Anda di halaman 1dari 5

*DINAR EMAS MUNGKINKAH KEMBALI?

Bagi yang mau mencermati, krisis selalu mengajarkan kita banyak hal, termasuk krisis ekonomi
yang terjadi saat ini, setelah krisis mata uang, kini kita dihadang oleh resesi akibat pandemi
yang tak berkesudahan ini.
Kita paham bahwa krisis ini diawali oleh krisis mata uang yang melanda Indonesia dan sejumlah
negara asia, namun apa boleh buat karena struktur ekonomi kita memang rapuh, krisis pun
dengan mudah meluluhlantakkan bangunan ekonomi yang kita bangun puluhan tahun
Tentu saja banyak yang bertanya-tanya, mengapa perekonomian bisa terpuruk hanya karena
nilai mata uang? Di dalam sejarah islam belum pernah terkadi krisis semacam itu, Mata uang
memang relatif stabil Ketika nilainya disandarkan pada emas.
Sejak jaman Nabi hingga zaman dinasti utsmaniah, hanya dikenal uang emas dan perak . Uang
kertas tidak dikenal sama sekali , maka tentu menjadi menarik jika dikaji, apakah uang emas
dihidupkan lagi? Apa plus minusnya dalam konstelasi ekonomi dunia saat ini.
Sesungguhnya, dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, emas sudah dikenal sejak
40 ribu tahun sebelum Masehi. Hal itu ditandai penemuan emas dalam bentuk kepingan di
Spanyol, yang saat itu digunakan oleh paleiothic man.
Dalam sejarah lain disebutkan bahwa emas ditemukan oleh masyarakat Mesir kuno (circa) 3000
tahun sebelum masehi. Sedangkan sebagai mata uang, emas mulai digunakan pada zaman Raja
Lydia (Turki) sejak 700 tahun sebelum Masehi.
Sejarah penemuan emas sebagai alat transaksi dan perhiasan tersebut kemudian dikenal
sebagai barbarous relic (JM Keynes via Handi Risza Idris, 2006).

Pada zaman Rasulullah SAW dikenal dua jenis uang yaitu uang yang berupa komoditi logam dan
koin yang berasal dari kekaisaran Roma (Byzantine). Dua jenis uang logam yang digunakan
adalah emas (Dinar) dan perak (Dirham). Logam tembaga juga digunakan secara terbatas dan
tidak sepenuhnya dihukumi sebagai uang, disebut fulus
Kata zahab yang berarti emas, disebut dalam qur’an sebanyak 8 kali, namun hanya satu yang
memberikan ancaman kepada orang yang mengumpulkan dan menyimpan emas karena tidak
memanfaatkannya di jalan yang benar (At-taubah : 34)
Ayat ini ayat yang memerintahkan bahwa kekayaan yang disimbolkan dalam bentuk emas dan
perak harus diinfakkan dijalan Allah.
sepanjang kehidupannya nabi tidak merekomendasikan perubahan apapun terhadap mata
uang emas. Artinya Nabi dan para Sahabat yang menjadi khilafah sesudahnya membenarkan
praktek ini. Dalam ilmu hadits ini disebut hadits af’al dan taqrir, yaitu jenis hadits yang tidak
diucapkan, tetapi dilakukan. Ini membuat ulama berijtihad bahwa sistem mata uang emas dan
perak adalah sistem mata uang yang benar.
Syekh taqyuddin an-Nabhani memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang benar
menurut islam hanya emas :
1. Ketika islam melarang praktek penimbunan harta, islam hanya mengkhususkan larangan
tersebut hanya untuk emas dan perak, padahal, harta (mal) itu mencakup semua barang
yang bisa dijadikan kekayaan
2. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-
ubah, Ketika islam mewajibkan diyat tersebut dengan ukuran tertentu dalam bentuk
emas
3. Rasulullah telah menetapkan emas perak sebagai uang dan beliau menjadikan hanya
emas dan perak sebagai standar uang
4. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat tersebut dengan
nisab emas dan perak
5. Hukum-hukum tentang penukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi hanya
dilakukan dengan emas dan perak. Semua transaksi dalam bentuk finansial yang
dinyatakan dalam islam hanya dinyatakan dalam emas dan perak
Alasan-alasan tersebut bisa dimaklumi jika melihat hadits Nabi tentang transaksi yang
melibatkan emas :
1. Dari Ubadah bin Shamit, r.a : Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, kurma dengan kurma, tepung dengan tepung, garam dengan garam,
hendaklah sama banyaknya. tunai dan timbang terima. Apabila berlainan jenisnya boleh
kamu jual sekehendakmu asal tunai
2. Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW beliau bersabda, “Boleh menjual emas dengan emas
dengan setimbang, sebanding, dan perak dengan perak setimbang sebanding (HR
Ahmad, Muslim dan Nasai)
3. Dari Abi Bakrah r.a, Nabi SAW melarang (menjual) perak dengan perak, emas dan emas
kecuali sama, dan Nabi menyuruh kami membeli perak dengan emas sesuka kami, dan
membeli emas dengan perak sesuka kami (HR Bukhari-Muslim)
Para Ulama memberikan berbagai tafsir terhadap hadits tersebut namun yang disepakati
diantara mereka adalah bahwa tidak boleh hukumnya tukar menukar barang yang sama
jenisnya dengan timbangan yang berbeda.
Sebagian ulama menyatakan bahwa penyebutan emas dan perak diantara barang-barang
makanan dalam hadits tersebut dikarenakan emas dan perak adalah uang. Sebab jarang terjadi
orang membeli (menukar) perhiasan dari emas, dengan beras atau kurma, kecuali untuk
jaminan terhadap transaksi perdagangan.
Dalam kajian fiqh memang tidak didapati secara khusus hukum yang mengatakan bahwa mata
uang haruslah emas dan perak, tampaknya bagi para ulama hal semacam ini sudah asumsi yang
tidak perlu dibicarakan lagi (taken for granted), justru yang banyak menjadi pembicaraan ulama
adalah praktek di sekitar emas dan perak, misalnya nilai tukar emas dan perak yang sering
berubah-ubah sehingga Nasir Muhammad ibnu Qalawun, sultan yang sezaman dengan Ibnu
Taimiyah pernah melarang orang jual beli emas, demikian pula imam Ghazali pernah mencela
praktek dalam masyarakat jamannya yang mencampur emas dengan benda lain sehingga emas
yang dipakai untuk uang tidak murni lagi.
Akibatnya masyarakat cenderung melepas emas yang tidak murni ke peredaran dan
menyimpan emas murni untuk dipakai sebagai perhiasan. Tampaknya atas dasar ini Al-Maqarizi
menyimpulkan dalam kitabnya bahwa uang (emas) yang buruk menggeser uang yang bagus
dalam peredaran

