Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS WASTE PADA PROSES PRODUKSI DI PT.SANSAN


SAUDARATEX JAYA I DENGAN WASTE ASSESSMENT
MODEL (WAM)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir


Jenjang Strata S1 Teknik Industri
Program studi Teknik Industri

Oleh:
Delfiana Sandi Permana
NPM.B1011511RB5009

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
BANDUNG
2019
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman di dunia saat ini semakin pesat, terutama dalam sektor
industri dimana persaingan berkembang semakin ketat. Garmen di Indonesia telah
menjadi salah satu pilar penting dalam sektor manufaktur karena garmen adalah
sebuah kebutuhan selain pangan yang wajib dimiliki dan digunakan oleh manusia.
Potensi pasar garmen domestik maupun global untuk industri tekstil dan produk
garmen perkembangannya masih terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan semakin tingginya permintaan akan kebutuhan tekstil non sandang.
Tingkat persaingan dalam bidang industri garmen yang semakin kompetitif memacu
industri manufaktur untuk menghasilkan produk yang berkualitas secara optimal dan
ekonomis supaya mampu meraih profit serta dapat memberikan produk secara tepat
waktu. Namun permasalahan yang sering dihadapi perusahaan adalah masih banyak
ditemukan pemborosan baik dalam hal waktu produksi maupun produk reject yang
disebabkan oleh aktivitas yang tidak bernilai tambah atau tidak efisien seperti defects,
overproduction, unecessary inventory, excessive transportasion, inappropriate
processing, waiting , dan unnecessary motions (Shigeo Shingo, 1989) dimana hal
tersebut sering disebut sebagai waste.
PT. Tegar Primanusantara merupakan salah satu industri tekstil dan garmen
yang turut serta berperan dalam naik turunnya kondisi industri garmen di
Indonesia. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam garmen seperti handuk,
serbet, keset, celemek, cepal tangan, cepal kotak, sarung tutup galon dan lain
sebagainya, pada akhir 2017 membentangkan sayap untuk bersaing di pasar
produk Baby.
PT. Tegar Primanusantara adalah perusahaan yang berkompeten di bidang
Garmen, dimana perusahaan perlu untuk terus meningkatkan kinerja produktivitasnya
sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan mendapatkan profit yang
sebesar-besarnya. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus
mengetahui aktifitas-aktifitas apa saja yang merupakan aktifitas yang bernilai tambah
terhadap produk (value added activity) dan identifikasi waste yang terjadi selama
aktifitas produksi berlangsung sehingga dapat dieliminasi dan mampu memangkas
waktu proses produksi secara optimal.
Upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dapat dilakukan
perusahaan dengan mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang tidak bernilai
tambah (waste). Oleh sebab itu diperlukan suatu pendekatan yang relatif
sederhana namun terstruktur dengan baik sehingga mudah dipahami yaitu dengan
pendekatan “lean manufacturing”. Metode lean manufactuing membantu banyak
perusahaan sehingga menjadi lebih kompetitif, terfokus dalam hal mereduksi
waste pada proses operasi mereka. Lean manufacturing dideskripsikan sebagai
pengurangan waste dalam segala bentuk aktivitas/kondisi dengan
mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah (value added activity) (Forrester,
1995). Hines dan Taylor (2000) memperjelas bahwa konsep lean manufacturing
merupakan suatu teknik yang ideal dalam mengoptimalkan performansi pada
sistem dan proses produksi karena dianggap mampu mengidentifikasi, mengukur,
dan menganalisa serta memberi solusi perbaikan atau peningkatan performansi
perusahaan secara komprehensif.
Rawabdeh (2005) mencoba menegaskan bahwa upaya identifikasi dan
mengeliminasi waste dengan terstruktur dan berkesinambungan pada aliran proses
produksi secara menyeluruh akan memberikan peningkatan efisiensi yang optimal,
penguatan daya saing perusahaan terhadap kompetitor lain dan menghasilkan
produktifitas proses yang lebih baik. Proses identifikasi terhadap waste memerlukan
suatu metode yang dapat mempermudah dan menyederhanakan proses pencarian
waste. (Rawabdeh, 2005), pengembangan Waste Assessment Model (WAM)
digunakan sebagai panduan untuk mempermudah dalam mencari dan
mengidentifikasi peluang terjadinya waste.
Dari latar belakang yang dikemukakan maka penelitian ini mencoba untuk
meneliti hal tersebut yaitu dengan mengambil topik yang berkaitan
dengan:“ANALISIS WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN WASTE
ASSESSMENT MODEL (WAM) DI PT.TEGAR PRIMANUSANTARA ”

B. Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud penelitian adalah merencanakan strategi yang tepat untuk
perusahaan PT. Tegar Primanusantara. Adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengindentifikasi waste di proses produksi dengan pendekatan Waste
Assessment Model (WAM).
2. Mengetahui jenis pemborosan yang paling dominan terjadi pada proses
produksi dengan pendekatan Waste Assessment Model (WAM).

C. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret 2019, tempat penelitian
dilaksanakan di T. Tegar Primanusantara Beralamat di jalan Industri 1 nomor 3
Rt. 01 Rw. 08, kelurahan utama lewigajah cimahi Selatan Kota Cimahi Jawa
Barat 40533, Indonesia.
Cimahi,
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan topik tidak meluas dan menyimpang dari permasalahan
yang ada,maka dalam penilitian ini diberikan batasan antara lain:
a. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Waste Assessment Model
(WAM).
b. Lokasi Penelitian yang diamati adalah PT.Tegar Primanusantara,Divisi
Produksi.
c. Data historis permintaan yaitu mulai dari januari 2018 hingga Januari 2019.
d. Data historis produk defect yaitu mulai dari januari 2018 hingga Januari 2019.
e. Penelitian hanya dilakukan sampai tahap teoritis, tidak dilakukan sampai tahap
penerapan.
Supaya pembahasannya tidak mencakup secara luas dan tidak menyimpang
dari tujuan semula dikarenakan banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi,
maka penelitian ini dibatasi oleh perihal sebagai berikut:
a. Perancangan lean manufacturing hanya sebatas pada reduksi waste untuk
meningkatkan efisiensi.

b. Rekomendasi perbaikan diprioritaskan pada hasil identifikasi waste yang paling


dominan.

E. Teori Dukungan
1. Konsep Dasar Lean
Konsep lean manufacturing pertama kali dikenalkan oleh Taiichi Onho
pada tahun 1950an dari Toyota yaitu Toyota Production System atau Toyota
Way didalamnya berisikan tentang proses perbaikan secara berkelanjutan
(continuous improvement) yang bertujuan untuk mengeliminasi kegiatan-
kegiatan yang tidak menguntukan dana atau mendatangkan kerugian guna
meningkatkan produktivitas. Menurut Vincent Gaspersz, lean manufacturing
merupakan suatu pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi
dan menghilangkan Waste atau non value-added activities melalui perbaikan
secara terus-menerus (continuous improvement) dengan cara mengalirkan
produk dan informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari internal dan
eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan (Gaspersz &
Fontana, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries, 2007).
2. Pemborosan (Waste)
Tujuan utama system lean adalah mengurangi pemborosan (Waste).
Waste merupakan segala hal yang tidak bernilai tambah. Waste dianggap
sebagai suatu hal yang dapat menurunkan produktivitas dan mengurangi profit
bagi perusahaan. Menurut Vincent Gaspersz (2007) menyatakan terdapat dua
jenis Waste yaitu Type One and Type Two Waste. Type One Waste adalah
segala aktivitas yang tidak bernilai tambah namun dibutuhkan dalam proses
produksinya sehingga tidak dapat dihilangkan. Sedangkan Type Two Waste
adalah segala aktivitas yang tidak bernilai tambah dan dapat dihilangkan dari
proses produksi maka harus segera di identifikasi dan dihilangkan karena
Waste tipe ini akan menurunkan produktivitas perusahaan.
Terdapat tujuh jenis pemborosan yang didefinisikan oleh Shiego Shingo
(Shingo, 1989) diantaranya sebagai berikut:
1) (O) Overproduction – memproduksi atau menghadirkan barang terlalu
banyak melebihi kebutuhan pelanggan atau memproduksi lebih cepat
daripada waktu kebutuhan pelanggan yang menyebabkan kelebihan
inventory.
2) (I) Unnecessary Inventory – kelebihan penyimpanan dan delay material
maupun produk sehingga mengakibatkan peningkatan biaya dan
penurunan kualitas pelayanan terhadap pelanggan.
3) (D) Defect – merupakan cacat baik berupa kesalahan dokumentasi,
permasalahan kualitas produk yang dihasilkan atau delivery performance
yang buruk.
4) (M) Unnecessary Motion – segala pergerakan dari manusia atau mesin
yang tidak menambah nilai terhadap produk tetapi hanya menambah
biaya dan waktu. Atau keadaan tempat kerja yang kurang (tidak
ergonomis) yang menyebabkan pekerja melakukan gerakan yang tidak
perlu.
5) (T) Excessive Transportation – berupa waktu, tenaga biaya dan aliran
informasi dan atau material produk. Dapat dikatakan pula sebagai
pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) yang buruk,
pengorganisasian yang kurang tepat sehingga memerlukan pemindahan
material.
6) (P) Inappropriate Processing – merupakan kegiatan yang
mengakibatkan kesalahan dalam proses produksi bisa diakibatkan karena
kesalahan mempergunakan tools saat bekerja.
7) (W) Waiting – tidak beraktivitasnya (menunggu) pekerja, informasi dan
atau barang dalam waktu yang lama yang berdampak terhadap buruknya
aliran proses dan bertambahnya lead times.
3. Waste Assesment Model (WAM)
Waste Assesment Model (WAM) merupakan suatu model yang
digunakan untuk memudahkan dan menyederhanakan proses pencarian
permasalahan Waste. Waste Assessment Model (WAM) terdiri dari Seven
Waste Relationship (SWR), Waste Relationship Matrix (WRM) dan Waste
Assessment Questionnaire (WAQ).
a. Seven Waste Relationship (SWR)
Setiap waste memiliki hubungan satu sama lain, dimana hubungan ini
disebabkan oleh pengaruh tiap waste dapat muncul secara langsung maupun
tidak langsung. Seperti saat terjadi overproduction maka hal ini otomatis
akan mempengaruhi unnecessary inventory. Penjelasan keterkaitan antar
waste dapat dilihat pada lampiran. Hubungan antar jenis waste memiliki
bobot yang berbeda-beda. Maka dibutuhkan penilaian untuk mengetahui
bobot dari setiap pola yang terjadi diantara waste tersebut. Untuk
menghitung kekuatan waste relationship dikembangkan suatu pengukuran
dengan kuesioner. Hubungan antar waste yang satu dengan yang lainnya
dapat disimbolkan dengan menggunakan huruf pertama pada tiap waste
(Rawabdeh, 2005).

Tabel 1 Kriteria untuk Pembobotan Kekuatan Waste Relationship

No Pertanyaan Pilihan Jawaban Skor


a. Selalu =4
Apakah i mengakibatkan
1 b. Kadang-kadang =2
atau menghasilkan j
c. Jarang =0
a. Jika i naik, maka j naik =2
Bagaimanakah jenis b. Jika i naik, maka j tetap =1
2
hubungan antara i dan j c. Tidak tentu, tergantung keadaan =0
a. Tampak secara langsung & jelas =4
3 Dampak j dikarenakan i b. Butuh waktu untuk terlihat =2
c. Tidak terlihat =0

