Anda di halaman 1dari 19

Pendidikan Islam Di Indonesia

“K.H Ahmad Dahlan”

TUTI ALWIAH
A021191086

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan Islam di
Indonesia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir dari
bapak…… pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan menambah pengetahuan dan wawasan tentang Pendidikan Islam di
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehigga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Wajo, 17 Mei 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul...........................................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
3.1 Tujuan Pembahasan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1.1 Pokok-pokok pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam merealisasikan Pendidikan Islam di
Indonesia...................................................................................................................................................6
2.1.2 Bentuk wujud nyata dari pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam kaitannya dengan
Pendidikan Islam di Indonesia................................................................................................................8
2.1.3 Latar Belakang K.H. Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan terhadap pendidikan di
Indonesia.................................................................................................................................................12
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................................................14
Daftar Pustaka.........................................................................................................................................16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan
adanya pendidikan yang baik maka akan membentuk pola pikir dan sikap seseorang.
Pendidikan yang baik maka terbentuk dari pola atau sistem pendidikan yang baik juga.
Pola dan system pendidikan yang baik dapat terwujud dengan adanya penerapan
system kurikulum yang baik. Dengan sistem dan pola pendidikan atau pembelajaran
yang baik maka dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Dengan begitu hasil dari pendidikan maupun pembelajaran dapat menghasilkan
kepribadian yang baik seperti halnya akhlak dalam diri kepribadian Rasulullah SWT.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat penting dalam menjalankan suatu
proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik agar mereka dapat
menangkap hasil dari pelajaran yang telah dilaluinya yag didapatkan dari seorang guru,
dengan melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang semestinya dilakukan dengan
tujuan agar memperoleh hasil belajar secara optimal. Maka pendidikan sebagai salah
satu bentuk terwujudnya kebudayaan manusia yang dinamis dan berkembang di
dalamnya. Kegiatan pembelajaran pada dasrnya merupakan kegiatan yang bersifat
mendasar yang dilakukan secara sadar dan terencana dengan baik untuk mencapai
tujuan pembelajaran oleh lembaga dalam menjalankan program pendidikan.
Disamping itu ada pula Pendidikan Islam di Indonesia yang mempunyai peranan yang
sangat strategis dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM), yang mana dalam
ajaran Islam menempatkan manusia sebagai kesatuan yang utuh antara sisi duniawi
maupun ukhrowi. Manusia telah diamanahi sebagai khalifah oleh Allah SWT di muka
bumi dengan tugas mensejahterakan dan memakmurkan kehidupan manusia itu
sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut manusia dilengkapi dengan
kewenangan untuk mengambil inisiatif dalam mengubah kehidupan menjadi lebih baik.
Al-Qur’an menegaskan tentang sendi-sendi kemuliaan serta kedudukan ilmu
pengetahuan secara kreatif, sehingga manusia mampu mengaktualisasikan perwujudan
potensi dalam dirinya.

1
Keberadaan pendidikan Islam harus mampu mengantisipasi perkembangan era
informasi dan globalisasi antara lain dengan jalan meningkatkan sumber daya manusia,
dalam arti diperlukan pengembangan kepribadian seutuhnya terutama dalam
pengembangan nalar yang rasional dan pemikiran yang kritis dan analitis dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Undang-undang system
Pendidikan Nasional (pasal 1 UU RI no. 20 thn.2003) menyatakan bahwa, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Internalisasi pendidikan agama Islam dalam pendidikan karakter di sekolah mampu
menjadi sebuah kekuatan pengarah bagi proses revitalisasi nilai-nilai dalam konteks
perubahan sosial, baik yang sedang maupun yang akan terjadi pada masa yang akan
datang sebagaimana terdapat dalam hadist Rasulullah SAW yang memberikan penguat
atas pengaruh hereditas (keturunan) dan lingkungan pada perkembangan anak, bahwa
“Tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, orang tualah yang menjadikan Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.”(HR. Bukhori).
Dari Qurais Shihab (2001:285) mengutip pendapat Muhammad bin Ashur
menyatakan: “Fitrah adalah bentuk dari system yang diwujudkan Allah SWT pada
setiap makhluk, fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa diciptakan yang Allah
SWT kepada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya, serta ruhnya”.
Dengan demikian, dalam Islam pengaruh lingkungan dan factor fitrah (hereditas)
mempunyai peran yang signifikan dalam pengembangan dan pertumbuhan anak dalam
proses pembelajaran. Pendidikan agama Islam mempunyai kaitan fungsional dengan
pendidikan karakter yang berkepentingan mengarahkan proses pendidikan.
Maka dari itu, pendidikan Islam dimaknai sebagai ajaran atau cara
menyampaikan dan meneruskan ilmu kepada manusia yang sesuai dengan syariat
agama islam. Di dalam Al-qur’an setidaknya ada bebeapa kata yang memiliki arti
pendidikan diantaranya kata tarbiyah yang berasal dari kta “rabba”. Disebutkan dalam
Al-qur’an bahwa kata al-tarbiyah yang berarti pendidikan sebenarnya memiliki tiga

2
pengertian yaitu bertambah atau berkurang, tumbuh subur, dan memperbaiki dengan
kasih sayang.
Berdasarkan konsep tarbiyah dalam Al-Qur’an maka hakikat pendidikan islam
dapat dijabarkan sebagai pendidikan bersifat humanis-teosentris yakni pendidikan dan
segala sesuatu yang diajarkan kepada manusia adalah berdasarkan fitrah atau kodrat
manusia sebagai makhluk ciptaanNya. Kemudian pendidikan bernilai ibadah yakni
mengajarkan umat manusia dalam menjalankan ibadah dan tugasnya sebagai khalifah
di muka bumi. Kemudian pendidikan menanamkan tanggung jawab yakni menanamkan
rasa tanggung jawab kepada seluruh umat manusia dan mengajarkan manusia
bagaimana memenuhi tanggung jawab serta kewajiban yang dimilikinya.
Kemudian pendidikan seumur hidup yakni seorang muslim hendaknya tidak
berhenti menuntut ilmu dan mendalami pendidikan islam karena pada hakikatnya
pendidikan islam adalah dasar hidup seseorang semasa ia hidup dan berlaku seumur
hidup. Kemudian pendidikan tidak terbatas ruang dan waktu yakni pendidikan islam
tidak hanya diajarkan pada manusia di suatu daerah saja tetapi tersebar ke pelosok
penjuru dunia. Kemudian pendidikan kemaslahatan umat yakni manusia tidak
diciptakan hidup untuk sendiri melainkan untuk bersosialisasi dengan sesame atau
bermasyarakat.
Dengan mengangkat topik “ Pendididikan Islam di Indonesia ” maka diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia agar lebih mengenal dan
mengetahui pendidikan Islam yang sebenarnya sesuai dengan pemikiran K.H Ahmad
Dahlan. Diharapkan masyarakat dapat turut andil dalam merealisasikan pendidikan
Islam pada lingkungannya terutama mengajarkan dan mengamalkannya dalam bentuk
nyata terhadap lingungannya serta terhadap anak-anak mereka supaya dari generasi
ke generasi, manusia akan selalu senantiasa mengetahui dan mempelajari Pedidikan
Islam.
Tidak hanya itu, pendidikan Islam juga akan memberikan pandangan hidup
mengenai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Islam. Adanya pemikiran tokoh K.H
Ahmad Dahlan mengenai Pendidikan Islam di Indonesia memberikan pengaruh besar
terhadap dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan mengenai Islam. Ilmu
pengetahuan yang terdapat dalam Islam dapat dipelajari melalui berbagai wadah

3
pendidikan yang telah disediakan sebagaimana nantinya akan dibahas pada topik
pembahasan sesuai dengan pokok pemikiran ( wujud nyata) K.H Ahmad Dahlan.
Berdasarkan topik mengenai “ Pendidikan Islam di Indonesia” dapat kita kaitkan
dengan keadaan masyarakat dari dulu hingga sekarang. Perlu anda ketahui bahwa
kedatangan Islam pertama di Indonesia adalah dari masyarakat sendiri yakni dari para
pedagang yang samapi ke Aceh dengan maksud tujuan untuk menyebarkan agama
dakwah dan menjual rempah-rempah. Keberlangsungan tersebut merupakan tahap
awal bahwa masyarakat sudah dari dulu turut andil dalam menyebarkan agama Islam
sampai saat ini dengan dibuktikan banyaknya masyarakat yang telah menjadi tokoh
ulama dan banyak masyarakat yang telah masuk Islam ( mendominasi ) dengan bukti
nyata berupa penyediaan fasilitas berupa tempat belajar dan menimbah ilmu tentang
ilmu pegetahuan Islam berupa pondok pesantren, sekolah Islami, dan masih banyak
lainnya.
Dan hingga saat ini pendidikan Islam di Indonesia mulai berkembang dikarenakan
kesadaran masyarakat akan pendidikan Islam itu sangatlah penting dan masyarakat
sadar bahwa Indonesia terutama dari anak-anak, generasi milenial hingga orang tua
perlu mempelajari atau perlu memiliki bekal tentang ilmu pengetahuan Islam. Namun
disamping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang
belum sadar akan pentingnya pendidikan Islam dikarenakan perkembangan zaman
yang terus mengikuti tren sehingga pendidikan mengenai Islam hamper dilupakan.
Namun, beruntung pemerintah masih menyediakan layanan berupa pendidikan Islam
yang disediakan dibangku pendidikan mulai dari tingkat SD hingga Kuliah.
Pendidikan Islam sangat penting untuk dibahas dan dipelajari mengingat bahwa
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beraga Islam. Tidak heran
jika Pendidikan Islam ini menjadi penting untuk dipelajari dan diamalkan bahkan
didukung dalam masyarakat seperti turut dalam mengimplementasikan pendidikan
Islam kepada keluarganya hingga kelingkungannya.
Tidak hanya itu, pendidikan Islam juga merupakan bentuk implementasi dari agama
Islam yang didalamnya merupakan mengandung banyak hal mengenai ilmu tentang
dunia Islam sesuai dengan syariat Islam yang benar.

4
2.1 Rumusan Masalah
2.1.1 Jelaskan pokok pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam merealisasikan pendidikan
Islam di Indonesia?
2.1.2 Apa bentuk wujud nyata dari pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam kaitannya
dengan Pendidikan Islam di Indonesia?
2.1.3 Apa yang melatarbelakangi K.H Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan
terhadap pendidikan di Indonesia?
3.1 Tujuan Pembahasan
3.1.1 Untuk mengetahui pokok-pokok pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam kaitannya
dengan Pendidikan Islam Di Indonesia
3.1.2 Untuk mengetahui bentuk wujud nyata dari pemikiran K.H Ahmad Dahlan tentang
Pendidikan Islam di Indonesia
3.1.3 Untuk mengetahui latar belakang K.H Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan
terhadap pendidikan di Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pokok-pokok pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam merealisasikan
Pendidikan Islam di Indonesia
Pemikiran K.H Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai awal
kebangkitan Pendidikan Islam di Indonesia. Gagasan pembaruannya sempat mendapat
tantangan dari masyarakat waktu itu, terutama dari lingkungan pendidikan tradisional .
Kendati demikian, K.H Ahmad Dahlan menganggap bahwa tanggapan tersebut bukan
merupakan hambatan , melainkan tantangan yang perlu dihadapi secara bijaksana.
Arus dinamika pembaharuan terus mengalir dan bergerak menuju kepada berbagai
persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Dengan demikian, peranan pendidikan
Islam menjadi semakin penting dan strategis untuk senantiasa mendapat perhatian
yang serius. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan media yang sangat
strategis untuk mencerdaskan umat.
Melalui media ini, umat akan semakin kritis dan memiliki daya analisa yang tajam dalam
membaca peta kehidupan masa depannya yang dinamis. Dalam konteks ini, setidaknya
pemikiran pendidikan K.H Ahmad Dahlan dapat diletakkan sebagai upaya sekaligus
wacana untuk memberikan inspirasi bagi pembentukan dan pembinaan peradaban
umat masa depan yang lebih proporsional.
Secara formal K.H Ahmad Dahlan dapat dikatakan tidak pernah memperoleh
pendidikan namun diperoleh secara otodidak. Ketika menjelang dewasa, beliau
kemudian belajar berbagai ilmu agama seperti ilmu fiqih, ilmu nahwu, ilmu falaq, dan
ilmu hadits, dari berbagai ilmu yang dipelajarinya menjadikan tumbuhnya sifat KH.
Ahmad Dahlan yang arif dan tajam pemikirannya serta memiliki pandangan yang jauh
ke depan. Dari berbagai kajian ilmu agama yang dipelajari KH. Ahmad Dahlan
membuat pemikiran beliau bertambah, adapun pokok-pokok pemikiran beliau yakni :
1) Pertama, Dalam bidang aqidah’ pandangan beliau sejalan dengan pandangan
dan pemikiran ulama’salaf.
2) Kedua, menurut beliau bahwa beragama itu adalah beramal; artinya berkarya
dan berbuat sesuatu, melakukan tindakan sesuai dengan isi pedoman Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Orang yang beragama ialah orang menghadapkan jiwanya dan

6
hidupnya kepada Allah yang dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan seperti
rela berkorban baik harta benda miliknya dan dirinya, serta untuk Allah.
3) Ketiga, dasar pokok hukum Islam adalah Al-qur’an dan As-Sunnah. Jika
keduanya tidak ditemukan kaidah hukum yang eksplisit maka ditentukan
berdasarkan kepada penalaran dengan mempergunakan berpikir logis serta ijma’
dan qiyas.
4) Keempat, terdapat jalan untuk memahami Al-qur’an yaitu: memahami artinya,
memahami maksudnya selalu bertanya kepada diri sendiri, apakah larangan dan
perintah agama yang telah diketahui sudah tinggal dan perintah agamanya telah
dikerjakan, serta tidak mencari ayat lain sebelum isi sebelumnya dikerjakan.
5) Kelima, beliau menyatakan bahwa tindakan nyata ialah wujud konkrit dari
penterjemahan Al-qur’an yang dilandasi dengan kemampuan akal pikiran (ilmu
logika).
6) Keenam, beliau memiliki pedoman hidup untuk selalu menanamkan gerak hati
untuk selalu maju dengan landasan moral dan keikhlasan dalam beramal.
7) Ketujuh, selalu melek ilmu pengetahuan yang selalu berkembang sesuai
zamannya.
Selain pernyataan diatas, juga terdapat pokok pemikiran K.H Ahmad Dahlan
mengenai pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan. Dimana Pendidikan
Individu yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesaaran individu yang utuh, yang
erkesinambungan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan
intelek, antara perasaan dan akal pikiran serta antara dunia dan akhirat. Sedangkan,
Pendidikan Kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan
kesedihan dan keinginan hidup masyarakat. Dilihat dari sudut kurikulum sekolah
tersebut mengajarkan tidak hanya ilmu umum tetap juga ilmu agama sekaligus. Hal ini
merupakan trobosan baru bahwa pada saat itulembaga pendidikan umum (sekolah)
hanya mengajarkan pelajaran umum dan sebaliknya lembaga pendidikan agama
(pesantren) hanya mengajarkan pelajaran agama. Dengan kurikulum tersebut, Ahmad
Dahlan berusaha membentuk individu yang utuh dengan memberikan pelajaran agama
dan umum sekaligus.

7
2.1.2 Bentuk wujud nyata dari pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam kaitannya
dengan Pendidikan Islam di Indonesia
a. Muhammadiyah Organisasi Pergerakan Nasional Bentukan K.H Ahmad Dahlan
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta [ada tahun 1869 M dengan nama kecilnya
Muhammad Darwis, putra K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di Mesjid besar
(jami’i) kesultanan Yogyakarta.Ibunya adalah Putri Haji Ibrahim, seorang penghulu.
Sejak usia balita, keda orang tua Darwis sudah memberikan pendidikan agama bahkan
ketika berusia 8 tahun, Darwis sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar sampai
khatam. Menjelang dewasa, Darwis mulai mengaji dan menuntut ilmu fiqih kepada K.H
Muhammad Saleh. Selain itu, ia juga mengaj di pesantren menurut system lama.
Darwis juga melanjutkan pelajarannya selama 1 tahun di tanah suci Mekah.
Setelah pulang ke Indonesia, ia menjabat sebagai pegawai masjid Sultan dan
mengembangkan kegiatan perdagangan. Sebagai saudagar beliau tetap tidak
meinggalkan kegiatan memperdalam dan menambah ilmu mengenai ajaran agama
Islam dengan mendatangi ulama serta memperhatikan keadaan kaum muslimin di
tempat-tempat yang disinggahinya. Sebagai orang yang aktif dalam kegiatan
bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Ahmad Dahlan juga
dengan mudah diterima dan dihormati di tengah-tengah masyarakat.
Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 18 November
1912. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. Muhammadiyah
secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad SAW, karena berasal dari kata
Muhammad. Kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminology
berarti gerakan Islam Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang yang melaksanakan
dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek
kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang
merupakan satu kesatuan yang utuh da harus dilaksanakan dalam kehidupan
perseorangan maupun kolektif. K.H Ahmad Dahlan memilih nama yang pada saat itu
masih sangat asing di telinga kalangan masyarakat, sehingga ada celah untuk

8
memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam
sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Persyarikatan ini mempunyai maksud menyebarkan pengajaran kanjeng Nabi
Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan hal agama Islam
kepada anggota-anggotanya. Selain itu, dibentuk untuk mendukung usaha K.H Ahmad
Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal
mistik. Ketidak murnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-qur’an dan As-
Sunnah sebagai satu-satunya rujuka oleh sebagian besar umat Islam Indonesia pena
menjadi factor penyebab munculnya kolonialisme di Indonesia. Dengan
mengembangkan misi gerakan tersebut, Muhammadiyah dapat mewujudkan atau
mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-‘alamin dalam kehidupan di
muka bumi ini.
K.H Ahmad Dahlan ingin mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat
perjuangan da dakwah untuk menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber
pada Al-qur’an dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk
mewujudkan gerakan tauhid. Ketidak murnian ajaran Islam yang dipahami oleh
sebagian umat Islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi
Islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal bermuatan paham animism dan
dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat Islam di Indonesia memperlihatkan hal-
hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, terutama yang berhubungan
dengan prinsip akidah Islam, terutama yang berhubungan dengan prinsip akidah Islam
yang menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga
pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat Islam Indonesia.
b. Peran K.H Ahmad Dahlan dalam Pendidikan di Indonesia
Setelah kembalinya K.H Ahmad Dahlan dari menuntut pendidikan di Mekkah, maka ia
turut mengajar anak-anak yang menjadi murid ayahnya. Anak-anak ini belajar di waktu
siang dan sore di Musholla. Pada tahun 1906. K.H Ahmad Dahlan kembali ke
Yogyakarta dan menjadi guru agama di Kuman. Pihak Keraton Yogyakarta juga
mengangkat Ahmad Dahlan sebagai khatib tetap di Masjid Agung. Tugas-tugas beliau
digunakan untuk mengamalkan ilmunya. Dia menggunakan serambi Masjid Agung
untuk memberi pelajaran kepada orang-orang yang tidak dapat belajar di surau-surau

9
tempat pengajian yang berjadwa tetap. Ahmad Dahlan juga membangun asrama untuk
menerima murid-murid dari luar kota dan luar daerah, juga membangun surau untuk
menambah kemamuran kampung Kauman dalam bidang pengajian dan pendidikan
pada masa itu.
Ahmad Dahlan juga mengajar di Kweekschool di Yogyakarta dan Opleidingschool voor
Indlandsche Ambtenaren sebuah sekolah unruk pegawai pribumi di Magelang,. Peran
dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan,
yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama
menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’alimin
(khusus laki-laki), yang bertempat di Patang puluhan kecamatan Wirobrajan dan
Mu’allimaat Muhammadiyah (khusus perempuan), di Suronatan Yogyakarta. Ahmad
Dahlan selain mendirikan oragnisasi Muhammadiyah, juga mendirikan sekolah dengan
mengguanakan nama Muhammadiyah.
Adapun menurut Ahmad Dahlan, materi pendidikan dalam bentuk nyata yang ia berikan
dalam kalangan masyarakat yaitu pembelajaran Al-Qur’an dan hadits, membaca,
menulis, berhitung, ilmu bumi, dan menggambar. Materi Al-Qur’an dan hadits meliputi:
Ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya,
musyawarah, pembuktian kebenaran Al-Qur’an dan hadits menurut akal, kerjasama
antara agama kebudayaan kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu
dan kehendak, demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berpikir, dinamika
kehidupan dan peranan manusia di dalamnya, dan akhlak (budi pekerti).
Muhammadiyah yang ada sejak tahun 1912 telah menggarap dunia pendidikan, namun
perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun pada 1936. Pada
mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H Ahmad Dahlan : “ Dadiji kjai sing
kemajoeran, adja kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah” ( Jadilah
manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
Di dalam menyampaikan pelajaran agama K.H. Ahmad Dahlan tidak  
menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Karena pelajaran agama
tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan
sesuai situasi dan kondisi. Cara belajar-mengajar di pesantren pada umumnya
menggunakan sistem Weton dan Sorogan, sementara madrasah Muhammadiyah

10
menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda. Bahan pelajaran di pesantren
mengambil dari kitab-kitab agama saja.
Sedangkan di madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya mengambil dari
kitab agama dan buku-buku umum. Menurut Toto Suharto, Ahmad Dahlan memadukan
antara pendidikan Agama dan pendidikan umum sedemikian rupa, dengan tetap
berpegang kepada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selain kitab-kitab klasik
berbahasa Arab, kitab-kitab kontemporer berbahasa Arab juga dipelajari dilembaga
Muhammadyah yang dipadukan dengan pendidikan umum. Di pesantren hubungan
guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang
dianggap sakral. Sedangkan madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan
hubungan antara guru-murid yang akrab.
Bagi K.H Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan
pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktekkan. Betapa bagusnya suatu program
menurut Ahmad Dahlan , jika tidak dipraktekkan maka tidaka akan mencapai tujuan
bersama. Untuk itu, untuk mengamalka surat Al-Maun, K.H Ahmad Dahlan mengajak
santri-santrinya ke pasar Beringharjo, Malioboro, dan Alun-alun utara Yogyakarta. Di
tempat-tempat itu berkeliaran pengemis dan kaum fakir. K.H. Ahmad Dahlan
memerintahkan setiap santrinya untuk membawa fakir itu ke Masjid Besar. Dihadapan
para santri, K.H. Ahmad Dahlan membagikan sabun, sandang, dan pangan kepada
kaum fakir. Kemudian Ahmad Dahlan meminta fakir miskin untuk tampil bersih, sejak
saat itulah Muhammadiyah aktif dalam menyantuni fakir miskin dan yatim piatu.
Muhammadiyah berusaha mengembalikan ajaran islam pada sumbernya yaitu
Al-Qur’an dan Hadis. Muhammadiyah bertujuan meluaskan dan mempertinggi
pendidikan agama Islam, sehingga terwujud masyaraIslam yang sebenarnya. Untuk
mencapai tujuan itu, Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar di
seluruh Indonesia. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran Muhammadiyah telah
mengadakan pembaruan pendidikan agama. Modernisasi dalam sistem pendidikan
dijalankan dengan menukar sistem pondok pesantren dengan pendidikan modern
sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman.
Pengajaran agama Islam diberikan di sekolah-sekolah umum baik negeri
maupun swasta. Muhammadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah baik yang khas

11
agama maupun yang bersifat umum. Metode baru yang diterapkan oleh sekolah 
Muhammadiyah mendorong pemahaman Al-Qur’an dan Hadis secara bebas oleh para
pelajar sendiri.  Sebagai sebuah organisasi yang memperhatikan perkembangan
pendidikan di Indonesia, maka Muhammadiyah melakukan usaha mengembangkan
pendidikan dengan cara mendirikan sekolah-sekolah umum dan mendirikan madrasah-
madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan umum
Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia, sebagai berikut:
1) Perkembangan secara Vertikal
Dari segi vertical, Muhammadiyah telah berkembang ke seluruh Indonesia penjuru
tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan organisasi NU,
Muhammadiyah sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak
dengan jamaah Muhammadiyah.
2) Perkembangan secara Horizontal
Dari segi perkembangan secara Horizontal, amal usaha Muhamadiyah telah
banyak berkembang, yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Perkembangan
Muhamadiyah dalam bidang keagamaan terlihat dalam upaya-upayanya, seperti
terbentukanya Majlis Tarjih (1927), yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama
dalam Muhammadiyah yang secara tetap mengadakan permusyawaratan dan memberi
fatwa-fatwa dalam bidang keagamaan, serta memberi tuntunan mengenai hukum.
2.1.3 Latar Belakang K.H. Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan terhadap
pendidikan di Indonesia
Pendidikan merupakan suatu bagian terpenting dalam proses perkembangan suatu
bangsa. Munculnya tokoh pemikir yang peduli terhadap pendidikan bangsa Indonesia
menjadi faktor pendorong pergerakan nasional di Indonesia. Ahmad Dahlan salah satu
tokoh yang peduli terhadap pendidikan bangsa Indonesia. Dia melihat terdapat
perbedaan antara system pendidikan colonial Belanda dan system pendidikan Islam
tradisional yang berpusatkan di pondok pesantren sehingga berkembang dualisme
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Melihat perbedaan pendidikan yang terjadi pada
saat itu, maka timbullah ide dari Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan. Dalam
melakukan pembaharuan, Ahmad Dahlan tidak hanya mendirikan sekolah, tetapi ikut
membantu mengajar ilmu keagamaan di sekolah lain.

12
Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang masih
mencampur-baurkan adat istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran umat
Islam, inilah yang menjadi dasar latar belakang pemikiran K.H. Ahmad Dahlan untuk
melakukan pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah.
Berdirinya organisasi Muhammadiyah yang didalamnya menaungi atau mendirikan
beberapa sekolah seperti pesantren dalam mengembangkan Pendidikan Islam di
Indonesia juga disebabkan oleh dua faktor yang melatar belakangi suksesnya sekolah-
sekolah Islam yaitu: 1) Faktor Internal yakni faktor yang berasal dari dalam diri umat
Islam sendiri yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan Islam. Dan faktor eksternal
yaitu faktor yang disebabkan oleh politik penjajahan colonial B.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, pokok pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dalam merealisasikan pendidikan Islam di
Indonesia yakni beliau sangat menganjurkan untuk menuntut ilmu diantaranya ilmu
aqidah, akhlak, serta mengajak kita untuk mempelajari dan mengamalkan isi Al-Qur’an
dan A-Sunnah dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud nyata dalam
mengembangkan ilmu agama yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Adapun bentuk wujud nyata K.H Ahmad Dahlan dalam menyebarkan dan mengajarkan
pendidikan Islam di Indonesia yakni beliau mendirikan organisasi “Muhammadiyah”
yang merupakan sebuah organisasi penerus ajarran nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan dakwah dan kebaikan terutama menyampaikan ilmu agama. Tak hanya
itu, K.H. Ahmad Dahlan juga turut berpartisipasi dalam mendirikan pesantren, sekolah
agama, bahkan ia juga turun langsung untuk mengajar masyarakat dan anak-anak
untuk menuntut ilmu pendidikan agama. Ia juga sangat memperhatikan dan
mengamalkan aktivitas nabi Muhammad SAW dengan aktif membantu masyarakat
yang kurang mampu dan memberikan kehidupan yang layak kepada fakir tersebut.
Maka dari itu, berkat beliau’ sampai sekarang banyak sekolah-sekolah pesantren yang
berdiri dan berkembang hingga ke berbagai pelosok wilayah Indonesia.
Dan yang terakhir, alasan K.H Ahmad Dahlan melakukan semua itu “pembaharuan”
terhadap pendidikan Islam di Indonesia karena ia prihatin masa depan umat Islam
kedepannya mengenai bagaimana mereka akan hidup di dunia tanpa mengetahui
pendidikan agama mereka sendiri. Tak hanya itu, K.H Ahmad Dahlan juga prihatin
melihat kondisi masyarakat pribumi (lokal) yang selalu tertindas oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab karena mereka dianggap tidak mempunyai ilmu yang cukup
mengenai agama sehingga mereka harus dipandang rendah.
3.2 Saran
K.H Ahmad Dahlan telah banyak berjasa bagi kaum muslim di seluruh Indonesia. Maka
dari itu, kita sebagai generasi penerus bangsa terutama kita sebagai ummat muslim
seharusnya kita harus rajin dan memliki pendidikan olmu agama Islam agar perjuangan

14
Ahmad Dahlan dalam menyebarkan ajaran Agama Islam tidak sia-sia. Sehingga kita
dapat menjadi penerus estafet dalam memajukan pendidikan Islam di Indonesia.

15
Daftar Pustaka
Juniawandahlan. (2017, Desember Selasa). About Us: kebudayaan.kemdikbud.go.id. Retrieved from
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id

Zainuri, A. (2018, Juli 4). http://www.azid45.web.id/2018/05/7-pokok-pemikiran-kh-ahmad-dahlan.html.


Retrieved from http://www.azid45.web.id/: https://www.azid45.web.id

16

Anda mungkin juga menyukai