Atas dasar itu, maka kesimpulannya mata uang yang ada dalam sejarah islam adalah emas dan
perak. Uang kertas yang ada sekarang bukanlah produk peradaban islam, karena itu wajar jika
terjadi krisis dimana-mana. Uang kertas yang ada sekarang legal tender yaiitu janji pemerintah
yang menganggap bahwa itu adalah uang (Lawrence S ritter & William L sibri).
Jika suatu saat hukummenyatakan itu bukan uang , yang tertinggal hanyalah tumpukan kertas
berwarna yang tidak bernilai apa-apa padahal uang adalah alat tukar yang bisa menggantikan
posisi barang, bila suatu transaksi berhenti di tengah (uang belum sempat ditukarkan lagi
dengan barang lain ). Jika orang yang sedang memegang banyak uang lalu datang pengumuman
bahwa uang kertas berhenti sebagai alat tukar dan digantikan oleh beras misalnya, ia hanya
memiliki kertas yang tak bernilai apa-apa. Selain itu jika dilakukan pemerintah bertanggung
jawab menyediakan beras sekian banyak untuk menggantikan uang tersebut
Pemrakarsa Modern Monetary Theory (MMT) Mardigu Wowiek mengatakan negara-negara di
dunia, utamanya negara Muslim, memang sedang berupaya melakukan dedolarisasi atau
'membuang' dolar.

Mereka mempertimbangkan untuk menjadikan dinar emas sebagai alat pembayaran


Internasional, melepas ketergantungan terhadap dolar. Dan upaya ini sudah dilakukan sejak
tahun 2009.

Ada berbagai alasan mengapa negara-negara dunia mulai membuang dolar. Salah satunya
adalah karena mereka menganggap ketergantungan pada dolar sebagai hal yang tidak baik.
Selain itu juga karena dolar bukanlah mata uang riil. Ini dikarenakan dolar dicetak tanpa
menggunakan jaminan emas lagi.

18 agustus 1971, ini pertama kalinya Amerika Serikat (AS) menyatakan mem-print dolar tidak
menggunakan jaminan emas lagi. Jadi AS cetak dolar suka-sukanya tanpa jaminan emas lagi.
Sejak saat itu sebenarnya dunia sudah menantang Amerika tapi Amerika saat itu sedang kuat-
kuatnya. Saat ini ada satu negara yang besar yang namanya China, yang ekonominya nomor
satu di dunia, yang merasa dolar itu tidak fair karena mem-print dolarnya tidak berdasarkan
jaminan emas. Karenanya upaya dedolarisasi dicanangkan agar ada mata uang yang jelas
patokannya, dan dalam hal ini Dinarlah yang paling kuat dan riil.

Tanggapan yang dikeluarkan oleh Mardigu tersebut disampaikan di tengah-tengah


meningkatnya antusiasme negara-negara muslim seperti Malaysia, Iran, dan Qatar dalam
menjadikan dinar mata uang internasional.

Hal ini juga pernah dibahas oleh Perdana Meneteri Malaysia Mahathir Mohammad. Perdana
Menteri tertua di dunia itu bahkan dikabarkan sedang mengkaji dan telah menyetujui konsep
tersebut.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara Islam Dunia, Mahathir menyarankan perdagangan
menggunakan emas sebagai senjata untuk bertahan dari embargo ekonomi yang dilancarkan
oleh negara barat.

Menanggapi pernyataan Mahathir ini, Mardigu berpendapat bahwa saat ini dunia memang
sedang menunggu dinar untuk dijadikan sebagai mata uang internasional. Dinar ini akan
menjadi mata uang dengan emas sebagai jaminan.

Dunia melihat bahwa saat ini emas itu bisa menjadi patokan, dan inilah yang sudah ditunggu-
tunggu oleh dunia...

(Amelia Shazfa)

Maraji :
Buku Ekonomi Islam,Suatu Kajian kontemporer, Ir.H.Adiwarman A.Karim, S.E, M.B.A, M.A.E.P
Jurnal ‘IKHTIAR MENJADIKAN DINAR-DIRHAM SEBAGAI MATA UANG DI INDONESIA’,
Muhammad Muklisin, Kemenag Rembang, Indonesia
www.cnbcindonesia.com, ‘Dunia Tunggu Dinar Emas Jadi Mata Uang Global’, rehlia Sebayang,

Anda mungkin juga menyukai