Anda di halaman 1dari 11

Kelompok II

ADAB CARA BERJALAN MENURUT AGAMA ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah: Kajian Kitab Muamalah

Dosen Pengampu: Eka Suriyansyah, M.S.I

Oleh :
Rizki Setiadi
Nim. 2112130213

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

TAHUN 2024 M/1445 H


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahhirobbil’alamin dengan mengucap syukur kehadirat Allah

SWT.Yang mana berkat Rahmat serta Hidayah-Nya jualah kepada kami sehingga

kami dapat menyelesaikan salah satu tugas dari Bapak Dosen yang berjudul Cara

Berjalan Menurut Agama Islam, Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang mana Beliau telah membawa

kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang bersinarkan Iman,

Islam dan Ihsan.

Tidak ada manusia yang sempurna di dunia apalagi dalam tahap

pembelajaran seperti ini, karena itu kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam

penulisan makalah ini, namun kami berharap agar makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi pembacanya.

Terimakasih saya sampaikan kepada rekan-rekan kelompok saya karena telah

membantu kelancaran dalam penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhoi

segala amal usaha yang kita lakukan. Aamiin

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Palangka Raya, 20 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
D. Metode Penulisan................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................3
A. Pengertian Akad Jual Beli Dalam Islam..............................................................................3
B. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Dalam Akad Jual Beli...............................................5
C. Akad Jual Beli Yang Sah Menurut Syariat Islam................................................................6
BAB III...........................................................................................................................................8
PENUTUPAN................................................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................................8
B. Saran....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jual beli merupakan suatu kegiatan muamalah yang melekat pada kehidupan masyarakat
dari zaman dahulu hingga sampai sekarang. Kegiatan jual beli atau perdagangan sangatlah
erat hubungannya dengan aktivivitas- aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Jual beli secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan
akad saling menganti. Adapun ba’i menurut istilah Syekh Al Qalyubi dalam Hasyiyah-nya
bahwa “akad saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada kepemilikan terhadap
satu benda atau manfaat untuk tempo waktu selamanya dan bukan untuk bertaqarub kepada
Allah”. Dengan kata lain ”saling mengganti”.1
Oleh karena itu didalam islam ada istilah yaitu syarat akad jual beli dalam Islam karena
untuk memastikan keabsahan dan keadilan dalam suatu transaksi dalam jual beli. Syarat-
syarat ini ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip yang ada dalam syariat Islam yang
mengatur tentang kehidupan umat Muslim.
Dalam akad jual beli ini ada, beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain adalah
barang yang diperjualbelikan harus suci dan bermanfaat oleh karena itu pihak yang
melakukan akad harus baligh (dewasa) dan berakal, serta barang harus diserahkan pada
waktu akad. Selain itu, terdapat juga syarat-syarat tambahan seperti tidak ada unsur atau zat
haram dalam barang yang diperjualbelikan dan tidak ada pelanggaran syariat dalam akad
jual beli. Dengan memenuhi syarat-syarat ini, akad jual beli dapat dianggap sah dan sesuai
dengan ajaran Islam.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimaman adab berjalan menurut islam?
2. Apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli?
3. Bagaimana cara melaksanakan akad jual beli yang sah menurut syariat Islam?

C. Rumusan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa/I mampu memahami pengertian akad jual beli dalam islam.

1
Juanda, Fikih Muamalah Prinsip-Prinsip Bermuamalah Secara Syar’i ( Jawa Tengah: Desa Pustaka Indonesia,
2016), 74

iv
2. Agar mahasiswa/I mampu mengetahui apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
akad jual beli.
3. Agar mahasiswa/I mampu mengengetahui bagaimana cara melaksanakan akad jual beli
yang sah menurut syariat islam.

D. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode
perpustakaan (library research) dan metode penelusuran internet (internet research) sebagai
referensi pendukung dalam penulisan makalah ini.

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Jual Beli Dalam Islam
Akad jual beli merupakan suatu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pembeli dan penjual dalam proses kegiatan jual beli. Dalam Islam, akad ini
termasuk dalam peraturan pada kegiatan Muamalah, yang merupakan bagian dari sistem
ekonomi Syariah. Akad jual beli ini disesuaikan dengan peraturan dalam agama Islam,
baik itu yang telah dijabarkan dalam Al-Qur’an maupun hadist.
Pada dasarnya, akad jual beli memiliki manfaat agar suatu proses transaksi jual beli
yang dilakukan oleh dua pihak, tidak akan menimbulkan dampak buruk di kemudian
hari. Akad yang juga bisa dikenal dengan istilah shighat (ijab qabul) diucapkan agar
sebuah transaksi dapat dianggap ‘sah’ secara hukum Islam, yang biasanya dilakukan
dalam dua metode, yaitu lisan dan perbuatan.
Pada metode lisan, seorang penjual akan mengucapkan ijab dan dilanjutkan
pengucapan qabul oleh pembeli. Sedangkan pada metode perbuatan, yaitu ketika penjual
menyerahkan barang kepada pembeli tanpa adanya pelafalan ijab dan qabul dari masing-
masing pihak.2
Di dalam Islam, terdapat peraturan dalam perekonomian yang disebut dengan
muamallah. Salah satu hal yang diatur dalam muamalah adalah tentang sistem ekonomi
Syariah, yang nantinya memiliki kaitan dengan akad jual beli.
Akad tersebut diperuntukkan agar orang-orang yang berkaitan dalam proses ini
mendapatkan keadilan yang menjadi hak mereka, tanpa salah satu pihak merasa
dirugikan. Umumnya, sistem ekonomi Syariah ini membawa dampak baik dalam proses
perekonomian, yang tentunya menghindari pelakunya dari asas seperti riba, ghahar, dan
maysir. Unsur-unsur tersebut tentunya dapat memberikan dampak buruk bagi para
pelaku perekonomian.
Oleh karena itu, akad jual beli pun diciptakan, agar unsur-unsur ini tidak terjadi di
kemudian hari. Akad diperuntukkan agar suatu transaksi jual beli dapat dilakukan
dengan aman.3
Akad jual beli terbagi menjadi beberapa jenis:
1. Akad Murabahah
Akad Murabahah adalah kondisi di mana penjual dan pembeli mengetahui hasil laba
yang akan diterima oleh penjual, yang sebelumnya telah disepakati secara bersama oleh
pembeli.
Akad ini memungkinkan pembeli untuk mengetahui seberapa besar jarak
keuntungan dan jarak harga jual yang akan diterima oleh penjual.
2. Akad Al-Bai’ wa Al-Isti’jar
Akad Al-bai’ wa Al-isti’jar, merupakan sebuah akad yang biasanya digunakan dalam
proses pembiayaan dana.

2
Hendi Suhendi, 2011, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), H. 44
3
Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), H. 45

vi
Biasanya, pembiayaan dana dalam sistem ekonomi Syariah ini dilakukan dengan
berlandaskan prinsip Syariah, dimana seseorang akan mendapatkan pembiayaan dana
dengan jaminan barang berharga.
3. Akad Mudharabah
Akad Mudharabah, merupakan sebuah akad yang biasanya digunakan untuk proses
pembiayaan secara Syariah yang biasanya dilakukan dalam bentuk kerja sama, antara
pemberi modal dan pengelola modal. Dalam Akad Mudharabah, akan ada pembagian
keuntungan antara pemilik modal dan pengelola modal.
Akan tetapi, dalam akad ini, pemilik modal akan menanggung semua kerugian yang
terjadi, namun pengecualian ketika pengelola melakukan kelalaian secara sengaja atau
mungkin menyalahi aturan.
4. Akad Istishna’
Akad Istishna merupakan akad yang dilakukan ketika seorang pembeli melakukan
sebuah pemesanan secara khusus kepada penjual dengan beberapa syarat tertentu,
sebelum nantinya akan dikerjakan oleh penjual.4
Di sini, penjual harus bisa memenuhi permintaan yang telah disebutkan
sebelumnya, sesuai dengan ketentuan serta kesepakatan yang telah disetujui secara
bersama
5. Akad Salam
Akad Salam merupakan sebuah akad ketika seorang pembeli melakukan
pemesanan dengan cara memberikan biaya di awal kepada penjual, agar penjual dapat
segera melakukan pemrosesan pemesanan. Akad ini berlangsung ketika kedua belah
pihak telah menyetujui kesepakatan yang telah ditentukan, seperti jangka waktu
pembuatan, dan lain sebagainya.
6. Akad Musyarakah
Akad Musyarakah yaitu akad yang dilakukan oleh beberapa pihak, dan masing-
masing melakukan penyetoran dana sebagai modal awal sebuah usaha sesuai dengan
kesepakatan yang telah diberlakukan.
Selanjutnya, modal itu nantinya akan dikelola oleh salah satu dari pemodal atau
meminta bantuan pihak ketiga untuk memutar modal yang ada.

B. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Dalam Akad Jual Beli


Syarat secara bahasa berarti tanda yang dapat membedakan dari yang lain.
Dalam konteks kontrak, para fuqaha mengartikan syarat dengan semua hal yang
mengikuti yang lain baik ada maupun tidak diluar isi pokonya. Dengan demikian, syarat
merupakan sesuatu yang harus ada sebelum dan ketika kontrak berlangsung. Posisi
syarat berada diluar esensi kontrak itu karena yang menjadi esensi kontrak adalah rukun.
Seorang Ilmuwan Muslim yang bernama Ibnu Balban RA mengatakan bahwa syarat
jual beli yang wajib dipenuhi ada 7. Berikut ini penjelasan singkatnya.
1. Adanya ridha dari kedua belah pihak

4
H.M Pujdjihardjo Nor Faizin Muhith, Fiqih Muamalah Ekonomi Syariah, ( Malang: Ub Press, 2019), 30.

vii
Syarat jual beli yang utama adalah rida. Kegiatan transaksi akan batal kalau tidak
adanya ridha diantara kedua belah pihak. Contoh ketidak ridhoan tersebut adalah
perampasan dan pembelian dengan paksaan.
2. Pelaku jual beli adalah orang yang dibolehkan untuk bertransaksi
Kedua pelaku jual beli, baik penjual maupun pembeli, haruslah baligh dan berakal
sehat. Apabila pelakunya adalah anak kecil, orang yang safih (dungu), hamba sahaya,
ataupun orang gila, maka transaksi tersebut tidak sah. 5 Anak kecil diperbolehkan
melakukan transaksi barang-barang yang nilainya kecil.
3. Penjual menjual harta yang bermanfaat dan mubah
Barang yang dijual harus memiliki nilai manfaat juga termasuk salah satu syarat
jual beli. Contoh barang yang tidak bermanfaat yaitu khamr dan anjing. Anjing
diperbolehkan dijual namun hanya untuk orang yang membutuhkannya saja. Keledai
jinak dinilai sangat bermanfaat, meskipun haram untuk dimakan sehingga tetap boleh
untuk diperjualbelikan.
4. Barangnya dimiliki atau diizinkan untuk dijual
Barang yang dijual haruslah milik pribadi penjualnya, bukan menjual barang
orang lain tanpa izin. Apabila dijual tanpa izin, maka transaksi tersebut tidak sah.
5. Barang bisa diserahkan
Barang yang dijual harus bisa diserahkan. Tidak sah apabila menjual barang yang
sudah tidak ada, misalnya menjual sapi yang sudah kabur.6
6. Barang jelas dan tidak samar
Kemudian, barang yang jelas sifatnya termasuk dari syarat jual beli. Barang yang
jelas sifatnya adalah barang yang dapat dilihat dan diperhatikan. Contohnya seperti baju
yang bisa di cek dan buku yang bisa dibolak-balikan lembarannya.
7. Harga jelas
Syarat jual beli yang terakhir yakni harga barang yang jelas. Dengan kejelasan
harga, maka pembeli dapat memberikan uang dengan harga yang sesuai.7

C. Akad Jual Beli Yang Sah Menurut Syariat Islam


Dalam Islam, jual beli merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang diatur
oleh prinsip-prinsip syariah. Untuk menjalankan akad jual beli secara sah, terdapat
beberapa syarat yang perlu dipenuhi:
1. Lafadz Ijab dan Qabul
Lafadz ijab adalah penawaran yang jelas dan tegas dari penjual kepada pembeli
untuk menjual barang atau jasa. Lafadz qabul adalah penerimaan atau persetujuan yang
jelas dan tegas dari pembeli untuk membeli barang atau jasa. Lafadz ijab dan qabul
harus diucapkan dengan jelas dan dipahami oleh kedua belah pihak.
2. Kerelaan
Kedua belah pihak harus saling merelakan dan sepakat untuk melakukan
transaksi jual beli. Transaksi jual beli tidak boleh dilakukan dengan paksaan atau
5
Ahmad Sarwat, LC.,MA, Fiqh Jual Beli, Jakarta : Rumah Fiqh Publishimg, 2018, 11.
6
Ibid., h.111
7
Drs. Harun, M.H, Fiqih Muamalah, (Surakarta, Muhammadiyah University Press, 2016), 71-74

viii
tekanan dari salah satu pihak. Kerelaan dan persetujuan merupakan syarat penting
untuk menjalankan akad jual beli secara sah.8
3. Objek Jual Beli
Objek jual beli harus merupakan barang yang sah dan halal. Barang tersebut
harus dimiliki secara sah oleh penjual dan tidak ada sengketa kepemilikan. Barang
tersebut harus dapat ditentukan dengan jelas dan memiliki manfaat yang dapat
dinikmati oleh pembeli.
4. Kesepakatan
Transaksi jual beli harus dilakukan dengan kejujuran dan tanpa adanya
penipuan.Harga dan kondisi barang harus disepakati oleh kedua belah pihak secara
jelas dan tegas. Tidak boleh ada unsur gharar (ketidakpastian) dalam transaksi jual
beli. Jika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka akad jual beli tersebut
dianggap tidak sah menurut syariat Islam.9
Contoh Akad Jual Beli yang Sah: Misalnya, seorang penjual yang dengan
sukarela menawarkan sebuah barang kepada pembeli dengan harga yang disepakati
oleh keduanya. Kemudian, pembeli dengan sukarela menerima tawaran tersebut
dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati. Dalam hal ini, lafadz ijab dan qabul
telah dilakukan dengan kerelaan kedua belah pihak, objek jual beli adalah barang yang
sah, dan kesepakatan telah tercapai.
Dalam Islam, menjalankan transaksi jual beli yang sah dan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah sangat dianjurkan. Hal ini membantu menjaga keadilan dan
kejujuran dalam berbisnis serta memberikan perlindungan kepada semua pihak yang
terlibat dalam transaksi tersebut.

8
Ibid., h. 96
9
Ascarya. Akad Dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Bank Indonesia, 2006

ix
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dalam Islam, jual beli merupakan salah satu aktivitas yang diperbolehkan
asalkan dilakukan dengan syarat-syarat tertentu agar dianggap sah. Dengan memahami
syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan dalam Islam, transaksi jual beli
dapat dilakukan dengan cara yang sah dan mendapatkan berkah dari Allah. Jual beli
yang dilakukan dengan memenuhi prinsip-prinsip Islam diharapkan dapat menciptakan
keadilan dan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.
B. Saran
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi
makalah ini belum sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun dari pihak lain yang dapat menyempurnakan makalah berikutnya.
Sebaiknya makalah ini dapat berkembang terus tentang syarat akad dalam jual beli
menurut islam.

x
DAFTAR PUSTAKA
Juanda, Fikih Muamalah Prinsip-Prinsip Bermuamalah Secara Syar’i ( Jawa
Tengah: Desa Pustaka Indonesia, 2016), 74
Hendi Suhendi, 2011, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011),
H. 44
Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), H. 45
H.M Pujdjihardjo Nor Faizin Muhith, Fiqih Muamalah Ekonomi Syariah,
( Malang: Ub Press, 2019), 30.
Ahmad Sarwat, LC.,MA, Fiqh Jual Beli, Jakarta : Rumah Fiqh Publishimg,
2018, 11.
Ibid., h.111
Drs. Harun, M.H, Fiqih Muamalah, (Surakarta, Muhammadiyah University
Press, 2016), 71-74
Ibid., h. 96
Ascarya. Akad Dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Bank Indonesia, 2006

xi

Anda mungkin juga menyukai