Anda di halaman 1dari 18

KONSEP HUKUM BISNIS SYARIAH

KELOMPOK 2 :
1. Gilang Ramadhan
2. Muhamad Aditya Wardana
3. Putri Dela Asyfa
4. Wiyatur
DEFINISI HUKUM BISNIS SYARIAH
Secara etimologi
Secara etimologi, kata hukum (al-hukm) sepadan dengan kata al-man'u (cegahan) dan al-fashl
(pemisahan dan keputusan). Hukum sepadan dengan cegahan, karena perintah untuk melakukan
sesuatu berarti cegahan untuk melakukan hal- hal yang bersifat sebaliknya (perintah berbuat baik berarti
cegahan berbuat jahat); dan hukum juga dianggap sepadan dengan pemisah karena hukum mempunyai
fungsi sebagai alat ukur yang dapat membedakan benar dan salah; dan hukum juga dijadikan alat untuk
memyelesaikan (memutuskan) persoalan-persoalan yang diperselisihkan.
Secara praktis
Secara praktis, hukum berfungsi sebagai pemutus atau pemisah antara pihak-pihak yang bersengketa di
pengadilan.

Secara bahasa
Hukum secara bahasa juga sering dipandang sepadan dengan al-qadha' (ketetapan atau keputusan
hakim di pengadilan);karena hukum adalah instrumen utama dalam lingkungan peradilan. Dengan
demikian, hukum secara bahasa berarti ketetapan atau keputusan (al-qadâ), pemisah (al-fash), dan
cegahan (al-man'u).
DEFINISI HUKUM BISNIS SYARIAH
Secara terminologi
Secara terminologi, hukum dalam pandangan para pakar ushul fikih mengandung lima
konsep yang perlu dijelaskan, yaitu perintah Allah, perbuatan hamba yang dewasa
(subjek hukum), iqtidhâ, takhyîr, dan wadh'î.
DEFINISI BISNIS
Dalam pendekatan fiqih keuangan, pengertian bisnis secara umum lazim disebut dengan
istilah tijârah, yaitu pengelolaan hartabenda untuk mencari keuntungan. Dalam bisnis
syariah, pengertian keuntungan/profit tentu bukan hanya semata-mata berhenti pada
tataran materiil, melainkan sampai pada usaha bagaimana mendapatkan keridhoan Allah
Swt ketika menjalankan bisnis.
DEFINISI SYARIAH
Kata syariah sendiri sebenarnya telah disebutkan sebelum Islam muncul, yaitu dalam kitab Taurat,
Talmud, dan Injil, meskipun pada Taurat, syariah disebutkan dengan bahasa Ibrani. Kata tersebut disebut
dalam bahasa Arab dengan taurah, yang berarti membimbing, memberi petunjuk, mengetahui, mengatur,
dan terkadang sering diartikan sebagai undang-undang. Kata ini disebutkan sebanyak 200 kali dalam
Taurat. Sementara dalam kitab Injil, kata Namus digunakan dalam al-Masih untuk menyebutkan syariat
secara umum, yang berarti orang-orang yang dekat, ruh agama, dan syariat Musa (yang telah ada
sebelumnya).
Secara etimologis, syariah mengandung arti al-'utbah (liku-liku lembah), al-'atabah (ambang pintu
dan tangga), maurid al-syaribah (jalan tempat mencari mata air), dan al-thariq al-mustaqim (jala yang
lurus).
HUKUM BISNIS SYARIAH
Hukum bisnis syariah adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan hukum yang berkaitan dengan praktik bisnis secara syar'i atau sesuai
dengan syariah guna meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan umat
manusia.
PRINSIP-PRINSIP HUKUM SYARIAH
Tauhid/Ketuhanan Pemerintahan
1 (ilaihan) 4 (al-Khilafah)

Keadilan Hasil
2 (al-’adl) 5 (al-ma’ad)

Kenabian
3 (al-nubuwah)
TUJUAN HUKUM BISNIS ISLAM
Tujuan hukum bisnis Islam adalah mashlahah (kemaslahatan) bagi umat manusia yaitu
dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat pada
adanya kemaslahatan bagi manusia atau dengan mengusahakan aktivitas yang secara
langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri. Aktivitas lainnya demi
menggapai kemaslahatan adalah dengan menghindari diri dari segala hal yang
membawa mafsadat(kerusakan) bagi manusia.
FILOSOFI HUKUM BISNIS
Aspek tujuan (ontologis)
Wacana ontologi dalam hukum bisnis Islam meliputi pembahasan tentang kondisi dan persoalan
yang berbeda dalam suatu masyarakat, sehingga bisa dirumuskan kebijakan-kebijakan yang
merupakan problem solving bagi permasalahan yang ada.

Metode penurunan kebenaran ilmiah (epistemologis)


Wacana tentang epistemologi dalam hukum bisnis Islam tergabung dalam double movement:
pertama, ada yang bergerak secara deduktif dengan mengkaji epistemologi iqtishâd dalam Al-
Quran dan Hadis; kedua, ada juga yang bergerak secara induktif dengan melihat realitis yang ada,
kemudian merujuk kepada ajaran-ajaran Al-Quran dan Hadis.
Nilai-nilai/kegunaan (aksiologis)
Wacana tentang aksiologi biasanya terangkup dalam output dan kegunaan ekonomi Islam, yang
bersifat ingin selalu menyejahterakan umat manusia, menyelamatkan umat manusia di dunia dan di
akhirat dan memerangi segala bentuk eksploitasi (mafsadat) yang merugikan umat manusia, dan
merupakan antitesis dari kemaslahatan itu sendiri.
METODE HUKUM BISNIS ISLAM

