Anda di halaman 1dari 48

MODUL PENGAUDITAN INTERNAL

“PEKERJAAN LAPANGAN 1 DAN 2”

DISUSUN OLEH:
MUSLIANI (A031171033)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah S.W.T., Tuhan yang menciptakan,
mengatur dan memelihara alam semesta yang menundukkan segala sesuatu untuk
kepentingan dan kemaslahatan semua makhluk ciptaannya, salam dan salawat
semogah terlimpah atau tercurah kepada junjungan Rasul-Nya Muhammad S.A.W.,
keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sunnah-nya sampai akhir zaman.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan modul ini. Penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi
penulis secara pribadi untuk meningkatkan kapasitas diri dan juga bagi pembaca
umum untuk menambah wawasan mengenai Pekerjaan Lapangan 1 dan 2. Selain
itu, untuk menambah khazanah keilmuan dan sebagai tolak ukur dosen dalam
memberikan penilaian. Karena modul ini merupakan sebuah tugas individu pada mata
kuliah Pengauditan Internal.
Penulis menyadari betul bahwa modul ini sangat jauh dari kesempurnaan,
sehingga menjadi harapan Penyusun kirannya kritik korektif yang bersifat kontruktif
dalam proses revisi atau perbaikan selanjutnya.
Pada akhirnya, hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri serta berharap
semoga bimbingan, pertolongan dan perlindungan tetap tercurah untuk mendapat
ridha-Nya.

Gowa, 20 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I: TINJAUAN MATA KULIAH.....................................................................................1

1. DESKRIPSI MATA KULIAH.........................................................................................1

2. KEGUNAAN MATA KULIAH......................................................................................1

3. SASARAN PEMBELAJARAN.......................................................................................1

4. URUTAN PENYAJIAN..................................................................................................2

5. PETUNJUK BELAJAR...................................................................................................2

BAB II: PENDAHULUAN......................................................................................................3

1. SASARAN PEMBELAJARAN.......................................................................................3

2. RUANG LINGKUP MODUL..........................................................................................3

3. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL..........................................................................3

4. URUTAN PEMBAHASAN.............................................................................................3

BAB III: MATERI PEMBELAJARAN...................................................................................5

1. PENGERTIAN DAN TUJUAN PEKERJAAN LAPANGAN.........................................5

2. BAGIAN-BAGIAN PEKERJAAN LAPANGAN...........................................................6

3. PROSEDUR AWAL FIELDWORK AUDIT INTERNAL............................................15

4. PENERAPAN TEKNIK-TEKNIK AUDIT...................................................................18

5. JENIS PENUGASAN AUDIT.......................................................................................24

6. PENALAAHAN ANALITIS.........................................................................................31

7. BUKTI AUDIT..............................................................................................................33

iii
8. BANTUAN TEKNIS PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT..........................................36

9. PEMANTAUAN PEKERJAAN LAPANGAN MANAJEMEN AUDIT.......................37

BAB 1V: LATIHAN..............................................................................................................39

BAB V: RANGKUMAN.......................................................................................................40

BAB VI: TES FORMATIF....................................................................................................41

BAB VII: UMPAN BALIK ATAU TINDAK LANJUT........................................................42

BAB VII: KUNCI TES FORMATIF.....................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................44

iv
BAB I: TINJAUAN MATA KULIAH
1. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah Pengauditan Internal merupakan mata kuliah yang akan
membahas mengenai model-model internal kontrol, strategi penentuan risiko,
survey pendahuluan, program audit, pekerjaan lapangan yang mana dalam
pengerjaan lapangan ini terbagi menjadi dua, yaitu pengerjaan lapangan I dan
pengerjaan lapangan II, kemudian membahas mengenai temuan audit, kertas kerja
audit, sampling audit, metode analisis, audit sistem informasi, laporan audit
internal hingga mengenai laporan untuk manajemen eksekutif dan dewan
komisaris.
2. KEGUNAAN MATA KULIAH
Modul ini dibuat untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran mengenai
mata kuliah Pengauditan Internal. Dimana materi yang terdapat dalam beberapa
lampiran tertentu dalam modul ini, serta yang dikutip dalam daftar pustaka, dapat
digunakan juga sebagai bahan pembelajaran.
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan pembaca dapat melaksanakan
pengauditan internal serta penyusunan laporan audit.
3. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini diharapkan pembaca akan:
 Mampu memahami dan membedakan model-model internal kontrol
 Mampu memahami dan menjelaskan strategi penentuan risiko
 Mampu memahami dan menjelaskan tujuan dan sasaran survey pendahuluan
 Mampu memahami dan menjelaskan manfaat program audit
 Mampu memahami dan menjelaskan proses dan tujuan pengerjaan lapangan
 Mampu memahami dan menjelaskan temuan audit
 Mampu memahami dan menjelaskan kertas kerja audit
 Mampu memahami dan menjelaskan sampling audit
 Mampu memahami dan menjelaskan metode analisis
 Mampu memahami dan menjelaskan audit sistem informasi

1
 Mampu memahami dan menjelaskan maksud dan tujuan laporan aduit internal
 Mampu memahami laporan untuk manajemen eksekutif dan dewan komisaris
4. URUTAN PENYAJIAN
 Model-model Kontrol Internal.
 Strategi Penentuan Risiko.
 Survei Pendahuluan.
 Program Audit.
 Pekerjaan Lapangan 1.
 Pekerjaan Lapangan 2.
 Temuan Audit.
 Kertas Kerja Audit.
 Sampling Audit.
 Metode Analisis.
 Audit Sistem Informasi.
 Laporan Audit Menajemen Eksekutif dan Dewan Komisaris.
5. PETUNJUK BELAJAR
Agar pembaca berhasil menguasai dan memahami materi dalam modul ini,
maka bacalah dengan cermat dan ikuti petunjuk berikut dengan baik, antara lain:
 Bacalah doa terlebih dahulu sesuai dengan keyakinan, agar diberikan
kemudahan dalam mempelajari materi dalam modul ini.
 Bacalah materi dengan seksama pada setiap chapter sebelum perkuliahan
berlangsung, sehingga isi dari materi ini dapat dipahami dengan baik.
 Buat dan isilah rencana pembelajaran yang terdapat pada modul ini agar dapat
berkonsultasi dengan dosen pembimbing apabila mendapat kesulitan dalam
pembelajaran.

2
BAB II: PENDAHULUAN
1. SASARAN PEMBELAJARAN
Adapun sasaran pembelajaran dalam modul ini adalah sebagai berikut:
 Mampu memahami pengertian dan tujuan pekerjaan lapangan
 Mampu memahami bagian bagian pekerjaan lapangan
 Mampu memahami prosedur awal pekerjaan lapangan audit internal
 Mampu memahami penerapan teknik-teknik audit
 Mampu memahami jenis penugasan audit
 Mampu memahami penelaahaan analitis
 Mampu memahami bukti audit
 Mampu memahami bantuan teknis pekerjaan lapangan audit
 Mampu memahami pemantauan pekerjaan lapangan manajemen audit
2. RUANG LINGKUP MODUL
Modul ini membahas mengenai pekerjaan lapangan 1 dan 2. Secara terperinci
membahas tentang pengertian dan tujuan pekerjaan lapangan, bagian bagian
pekerjaan lapangan, prosedur awal pekerjaan lapangan audit internal, penerapan
teknik-teknik audit, jenis penugasan audit, penelaahaan analitis, bukti audit,
bantuan teknis pekerjaan lapangan audit, serta pemantauan pekerjaan lapangan
manajemen audit.
3. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL
Agar pembaca dapat lebih mudah dalam memahami materi yang disajikan
dimana dalam modul ini, materi yang disajikan secara lebih ringkas dibandingkan
dengan referensi buku-buku yang membahas mengenai pekerjaan lapangan 1 dan
2 sehingga membantu pembaca lebih mudah untuk memahami materi terkait.
4. URUTAN PEMBAHASAN
Secara garis besar urutan pembahasan dalam modul dua ini adalah sebagai
berikut:
 Pengertian dan tujuan pekerjaan lapangan
 Bagian bagian pekerjaan lapangan

3
 Prosedur awal pekerjaan lapangan audit internal
 Penerapan teknik-teknik audit
 Jenis penugasan audit
 Penelaahaan analitis
 Bukti audit
 Bantuan teknis pekerjaan lapangan audit
 Pemantauan pekerjaan lapangan manajemen audit

4
BAB III: MATERI PEMBELAJARAN
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN PEKERJAAN LAPANGAN
Menurut Sawyer (2005: 243) pekerjaan lapangan (field work)
merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan secara sistematis dengan
mengumpulkan bukti secara objektif mengenai operasi entitas,
mengevaluasinya dan melihat apakah operasi tersebut telah memenuhi standar
yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan; dan
menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.
Istilah “proses yang sistematis” mengimplikasikan langkah-langkah
audit terencana yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Istilah
tersebut juga memiliki makna bahwa auditor internal akan menerapkan
persyaratan profesional dalam melakukan audit, serta menerapkan penelaahan
yang tepat saat mengumpulkan, menyusun, mencatat, dan mengevaluasi bahan
bukti audit.
“Persyaratan profesional” berarti kebebasan penuh dari segala bias
yang akan mempengaruhi pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti.
Bebas dari bias dicapai melalui independensi dan objektivitas, baik dalam
kenyataan maupun persepsi. Objektifitas nyata muncul dari perilaku mental
yang tidak memihak, perilaku yang mendasarkan pada pengetahuan dan
menuilai bukti benar-benar murni dalam kenyataannya tanpa memandang
orang yang menyediakannya. Penilaian seperti ini harus dicapai tanpa
memedulikan perasaan, prasangka, opini, dan kepentingan, serta tekanan dari
pihak eksternal.
Pekerjaan lapangan bertujuan untuk membantu pemberian keyakinan
dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit,
sehingga menjadi sesuai dengan tujuan audit yanag ingin dicapai.
Dalam melakukan pekerjaan lapangan terdapat standar yang harus
ditaati yaitu standar pekerjaan lapangan. Menurut SPAP (2011: 150.1)
standar auditing meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan

5
standar pelaporan. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari 3 butir standar yaitu
sebagai berikut :
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilaksanakan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan 
yang diaudit.

2. BAGIAN-BAGIAN PEKERJAAN LAPANGAN


a. Tujuan-Tujuan Audit
Tujuan-tujuan audit terkait dengan tujuan-tujuan operasi, namun
memiliki maksud yag berbeda. Tujuan-tujuan audit dirancang untuk
menentukan apakah tujuan-tujuan operasi tertentu telah dicapai. Tujuan
audit dicapai dengan menerapkan prosedur-prosedur audit untuk
menentukan apakah prosedur-prosedur operasi berfungsi sebagaimana
mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan
oleh manajemen. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor.
Menurut Sawyer (2005:252) prosedur-prosedur audit adalah sarana-
sarana yang digunakan auditor untuk memenuhi tujuan-tujuan auditnya.
Prosedur-prosedur audit merupakan langkah-langkah dalam proses audit
yang menjadi pedoman bagi auditor dalam melaksanakan penelaahan yang
direncanakan, berdasarkan tujuan-tujuan audit yang ditetapkan.
Tujuan Dan Prosedur Audit (Operasi Vs Audit)
Tujuan- Prosedur-prosedur Tujuan-tujuan Prosedur-prosedur

6
tujuan operasi Audit audit
operasi
Pembelian
Untuk Departemen Untuk menentukan Telaah sampel
mendapatkan pengguna, bukan apakah pesanan pesanan pembelian
barang-barang departemen pembelian untuk melihat
yang tepat pembelian, harus dikeluarkan hanya apakah pesanan
menyiapkan surat untuk pembelian didukung oleh surat
permintaan yang produk-produk yang permintaan yang
disetujui, yang memang dibutuhkan disetujui dan apakah
menyebutkan organisasi ciri-ciri barang yang
produk-produk yang dibeli, dalam surat
dibutuhkan pesanan barang,
sesuai dengan
kebutuhan
organisasi
Untuk Si pembeli harus Untuk menentukan Untuk sampel yang
mendapatkan membukan apakah penawaran dipilih, verfikasi
barang dengan penawaran yang yang kompetitif bukti-bukti
harga tepat kompetitif untuk benar-benar diminta dilakukannya
semua pembelian dan apakah kegagalan penawaran dan
diatas jumlah yang untuk mendapatkan apakah penjelasan
ditentukan, jelaskan penawaran telah atas gagalnya
secara tertulis bila dijelaskan, apakah penawaran adalah
gagal mendapatkan pesanan pembelian wajar.
penawaran. benar secara
matematis dan
disetujui dengan
layak. Untuk

7
menentukan apakah
pesanan pembelian
dilakukan dengan
layak.
Pemrosesan
klaim Semua kalim Untuk menentukan Telaah sampel
Untuk dimasukkan dalam apakah semua klaim klaim yang dibayar
memproses daftar. Pemrosesn yang diterima telah untuk menentukan
klaim dengn diawasi melalui dimasukkan dalam apakah sudah
segera laporan periodic. daftar dan diawasi  dimasukkan dalam
selama siklus daftar dan apakah
pemrosesan dan telah diproses dalam
apakah manajemen waktu yang wajar.
telah waspada akan Periksa akurasi dan
adanya penangguhan ketepatan waktu
yang tidak wajar. laporan ke
manajemen tentang
pemrosesan klaim
Untuk Manajemen Untuk menentukan Untuk sampel
memproses menspesifikasikan apakah klaim sah terpilih, tentukan
klaim dengan langkah-langkah telah dibayar sesuai apakah pembayaran
benar yang akan diambil jumlah terutang. benar secara
dalam memeriksa matematis,
klaim, termasuk memenuhi
perbandingannya kebijakan,
dengan kebijakan. menunjukkan bukti
Juga membentuk penilaian jika
system penelaaahan diperlukan, dan
dan tingkat memiliki bukti

8
persetujuan, penelaahan dan
tergantung nilai persetujuan.
klaim.

Penerimaan
Hanya Manajemen Untuk menentukan Telaah sampel
menerima melakukan apakah hanya barang- laporan penerimaan
barang-barang penghitungan, barang yang dipesan yang
yang dipesan penimbangan, dan yang diterima, dan representatifuntuk
pengukuran produk dalam jumlah sesuai mencari bukti
yang diterima dan pesanan. penghitungan,
menandatanganiya. penimbangan, dan
Prosedur pengukuran.
pengambilan sampel Bandingkan catatan
yang khusus gudang dengan
diperbolehkan jika kuantitas yang
layak. terdapat dalam
laporan penerimaan.
Hanya Manajemen Untuk menentukan Untuk sampel-
menerima melakukan inspeksi bahwa hanya produk- sampel terpilih,
barang-barang barang yang dipesan, produk dengan telaah bukti
yang bandingkan sampel kualitas yang inspeksi. Telah
memenuhi barang yang diterima disyaratkan yang bukti pengembalian
spesifikasi. dengan diterima, dan bahwa barang-barang yang
spesifikasinya. produk yang ditolak ditolak. Analisis
Semua perubahan sudah dikembalikan catatan bahan sisa
atas spesifkasi harus dan dibebankan ke untuk menentukan
dikirim segera atas pemasok. apakah produk-
departemen inspeksi produk berkualitas

9
penerimaan. rendah telah dipesan
atau diterima.
Sumber: Sawyer, 2005: 254
b. Pengukuran Kinerja
Pengukuran Kinerja dilakukan dengan membandingkan hasil dengan
standar. Akhirnya dilakukan evaluasi hasilhasil pengukuran dan menentukan
apakah temuantemuan mereka mencerminkan kondisi yang baik atau buruk.
Agar pemeriksaan menjadi berarti, auditor melihat satuan pengukuran untuk
menjadi standar. Sebuah contoh pemeriksaan rutin berikut ini
mengilustrasikan konsep pengukuran audit. 8nggaplah auditor ingin
mengevaluasi kecepatan penerimaan dan inspeksi bahan bakuyang dibeli.
Kecepatan berarti untuk pengukurannya adalah jam atau hari. Tingkat standar
per unit waktu bisa jadi:
 apa yang dipandang layak diterima oleh manajemen, seperti yang
dinyatakan dalam instruksi-instruksi operasi;
 kebutuhan departemen produksi seperti yang dinyatakan dalam jadwal
produksi; atau
 beberapa kriteria logis lainnya yang berkaitan dengan tujuan organisasi
c. Pengembangan Standar
Auditor internal semakin lama semakin dalam masuk ke arus operasi.
Juga, mereka mulai mengevaluasi fungsi-fungsi manajemen yang belum
memiliki standar. Pada saat mereka melakukan ini, mereka merasa perlu
menemukan standar yang otoratif, atau membuat standar bersama klien.
Hal ini mungkin bukanlah hal yang sederhana, namun jika dilakukan
dengan cermat, maka dihasilka temuan audit yang sebelumnya dikira
berada diluar kemampuan auditor.
Standar harus sesuai dengan tujuan-tujuan operasi yang diperiksa
untuk hal-hal yag bersifat teknis, standar harus divalidasi oleh seorang ahli
yang secara teknis memiliki kualifikasi sebelum diterima oleh manajemen

10
klien. Satu contoh pendekatan ini melibatkan audit atas sistem kontrol
keselamatan suatu organisasi.
Jika tidak ada standar, maka auditor yang akan membuatnya,
kemudian, untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa standar
tersebut wajar dan relevan, mereka meminta wakil local dari Dewan
Keamanan Nasional (National Safety Council) untuk menelaah standar
tersebut. Standar yang sudah divalidasi dibahas dengan manajemen klien
dan diterima. Auditor kemudian bisa dengan yakin menggunakan standar
tersebut untuk dibandingkan dengan hasil pengukuran mereka
d. Penggunaan tolak ukur
Tolak ukur adalah pemilihan praktik-praktik terbaik yang dilakukan
oleh organisasi-organisasi lainnya, atau bagian-bagian organisasi itu
sendiri yang dimaksudkan untuk membantu dalam pencapaian tujuan.
Pengembangan tolak ukur biasanya merupakan hasil dari proses belajar.
Arthur Andersen dikabarkan melakukan studi Praktik-praktik Global
terkait (Global Best Practice) yang mengidentifikasi sebelas tindakan
yang tepat untuk menentukan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan
upaya organisasi. Aktivitas-aktivitas ini dikelompokkan ke dalam empat
tahap yaitu :
 Analisis proses-proses audit
 Merencanakan studi
 Lakukan studi
 Dapatkan pemahaman
Penggunaan tolak ukur dapat digunakan untuk meningkatkan semua
tingkatan fungsi audit internal. Tolak ukur bisa diterapkan ke filosofi dasar
hubunga audit internal dengan organisasi; ke organisasi dai fungsi audit; ke
proses perencanaan; termasuk penentuan risiko dan proses evaluasi diri; ke
pekerjaan lapangan, termasuk metode-metode pemeriksaan dan evaluasi. Hal

11
penting yang perlu diingat adalah bahwa perubahan tidak hanya dilakukan
untuk menggunakan metode-metode baru, tetapi juga untuk menghasilkan
perbaika yang substansial dalam operasi audit.
e. Evaluasi
Pengukuran melalui perbandingan dengan standar merupakan satu dari
dau tahap pekerjaan lapangan. Setelah pengukuran dilakukan, auditor
intenral kemudian harus mengevaluasi temuan-temuan mereka untuk
mencapai pertimbagan professional.
Evaluasi diadakan untuk mencapai pertimbangan yang benar secara
matematis, dan untuk menyatakan pertimbanga tersebut dalam hal apa
yang diketahui. Evaluasi jarang digunakan untuk menentukan nilai
moneter, tetapi lebih pada menemukan hal-hal yang sejenis dalam istilah-
istilah yang telah dikenal. Namun, evaluasi melibatkan lebih dari sekedar
perbandingan ukuran dengan standar. Hal ini membutuhkan pertimbangan
penerapan konsep yang kongruen dalam standard an proses pengukuran.
f. Aspek-aspek operasi
Pengukuran yang dilakukan auditor internal biasanya akan diarahkan
ketiga aspek penting organisasi, yaitu kualitas, biaya, dan jadwal. Contoh
yang sederhana misalnya auditor sedang memeriksa kontrol atau operasi
pembelian. Termasuk dalam pengukurannya adalah :
 Kualitas. Temukan apakah pesanan pembelian telah disetujui dengan
semestinya dan mengandung semua spesifikasi dan persyaratan yang
dibutuhkan. Temukan apakah perubahan dalam spesifikasi telah
diserahkan kepada pemasok.
 Biaya. Temukan apakah daftar para pemasok yang memberi
penawaran telah disetujui oleh penyelia departemen pembelian.
Tentukan apakah penawaran kompetitif digunakan sebisa mungkin.

12
 Jadwal. Temukan apakah tanggal saat barang dibutuhkan tercantum
dalam pesanan pembelian dan apakah tanggal tersebut sesuai dengan
yang diminta oleh organisasi pengguna. Tentukan apakah pegawai
departemen pembelian secara rutin mengingatkan pemasok untuk agar
barang yang dibeli bisa diperoleh tepat waktu.
g. Pengujian
 Tujuan umum pengujian
Auditor mencapai tujuan audit melalui proses yang dikenal sebagai
pengujian. Pengujian berarti menempatkan aktivitas atau transaksi
dalam percobaan dengan memilih beberapa bukti dan menentukan
kualitas atau karakteristik inheren mereka. Bagi auditor internal,
pengujian berarti pengukuran hal-hal yang representative dan
perbandingan hasilnya dengan standar atau kriteria yang ditetapkan.
Tujuannya adalah untuk memberi standar dasar bagi pembentukan
opini audit. Pengujian audit biasanya mencakup evaluasi transaksi,
catatan, aktivitas, fungsi, dan asersi dengan memeriksa semua atau
sebagiannya.
 Tujuan khusus pengujian
Pengujian terdiri dari metode pemeriksaan, perbandingan,
analisis,da evaluasi data, materi, dan transaksi berdasarkan beberapa
jenis standar atau kriteria. Tujuan khusus pengujian adalah menentuan
:
- Validitas, yaitu kelayakan, keaslian, kewajaran
- Akurasi, yaitu kuantitas, kualitas, dan klasifikasi
- Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, da lain-
lain
- Kompetensi kontrol, yaitu tingkat kenetralan risiko
 Merencanakan pengujian

13
Seperti halnya bagian-bagian substantive dari proses audit,
pengujian harus diawali dengan perencanaan. Rencana tersebut harus
diformalkan dengan dokumentasi dan harus mencakup :
- Pendefinisian tujuan pengujian
- Pengidentifikasian jenis pengujian untuk mencapai suatu tujuan
- Pengidentifikasian kebutuhan pegawai yang mencakup : keahlian
da disiplin ilmu yag dimiliki, kualifikasi pengalaman, dan jumlah
- Penentuan urutan proses pengujian
- Pendefinisian standar atau kriteria
- Pendefinisian popilasi pengujian
- Keputusan metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan
- Pemeriksaan transaksi atau proses terpilih
 Pendefinisian standar kinerja atau kriteria
Standar kinerja atau kriteria bisa berbentuk eksplisit dan implisit.
Berbentuk eksplisit bila dinyatakan secara jelas dalam arahan, intruksi
pekerjaan, spesifikasi atau hukum. Standar bersifat implisit bila
manajemen mungkin telah menetapkan tujuan dan sasaran, atau
sedang mengupayakan penetapannya, tetapi tidak menyatakan secara
eksplisit bagaimana mencapainya. Dalam hal ini, auditor setelah
menelaah tujuan dan sasaran menentukan kontrol yang ditetapkan atau
dibutuhkan, perlu berkonsultasi dengan manajemen mengenai apa
yang dianggap sebagai kinerja yang memuaskan.
 Pendefinisian populasi pengujian
Populasi yang akan diuji harus dipertimbangkan sesuai tujuan
audit. Jika tujuannya adalah memberi opini atas transaksi yang terjadi
sejak audit terakhir, total transaksi mencerminkan populasi. Jika
tujuannya adalah memberi opini atas kecukupan, efektifitas, dan
efisiensi sistem kontrol yang diterapkan saat ini, populasinya mungkin

14
lebih terbatas. Pada kondisi ini, manajemen tidak tertarik pada apa
yang terjadi di masa lampau. Perhatian dipusatkan pada saat ini dan
masa depan. Dalam kedua kondisi, auditor harus mencari bukti-bukti
untuk mendukung kewajaran jumlah dan material transaksi yang
terlibat. Auditor harus menentukan karakter dan lokasi populasi untuk
mengetahui apakah ada dokumen yang hilang da memutuskan rencana
pemilihan yang tepat
 Metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan
Pemilihan sampel harus mengikuti rencana yang paling sesuai
dengan tujuan audit, baik melalui pertimbangan maupun menggunakan
metode statistik. Pemilihan yang paling andal dilakukan berdasarkan
daftar yang terpisah dari catatan transaksi itu sendiri. Dengan cara ini,
auditor memiliki keyakinan yang lebih baik bahwa hal-hal yang
dihilangkan dari dokumen akan dihilangkan.

3. PROSEDUR AWAL FIELDWORK AUDIT INTERNAL


Menurut Moeller (2009: 173) audit internal dapat menyebabkan
gangguan dan masalah dalam operasi sehari-hari organisasi auditee. Auditor
yang bertanggung jawab dan anggota tim audit harus mulai dengan bertemu
dengan anggota manajemen auditee yang sesuai untuk menjabarkan rencana
awal audit, termasuk bidang yang akan diuji, laporan atau dokumentasi
khusus yang diperlukan, dan personel yang akan diwawancarai. Ini juga
merupakan waktu yang tepat bagi tim audit internal untuk melakukan tur dan
bertemu personel lain di unit yang akan ditinjau. Auditor harus meminta agar
manajemen menghubungi semua anggota organisasi yang diaudit yang
terkena dampak untuk memberi mereka jadwal tentatif yang disiapkan auditor
dari pekerjaan audit yang direncanakan. Ini akan menghilangkan potensi
masalah dalam mengamankan kerja sama personel yang diaudit.

15
Terlepas dari rencana terbaik, masalah masih dapat terjadi saat
melakukan audit. Misalnya, penyelia departemen utama mungkin mengaku
terlalu sibuk untuk berbicara dengan audit internal dan tidak akan
memberikan informasi yang diperlukan. Demikian pula, siklus dari file sistem
komputer utama yang telah disimpan untuk tes audit mungkin telah dihapus.
Jenis-jenis masalah ini dapat memperlambat kemajuan atau membutuhkan
strategi pengujian dan analisis yang direvisi. Setiap masalah harus dideteksi
sejak awal penugasan dan dipecahkan sesegera mungkin. Kesulitan dalam
mendapatkan kerja sama personel satu departemen, misalnya, dapat
memperlambat pekerjaan di bidang itu dan menunda penyelesaian seluruh
audit.
Auditor yang bertanggung jawab harus bertemu dengan manajemen
yang diaudit untuk membahas masalah apa pun dan untuk menemukan solusi.
Jika manajemen lokal tampaknya tidak kooperatif, auditor yang bertanggung
jawab mungkin harus menghubungi manajemen audit internal untuk
menyelesaikan masalah di tingkat yang berbeda. Jika komponen utama dari
audit yang direncanakan tidak ada, manajemen audit harus mengembangkan
strategi yang telah direvisi untuk mengatasi masalah tersebut. Ini mungkin
termasuk:
 Merevisi prosedur audit untuk melakukan tes tambahan di bidang lain.
Namun, jenis perubahan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika ada
alasan kuat untuk memilih fi le yang sekarang hilang seperti kebutuhan
untuk mengikatnya dengan data lain mungkin perlu merekonstruksi
saldo yang hilang.
 Menyelesaikan audit tanpa file data yang hilang. Kertas kerja dan
laporan akhir akan menunjukkan ketidakmampuan audit internal untuk
melakukan tes yang direncanakan. Auditor yang bertugas harus selalu

16
mendapatkan persetujuan dari manajemen audit internal untuk
pendekatan ini.
 Lengkapi bagian lain dari audit dan jadwalkan kembali kunjungan
berikutnya untuk melakukan tes. (Ini hanya sebuah opsi jika file data
yang hilang tidak dapat direkonstruksi atau jika siklus data yang
berbeda tidak akan mencukupi. Manajemen harus diberi tahu, tentu
saja, anggaran audit yang melebihi batas karena masalah ini.
Masalah-masalah ini atau yang serupa dapat ditemui. Adalah penting
bahwa masalah-masalah tersebut dideteksi dan diselesaikan sedini mungkin
dalam audit. Jika tim audit internal menghadapi kurangnya kerja sama,
manajemen di tingkat yang sesuai harus diberi tahu untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Baik auditor internal maupun pihak yang diaudit harus ingat
bahwa kedua belah pihak adalah anggota dari keseluruhan perusahaan yang
sama dengan kepentingan dan tujuan umum yang sama. Bidang audit yang
sebenarnya harus mengikuti program audit yang ada. Ketika setiap langkah
selesai, auditor yang bertanggung jawab harus menginisialisasi dan
menentukan tanggal program audit. Dokumentasi yang dikumpulkan dari
setiap langkah audit, serta setiap analisis audit, harus diorganisir dan
diteruskan ke auditor yang bertanggung jawab untuk melakukan tinjauan awal
atas pekerjaan audit. Auditor yang bertanggung jawab memantau kinerja
pekerjaan audit yang sedang berlangsung dan meninjau kertas kerja saat
mereka selesai untuk setiap langkah.
Lembar poin harus selalu didukung dan direferensikan silang ke kertas
kerja audit tertentu, dan status poin atau masalah yang diajukan harus
didokumentasikan untuk menunjukkan disposisi akhirnya. Jika dikembangkan
menjadi temuan, lembar poin juga dapat dirujuk silang ke temuan laporan
audit itu. Jika temuan point-sheet dijatuhkan oleh tim audit internal selama
kerja lapangan atau lambat, alasannya harus didokumentasikan. Hasil dari

17
banyak langkah audit tidak akan menghasilkan temuan audit spesifik tetapi
dapat menimbulkan pertanyaan untuk penyelidikan lebih lanjut. Kondisi di
banyak area yang ditinjau dapat dikenakan penjelasan atau interpretasi oleh
manajemen lokal. Daripada hanya menuliskannya, tim audit lapangan
umumnya harus mendiskusikan pengamatan audit awal mereka dengan orang
yang bertanggung jawab atas area tersebut. Seorang auditor terkadang dapat
salah mengartikan sesuatu yang mudah diselesaikan. Jika masih ada
pertanyaan, masalah tersebut dapat menjadi temuan audit pendahuluan, seperti
yang dibahas di bagian selanjutnya.

4. PENERAPAN TEKNIK-TEKNIK AUDIT


Berikut ini adalah teknik-teknik audit:
a) Mengamati/Observasi
Observasi berarti melihat, memperhatikan, dan tidak
melewatkan hal-hal yang dianggap penting. Observasi juga berarti
pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki nuansa
perbandingan dengan standar, dan suatu pandangan yang evaluatif.
Observasi penting untuk dilakukan dan biasanya diterapkan sebelum
teknik-teknik lainnya. Biasanya observasi harus dikonfirmasi
kebenarannya dengan melakukan analisis atau investigasi.
Observasi biasanya berlangsung pada saat survei pendahuluan
ketika auditor mencoba untuk lebih memahami lingkungan yang
diaudit dan alur kerja serta sistem dan proses. Tetapi observasi juga
dapat dilakukan saat mengajukan untuk melihat reaksi dan tingkah
laku auditee. Observasi juga dapat berlangsung saat auditor
memperoleh kesan mengenai tempo pekerjaan, fasilitas, penugasan
staf, dan kondisi kantor.
b) Mengajukan pertanyaan

18
Mengajukan pertanyaan mungkin merupakan teknik yang
paling pervasif bagi auditor yang menelaah operasi. Pertanyaan
diajukan selama audit dan bisa secara lisan ataupun tertulis.
Pertanyaan lisan umumnya yang paling sering digunakan namun
mungkin yang paling sulit untuk dikemukakan. Pertanyaan tertulis
biasanya merujuk pada prosedur-prosedur yang sudah ada untuk
menentukan apakah prosedur-prosedur tersebut sudah relevan, valid,
selalu diperbarui, dan ditaati. Perolehan informasi bisa menjadi satu
seni tersendiri. Mendapatkan fakta tanpa membuat klien marah
kadang-kadang bukanlah tugas yang mudah. Jika klien merasa dicecar
atau merasa diperiksa silang, mereka cenderung bertahan dan enggan
berperan menyingkap kebenaran. Informasi yang mereka berikan bisa
jadi salah atau kurang lengkap, jawaban mungkin malah tidak keluar
sama sekali. Jadi, jika auditor memahami pandangan kebanyakan klien
terhadap mereka, yaitu dipandang sebagai ancaman potensial bagi
posisi mereka, dan bisa mengubah sikap mereka untuk mengurangi
ketakutan, peluang untuk mendapatkan informasi yang berguna akan
meningkat.
c) Menganalisis
Menganalisis berarti memeriksa secara rinci. Artinya kita
memecah entitas yang kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk
menentukan karakteristik yang sebenarnya. Menganalisis juga berarti
melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas, atau sekelompok
transaksi dan menentukan hubungannya masing-masing. Analisis
dimaksudkan untuk mengetahui kualitas, penyebab, dampak, motif,
dan kemungkinan-kemungkinan yang seringkali dapat menjadi
fasilitator bagi penelitian selanjutnya atau sebagai dasar pertimbangan.
Dengan meganalisis suatu akun, auditor yang memeriksa
catatan keuangan yang memisahkan, menyusun, dan memecah

19
masing-masing bagian yang membentuk akun tersebut. Dengan cara
ini, auditor dapat mengetahui bagian mana yang signifikan, bagian
mana yang terjadi, bagian mana yang kurang, yang membutuhkan
perhatian lebih lanjut, dan bagian yang seharusnya tidak muncul.
Auditor internal yang memeriksa operasi juga melakukan hal
yang sama. Prinsip-prinsip tidak berbeda, yang berbeda hanya subjek.
Auditor dapat mengetahui hubungan yang signifikan dan membuat
pengukuran yang tepat atas masing-masing bagian yang membentuk
aktivitas yang mereka periksa dengan melihatnya melalui mikroskop
audit. Sebaliknya, bila entitas diperiksa sebagai satu keseluruhan,
pikiran tidak dapat menangkap hubungan yang rumit antarbagian yang
berbeda yang membentuk sebuah fungsi yang kompleks atau suatu
populasi yang besar.
Dalam mengaudit operasi, subjek dapat terbentang dalam
spektrum yang luas, begitu pula jenis-jenis analisis yang mungkin
digunakan auditor internal modern dalam membuat evaluasi. Auditor
bisa membuat daftar sampel pesanan pembelian dalam lembar kerja
dan menganalisis penawaran yang dilakukan, satu-satunya sumber
pembelian yang ada, persetujuan, data masa lampau untuk pembelian-
pembelian tertentu, rute pengangkutan, analisis biaya, jadwal,
persiapan pembelian yang akurat, keputusan membeli atau
memproduksi sendiri, dan lain-lain. Penggunaan metode kecerdasan
artifisial (artifical intellegent) bisa membantu.
Auditor juga dapat menganalisis suatu arahan, akta, kontrak,
atau penyataan kebijakan. Mereka dapat membentangkan dokumen
tersebut, membaca setiap kata yang tertera, menggarisbawahi hal-hal
penting, mengukurnya sesuai praktik bisnis yang baik atau kondisi
nyata, atau mengukur praktik-praktik yang ada kemudian
dibandingkan dengan ketentuan yang ada di dokumen. Hanya

20
membaca saja tidak cukup. Auditor harus mengidentifikasi dan
menekankan bagian-bagian penting dan menentukan maknanya.
d) Memverifikasi
Memverifikasi berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi,
keaslian, atau validitas atas suatu bukti audit. Cara ini paling sering
digunakan untuk mendapatkan kebenaran fakta atau rincian dalam
suatu akun atau laporan. Hal ini mengimplikasikan upaya yang
disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas suatu laporan atau
tulisan dengan mengujinya, seperti membandingkannya dengan fakta
yang diketahui, dengan data asli, atau dengan suatu standar.
Verifikasi mencakup konfirmasi, dimana semua keraguan
terhapuskan melalui validasi independen oleh pihak-pihak yang
okjektif. Verifikasi juga mencakup perbandingan, yaitu pernyataan
dari seseorang dikonfirmasi melalui pembahasan dengan orang-orang
lain, atau satu dokumen dibandingkan dengan satu atau lebih dokumen
lain yang valid.
Auditor memverifikasi suatu jurnal akuntansi dengan
membandingkannya dengan rincian pendukung. Mereka
memverifikasi jumlah terutang dengan mengkonfirmasikannya ke
kreditor. Mereka memverifikasi persetujuan dengan menanyakan
petunjuk yang mengatur tentang tingkat persetujuan dan
membandingkan tanda tangan persetujuan dengan yang tertera pada
kartu tanda tangan. Mereka juga memverifikasi bahwa persetujuan
dibuat berdasarkan kesesuaian dengan kondisi yang disyaratkan.
Mereka memverifikasi kelayakan pembelian dengan menyakinkan diri
mereka sendiri bahwa:
 Ketentuan untuk barang-barang yang dibeli dibuat oleh
seseorang yang tidak bertugas sebagai pembeli.

21
 Jumlah barang yang diproses tidak melebihi barang-
barang yang dibutuhkan dalam penagihan bahan baku
atau permintaan bahan baku (atau batas rata-rata yang
diperbolehkan).
 Barang-barang dibeli tepat waktu, tetapi tidak terlalu
mendahului jadwal kebutuhan dengan mengacu pada
jadwal produksi atau jadwal konstruksi dan pada
ketentuan ambang batas persediaan.
 Barang-barang yang dipesan benar-benar diterima dan
sesuai dengan spesifikasi (dengan mengacu pada memo
penerimaan, dengan mengunjungi gudang, atau dengan
memeriksa produk akhir).
e) Menginvestigasi
Menginvestigasi merupakan istilah yang secara umum
diterapkan pada pelaksanaan tanya jawab untuk menemukan fakta-
fakta yang tersembunyi dan mencari kebenaran. Hal ini
mengimplikasikan penelusuran informasi yang sistematis yang
diharapkan auditor dapat ditemukan atau perlu diketahui. Cara ini
mencakup, tetapi tidak terbatas pada penyidikan-investigasi yang
menyelidiki lebih dalam dan ekstensif dengan maksud mendeteksi
kesalahan.
Auditor dapat menginvestigasi, tapi menginvestigasi berbeda
dengan mengaudit. Audit mengandung objektivitas. Investigasi
berupaya untuk mencari bahan bukti atas terjadinya kesalahan. Oleh
karena itu, investigasi memiliki lebih banyak petunjuk dibandingkan
analisis dan verifikasi, yang berarti penelaahan data yang memiliki
karakteristik yang relatif tidak diketahui-sampai diperiksa, yang

22
mengartikan investigasi sebagai cara menangani suatu kondisi yang
mencurigakan.
Penyelidikan secara khusus terkait dengan kejahatan, disini
auditor harus berhati-hati untuk tidak melampaui kewenangannya.
Penyelidikan sering kali melibatkan pertimbangan hukum dan
kriminal. Setelah mendapatkan beberapa bukti atas terjadinya
kejahatan, auditor harus melaporkannya ke orang yang berpengalaman
mengenai hal tersebut. Auditor yang tidak memerhatikan peringatan
semacam ini bisa melanggar hak seseorang dan membuat organisasi
mereka dituntut atas terjadinya pencemaran nama baik, fitnah,
pembunuhan karakter, melakukan kejahatan atau pengenaan hukuman
penjara yang keliru. Oleh karena itu, dalam masalah-masalah tersebut
sebaiknya auditor menghubungi bagian keamanan organisasi atau
penasihat hukum.
f) Mengevaluasi
Evaluasi, dalam audit, artinya menimbang apa yang telah
dianalisis dan menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya.
Evaluasi mencerminkan kesimpulan yang dihasilkan auditor
berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan.
Evaluasi mengimplikasikan pertimbangan profesional, dan
merupakan rangkaian yang berjalan melewati keseluruhan proses
audit. Pada tahap awal pemeriksaan audit, auditor harus mengevaluasi
risiko-risiko yang akan terjadi, diantaranya risiko audit (risiko
menghilangkan suatu aktivitas dari rencana audit, dibandingkan
dengan biaya pemeriksaannya). Dalam program audit, auditor harus
mengevaluasi perlunya pengujian rinci sebagai pengganti survei atau
penelusuran. Dalam prosedur pengambilan sampel, auditor harus
mengevaluasi ketepatan dan tingkat keyakinan yang dibutuhkan untuk
mencapai keandalan sampel yang auditor yakin dibutuhkan. Karena

23
auditor membandingkan transaksi dengan standar dan menemukan
penyimpangannya, mereka harus mengevaluasi tingkat signifikansi
dari penyimpangan tersebut dan menentukan apakah tindakan
perbaikan diperlukan.

5. JENIS PENUGASAN AUDIT


Berikut jenis penugasan audit:
a. Audit Fungsional
Menurut Sawyer (2005: 281) audit fungsional
(functional audit) adalah audit yang mengikuti proses dari awal
hingga akhir, melintasi lini organisai. Audit ini bertujuan untuk
menentukan seberapa baik fungsi-fungsi dalam organisasi akan
saling berinteraksi dan bekerja sama. Sedangkan, menurut
Arens and Loebbecke dalam Iskandar dkk. (2011) audit
fungsional adalah berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih
dalam suatu organisasi. Misalnya fungsi penerimaan kas atau
fungsi produksi. Keunggulan audit operasional adalah
memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Pemeriksaan
ini lebih efisiensi, karena memakai seluruh waktu untuk
memeriksa dalam bidang tertentu. Kelemahan dari audit
fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling
berkaitan.
Dalam melakukan audit fungsional, dan audit jenis
lainnya, auditor internal harus selalu menyadari apa yang
diharapkan oleh manajemen senior dari auditor internal. Setiap
organisasi diarahkan dan dipimpin oleh keputusan manajemen.
Keputusan yang baik tergantung keputusan yang tepat.
b. Audit Organisasional (dan Evaluasi Produktivitas)

24
Menurut Sawyer (2005: 285) audit organisasional
(organizational audit) tidak hanya memperhatikan aktifitas
yang dilakukan dalam organisasi tetapi juga dengan kontrol
administratif yang digunakan untuk memastikan bahwa
aktifitas-aktifitas tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu auditor
tertarik pada seberapa baik manajer organisasi memenuhi
tujuan organisasi dengan sumber daya yang ada. Sedangkan,
menurut Arens and Loebbecke dalam Iskandar dkk. (2011)
audit organisasional atas suatu organisasi menyangkut
keseluruhan unit organisasi seperti departemen, cabang atau
anak perusahaan. Penekanan dalam audit ini adalah bagaimana
efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi saling berinteraksi.
Khususnya dalam organisasi yang besar dengan
berbagai operasi dan fungsi, auditor disarankan untuk
menetukan seberapa baik manajemen melakukan pengelolaan,
seberapa baik transaksi yang mengalir atau mengucur melalui
saluran pipa organisasi. Tolak ukur audit atau standar yang
diterapkan pada operasi organisasi dibangun dari elemen –
elemen yang membentuk kontrol adiministratif yang dapat
diterima.
Auditor internal harus mengetahui prinsip - prinsip
perencanaan yaitu menetapkan tujuan, membuat kebijakan dan
prosedur, mempertahankan kontinuitas, dan menilai ulang
rencana dan sasaran dalam kondisi yang berubah. Mereka
harus mengenal prinsip - prinsip pengorganisasian yaitu
pemberian tanggung jawab, pendelegasian wewenang, dan
pengembangan staf.
Auditor internal harus mengetahui prinsip - prinsip
pengarahan yaitu kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi.

25
Mereka harus mengenal prinsip - prinsip kontrol yaitu
menetapkan standar, mempertahankan standar, melatih
karyawan agar mematuhi standar, menerapkan sistem
persetujuan dan penelaahan, memastikan kepatuhan terhadap
standar, merencanakan sistem pencatatan, pelaporan, dan
kontrol induk, serta mengawasi keseluruhan proses yang
sedang berjalan.
Setiap organisasi harus ditelaah produktivitasnya yaitu 
efisiensi dan efektivitas pengguna sumber daya yang
dipercayakan kepada manajer. Meningkatkan produktivitas
merupakan kunci bertahannya organisasi dalam lingkungan
yang kompetetif.
c. Studi dan Konsultasi Manajemen
Audit fungsional dan organisasional membentuk
kerangka kerja program audit jangka panjang. Setiap jenis
audit, yang umurnya diulang pada jangka waktu tertentu,
mencerminkan “santapan” yang harus dimakan seorang
auditor. Aspek lain dari audit bisa jadi bagaikan kaviar dan
sampanye, audit diarahkan menuju penyesuaian masalah bagi
manajemen (biasanya bukan menyelesaikan masalah
manejemen).
Setiap organisasi membutuhkan konsultan luar untuk
melakukan studi manajemen, membuat evaluasi, dan
menawarkan rekomendasi untuk memperbaiki masalah
organisasi. Organisasi - organisasi ini telah mendapatkan
manfaat dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki para
konsultan. Organisasi - organisasi yang lain munkin tidak
merasakan hal yang sama. Kekecewaan ini bisa bersumber dari
berbagai penyebab. Beberapa diantaranya adalah:

26
 Para karyawan mungkin menganggap para konsultan
tersebut sebagai orang asing yang tidak terlibat dalam
gaya hidup dan pergaulan organisasi.
 Konsultan telah mengikuti pelatihan dalam jangka
waktu yang lama dan berbiaya tinggi.
 Rekomendasi konsultan luar, yang biasanya
dikomunikasikan dalam pertemuan terakhir atau dalam
laporan rinci, bisa memancing reaksi defensive dari
klien.
 Konsultan luar biasanya mengenakan tarif yang sangat
mahal, yang dalam banyak kasus, akan melebihi biaya
memberdayakan orang - orang berbakat yang telah
dimiliki organisasi
Auditor harus menerapkan semua teknik
mempengaruhi yang mereka miliki sejak permulaan dan
disepanjang penugasan. mereka harus membuat manajemen
tetap mengetahui informasi dan memperoleh rekomendasi pada
tingkat akar rumput sebelum menyajikannya ke manajemen.
d. Audit atas Program
Program merupakan istilah umum yang mencakup
setiap upaya yang didanai yang seiring dengan aktivitas normal
organisasi yang sedang berlangsung – progam ekspansi,
program baru untuk manfaat karyawan, kontrak baru, program
kesehatan pemerintah atau program pelatihan yang
berhubungan erat dengan tujuan organisasi.
Tujuan auditnya adalah memberikan manajemen
informasi mengenai biaya, pelaksanaan, dan hasil - hasil
program dan membuat evaluasi yang informatif, bermanfaat,

27
dan objektif. Dalam penelaahan ini akan membantu semua
pihak terkait bila mereka memiliki pemahaman yang sama atas
istilah - istilah yang digunakan.
Intinya, auditor internal ingin menetukan tiga hal dalam
audit atas program. Dalam sektor swasta pencapaian umumnya
diukur dalam pendapatan dan keuntungan. Dalam sektor publik
auditor internal memperhatikan:
 Keluaran: mencakup hal-hal seperti jasa yang
diberikan, barang yang diproduksi, dan biaya, dan
bantuan yang diberikan. Misalnya siswa – siswa yang
diajar, kasus – kasus yang diproses.
 Manfaat atau Hasil: manfaat mencerminkan dampak
dari keluaran . misalnya, jumlah siswa yang diajar
merupakan pengeluaran. Tetapi, peningkatan tingkat
pengetahuan, keahlian, motivasi, dan aspirasi dari para
siswa merupakan manfaat. Manfaat atau hasil lebih
sulit diukur dibandingkeluaran namun jelas manfaat
lebih relevan dalam mengevaluasi suatu program.
 Dampak: adalah efek dari suatu program terhadap
suatu komunitas.masyarakat, atau bahkan dunia.
e. Audit Kontrak
Kontrak kontruksi atau operasi sering melibatkan uang
dalam jumlah besar. Kontrak kontruksi biasanya bukan
merupakan bagian dari bisnis rutin organisasi. Kontrak operasi
bisa memberikan jasa ataupun operasi terprogram.
Kontrak umumnya terdiri atas tiga kategori:
1) Biaya Sekaligus (Lump-Sump)

28
Pada kontrak lump sum (harga tetap) kontraktor
setuju melaksanakan pekerjaan dengan harga tetap.
Kadang kontrak mengandung klausul kenaikan,
kemajuan pembayaran, ketentuan insentif, dan
penyesuaian atas biaya pekerjaan alapangan, jika biaya
melebihi yang disepakati biaya tambahan akan
ditanggung oleh organisasi. Berikut beberapa risiko dan
bidang risiko dalam perjanjian kontrak yang harus
diperhatikan auditor internal:
 Persaingan yang tidak memadai.
 Perlindungan asuransi dan utang yang tidak memadai.
 Pengenaan biaya atas perlatan atau aktifitas yang tidak
diterima.
 Ketentuan kenaikan.
 Perubahan spesifikasi atau harga.
2) Biaya Tambahan (Cost-Plus)
Merupakan cara paling ekonomis untuk proyek
kontruksi atau operasi, karena banyaknya
ketidakpastian dalam proyek-proyek ini. Kontrak-
kontrak cost-plus tidak membutuhkan perlindungan
atas ketidakpastian. Biaya-biaya tak terduga bisa
dimintakan penggantian sejumlah biaya ditambah tarif
tetap atau biaya ditambah tarif berdasarkan persentase
biaya. Jenis penggantian banyak dihindari organisasi
karena adanya motivasi untuk menaikkan biaya
sehingga meningkatkan tarif. Beberapa kontrak cost-
plus memberikan baiaya maksimum dan memisahkan
setiap penghematan yang bisa dilakukan. Berikut

29
beberapa risiko dan bidang risiko dalam perjanjian
kontrak yang harus diperhatikan auditor internal:
 Biaya-biaya overhead ditagih secara langsung.
 Kontrol internal yang tidak memadai oleh
kontraktor atas pengenaan biaya orang-orang yang
sedang dipekerjakan, bahan baku dan jasa.
 Pengenaan biaya yang tidak wajar untuk
penggunaan peralatan yang dimiliki kontraktor.
 Penggunaan buruh yang berlebihan.
 Tidak ada upaya untuk mendapatkan harga terbaik
untuk bahan baku dan peralatan.
3) Harga Per Unit (Unit-Price)
Berguna jika suatu proyek membutuhkan
pekejaan yang seragam dalam jumlah yang besar.
Semua bentuk kontrak ini, khususnya jenis cost-plus
bisa memperoleh manfaat dari pengawasan audit. Audit
internal seharusnya tidak menungu sampai proyek
dijalankan untuk melindungi kepentingan organisasi
mereka. Berikut beberapa risiko dan bidang risiko
dalam perjanjian kontrak yang harus diperhatikan
auditor internal:
 Pembayaran berkala yang berlebihan.
 Pelaporan yang tidak layak atas unit yang
disediakan.
 Harga yang tidak berkaitan dengan biaya.
 Perubahan yang tidak layak atas kontrak awal.
 Penyesuaian kenaikan yang tidak diotorisasi.
f. Audit Terintegras

30
Konsep integrasi bisa luas dan mencakup aspek-aspek
seperti penyediaan audit yang berlaku sebagai:
 Audit berkelanjutan atas elemen-elemen neraca dan
operasional dalam audit kinerja.
 Pelaksanaan audit tetap tahap varians dari koperasi
klien yang biasanya akan diaudit secara terpisah.
 Sebuah latihan dalam audit partisipasif yang klien:
- Membantu perencanan audit, dan/atau
- Berpartisipasi dengan staf dalam pelaksanaan
audit.
 Sebuah audit yang sebenarnya menggabungkan
berbagai tahap audit internal yang berbeda seperti:
Audit keuangan, Audit kinerja, Audit sistem informasi.

6. PENALAAHAN ANALITIS
Penelaahan analitis telah lama digunakan untuk menentukan
kewajaran data tertentu. Secara tradisional, penelaahan ini telah dikaitkan
dengan masalah-masalah keuangan. Misalnya:
 Perbandingan informasi keuangan periode sekarang dengan
periode lalu.
 Perbandingan keuangan saat ini dengan yang diharapkan, yaitu
dengan anggaran, perikaraan, dan pengalaman industry.
 Penelaahan hubungan informasi keuangan dan non-keuangan.
Menurut Sawyer (2005: 300) terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk penelaahan ini yaitu sebagai berikut:
a. Analisis tren
Analisis tren adalah pengujian yang dilakukan dengan
membandingkan data sekarang dengan data sebelumnya. Data

31
sebelumnya memberikan prediksi mengenai bagaimana
seharusnya data yang sekarang. Penyimpangan yang abnormal
diselidiki. Namun, kelemahan metode ini adalah tidak ada
jaminan bahwa tren-tren masa lalu akan terus terjadi pada
aktivitas saat ini. Variable-variabel baru yang sebelumnya
tidak ada bisa mempengaruhi prediksi. Angka-angka bisa
digunakan secara subjektif dan memasukkan bias yang dimiliki
auditor.
b. Analisis rasio
Rasio-rasio keuangan, seperti profitabilitas, solvensi
(kemampuan melunasi utang), dan efisiensi bisa digunakan
untuk menentukan kewajaran informasi saat ini. Sama halnya
dengan analisis tren, variable yang tidak diperkirakan dapat
memengaruhi hasil dan memberikan informasi yang terdistorsi.
c. Analisis regresi
Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan
variable-variabel tertentu. Analisis ini mengukur sejauh mana
variable meningkat secara bersamaan atau peningkatan satu
variable saat variable lainnya menurun. Analisis regresi
merupakan sumber hubungan yang lebih kaya dibandingkan
analisis tren atau analisis rasio karena memungkinkan
penggunaan berbagai variabel independen dan auditor dapat
mengeksplorasi hubungan antara laporan keuangan dan
indicator-indikator non-neraca dan fluktuasi, tren, dan rasio
yang bersifat musiman dapat dimasukkan.
Auditor internal dapat menggunakan penelaahan
analitis saat memeriksa data operasi dan keuangan. Penelaahan
analitis dapat menunjukkan masalah-masalah yang ada dan
memberi jalan bagi dilakukannya audit yang lebih intensif

32
untuk menentukan tingkat abnormalitasnya, dan yang lebih
penting, penyebabnya.

7. BUKTI AUDIT
a. Pengertian Bukti Audit
Menurut Sawyer (2005: 308) bukti audit (audit evidence)
adalah informasi yang diperoleh auditor internal melalui
pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan.
Bukti audit harus memberikan dasar yang nyata untuk opini,
kesimpulan, dan rekomendasi audit. bukti audit terdiri dari bukti
fisik, pengakuan, dokumen, dan analitis. Sedangkan, menurut
Siswantini (2015) bukti audit merupakan suatu konsep yang
fundamental dalam audit. Bahan bukti didefinisikan sebagai
informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi kuantitatif yang sedang diaudit disajikan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Bahan bukti mencakup informasi yang
meyakinkan seperti perhitungan auditor atas efek-efek
(marketable securities) dan informasi yang kurang meyakinkan
seperti jawaban pegawai perusahaan atas pertanyaan yang
diajukan.
b. Bentuk-Bentuk Bukti Audit
1) Bukti Fisik
Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan
mengamati orang, property, dan kejadian. Bukti ini dapat
berbentuk pernyataan observasi oleh pengamat, atau oleh
foto, bagan peta, grafik, atau gambar-gambar lainnya.
Gambar sebuah kondisi yang tidak aman jauh lebih
andal dibandingkan gambaran tertulis. Semua pengamatan

33
harus, jika mungkin, didukung oleh contoh-contoh
dokumen.
2) Bukti Pengakuan
Bukti pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat
atau pernyataan sebagai jawaban atau pertanyaan. Bukti
ini sendiri tidak bersifat menyimpulkan; jika
dimungkinkan harus didukung oleh dokumentasi.
Pernyataan klien bisa menjadi penuntun penting yang tidak
selalu bisa diperoleh dalam pengujian audit yang
independen.
3) Bukti dokumen
Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan
bentuk bukti audit yang paling biasa. Dokumen bisa dari
eksternal maupun internal. Bukti dokumen eksternal
mencakup surat atau memorandum yang diterima oleh
klien, faktur-faktur dari pemasok, dan lembar pengemasan.
Bukti dokumen internal dibuat dalam organisasi klien,
mencakup catatan akuntansi, salinan korespondensi ke
pihak luar, laporan penerimaan melalui e-mail, dan lain-
lain.
4) Bukti analitis
Bukti analitis (analytical evidence) berasal dari analisis
dan verifikasi. Sumber-sumber bukti ini adalah
perhitungan; perbandingan dengan standar yang
ditetapkan, operasi masa lalu, operasi yang serupa, dan
hukum atau regulasi; pertimbangan kewajaran, dan
informasi yang terlah dipecah kedalam bagian-bagian
kecil.
c. Standar-Standar Bukti Audit

34
Semua bukti audit harus memenuhi uji kecukupan, kompetensi
dan relevansi.
 Kecukupan
Bukti dianggap memadai jika bersifat factual,
memadai, dan meyakinkan sehingga bisa menuntun
orang yang memiliki sifat hati-hati untuk mengambil
kesimpulan yang sama dengan auditor. Hal ini tentu
saja, merupakan masalah pertimbangan; tetapi
pertimbangan tersebut haruslah objektif. Jadi, jika
digunakan sampel, sampel tersebut haruslah merupakan
hasil metode pengambilan sampel yang objektif dan
dapat diterima.
 Kompetensi
Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal.
Bukti tersebut haruslah yang terbaik yang dapat
diperoleh. Dokumen asli lebih kompeten dibandingkan
salinannya. Pernyataan lisan yang menguatkan adalah
lebih kompeten dibandingkan pernyataan biasa. Bukti
langsung lebih andal dibandingkan bukti kabar angin.
 Relevansi
Relevansi mengacu pada hubungan antara
informasi dengan penggunaannya. Fakta dan opini yang
digunakan untuk membuktikan atau menyangkal suatu
masalah harus memeiliki hubungan logis dan masuk
akal dengan masalah tersebut. Pesanan pembelian yang
asli, yang disetujui dan dikeluarkan dengan layak, tidak
relevan untuk mengetahui apakah barang yang dibeli
telah diterima.

35
Bila suatu bukti tidak memenuhi standar
kecukupan, kompetensi, dan relevansi, pekerjaan
auditor internal meyatakan opini, maka harus
didasarkan pada bukti yang tidak dapat dibantah.

8. BANTUAN TEKNIS PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT


Survei lapangan atau proses pengembangan program audit harus
mengidentifikasi kebutuhan untuk bantuan teknis khusus untuk melakukan
audit; namun, masalah kompleks lainnya yang memerlukan dukungan teknis
dapat muncul dalam perjalanan bidang audit. Sebagai contoh, auditor yang
ditugaskan dapat mempertanyakan perlakuan akuntansi dari serangkaian
transaksi tertentu dan ingin mendapatkan informasi yang lebih baik tentang
praktik normal untuk mereka. Demikian pula, auditor internal dapat
menemukan aplikasi TI khusus, dengan pertimbangan kontrol yang unik, yang
tidak cukup dijelaskan dalam survei.
Jika masalah teknis tidak diketahui oleh tim audit, auditor yang
bertanggung jawab harus mencari bantuan sesegera mungkin. Pengawas atau
spesialis audit internal mungkin harus meneliti audit atau masalah teknis
untuk memberikan jawabannya. Dalam kasus lain, mungkin perlu untuk
membawa ahli audit internal di area yang bersangkutan ke lokasi lapangan
untuk menyelesaikan masalah. Namun, departemen audit internal tipikal tidak
memiliki tenaga ahli residen yang siap untuk melakukan perjalanan ke lokasi
lapangan untuk menyelesaikan masalah, dan masalah biasanya dapat
diselesaikan melalui panggilan telepon atau email.
Hal yang penting disini adalah bahwa manajemen audit internal harus
berkomunikasi dengan stafnya adalah bahwa semua masalah audit teknis
harus dibawa ke perhatian auditor yang bertanggung jawab untuk
penyelesaian secepat mungkin. Segala biaya dan persyaratan waktu tambahan
yang disebabkan oleh masalah teknis ini harus didokumentasikan. Jika

36
masalah teknis tidak dapat diselesaikan dengan segera, mungkin perlu
menjadwal ulang audit atau untuk merevisi strategi. (Moeller, 2009:175)

9. PEMANTAUAN PEKERJAAN LAPANGAN MANAJEMEN AUDIT


Jika audit internal mencakup periode waktu yang luas atau tingkat
sumber daya yang diperlukan, manajemen audit internal harus sering
meninjau kemajuan audit dan memberikan arahan teknis melalui kunjungan
dan komunikasi. Tinjauan ini menambah pekerjaan yang sedang berlangsung
dari auditor penanggung jawab, yang merupakan bagian dari staf lapangan.
Frekuensi dan luasnya kunjungan ini akan tergantung pada kekritisan tinjauan,
pengalaman staf yang ditugaskan, dan ukuran tinjauan. Tinjauan ukuran
sedang yang dipimpin oleh auditor yang berpengalaman dan mencakup
bidang-bidang yang akrab mungkin tidak memerlukan tinjauan manajemen
jika jalur komunikasi baik. Namun, jika audit mencakup area kritis, jika
program baru atau teknik baru digunakan, atau jika auditor penanggung jawab
yang ditugaskan memiliki pengalaman terbatas di bidang yang ditinjau,
anggota manajemen audit yang berpengalaman harus mengunjungi proyek
kerja lapangan secara berkala.
Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk meninjau pekerjaan yang
sedang berlangsung dan untuk membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Meskipun manajemen audit terkadang merasa bahwa ini juga waktu
yang tepat untuk membawa staf lapangan yang ditugaskan untuk makan siang
atau makan malam untuk berterima kasih atas upaya mereka, semua orang
harus menyadari bahwa ini bukan tujuan dari kunjungan lapangan audit.
Manajemen audit harus mengambil kesempatan ini untuk memahami masalah
yang berkembang dalam audit dan menyarankan perubahan yang sesuai. Ini
juga merupakan saat yang tepat bagi manajemen untuk memulai peninjauan
kertas kerja audit yang lengkap. Kertas kerja audit internal
mendokumentasikan pekerjaan yang dilakukan dan menyediakan hubungan

37
antara prosedur yang didokumentasikan dalam program audit dan hasil dari
tes audit. Karena mereka akan menjadi dasar untuk temuan dan rekomendasi
dalam laporan audit akhir, kertas kerja harus mendokumentasikan semua
pekerjaan audit.
Anggota manajemen audit yang mengunjungi lokasi lapangan harus
meluangkan waktu untuk meninjau dan menyetujui kertas kerja dan lembar
temuan pendahuluan. Komentar review kertas kerja ini harus
didokumentasikan, mencakup bidang-bidang seperti pekerjaan tambahan atau
penjelasan yang diperlukan, dan menyarankan penyesuaian pada program
audit jika perlu. Tinjauan manajemen biasanya tidak menghasilkan perubahan
besar pada pendekatan audit. Namun, manajemen audit internal sering dapat
membawa beberapa panduan tambahan atau pemahaman untuk audit dalam
proses. Komentar tinjauan harus didokumentasikan dengan cara yang merujuk
kertas kerja ketika pengulas manajemen memiliki pertanyaan atau
mengidentifikasi item yang hilang dari dokumentasi audit. Berdasarkan
komentar review ini, staf auditor harus melakukan pekerjaan audit tambahan
yang diperlukan dan membuat perubahan yang diperlukan untuk kertas kerja,
menunjukkan tindakan yang diambil pada lembar ulasan. Setelah
menyelesaikan komentar audit internal, pekerjaan tambahan yang dilakukan,
atau koreksi, penyelia menunjukkan pada komentar ulasan lembar izinnya dari
semua item serta tindakan lebih lanjut yang harus diambil. (Moeller,
2009:175)
BAB 1V: LATIHAN
1. Bagaimana pembuatan strategi untuk melakukan pekerjaan lapangan?
2. Bagaimana teknik audit berhenti kemudian lanjut?
3. Bagaimana penerapan teknik-teknik audit?
4. Bagaimana pekerjaan lapangan dalam lingkungan berteknologi tinggi?
5. Bagaimana pemantauan manajemen terhadap pekerjaan lapangan auditor?

38
39
BAB V: RANGKUMAN
Pekerjaan lapangan (field work) merupakan proses untuk mendapatkan
keyakinan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti secara objektif mengenai
operasi entitas, mengevaluasinya dan melihat apakah operasi tersebut telah memenuhi
standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan; dan
menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.
Dalam pekerjaan lapangan 1 membahas tentang bagian-bagian pekerjaan
lapangan, bagian-bagian dari pekerjaan lapangan, dan prosedur awal pekerjaan
lapangan. Sedangkan pekerjaan lapangan 2 membahas tentang penerapan teknik-
teknik audit, jenis penugasan audit, penelaahan analitis, bukti audit, bantuan teknis
pekerjaan lapangan audit, dan pemantauan pekerjaan lapangan manajemen audit.

40
BAB VI: TES FORMATIF
1. Melakukan wawancara dengan karyawan operasi, mengidentifikasi tujuan
klien, mengidentifikasi standar yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja,
dan menilai risiko-risiko yang melekat pada operasi klien merupakan
aktivitas-aktivitas yang umumnya dilakukan pada tahap audit internal yang
mana?
a. Tahap pekerjaan lapangan
b. Tahap survei pendahuluan
c. Tahap pemrograman audit
d. Tahap pelaporan
2. Teknik mana yang paling tepat untuk menguji kualitas voucher pembayaran
yang digambarkan dalam kuisioner kontrol internal?
a. Analisis
b. Evaluasi
c. Verifikasi
d. Observasi
3. Seorang auditor internal baru saja menyelesaikan survey lapangan untuk
mengenali operasi penggajian organisasi. Mana yang harus dilakukan
selanjutnya?
a. Menugaskan staf audit
b. Menetapkan tujuan awal audit
c. Menyusun program audit
d. Melakukan pekerjaan lapangan

41
BAB VII: UMPAN BALIK ATAU TINDAK LANJUT
- Mahasiswa diharapkan mempelajari modul dengan cermat dan mengerjakan
latihan-latihan berserta tes formatif untuk mendalami materi.
- Mahasiswa disarankan untuk mencari referensi lain yang memberikan
informasi mengenai pekerjaan lapangan 1 dan 2.

42
BAB VII: KUNCI TES FORMATIF
1. A
2. C
3. C

43
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar.Imelda., dan Riswan. 2011. Audit Operasional Dan Meningkatkan Efisiensi
Serta Efektivitas Produksi. (Sebuah stusi pada PT. Budi Acid Jaya). JURNAL
Akuntansi & Keuangan Vol. 2 , No. 1

Moeller, Robert R. 2009. Brink’s Modern Internal Auditing. Seventh Edition. John
Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. Canada.\

Sawyer, Lawrence B, Morimer A Dittenhofer, James H Scheiner. 2005. Edisi Lima.


Internal Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Siswantini, Wiwin. 2015. Uji Integritas Dan Konsistensi Bukti Sebagai
Pertimbangan Auditor (Studi Kasus pada KAP di Jakarta). Jurnal Derivatif
Vol. 9 No. 1.
Standar Profesional Akuntan Publik 2011 No. 1 tentang Standar Audit.

44

Anda mungkin juga menyukai