Menghilangkan akibat i a. Metode engineering =2


4 terhadap j dapat dicapai b. Sederhana dan langsung =1
dengan cara c. Solusi instruksional =0
a. Kualitas produk =1
b. Produktivitas sumber daya =1
c. Lead time =1
Dampak j dikarenakan oleh d. Kualitas dan produktivitas =2
5
i berpengaruh kepada e. Kualitas dan lead time =2
f. Produktivitas dan lead time =2
g. Kualitas, produktivitas, dan lead =4
time
Sebesar apa dampak i a. Sangat tinggi =4
6 terhadap j akan b. Sedang =2
meningkatkan lead time c. Rendah =0

b. Waste Relationship Matrix (WRM)


WRM digunakan sebagai analisa pengukuran kriteria hubungan antar
Waste yang terjadi. WRM merupakan matriks yang terdiri dari baris dan
kolom. Baris menunjukan pengaruh tiap Waste pada keenam tipe Waste
lainnya. Kolom menunjukan Waste yang dipengaruhi oleh keenam Waste
lainnya. Diagonal matriks menunjukan nilai hubungan yang tertinggi.
F/T O I D M T P W
O A O O O I X E
I I A U O I X X
D I I A U E X I
M X O 0 A X I A
T U O I U A X I
P I U I I X A I
W O A O X X X A
Gambar 1 Contoh Waste Relationship Matrix
Sumber: Rawabdeh, 2005
Tabel 2 Konversi Rentang Skors Keterkaitan Antar Waste

Range Jenis Hubungan Simbol


17-20 Absolutely Necessary A
13-16 Especially Important E
9-12 Important I
5-8 Ordinary Closeness O
1-4 Unimportant U
Sumber: Rawabdeh, 2005

c. Waste Assesment Questionnaire (WAQ)


WAQ terdiri dari 68 pertanyaan yang berbeda, mewakili aktifitas,
kondisi maupun tingkah laku yang dapat menghasilkan Waste. Pertanyaan
ditandai dengan tulisan “From”, artinya pertanyaan tersebut menjelaskan
jenis Waste yang ada saat ini yang dapat memicu munculnya jenis Waste
lainnya. Pertanyaan lainnya ditandai dengan tulisan “TO”, artinya
pertanyaan tersebut menjelaskan tiap jenis Waste yang ada saat ini bisa
terjadi karena dipengaruhi jenis Waste lainnya. (Kurniawan, 2012)
Sedangkan skor untuk ketiga jenis pilihan jawaban kuesioner dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu:
a) Kategori pertama, atau kategori A adalah jika jawaban “Ya” berarti
diindikasikan adanya pemborosan. Skor jawaban untuk kategori A adalah: 1
jika “Ya”, 0,5 jika “Sedang”, dan 0 jika “Tidak”.
b) Kategori kedua, atau kategori B adalah jika jawaban “Ya” berarti diindikasikan
tidak ada pemborosan yang terjadi. Skor jawaban untuk kategori B adalah: 0
jika “Ya”, 0,5 jika “Sedang”, dan 1 jika “Tidak”.

3. Fishbone Diagram
Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di
dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram
Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan
jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran
1915 di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo.
Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut
awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas yang
menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa
juga ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau
metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control
chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk
mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan.
Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah
permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan
sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai
dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect
(Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara
sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram
sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab
(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor
penyebabitu.
Diagram Fishbone telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu
dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam
menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk
mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian
memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota
tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua
pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat
diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan
setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah
bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah
sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang –
orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam
mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan.

