Anda di halaman 1dari 2

Tugas 2 PAI

Meresume materi Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan : Pengertian tentang keimanan dan
implikasi tauhid dalam Islam serta ketakwaan dan implikasinya dalam kehidupan.
Sumber referensi: Buku-buku Referensi, e-book, dan artikel jurnal di internet.
Jawaban :
Pengertian Keimanan dan Implikasi Tauhid dalam Islam
Menurut KBBI, tuhan adalah n. 1 sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh
manusia sebagai yang maha kuasa. Iman menurut KBBI, n. 1 kepercayaan yang berkenaan
dengan agama, keyakinan, dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dsb. 2 ketetapan hati,
kesungguhan hati, keseimbangan batin. Beriman menurut KBBI v mempunyai iman
(ketetapan hati) mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan YME. Keimanan
(keyakinan) disebut juga aqidah, aqidah artinya percaya dan yakin dengan sepeuh hati,
diucapkan dengan lidah, diwujudkan dengan anggota (tashdiiqun bil-qolbi, taqriirun bil-
lisaan, wa ‘alamun bil-arkaan).
Aqidah Islam disebut dengan aqidah tauhid yaitu mengesakan Allah, meyakini Allah Esa
dalam segala hal (laisa kamitslihi syaiun), tiada satupun yang menyerupai dengan Dia.
Menurut etimologi atau bahasa aqidah artinya ikatan, sangkutan, karena mengikat atau
menjadi sangkutan sesuatu. Aqidah dalam islam merupakan fundamen atau landasan tempat
berpijaknya suatu perbuatan dan menjadi tolok ukur serta mewarnai setiap perbuatan muslim,
berarti dengan aqidah yang benar akan melahirkan perbuatan yang benar. Secara garis
besarnya aqidah terangkum dalam arkaanul iiman (rukun iman yang enam; Iman kepada
Allah, Para malaikat, kitab kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, hari kiamat, Qodlo dan Qodhar).
Tentang Tuhan, dalam Islam dikenal dengan konsep Tauhid. Konsep tauhid dimulai
pada zaman nabi Adam AS, pada perjalanan waktu konsep itu berubah, tapi diikatkan
kembali oleh Nabi Ibrahim AS. Menurut Ibnu Katsir, secara konseptual terbagi kedalam dua
bentuk, yaitu :
 Tauhid Formalis (Tauhidul Ism) yaitu meyakini bahwa Allah adalah esa secara
otomatis dengan namanya tersebut, penyebutan nama lain selain Allah tidaklah
diperbolehkan.
 Tauhid Konseptual (Tauhidul ma’na), yaitu konsep tauhid yang mementingkan sisi
konseptual bahwa ketuhanan dalam Islam adalah Esa.
Ketakwaan dan Implikasinya dalam Kehidupan
Takwa menurut KBBI n 1 terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi segala larangannya; 2 keinsyafan diri yang diikuti dengan kepatuhan dan
ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; 3 kesalehan
hidup. Tujuan Allah mensyariatkan hukumnya adalah untuk memelihara kemashlahatan
manusia, sekaligus untuk menghindari mafsadaat baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam rangka mewujudkan kemashlahatan di dunia dan di akhirat, berdasarkan penelitian
para ahli, menurut imam Asy-Syatibi dan imam ghazali terdapat lima unsur pokok yang harus
dipelihara dan diwujudkan (maqooshidusy syariah). Kelima pokok tersebut adalah agama,
(ad-diin), jiwa (an-nafs), akal (al-aql), keturunan (an-nasl), harta (al-maal). Guna kepentingan
penetapan hukum kelima unsur tadi dibedakan kepada tiga peringkat yaitu dharuriyat yakni
menempati urutan pertama, disusul pleh hajiyyat, kemudian disusul oleh Tahsiiniyyat.
Dharuriyyat adalah memelihara kebutuhan-kebutuhan yang bersifat essensial bagi kehidupan
manusia, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan hartanya dalam batas jangan
sampai eksistensi kelima pokok itu terancam. Tidak terpeliharanya kelima unsur pokok
tersebut akan menyebabkan terancamnya eksistensi kelima pokok tersebut. Kebutuhan
hajiyyat yaitu kebutuhan yang dapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup.
Sedangkan kebutuhan tahsiiniyyat kebutuhan yang menunjang peningkatan martabat
seseorang dalam masyarakat dan dihadapan tuhannya, sesuai dengan kepatutan.
Korelasi keimanan dan ketakwaan seseorang memengaruhi unsur aql, nafs, dan qolb, bila
keimanan dan ketakwaan positif maka ketiga unsur tersebut akan positif, seperti dalam hal
konsumsi yang selalu berhemat dan pantang untuk bermewah-mewahan. Indikator aql positif
adalah selalu berpikir sehat, nafs selalu membawa dirinya pada upaya menjadi manusia
sempurna, dan qolb positif selalu ingin dekat dengan tuhan dan berbuat baik terhadap sesama
manusia. Indikator aql, nafs, dan qolb tercermin dari sikap menurut agama, rasio, dan
perasaan manusia tidak sehat contohnya sikap boros. Pada dasarnya manusia itu suci,
sedangkan dorongan untuk berbuat buruk datangnya dari setan yang selalu bertujuan untuk
melemahkan iman dan takwa.
Kebahagiaan bagi orang beriman (Al-Mu’minuun [23]: 1-11) yaitu :
a. Khusu’ dalam shalat.
b. Tidak melakukan hal yang kontraproduktif.
c. Mengeluarkan zakat.
d. Menjaga kehormatan rumah tangga.
e. Memelihara amanah.
f. Memelihara waktu shalat.

Anda mungkin juga menyukai