Disusun Oleh:
S1 PERBANKAN SYARIAH
2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting artinya
baik bagi negara yang sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju,
Karena investasi menjadi alat untuk memperbanyak pengeluaran barang dan jasa
yang akan datang dan pada saat yang bersamaan akan memperluas kesempatan kerja.
Hal ini pula yang menjadikan tipe investor lebih baik dilihat dari kaca mata Islam.
Sebab dengan menjadi investor hal itu akan lebih mendatangkan manfaat dari pada
halnya sebagai seorang karyawan saja. Dengan menjadi investor ia dapat memberikan
manfaat bagi dirinya juga bagi masyarakat di sekitarnya.
Investasi berkaitan dengan pengeluaran dana pada saat sekarang dan
manfaatnya baru akan diterima dimasa datang, maka investasi dihadapkan pada
berbagai macam resiko. Paling tidak ada dua resiko yang akan dihadapi oleh seorang
investor, yakni nilai riil dari uang yang akan diterima dimasa yang akan datang dan
resiko mengenai ketidak pastian menerima uang dalam jumlah yang sesuai dengan
yang diperkirakan akan diterima dimasa yang akan datang.
Sebagai seorang muslim, tentunya kita harus memerhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan investasi jika dikaitkan dengan syariah Islam. Maka di makalah ini,
kita akan membahas tentang investasi dalam pandangan syariah Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan investasi?
2. Bagaimana prinsip-prinsip investasi berdasarkan syariah?
PEMBAHASAN
A. Definisi Investasi
Investasi, berasal dari kata إستثمر yang artinya membuahkan. Sedangkan
dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, investasi adalah penanaman modal dalam
suatu usaha atau perusahaan dengan maksud mendapatkan keuntungan. Investasi
secara istilah adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum
menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat dilakukan untuk melakukan suatu
usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil.1
Atau investasi juga bisa berarti menunda pemanfaatan harta yang kita miliki
pada saat ini, atau berarti menyimpan, mengelola dan mengembangkannya merupakan
hal dianjurkan dalam Al-Qur’an, salahsatunya adalah dengan menabung.2
Jadi, investasi syari’ah adalah usaha yang dilakukan seseorang dengan
menanamkan modalnya pada suatu perusahaan atau bisnis yang sesuai dengan
syari’ah dengan tujuan mendapatkan keuntungan profit dan keuntungan sosial.
B. Prinsip-prinsip Investasi Berdasarkan Syariah
1. Prinsip Maslahah
Menurut Al-Ghazali, maslahah berarti sesuatu yang mendatangkan
manfaat atau keuntungan dan menjauhkan mudharat (kerusakan) pada hakikatnya
adalah memelihara tujuan syara’ dalam menetapkan hukum. Maslahah dalam
konteks investasi yang dilakukan oleh seseorang hendaknya harus dapat manfaat
bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi dan juga harus dirasakan oleh
masyarakat pada umumnya. Seperti dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan
oleh Muslim.
ُ وب َو قُ تَ ي َْب ُة ي َ ْع يِن اب َْن َس ِع ٍيد َو اب ُْن ُح ْج ٍر قَ الُ وا َح َّد ثَ نَ ا مْس َ ِع
يل ُه َو َ ُّ َح دَّ ثَ نَ ا حَي ْ ىَي ب ُْن َأ ي
ِإ
َ ول اهَّلل ِ َص ىَّل اهَّلل ُ عَ لَ ي ِْه َو َس مَّل
َ اب ُْن َج ْع َف ٍر َع نْ ال َْع اَل ِء َع نْ َأ ِب ِيه َع نْ َأ يِب ُه َر ي َْر َة َأ َّن َر ُس
1
Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”, Difa Publisher.
2
Dede Rodin, “ Tafsir Ayat Ekonomi” cet. 1, ( Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015 ), hlm. 175
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] -yaitu Ibnu
Sa'id- dan [Ibnu Hujr] mereka berkata; telah menceritakan kepada kami [Isma'il]
-yaitu Ibnu Ja'far- dari [Al 'Ala'] dari [Ayahnya] dari [Abu Hurairah], bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang
manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga
perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak shalih yang
selalu mendoakannya." (HR. Muslim Nomor 3084)
Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] Telah menceritakan kepada kami
[Zakaria] dari ['Amir] berkata; aku mendengar [An Nu'man bin Basyir] berkata;
aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang halal
sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada
perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka
3
M. Nadratuzzaman Husen dkk, “Gerakan 3 H. Ekonomi Syariah”, (Jakarta: PKES, 2007), hlm.
18-25
4
Abdul Manan, “ Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama”,
edisi pertama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 184.
لَ َع َن اهَّلل ُ الْ َخ ْم َر َو َش ِارهَب َا َو َسا ِقهَي َا َواَب ئِ َعهَا َو ُم ْب َتا َعهَا َوعَارِص َ هَا َو ُم ْع َترِص َ هَا َو َحا ِملَهَا َوالْ َم ْح ُموةَل َ لَ ْي ِه
ِإ
Maksud dari hadist di atas adalah bahwa khamr pada asalnya, hukumnya
adalah haram. Hal ini sesuai dengan ketentuan li dzatihi yaitu perbuatan itu sejak
semula haram karena itu tidak dapat di jadikan sebab (alasan) untuk mengubah
hukumnya bahkan perbuatan itu dianggap batal semenjak semula (dari awal).
Akibatnya melakukan suatu transaksi seperti melakukan investasi ke perusahaan
khamr dihukumi haram li dzatihi, hukumnya batal dan tidak ada akibat
hukumnya.
Maksud hadist di atas adalah pada dasarnya mengambil atau mencari harta
boleh bahkan di wajibkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup asalkan
dengan cara yang benar , bukan dengan cara yang khianat seperti transaksi dalam
melakukan investasi tapi dengan adanya unsur penipuan seperti investasi bodong.
Hal ini sangat dilarang karena mengambil harta disertai penipuan adalah hal yang
sangat di benci Allah. Maka contoh investasi tersebut adalah investasi haram li
ghairihi karena pada dasarnya melakukan investasi itu boleh tapi karena ada unsur
penipuan dan menimbulkan madharat bagi orang lain hal tersebut menjadi haram.
َأ َّن النَّيِب َّ صىل هللا عليه وسمل هَن َى َع ْن ب َ ْيع ِ الث َّ َم ِر َحىَّت ي َ ْبدُ َو َص َال ُحه
“Sesungguhnya Nabi saw. telah melarang untuk menjual buah hingga mulai
tampak kelayakannya”. (HR Muslim, an-Nasa’i, Ibn Majah dan Ahmad).5
5
Abu Azam Mujahid, “ Investasi Syariah dalam Tafsir Hadits”, (diakses tanggal 15 november
2017) http://abuazzammujahid.blogspot.co.id/2013/04/investasi-syariah-dalam-tafsir-hadits_3956.html?
m=1
ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َع ْن ب َ ْيع ِ الْ َح َصا ِة َو َع ْن ب َ ْيع ِ الْغ ََر ِر
ُ هَن َى َر ُس
6
Manan, …, hlm. 186-199.
7
Almanhaj, “ jual Beli Gharar”, (Diakses tanggal 15 November 2017)
https://almanhaj.or.id/2649-jual-beli-gharar.html
تَ َعال ُأقَا ِم ُركَ فَلْ َي َت َصدَّ ْق: َم ْن قَا َل ِل َصا ِح ِب ِه
”Barangsiapa yang menyatakan kepada saudaranya, ‘Mari, aku bertaruh
denganmu,’ maka hendaklah dia bersedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim).8
Maksud dari kata “bagi kalian modal harta kalian, kalian tidak
menzhalimi dan tidak dizhalimi” adalah bahwa apabila kita berinvestasi atau
9
Manan, …, hlm. 196.
- َوه َُو ا ْب ُن َس ِعي ٍد- َع ْن حَي ْ ىَي- ٍ يَعْىِن ا ْب َن ِب َالل- َحدَّ ثَنَا َع ْبدُ اهَّلل ِ ْب ُن َم ْسلَ َم َة ْب ِن قَ ْعنَ ٍب َحدَّ ثَنَا ُسلَ ْي َم ُان
« َم ِن-صىل هللا عليه وسمل- ِ ول اهَّلل ُ قَا َل اَك َن َس ِعيدُ ْب ُن الْ ُم َسي َّ ِب حُي َ ِّد ُث َأ َّن َم ْع َم ًرا قَا َل قَا َل َر ُس
َ فَ ِقي َل ِل َس ِعي ٍد فَ ن ََّك حَت ْ َت ِك ُر قَا َل َس ِعي ٌد َّن َم ْع َم ًرا اذَّل ِ ى اَك َن حُي َ ِّد ُث َه َذا الْ َح ِد.» ا ْحتَ َك َر فَه َُو خَا ِط ٌئ
يث
ِإ ِإ
)اَك َن حَي ْ َت ِكر (رواه مسلم
Di ceritakan dari Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab, diceritakan dari
Sulaiman bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id berkata; Sa’id bin Musayyab
menceritakan bahwa sesungguhnya Ma’mar berkata; Rasulullah saw pernah
bersabda : Barang siapa yang melakukan praktek ihtikar (monopoli) maka
dia adalah seseorang yang berdosa. Kemudian dikatakan kepada Sa’id, maka
sesungguhnya kamu telah melakukan ihtikar, Sa’id berkata; sesungguhnya
Ma’mar yang meriwayatkan hadits ini ia juga melakukan ihtikar". (HR.
Muslim)10
10
Penaka diri, “ Hadist Tentang Ikhtikar”, (Diakses tanggal 15 November 2017)
http://penakadiri.blogspot.co.id/2013/01/hadits-tentang-ihtikar.html?m=1
Malik berkata; dari [Nafi'] dari [Abdullah bin Umar] berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melarang berjualan dengan cara najasy." Malik
Buku
Rodin, Dede, 2015, Tafsir Ayat Ekonomi, cet. 1, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.
Artikel