F. Teknik Pemecahan Masalah


Mulai

Identifikasi Masalah
1. Perumusan Masalah
2. Tujuan Masalah
3. Batasan Masalah

Studi Pustaka Studi Lapangan

Pembuatan Kuesioner

Pengumpulan Data
1. Data Primer:
Wawancara dan Kuesioner
2. Data Sekunder:
Literatur Pendukung

Pengolahan Data
a. Seven Waste Relationship
b. Waste Relationship Matrix
c. Waste Assessment Questionnaire
d. Fishbone Diagram

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Flowchart adalah diagram yang menggambarkan tahapan-tahapan proses


menggunakan bentuk-bentuk geometris sehingga tahapan yang dijelaskan lebih
mudah dipahami. Oleh karena itu, untuk menggambarkan proses pelaksanaan
penulisan tugas akhir ini digunakan flowchart untuk menjelaskan tahapan
pelaksanaan penulisan dengan jelas, yang mampu merepresentasikan tahapan-
tahapan tersebut dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti yang diperlihatkan
pada gambar di atas.
Adapun penjelasan masing-masing tahapan dalam metode penelitian diatas
dijelaskan sebagai berikut:
1. Mulai
2. Identifikasi Masalah

Ditahap ini penulis melakukan observasi secara langsung di PT. Sansan


Saudaratex jaya I kota Cimahi untuk mengidentifikasi masalah apa saja yang
terdapat pada perusahaan khususnya di pergudangan. Selama observasi penulis
juga menyusun rumusan masalah, tujuan masalah dan batasan masalah agar
penelitian berjalan fokus dan terarah.
3. Studi Pustaka dan Studi Lapangan

Studi pustaka dilakukan untuk mencari materi dan teori yang berhubungan
dengan penelitian ini dan memudahkan dalam menentukan proses yang akan
dilakukan selama penelitian. Studi pustaka meliputi lean manufacturing, waste
dan waste assessment model. Sedangkan studi lapangan digunakan untuk
mencocokkan kajian teoritis dengan keadaan sebenarnya yang terjadi
diperusahaan.
4. Pembuatan Kuesioner

Pada tahap ini penulis menyusun dua jenis kuesioner yaitu kuesioner Seven
Waste Reationship (SWR) untuk menunjukkan tingkat hubungan waste satu sama
lain, dimana hubungan ini disebabkan oleh pengaruh tiap waste dapat muncul
secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya pembuatan kuesioner Waste
Assessment Quetionnaire (WAQ) digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengalokasikan waste yang terjadi pada lini produksi. Hasil dari WAQ akan
didapatkan jumlah waste yang paling dominan atau sering terjadi diperusahaan.
5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dibagian produksi.Adapun beberapa teknik


pengumpulan yang dilakukan selama berada di bagian gudang antara lain sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung terhadap
objek yang sedang diteliti. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui
situasi dan kondisi dilapangan tempat kita mencari data.
b. Wawancara
Melakukan wawancara dengan bagian gudang mengenai aliran barang di
gudang dengan mengajukan pertanyaan secara langsung terhadap objek
penelitian.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Dalam pengisian kuesioner
melibatkan karyawan yang berkompeten dan benar-benar memahami atau
expert terhadap kondisi gudang.
6. Pengolahan Data

Pada tahap ini penulis mengolah data-data hasil rekapitulasi kuesioner dan
wawancara dengan menggunakan rumus-rumus yang terdapat pada Waste
Assessment Model.
7. Analisis dan Pembahasan

Pada tahap ini penulis menganalisis hasil dari Waste Assessment Model yang
menunjukkan jenis waste tertinggi apa yang terjadi diperusahaan. Setelah
menganalisis jenis waste tertinggi tahap selanjutnya adalah menganalisis
penyebab waste terjadi dengan diagram fishbone.
8. Kesimpulan dan Saran

Tahap akhir dari metode penelitian adalah dengan melakukan penarikan


kesimpulan terhadap analisis hasil yang telah dilakukan untuk menjawab semua
rumusan masalah dan memberikan saran-saran yang dilakukan untuk perbaikan
proses pengurangan tingkat waste.
9. Selesai

Anda mungkin juga menyukai