Pinch Roll Water Head
27
Stelmor Conveyor
Mandrel
Transfer Car
Compactor
Sumber Data : PT. Krakatau Steel
28
Tebal : 0,18 - 3 mm
Fasilitas Pabrik
Kapasitas
650.000 mtpy
Kapasitas awal
850.000 mtpy
Teknologi
CLECIM (Perancis)
Shearing Line #2
Kapasitas
29
30
PT. KIT didukung oleh 131 orang tenaga profesional yang telah berpengalaman di
bidang pengelolaan dan pengembangan sistem, otomasi pabrik, jaringan dan
komunikasi, dan Value Added Network.
8. PT. Pelat Timah Nusantara (PT. Latinusa)
PT. Latinusa mampu menghasilkan 130.000 ton per tahun timplate (coil dan sheet)
dengan kualitas prime, assorted waste, dan unassorted waste yang dapat digunakan
untuk can (food critical), general can (noncritical) dengan pasar domestik.
9. PT. Krakatau Industri Estate Cilegon (PT. KIEC)
Sebagai pengelola seluruh aset-aset perusahaan, baik produk maupun jasa.
10. PT. Krakatau Medika (PT. KM)
Sebagai Rumah Sakit bagi karyawan PT KS, karyawan anak Perusahaan PT KS,
serta umum.
31
dan
BAB III
PERAWATAN MOTOR ELDRO
TYPE Ed 30/5 S
3 Phasa motor
220/380 V. 50 Hz .0,43 A .180 W
N 300 .50 mm
Laporan Praktek Kerja Industri
32
Untuk mengoperasikan motor eldro terdapat alat penunjang agar motor berjalan
dengan baik,di antaranya :
Terminal box
Kabel gland (25 x 1,5 4 x 2,5 mm2)
Piston
Silinder hydraulic
Oil guider
Motor circuit breaker
33
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah penulis mengikuti Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di PT.
KRAKATAU STEEL selama kurang lebih satu bulan , penulis banyak sekali
mendapat ilmu pengetahuan mengenai pekerjaan yang dikerjakan di PT.
KRAKATAU STEEL. Sehingga penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan adanya Praktek Kerja Industri ( PRAKERIN) ini merupakan program
yang sangat penting dan bermanfaat untuk mendapatkan tambahan ilmu
pengetahuan yang belum di dapat dari sekolah.
2. PT. Krakatau Steel memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, tempat yang
nyaman, asri, rapi, dan bersih. Sehingga penulis merasa nyaman melakukan
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di PT. Krakatau Steel.
3. Dengan adanya Praktek Kerja Industri(PRAKERIN) ini menjadikan tolak ukur
kedepannya bagi penulis pribadi untuk melangkah kedunia kerja, agar penulis
tidak merasa asing dengan dunia kerja untuk saat ini.
4.2 SARAN
Dengan segala kerendahan hati penulis memberanikan diri untuk menulis,
mengemukakan diri untuk menulis saran yang mudah-mudahan akan menjadi bahan
pertimbangan bagi pihak sekolah maupun pihak industri dengan harapan ini dapat
bermanfaat untuk perbaikan di masa depan :
1. Penulis mengharapkan terjalin hubungan yang baik antara pihak sekolah dan
pihak perusahaan.
2. Hubungan karyawan dengan para siswa PRAKERIN diharapkan agar selalu
terjaga keharmonisannya.
3. Waktu pelaksanaan prakerin di rasakan sebagian siswa terlalu singkat,
mengigat banyaknya pengetahuan yang harus di serap oleh siswa Praktek
Kerja Industri (PRAKERIN) dari perusahaan.
4. Pihak sekolah dan industri supaya lebih peka terhadap perkembangan ilmu
teknologi yang baru, modern, dan mutakhir di dalam segala bidang baik
bidang industri dan bidang pendidikan.
35