INDUKTIF DEDUKTIF
Dimulai dengan menampilkan beberapa fakta Dimulai dengan penarikan beberapa dalil
empiris yang ada di lapangan untuk kemudian yang ada (Al-Quran dan Hadis) untuk
ditarik ke dalam dalil yang terdapat dalam Al- kemudian memasuki wilayah empiris
Quran dan Hadis. berupa kasus-kasus yang terdapat di
lapangan.
SUMBER HUKUM BISNIS SYARIAH

Pada hakikatnya, syariat Islam itu hanya mempunyai satu sumber hukum, yakni
wahyu Illahi. Wahyu Illahi itu dikelompokkan menjadi dua macam. Menempatkan
keduanya sebagai sumber hukum syara' tanpa melibatkan pertama, wahyu yang
berupa Al-Quran. Kedua, berupa Sunnah. yang lain, merupakan konsekuensi dari
usaha kita menyucikan akidah hukum. Adapun yang lain tidak dapat dikatakan
sebagai sumber hukum kecuali sebatas dalil-dalil syara', itu pun dengan ketentuan
selama dalalahnya merujuk kepada nash-nash yang terdapat pada kedua sumber
hukum tersebut.
POSISI DAN RUANG LINGKUP HUKUM EKONOMI ISLAM

Secara garis besar, sistematika hukum Islam dapat dikelompokan menjadi :

Hukum i'tiqâdiyah (akidah)


Hukum iſtiqâdiyah yaitu hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Yang Maha Esa dalam masalah keimanan dan ketakwaan;

Hukum khuluqiyah (akhlak)


Hukum khuluqiyah yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dan makhluk lain dalam hubungan beragama, bermasyaakat, dan bernegara.

Hukum 'amaliyah (syariah)


Hukum 'amaliyah yaitu hukum yang mengatur hubungan hidup lahiriyah antara
manusia dengan makhluk lain, dengan Tuhan-Nya selain bersifat rohani dan dengan
alam sekitarnya.
dilihat dari substansinya paraulama juga mengelompokan hukum Islam pada 2 (dua) kategori besar yaitu :

IBADAH
Ibadah dalam arti luas mencakup segala hubungan antara manusia yang dilakukan
dalam rangka mencari ridha Allah Swt. Seperti shalat, shaum, zakat, dan ibadah-ibadah
pokok lainnya.

MUAMALAH
Muamalah didefinisikan sebagai hukum-hukum atau ketentuan-ketentuan yang berkaitan
dengan tindakan manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan (horizontal), seperti
hukum yang mengatur masalahekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain.
Hukum muamalah ini dalam literatur keislaman

Hukum perdata
1 (Muamalat)
Hukum pidana
4
(jiniyat)

Hukum perkawinan
2 (Munakahat)
Hukum politik
5
(al-siyasat)
Hukum waris
3 (al-mirats)
KONSEP BISNIS DALAM AL-QURAN

Bisnis dalam Al-Quran dijelaskan melalui kata tijarah, yang mencangkup dua makna, yaitu:
pertama, perniagaan secara umum yang mencangkup perniagaan antara manusia dengan Allah.
Ketika seseorang memilih petunjuk dari Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya,
berjuang/berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwa, membaca kitab Allah, mendirikan shalat,
menafkahkan sebagian rezekinya, maka itu adalah sebaik-baiknya perniagaan antara manusia
dengan Allah.
Adapun makna tijarah yang kedua adalah pemiasaan secara khusus,yangberarti perdagangan
ataupun jual beli antara manusia, bastate yayang menerangkan tentang bagaimana bertransaksi
yang adil di antaramanusia terangkum dalam surat al-Baqarah ayat 282, al-Nisa ayat 19 canan-
Nur ayat 37.
TUJUAN BISNIS DALAM AL-QURAN

Terlepas dari makna klasifikasi kata tijarah secara umum dan khusus,yang perlu dicermati
bahwa bisnis di dalam Al-Quran selalu bertujuan untuk dua keuntungan, yaitu keuntungan duniawi
dan ukhrawi. Bisnis ataupun perniagaan yang bersifat duniawi tertuang dalam bebarapa ayat
khusus yang membahas tentang perniagaan. Hal ini mencakup penjelasan tentang jual beli, yaitu
apabila dilakukan secara tunai maka harus atas dasar kerelaan masing-masing pelaku (an taràdin
minkum) dan apabila dilakukan tidak secara tunai, maka ada suatu tuntutan untuk menuliskan
transaksi tersebut dengan disertai dua saksi dan tidak mengurangi jumlah nominal kewajiban yang
harus dibayarkan. Kemudian berbisnis ataupun perniagaan ukhrawi banyak tercantum dalam ayat-
ayat umum yang membahas tentang bisnis.
Bisnis dalam Al-Quran dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu bisnis yang menguntungkan,
bisnis yang merugi, dan pemeliharaan prestasi, hadiah, dan hukuman. Pertama, bisnis yang
menguntungkan mengandung liga elemen dasar, yaitu: a) mengetahui investasi yang paling baik; b)
membuat keputusan yang logis, sehat, dan masuk akal; dan c) mengikuti perilaku yang baik. Kedua,
bisnis yang merugi. Bisnis ini merupakan kebalikan dari bisnis yang pertama kerena ketidakadaan
atau kekurangan beberapa elemen dari bisnis yang menguntungkan. Ketiga, pemeliharaan prestasi,
hadiah, dan hukuman. Dalam hal ini, Al-Quran menyoroti bahwa segala perbuatan yang manusia
tidak akan bisa lepas dari sorotan dan rekaman Allah Swt. Maka dari itu, siapa pun yang melakukan
prestasi yang positif akan mendapatkan pahala (reward), begitu pula sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai