Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mutiara Yuliana Pratiwi

NIM : 3101420086
Prodi : Pendidikan Sejarah 6B
Matkul : Sejarah Desa & Kota

ULANGAN TENGAH SEMESTER

1. Berikan penjelasan saudara tentang perubahan- perubahan masyarakat pedesaan


sebagai Pengaruh Politik Pintu terbuka
 Kebijakan pemerintah yang dikenal dengan politik "pintu terbuka" bertujuan untuk
membuat pasar Indonesia lebih mudah diakses oleh investasi dan pengaruh asing.
Perubahan pola konsumsi merupakan salah satu dampak dari kebijakan politik pintu
terbuka terhadap masyarakat pedesaan. Penanaman modal asing diizinkan untuk
ketersediaan pasar barang impor berkualitas tinggi dan murah. Hal ini berdampak pada
kebiasaan konsumsi masyarakat pedesaan yang secara historis cenderung
mengunggulkan produk lokal yang berkualitas rendah. Struktur ekonomi pedesaan juga
berubah akibat kebijakan politik pintu terbuka. Awalnya, pertanian adalah sumber
pendapatan utama bagi sebagian besar penduduk pedesaan. Namun, karena
peningkatan investasi asing, banyak bisnis internasional mendirikan pabrik di daerah
pedesaan, menciptakan prospek kerja bagi karyawan terlatih di sektor industri.
Perkembangan sosial masyarakat pedesaan dipengaruhi oleh pergeseran struktur
konsumsi dan ekonomi tersebut. keadaan memaksa orang untuk beradaptasi dengan
tuntutan baru, yang mengubah struktur masyarakat. Individualisme dan materialisme
adalah dua cita-cita sosial yang sedang berubah, dan semakin banyak muncul di daerah
pedesaan Namun, perubahan ini juga membuka peluang untuk kebaikan, seperti
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan di pedesaan. sebagaimana ditunjukkan oleh
para petani yang mulai menunjukkan logika ekonomi yang sangat kuat. Investasi asing
dimungkinkan oleh keputusan pemerintah, yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di daerah pedesaan. Setelah itu terlihat
bahwa perubahan yang dibawa oleh kebijakan pintu terbuka membawa dampak yang
merugikan, terutama terjadinya kemiskinan di pedesaan. Pertama, kemiskinan
dipandang sebagai hasil dari proses budaya yang terkait dengan mentalitas masyarakat
desa atau sebagai respon budaya masyarakat. Hal ini terlihat dari respon yang fatalistik,
berpuas diri, dan tidak mengesankan yang memunculkan stereotip desa sebagai
"penduduk asli yang malas". Kedua, mengakui bahwa ketidakadilan sistemik termasuk
sedikitnya sumber daya dan akses ke berbagai peluang berkontribusi terhadap
kemiskinan (Santi Muji Utami, 2011)

2. Pedesaan Tegal bagian Utara sebagai wilayah Industri Rakyat sejak masa Kolonial
dan terus berlangsung hingga masa kini
a. Mengapa Pemerintah Kolonial menjadikan Pedesaan Tegal bagian Utara sebagai
wilayah Industri
 Karena Desa Tegal Utara menyimpan kekayaan potensi sumber daya alam, antara lain
kayu jati, bambu, dan bambu wulung yang sangat dibutuhkan sebagai bahan baku
industri, maka Pemerintah Kolonial Belanda menetapkan kawasan tersebut sebagai
Kawasan Industri Rakyat. Apalagi Pelabuhan Tegal menyediakan akses cepat ke laut
untuk transportasi di kawasan ini (C. S. M. Utami, 2019)

b. Jelakan pertumbuhan Industri rakyat, dan jenis industri yang berkembang


hingga era 1950-an
 Sejak zaman kolonial hingga saat ini, industri rakyat tumbuh subur di bagian utara Desa
Tegal. Industri awal yang muncul di wilayah ini adalah pengolahan kayu jati dan bambu
yang kemudian diubah menjadi perabot rumah tangga seperti lemari, meja, dan kursi.
Selain itu, pertumbuhan perdagangan dan transportasi menyebabkan munculnya
industri tenun dan batik yang memanfaatkan kapas dan sutera sebagai bahan baku
utama. Sepanjang tahun 1950-an, berbagai industri, termasuk yang terkait dengan
makanan, kerajinan tangan, dan tekstil, tumbuh di wilayah utara Desa Tegal. Produk
makanan seperti keripik tempe dan kerupuk merupakan hal yang umum di wilayah ini.
Selama ini, warga sekitar membuat berbagai kerajinan tangan, antara lain topi, sapu
lidi, dan tas anyaman. Pendirian pabrik-pabrik tekstil dengan menggunakan peralatan
tenun dan jahit mutakhir berkontribusi pada pertumbuhan berkelanjutan industri tekstil.
Perluasan industri rakyat di wilayah utara Desa Tegal juga didukung oleh tersedianya
tenaga kerja terampil dan harga terjangkau serta pasar domestik dan internasional yang
potensial. Terlepas dari lanskap politik dan ekonomi Indonesia yang berubah, ekonomi
lokal di Desa Tegal Utara tetap bertahan hingga hari ini. Ini menunjukkan kemampuan
beradaptasi dan ketahanan masyarakat pedesaan dalam menghadapi perubahan modern
(C. S. M. Utami, 2019).

3. Sebagian Pedesaan di Jawa berada di wilayah Gunung atau pegunungan dengan


berbagai karakteristiknya
a. Bagaimana mengoptimalkan lahan untuk ketahanan pangan
Terasering digunakan dalam pola pengelolaan lahan yang memiliki kelebihan
mengurangi erosi dan memperluas daerah resapan air. Kawasan
pegunungan/perbukitan Sumbing memiliki beberapa jenis terasering yang berbeda,
antara lain (1) terasering berbentuk bangku, empat jenis terasering, antara lain
terasering berbentuk bangku mendatar, terasering berbentuk bangku miring, terasering
berbentuk tangga, dan terasering memanjang tipe irigasi ; dan (2) teras luas. Beberapa
perbaikan telah dilakukan dengan penanaman tanaman penguat teras di beberapa lahan
yang teraseringnya terlihat lemah dan tidak sempurna. Rumput gajah dan kaliandra
adalah contoh tumbuhan yang dapat menguatkan. Penanaman jenis-jenis tanaman
tersebut memiliki berbagai manfaat ekonomi, antara lain memperkuat terasering serta
menyediakan pakan ternak (diambil dari daun dan batang rumput gajah) dan pupuk
alami berupa daun kaliandra (S M Utami & Arsi, 2022)

b. Saling Ketergantungan seperti apakah antara penduduk dengan lingkungannya.


 Masyarakat gunung dan pegunungan masih sangat bergantung pada lahan di
lingkungan ini menjelang akhir triwulan pertama abad ke-21 karena mereka
bergantung pada pengembangan hasil pertanian dan perkebunan. Sementara itu,
pertambahan jumlah penduduk di daerah pegunungan dan meningkatnya
permintaan konsumen akan hasil pertanian menyebabkan beberapa perubahan
penggunaan lahan, antara lain alih fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi,
pengembangan sawah lahan kering, dan pengairan sawah. Ketergantungan yang
kuat pada tanaman hutan lindung sebagai sumber bahan baku arang (untuk dijual),
yang mengurangi tekanan ekonomi karena pertanian tanaman telah gagal, adalah
ketergantungan, yang terkadang dapat menyebabkan ketidakamanan. Kondisi ini
bermasalah karena berkontribusi pada kerusakan lingkungan (S M Utami & Arsi,
2022)

4. Demak adalah kota kabupaten yang memiliki wilayah pedesaan berada di kawasan
pesisir
a. Berikan penjelasan saudara potensi Demak dan kawasan (pedesaan) Pesisir
 Kekayaan alam dan situs sejarah bekas kebesaran kesultanan Demak berpotensi
untuk dikembangkan di kawasan pesisir Demak. Ide menciptakan destinasi wisata
pantai dapat dipadukan dengan alat tangkap. Pesisir barat Kota Demak memiliki
potensi bahari yang dapat dipisahkan menjadi tiga zona yaitu zona yang dapat
dilestarikan, zona kegiatan wisata, dan zona perluasan. Bergantung pada bagaimana
itu digunakan, itu bisa menjadi: Zona aktivitas wisata pertama adalah pantai, zona
kedua sejarah dan budaya, dan zona ketiga pemukiman nelayan. Zona ini dapat
dilindungi. Sebagai destinasi wisata alam, ramah, dan kuliner, orientasi pelatihan
nelayan ditujukan untuk menghadap ke laut dengan menggunakan bahan-bahan
lokal yang dikembangkan dengan memperhatikan fitur estetika, sehingga memiliki
daya tarik dan memperhatikan faktor kebersihan lingkungan. Menciptakan
konektivitas antar tempat untuk memungkinkan aksesibilitas dan kenyamanan
pengunjung dengan mendasarkan penyediaan fasilitas pariwisata pada zona khas
yang ada yang memiliki tujuan yang dekat (Carolina Santi Muji Utami, Putri Agus
Wijayati, Nida’ul Putri Milla, 2022)
b. Berikan penjelasan saudara mengenai kegiatan ekonomi masyarakat dalam
menghadapi perubahan
 Kota Demak yang berfungsi sebagai pusat perekonomian daerah memiliki
masyarakat pendukung yang bekerja memadukan kepentingan sosial, budaya,
politik dan ekonomi penduduknya. Produksi besi dan peralatan logam serupa
hampir selalu terjadi di berbagai bagian kota pesisir. Pengrajin ini tinggal di
komunitas kecil yang terletak di kota metropolitan. Mereka adalah penduduk
setempat yang terkenal di lingkungan itu. Mereka mengidentifikasi diri mereka
sebagai pandai besi, menyiratkan bahwa mereka adalah pandai besi atau pandai besi
khusus (masyarakat desa ini dikenal sebagai Kampung Pandean). Prosedur
pembuatannya memanfaatkan teknologi tempo logam konvensional. Saat ini para
pengrajin membuat berbagai macam barang rumah tangga, alat pertanian, alat
perang bersejarah dari kesultanan Demak, dan alat perang. Memproduksi alat-alat
tempur seperti parang, serampang, tombak, dan peralatan berburu diperlukan di
masa lalu (Carolina Santi Muji Utami, Putri Agus Wijayati, Nida’ul Putri Milla,
2022)
Di sisi lain, sejumlah perusahaan bertahan di kota-kota pesisir sejak Kesultanan
Demak hingga saat ini. Sebagai gambaran industri menjahit yang berkembang dan
berkembang di Kota Suci, kota yang dekat dengan Demak. Kerajinan bordir sudah
berkembang di Indonesia sejak lama, tepatnya sejak kesultanan Demak pada abad
ke-16. Menjelang pergantian abad ke-16, daerah Demak—saat itu merupakan pusat
penyebaran Islam ke seluruh nusantara—diperkenalkan dengan teknik ini. Oleh
karena itu, tidak heran jika kerajinan perbatasan telah menyebar hampir ke seluruh
wilayah nusantara. Manusia harus menggunakan lebih banyak kreativitas dalam
upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka saat menavigasi
lingkungan alam dan sosial. Pertumbuhan ekonomi lokal telah mengungkapkan
kecerdikan masyarakat Demak dalam kehidupannya sebagai masyarakat kota
pesisir sejak masa kesultanan. Ekonomi masyarakat. Pemerintah daerah dan
organisasi masyarakat berpartisipasi dalam proses ekonomi lokal untuk
mendukung, merangsang dan mempertahankan kegiatan komersial untuk
menciptakan lapangan kerja (Carolina Santi Muji Utami, Putri Agus Wijayati,
Nida’ul Putri Milla, 2022)
Salah satu daerah yang kaya sejarah, budaya, dan warisan bahari adalah Demak,
yang mencoba menerapkan gagasan pengembangan ekonomi lokal untuk
mempertahankan keberadaan warisannya. Sejarah budaya dikembangkan dengan
melibatkan masyarakat setempat, mendorong partisipasi masyarakat melalui
organisasi sosial, merestorasi dan merevitalisasi situs bersejarah, memperluas
destinasi wisata, meningkatkan kemampuan artefak terkait pariwisata, serta
menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan. Hal ini diyakini akan
mendorong penduduk untuk merasakan hubungan emosional yang lebih kuat
dengan kekayaan budaya kota dan sejarah masa lalu serta nilai-nilai budayanya
(Carolina Santi Muji Utami, Putri Agus Wijayati, Nida’ul Putri Milla, 2022)

REFERENSI :

Carolina Santi Muji Utami, Putri Agus Wijayati, Nida’ul Putri Milla, dan M. R. (2022).
Kehidupan Ekonomi Kesultanan Demak. 72–100.
https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=kehidupan+ekonomi+kesulta
nan+demak&btnG=#d=gs_qabs&t=1680769497970&u=%23p%3D1UdKhJrmIaQJ

Utami, C. S. M. (2019). Traditional Industries In the Colonial Period: The Economic Activities
Of The People Of Tegal In The 20th Century. Paramita - Historical Studies Journal, 29(1),
92–101. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/18611

Utami, S M, & Arsi, A. A. (2022). Lingkungan Perdesaan: Sebuah Tantangan Perubahan Bagi
Masyarakat Pegunungan. Konservasi Alam, 90–120.
https://bookchapter.unnes.ac.id/index.php/ka/article/view/86

Utami, Santi Muji. (2011). Pengaruh Politik Pintu Terbuka terhadap Masyarakat Pedesaan di
Jawa. Paramita, 21(1), 14–24.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/1025

Anda mungkin juga menyukai