NIM : 180221100214
Kelas : Akuntansi E
ESSAY
Pada Era 1900-an kebawah, hampir semua negara menggunakan emas dan
perak dalam transaksi apapun, bukannya uang kertas seperti sekarang ini.
Bahkan Amerika Serikat (AS) pun sampai mencantumkan pada Undang-Undang
Dasar (UUD) tentang penggunaan koin itu sebagai alat pembayaran.
Para pemilik uang menyimpan uang (koin emas) di bank pemerintah, lalu
pihak pemerintah akan memberikan sertifikat bukti simpanan itu. Sertifikat itu
kemudian dijadikan alat tukar. Misalnya, Si Edy bisa membeli barang kepada Si
John menggunakan sertifikat, kemudian ketika Si John membutuhkan uang, ia
dapat menyerahkan sertifikat itu ke bank dan menukarnya dengan koin
emas/perak sesuai yang tertera pada sertifikat. Akhirnya, secara bertahap uang
kertas disosialisasikan kepada masyarakat dan pada gilirannya dicetak secara
rutin seperti yang kini terjadi.
Pada awal berlaku uang kertas, memang terdapat cadangan emas di bank
sebagai jaminan, akan tetapi lama kelamaan, bukankah cadangan emas pun
bakalan habis? Maka yang terjadi adalah uang beredar di masyarakat (mungkin)
cuma sekedar kertas, bukan merupakan “bukti” penyimpanan emas di bank. Jika
uang kertas tidak di jaminkan sepadan dengan emas maka uang kertas tidak ada
harganyadan hanyalah dalih para ekonom konvensional dunia untuk menguasai
dunia.
Di Indonesia sendiri pada masa kerjaan dan kesultanan mata uang yang di
pakai adalah emas dan perak. Kemudian saat para penjajah datang ke nusantara
memperkenalkan mata uang kertasnya sendiri dan memaksa-maksa merampas
emas yang dimiliki rakyat nusantara pada masa itu dan untuk menggunakan mata
uang kertasnya dengan iming-iming mata uang kertas tersebut menurut penjajah
lebih mahal berlipat ganda di dunia luar dari mata uangmu saat ini. Dengan
penipuan seperti itu para penjajah dapat menembak dua burung dengan satu
peluru. Selain mendapatkan emas-emas dari rakyat nusantara para penjajah itu
lebih mudah mengeruk cengkeh dan sumber daya alam lainnya dengan hanya
penipuan tentang uang kertas.
Pada awal kemerdekaan bung karno meminta saran para ulama nusantara
tentang mata uang republik Indonesia. Dan kemudian mata uang kertas Indonesia
ini diciptakan dengan nama ORI yang pada saat itu oleh bung karno sendiri
menjaminkan 1 ORI pada saat itu nilai tukarnya setara dengan 0,5 gram emas
yang mengurus uang ORI pada saat itu adalah BNI 46. Walaupun Indonesia sudah
merdeka tetapi masih belum diakui oleh mata dunia dan kembali dijajah dan
menghasilkan agresi militer. Dan penjajah itu mensiasatkan jika Indonesia ingin
merdeka sepenuhnya dan diakui dan dilindungi oleh seluruh dunia harus
menyutujui hasil-hasil kebijkan yang didapatkan saat KMB.
Mata uang yang terbaik dan kuat karena tidak lagi bergantung pada kondisi
ekonomi nasional atau global. Kondisi ekonomi yang tak tentu, krisis keuangan,
dan segala macam masalah ekonomi tidak akan mempengaruhi mereka yang
terbiasa dengan dinar dan dirham. Dinar dan Dirham itu adalah emas murni dan
perak murni. Adapun pengertian dari dinar dan dirham adalah: 1. Dinar berasal
dari bahasa Romawi, Denarius, yaitu nama untuk emas cetakan; 2. Dirham
berasal dari bahasa Yunani, Drachma, yaitu nama untuk perak cetakan. Kata
dirham dan dinar terdapat dalam alQuran dan Hadits. Firman Allah swt:
Artinya: “Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka
ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak
dikembalikannya padamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya...”
2. Yusuf ayat 20 ;
Artinya: “Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu
beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.”
Dan sebenarnya kondisi mata uang kertas saat ini adalah salah satu system
riba jika saat itu terjadi kenaikan dan penurunan harga di setiap waktu karena
mata uang yang beredar tidak setara dengan emas. Dengan Dinar dan Dirham ini
bisa menjadikan kondisi perekonomian Indonesia lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai contoh misalnya di akhir tahun 2009, satu dirham memiliki nilai sekitar
tiga puluh ribu rupiah. Ternyata, tujuh tahun setelahnya, di tahun 2016 nilai
dirham mengalami kenaikan berarti menjadi tujuh puluh ribu rupiah. Yang
menaik bukanlah harga emas dan perak atau dinar dan dirham tetapi
menurunnya nilai tukar rupiah.