Anda di halaman 1dari 3

Ternyata uang kertas biang krisis

ekonomi
(Sajian Literasi Ekonomi Islam)

Bermulai dari akibat hilangnya Dinar dan Dirham adalah


masyarakat terus-menerus menanggung akibat merosotnya
nilai alat tukar uang kertas yang diberlakukan saat ini.
Kemiskinan menjadi fenomena umum akibat inflasi yang tiada
henti.

Berkali-kali, sepanjang zaman modern pada abad ke-20 sampai


memasuki abad ke-21, kita dihadapkan dengan apa yang
disebut ”Krisis Moneter”, yang tak lain akibat sistem uang
kertas yang sepenuhnya berbasis pada riba.

Mengapa Allah perlu menciptakan emas dan perak?

Dalam buku muqaddimah ibnu Khaldun, Allah menciptakan


dua logam mulia itu untuk menjadi alat pengukur nilai atau
harga bagi segala sesuatu. terutama karena hanya sedikit
logam mulia yang bisa menyimpan perwakilan nilai transaksi
yang sangat besar.

Al Maqrizi dalam Ighatsar menambahkan, Allah menciptakan


dua logam mulia itu bukan sekedar sebagai alat pengukur nilai,
atau untuk menyimpan kekayaan, tapi juga sebagai alat tukar.

Semasa Rasulullah SAW, dinar dan dirham digunakan dalam


transaksi ekonomi. Dinar mencerminkan emas murni.
sementara dirham terbuat dari perak.

Agak cukup mengherankan, Rasulullah yang membawa


pandangan dan paradigma baru dalam kehidupan ekonomi
dan sosial menggunakan dan mengakui dinar dan dirham yang
sebetulnya bukan mata uang asli penduduk mekkah. Dinar
sebagai mata uang dari Bizantium, sementara dirham dari
persia.

Namun, pengakuan Rasulullah ini menjadi penting dan


menunjukan betapa dinar atau dirham hanyalah sekedar
nama, esensinya, keduanya dibuat dari sesuatu yang berharga
yaitu emas dan perak yang layak dijadikan mata uang
universal.

Dinar emas dan Dirham perak adalah alat tukar paling stabil.
Sejak awal sejarah Islam sampai sekarang, nilai mata uang
Islam yang didasari mata uang bimetal ini sangat stabil jika
dihubungkan dengan bahan makanan pokok.

Dulu harga seekor ayam pada masa Rasulullah adalah 1


Dirham perak, dan saat ini, 1.400 tahun kemudian, harganya
tetap 1 Dirham. Selama 14 abad nilai inflasinya nol. coba saat
ini bisa tidak kita melihat hal yang sama terhadap dolar AS
atau mata uang lainnya selama 25 tahun terakhir ini?

itulah kenapa, meskipun penggunaan emas sebagai alat


transaksi di dunia modern di berhentikan Pemerintah AS 1934,
namun masyarakat dunia tetap menggandrungi emas sebagai
alat investasi. Karena menyimpan kekayaan dalam bentuk
emas tetap stabil dibanding dolar, bahkan bisa mendatangkan
keuntungan berlipat saat dolar AS terjadi depresiasi terhadap
mata uang asing atau mengalami Inflasi dalam negeri.

Saat ini umat manusia di belahan dunia mana pun dihantui


makhluk mengerikan yang sebut inflasi. Harga-harga barang
terus menerus meningkat dan di saat yang sama nilai tukar
mata uang mereka tiada hentinya melemah.
Kondisi ini pasti merusak kemakmuran hidup masyarakat,
terlebih bila berkepanjangan. Riset dan diskusi telah banyak
dilakukan para pakar ekonomi, dan mereka juga telah
mengusulkan solusi guna mengatasi kondisi ini. Walau
demikian, hingga saat ini ekonomi masyarakat dunia terus
memburuk akibat inflasi.

Dan, Ketika krisis ekonomi global melanda mayoritas negara,


para pakar ekonomi mengusulkan adanya satu mata uang
global yang diterima di seluruh negara, yaitu Dinar dan Dirham
untuk menghindari transaksi-transaksi maya di pasar uang
yang mengakibatkan krisis.

Semarang, 15 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai