Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NURUL KHAERIAH

NIM : A031171009
ESSAY PASAR MODAL SYARIAH

“KAIDAH UTAMA DALAM BERMUAMALAH”


Pertama-tama, kita harus mengetahui tentang apa itu Muamalah, Muamalah adalah
sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai syariat,karena manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat hidup berdiri sendiri. Dalam hubungan dengan manusia lainnya,
manusia dibatasi oleh syariat tersebut, yang terdiri dari hak dan kewajiban. Lebih jauh lagi
interaksi antara manusia tersebut akan membutuhkan kesepakatan demi kemaslahatan bersama.
Dalam arti luas muamalah merupakan aturan Allah untuk manusia untuk bergaul dengan manusia
lainnya dalam berinteraksi. Sedangkan dalam arti khusus muamalah adalah aturan dari Allah
dengan manusia lain dalam hal mengambangan harta benda. Muamalah merupakan cabang ilmu
syari'ah dalam cakupan ilmu fiqih. Sedangkan muamalah mempunyai banyak cabang,
diantaranya muamalah politik, ekonomi, sosial. Secara umum muamalah mencakup dua aspek,
yakni aspek adabiyah dan madaniyah. Aspek adabiyah yakni kegiatan muamalah yang
berhubungan dengan kegiatan adab dan akhlak, contohnya menghargai sesama, kejujuran, saling
meridhoi, kesopanan, dan sebagainya. Sedangkan aspek madaniyah adalah aspek yang
berhubungan dengan kebendaan, seperti halal haram, syubhat, kemudharatan, dan lainnya.
Terdapat 7 kaidah fiqih Muamalat menurut (Qardhawi, 2010):
1. Fiqih Muamalah adalah Mubah
Dasar utama dalam fiqih ibadah adalah dalil-dalil dari sumber hukum Islam “yang
mengharuskan” seperti lakukan sholat, puasa, zakat dan ibadah lain yang harus umat muslim
lakukan karena memang diperintahkan untuk mendirikan sholat, puasa zakat dan ibadah lain
yang dianjurkan dalam Al-Qur’an ataupun hadist. Sedangkan saat membahas fiqih muamalah
maka carilah dalil-dalil yang mengharamkan atau melarang sebuah transaksi karena pada
dasarnya setiap transaksi itu diperbolehkan (mubah). Transaksi-transaksi yang ada dalam fiqih
muamalat seperti jual beli dengan sistem murabahah yang wajib menyebutkan harga asli adalah
mubah (diperbolehkan). Jadi setiap transaksi fiqih muamalah, bukan suatu hal yang wajib
dikerjakan oleh muslim apabila melakukan jual beli harus menggunakan akad Murabahah, Salaf
ataupu Istishna. Dan bukan pula suatu hal yang haram bila tidak dikerjakan mendapata dosa.
2. Yang Menjadi Patokan Adalah Substansi, Bukan Redaksi Atau Penamaan
Hal ini memiliki dalil yang cukup kuat berasar dari periwayatan Hadist “Dari Amirul
Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap
orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu
Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu
kepada apa yang ditujunya”. (Muttafaqun ‘alaih)
Contohnya adalah, seseorang yang mengatakan “saya hibahkan benda ini, nanti ganti
dengan uang”. Transaksi di atas secara lafaz adalah menghibahkan (memberi hadiah) barang.
Penilaian transaksi bukan dari lafaz melainkan makna. Transaksi di atas adalah transaksi jual beli
bukan menghibahkan. Contoh kedua, adalah “saya pinjam barangnya, nanti akan saya bayar.
Maka tranksaksi tesebut memiliki maksud sewa menyewa, bukan pinjam meminjam walaupun
secara lafaz ada kata “pinjam”.
3. Diharamkan Memakan Harta Orang Lain Secara Batil (Tidak Benar)
Tambahan acuan berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (KDPPLKS) paragraph 17 s.d paragraph 21 bahwa transaksi syariah harus
berdasarkan prinsip keadilan dan diimplementasikan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip
muamalah yang melarang adanya unsur riba, zalim, maysir, gharar dan haram.
 Riba adalah setiap tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi
pinjam-meminjam serta derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya dan setiap tambahan
yang dipersyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang-barang ribawi termasuk
pertukaran uang money exchange yang sejenis secara tunai maupun tangguh dan yagn
tidak sejenis secara tidak tunai.
 Kezaliman adalah menempatkan setuatu tidak pada tempatnya, memberikan sesuatu tidak
sesuai ukuran, kualitas, dan temponya, mengambil sesuatu yang bukan haknya dan
memperlakukan sesuatu tidak sesuai posisinya. Kezaliman dapat menimbulkan
kemudharatan bagi masyarakat secara keseluruha. Bukan hanya sebagian ataupun
membawa kemudharatan bagi salah satu pihak atau pihak yang melakukan transaksi.
 Maysir adalah setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan dengan
produktivitas serta bersifat perjudian (gambling).
 Esensi garar adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah satu pihak karena
mengandung usnur ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak
adanya kepastian pelaksanaan akad. Bentuk-bentuk gharar antara lain:
a. Tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad padawaktu terjadinya
akad, biak obyek akad itu sudah ada maupun belum ada.
b. Menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual.
c. Tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kuantitas barang/jasa.
d. Tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat pembayaran.
e. Tidak adanya ketegasan jenis dan obyek akad.
f. Kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dnegan yang ditentukan dalam
transasksi.
g. Adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informasi yang kurang atau
dimanipulasi dan ketidaktahuan atau ketidakpahaman yang ditransaksikan
 Esensi haram adalah segala unsur yang dilarang secara tegas dalam Al-Qur’an dan Hadist
(As Sunah.
4. Tidak Boleh Merugikan Orang Lain, Maupun Diri Sendiri
Beberapa ulama berpendapat kaidah ini saja sudah cukup dalam fiqih muamalah. Islam
mengajarkan tidak boleh merugikan orang lain, tapi juga harus memperhatikan diri sendiri.
Seandainya sebuah bank syariah melakukan tidak merugikan orang lain (nasabahnya), tanpa
peduli terhadap entitasnya, bisa jadi bank rugi dan malah keluar dari tujuan laba perusahaan,
walaupun dalam entitas syariah tidak boleh berorientasi pada laba semata, tapi tidak dapat
dipungkiri bahwa bank syariah merupakan entitas yang bergerak dimotivasi karena laba. Contoh
sederhana dalam kaidah ini adalah penetapan laba yang tidak terlalu tinggi.
5. Memperingan bukan memperberat, mempermudah bukan mempersulit
Ketika kaidah diatas memberikan gambaran tidak boleh merugikan orang lain dan diri
sendiri, maka ada jalan tangah yaitu memperingan bukan memperberat suatu transaksi, yang
dikhawatirkan jika transaksi terus berjalan bisa menambah kemudharatan bagi pihak yang
berkeberatan. Contoh: dalam transaksi bai as salam (jual beli dengan pembayaran lunas dimuka),
ketika barang tidak sesuai pesanan, maka syariah mengatur adanya khiyar yaitu opsi untuk
mengakhiri akad atau melanjutkan, dengan konsekuensi jika melanjutkan maka si pembeli
menanggung kerugian. Khiyar merupakan suatu sistem yang dirancang dalam transaksi untuk
melindungi seluruh pihak agar tidak ada yang dirugikan atau merugikan.
6. Memperhatikan Keterpaksaan Atau Kebutuhan
Syariah dapat dikatakan flexibel, tergantung kebutuhan. Sebagai contoh, seandainya
seluruh makanan halal di dunia sudah habis, yang ada hanyalah babi (yang menurut Islam
diharamkan), maka mengkonsumsi suatu yang haram (babi misalnya) diperbolehkan
(QS.2:173), beberapa ulama berpendapat bahwa mengkonsumsinya pun untuk 1 sampai 2 suap
tidak sampai kenyang. Makanan tersebut haram jika ada opsi lain atau bisa memilih makanan
yang lain. Sedangkan sebagian orang memang ada yang bertahan sebisa mungkin tanpa makan
makanan yang haram bahkan hingga mati karena pemahaman mereka yang sangat menentang
hal-hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu antara halal-haramnya).
7. Memperhatikan Tradisi Masyarakat Yang Tidak Menyalahi Syariah
Tradisi masyarakat yang sudah berjalan, bisa jadi masih ada batasan untuk diterima
secara syariah. Syariah tidak harus kaku, karena kembali pada kaidah awal yaitu segala jenis
transaksi diperbolehkan. Ketika terjadi serah terima uang dan buku, maka jelas sebenarnya itu
adalah ijab qabul karena kebiasaan masyarkaat seperti itu dan sudah mengetahui bahwa kejadian
itu adalah jual beli.
 Implementasi Nilai-nilai Fiqih Muamalah yang Dilaksanakan Dalam Pasar Modal
Syariah
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya
serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan meknisme
operasional tidak bertentangan dengan syariat islam. (Djamil,Faturrahman,11) Sistem
mekanisme pasar modal konvensional yang mengandung maghrib (maisyir,gharar,riba),dimana
sistem ini mengakibatkan keraguan dan kesetimpangan dikalangan umat islam. Sedangkan pasar
modal syariah merupakan tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli instrumen keunan
syariah yang dalam bertransaksi berpegang pada ajaran islam. Di Indonesia, pasar modal
penerapan pasar modal syariah masih bentuk indeks yaitu , Jakarta Islamic Indeks pada PT.BEI
(Bursa Efek Indonesia)
Ditinjau dari segi landasan hukum positif Indonesia , sampai saat ini belum terdapat
undang-undang khusus pasar modal syariah kecuali dalam bentuk keputusan ketua badan
pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. kep. 130/BI/2006 rentang Penerbitan Efek
Syariah pada tanggal 23 November 2006. Meskipun demikian, praktik investasi secara syariah
sudah berjalan sejak pertengahan 1997 melalui instumen pasar modal berbasis syariah, yaitu
reksadana syariah dan obligasi syariah yang dikeluarkan indosat pada tahun 2002. Pada
perkembangannya pasar modal syariah telah diterapkan pada instrument reksa dana
(obligasi,saham dan fund) . Negara yang pertama kali menggunakan pasar modal syariah adalah
yordania dan pakistan kedua negara ini telah menyusun landasan hukum bagi pasar modal
syariah ini.
Definisi diatas dapat diartikan pasar modal merupakan salah satu bentuk kegiatan dari
lembaga keuangan non bank dimana pasar modal digunakan sebagai sarana untuk memperluas
sumber pembiayaan perusahaan.Fungsi pasar modal tercermin dalam penyediaan fasilitas untuk
memindahkan dana unit surplus ke unit defisit. Pihak yang berkelbihan dana mengaharapkan
dana dari dana yang diinvestasikannya. Pada 14 maret 2003 ,pemerintah telah melakukan
peluncuran pasar modal syariah ,pada saat itu menteri keuangannnya ialah Boediono,pemerintah
menggandeng Bapepam dan MUI dan telah melakukan penandatanganan MOU antara Bapepam
dan MUI.
Selanjutnya BEI (Bursa Efek Indoneisa) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment
Management meuncurkan Jakarta Islamic Index tanggal 3 juli 2000 yang bertujuan untuk
mengarahkan dan menarik investor yang ingin menanamkan modalnya secara syariah. Dan hal
ini disambut baik oleh PT Indosat Tbk dengan kehadiran obligasi syariahnya pada awal
September 2002. Kemudian diikuti oleh Bank Muamalat dan Bank Mandiri Syariah. Obligasi
yang terbit tahun terbit mulai 2004 sampai tahun 2006 sebagian besar menggunakan akad hijrah.
Dan obligasi yang terbit tahun 2002 sampai dengan 2003 menggunakan akad
mudharabah akad mudharabah ialah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana
pemlik modal mempercayakn sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian awal.
Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen midal pemilik dan keahlian
dari pengelola sedangkan akad ijarah ialah akad pemindahan hak guna atas suatu barang dalam
waktu tertentu dengan pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang
tersebut.
Pada tahun 2002 sampai 2006 jumlah obligasi syariah dan nilai obligasi syariah tumbuh dengan
sangat pesat dengan angka untuk obligasi syariah yakni 116,67% dan untuk nilai obligasi syariah
tumbuh menjadi angka 86,7% .
Dengan kemunculannya sukuk mengalami perubahan yang sangat pesat, dibarengi
dengan bank syariah yang menunjukkan tren perkembangan positif,telah menggaet salah satu
negara untuk pengimplementasian ekonomi di dalam bidang pasar modal yakni
Yordania,Yordania sejak tahun 1978 pemerintahnya mengizinkan Jordan Islamic Bank untuk
menerbitkan obligasi islam bernama Muqaradah Bonds dan kemudian diikuti keluarnya undang-
undang yang bernama Muqaradah Bond Act pada tahun 1981 guna unutk menyempurnakan tren
perkembangan pasar modal syariah atau ekonomi syariah sehingga dapat dijalankan sesuai
dengan peraturan yang telah dibuatnya. Kemudian negara islam lain yang mengkuti langkah
Yordania ialah Pakistan, Pakistan juga telah mengeluarkan perundang-undangan tentang obligasi
syariah tentang mudharabah yaitu Mudarabah Companies and Mudarabah Flotation and Control
Ordinance pada tahun 1980.Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan pasar modal syariah di
dunia dan di Indonesia tumbuh dengan sangat pesat berbagi negara mengeluarkan perundang-
undangan dengan tuuan memperlancar dan menjadi landasan proses terbentuknya ekonmi
syariah di negara tersebut.
Kemudian yang menjadi pernyataan bagi masayarakat umum ialah apa bedannya pasar
modal syariah dengan pasar modal konvensional? Nah disini saya akan menjawab pertanyaan
masyarakat tersebut. Pasar modal syariah ialah bagian dari industri pasar modal Indonesia
dengan kata lain pasar modal syariah tumbuh beriringan dengan pasar modal konvensiaonal dan
merupakan produk dari pengimplementasian ajaran islam di dalamnya,namun demikian
terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme
transaksi tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
REFERENSI :

Adi Kaffifahrezi. 2019. Implementasi Nilai-nilai Fiqih Muamalah yang Dilaksanakan Dalam
Pasar Modal Syariah. Di akses pada hari selasa 18 Februari 2020.
https://www.kompasiana.com/adi83251/5c879a7dbde575174e6cacf3/implementasi-nilai-nilai-
fiqih-muamalah-yang-dilaksanakan-dalam-pasar-modal-syariah-yang-berada-di-nusantara?
page=all

Naila. 2019. Baca Buku: 7 Kaidah Utama Fiqh Muamalat (Yusuf Al-Qardhawi). Di akses
pada hari selasa 18 Februari 2020.
https://nailatazkiyya.wordpress.com/2014/09/19/baca-buku-7-kaidah-utama- fiqh-
muamalat-yusuf-al-qardhawi/

Anda mungkin juga menyukai