Anda di halaman 1dari 12

NAMA : ANNISA ANILDA S.

NIM : A031171008

TAFSIR AYAT ALQURAN

JUZ 11

1. BISNIS
- QS. At-Taubah [9] : 102

‫وب َعلَ ۡي ِہ ۚمۡ‌ إِنَّ ٱهَّلل َ َغفُو ۬ ٌر‬ َ ‫ص ٰـلِ ۬حً ا َو َء‬ ۬
َ ‫اخ َر َس ِّي ًئا َع َسى ٱهَّلل ُ أَن َي ُت‬ ُ َ‫وبہمۡ َخل‬
َ ً‫طو ْا َع َمال‬ ُ
ِ ِ ‫ٱع َت َرفُو ْا ِبذ ُن‬
ۡ ‫ُون‬ َ ‫َو َء‬
َ ‫اخر‬
)١٠٢( ‫رَّ حِي ٌم‬

(102) Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka
mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-
mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
maha Penyayang.
TAFSIR :

Allah menghalalkan yang baik-baik kepada para hambaNya dan mengharamkan


kepada mereka yang jelek-jelek. Seorang usahawan muslim tentu saja tidak bisa keluar
dari bingkai aturan ini, meskipun terbukti ada keuntungan dan hal yang menarik serta
menggiurkan baginya. Seorang usahawan muslim tidak seharusnya tergelincir hanya
karena mengejar keuntungan sehingga membuatnya berlari dari yang dihalalkan oleh
Allah dan mengejar yang diharamkan oleh Allah. Padahal segala yang dihalalkan dapat
menjadi kompensasi yang baik dan penuh berkah. Segala yang disyariatkan oleh Allah
dapat menggantikan apapun yang diharamkan oleh Allah. Berdagang komoditi yang
diharamkan seperti minuman keras, bangkai, daging babi, perdagangan riba dan
sejenisnya, tidak akan membuat pengusaha muslim yang jujur berpaling dari Rabbnya
apalagi harus menjebloskan diri ke dalam semua perniagaan ha-ram tersebut atau
menjadikannya sebagai sumber usahanya. Ungkapan “yang buruk” bisa berlaku bagi
ucapan, ketetapan dan perbuatan, atau sikap penolakan yang diharamkan oleh Allah dan
RasulNya.

- QS. Yunus [10] : 31

ِ ِّ‫ى ِمنَ ۡٱل َمي‬


‫ت َوي ُۡخ ِر ُج‬ َّ ‫ص ٰـ َ>ر َو َمن ي ُۡخ ِر ُج ۡٱل َح‬
َ ‫ك ٱلسَّمۡ َع َوٱأۡل َ ۡب‬
ُ ِ‫ض أَ َّمن يَمۡ ل‬ ‫أۡل‬
ِ ‫قُ ۡل َمن يَ ۡر ُزقُ ُكم ِّمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َوٱ َ ۡر‬
)٣١( َ‫ۡٱل َميِّتَ ِمنَ ۡٱل َح ِّى َو َمن يُ َدبِّ ُر ٱأۡل َمۡ َۚ‌ر فَ َسيَقُولُونَ ٱهَّلل ۚ‌ُ فَقُ ۡل أَفَاَل تَتَّقُون‬

( 31 ) Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah".
Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"

TAFSIR :

Banyak muslim yang tahu bahwa Allah memiliki asma’ul husna berupa ar-
Razzak. Banyak pula yang tahu bahwa makna ar-Razzak adalah dzat pemberi rezeki.
Hal itu menyadarkan kita bahwa: 1) Kuasa Allah terkait rizki tidak terbatas bentuk rizki,
tapi juga semisal bagaimana Allah memunculkan rizki tersebut; 2) Sesuatu yang sering
kita remehkan kadang itu adalah sebuah rizki yang diperuntukkan pada sesuatu yang
tidak kita sadari. Semisal sebutir nasi yang jatuh; yang tampak tak berguna adalah rizki
seekor semut yang sebelunya mondar-mandir mencari makanan; 3) Apakah setiap orang
yang diberi apa yang ia pinta akan selalu bisa menikmatinya? Misalnya, orang meminta
uang banyak kemudian diberi Allah akan lantas bisa menikmatinya? Bagaimana bila
saat menerima uang itu si peminta terkena stroke sehingga tidak bisa bergerak dan tidak
bebas memakan makanan yang ia sukai? Kaum Muslim yang menjalankan bisnis
harusnya percaya bahwa Allah lah pemilik dirinya. Sehingga ia tidak menanti rizki
kecuali darinya dan tidak bertawakkal kecuali padanya. Seorang petani yang gagal
panen semisal, tidak akan terlalu dirisaukan sebab kegagalan usahanya. Karena bukan
usahanyalah yang memberi rizki, tapi Allah. Dan Allah memiliki banyak jalan dan
banyak cara memberi rizki. Saat sadar bahwa Allah lah pemberi rizki, maka ia akan
ingat bahwa gagal panen hanyalah kegagalan kecil yang tak sebanding dengan cara
Allah memberikan rizki yang terbaik bagi kita.

- QS. Yunus [10] : 59

َ ‫نز َل ٱهَّلل ُ لَ ُكم مِّن رِّ ْز ٍق َف َج َع ْل ُتمـ ِّم ْن ُه َح َرامًا َو َح ٰلَاًل قُ ْل َءٓاهَّلل ُ أَذ َِن لَ ُك ْم ۖ أَ ْم َعلَى ٱهَّلل ِ َت ْف َتر‬
‫ُون‬ َ َ‫ق ُ ْل أَ َر َء ْي ُتم مَّٓا أ‬

( 59 )   Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah


kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal". Katakanlah:
"Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-
adakan saja terhadap Allah?"

TAFSIR :

Allah menghalalkan yang baik-baik kepada para hambaNya dan mengharamkan


kepada mereka yang jelek-jelek. Seorang usahawan muslim tentu saja tidak bisa keluar
dari bingkai aturan ini, meskipun terbukti ada keuntungan dan hal yang menarik serta
menggiurkan baginya. Seorang usahawan muslim tidak seharusnya tergelincir hanya
karena mengejar keuntungan sehingga membuatnya berlari dari yang dihalalkan oleh
Allah dan mengejar yang diharamkan oleh Allah. Padahal segala yang dihalalkan dapat
menjadi kompensasi yang baik dan penuh berkah. Segala yang disyariatkan oleh Allah
dapat menggantikan apapun yang diharamkan oleh Allah. Berdagang komoditi yang
diharamkan seperti minuman keras, bangkai, daging babi, perdagangan riba dan
sejenisnya, tidak akan membuat pengusaha muslim yang jujur berpaling dari Rabbnya
apalagi harus menjebloskan diri ke dalam semua perniagaan ha-ram tersebut atau
menjadikannya sebagai sumber usahanya. Ungkapan “yang buruk” bisa berlaku bagi
ucapan, ketetapan dan perbuatan, atau sikap penolakan yang diharamkan oleh Allah dan
RasulNya.

2. EKONOMI
- QS. At-Taubah [9] : 103

١٠( ‫ك َس َك ۬نٌ لَّهُمۡ ۗ‌ َوٱهَّلل ُ َسمِي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ً ۬ َ ۡ‫ُخ ۡذ م ِۡن أَ ۡم َوٲل ِِهم‬
َ ‫صلَ ٰو َت‬
َ َّ‫ص ِّل َعلَ ۡي ِهمۡ ۖ‌ إِن‬ ِ ‫ص َد َقة ُتط ِّه ُرهُمۡ َو ُت َز ِّك‬
َ ‫يہم ِب َہا َو‬

(103) Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.

TAFSIR :

Perlu diketahui, walaupun perintah Allah dalam ayat ini pada lahirnya ditujukan
kepada Rasul-Nya, dan turunnya ayat ini berkenaan dengan peristiwa Abu Lubabah dan
kawan-kawannya namun hukumnya juga berlaku terhadap semua pemimpin atau
penguasa dalam setiap masyarakat muslim, untuk melaksanakan perintah Allah dalam
masalah zakat ini, yaitu untuk memungut zakat tersebut dari orang-orang Islam yang
wajib berzakat, dan kemudian membagi-bagikan zakat itu kepada yang berhak
menerima-nya. Dengan demikian, maka zakat akan dapat memenuhi fungsinya sebagai
sarana yang efektif untuk membina kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya dalam ayat
ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya, dan juga kepada setiap pemimpin dan
penguasa dalam masyarakat, agar setelah melakukan pemungutan dan pembagian zakat,
mereka berdoa kepada Allah bagi keselamatan dan kebahagiaan pembayar zakat. Doa
tersebut akan menenangkan jiwa mereka, dan akan menenteramkan hati mereka, serta
menimbulkan kepercayaan dalam hati mereka bahwa Allah benar-benar telah menerima
tobat mereka. Semoga Allah memberi pahala terhadap apa-apa yang kamu berikan, dan
memberkahi apa yang kamu tinggalkan. Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah
Maha Mendengar setiap ucapan hamba-Nya yang bertobat, Allah Maha Mengetahui
semua yang tersimpan dalam hati sanubari hamba-Nya, seperti rasa penyesalan dan
kegelisahan yang timbul karena kesadaran atas kesalahan yang telah diperbuat.

- QS. At-Taubah [9] : 105


ِ ‫ون إِلَ ٰى َع ٰـل ِِم ۡٱل َغ ۡي‬
‫ب َوٱل َّش َہ ٰـدَ ِة‬ ‌َۖ ‫ٱع َملُو ْا َف َس َي َرىـ ٱهَّلل ُ َع َملَ ُكمۡ َو َرسُولُ ُه ۥ َو ۡٱلم ُۡؤ ِم ُن‬
َ ‫ون َو َس ُت َر ُّد‬ ۡ ‫َوقُ ِل‬
)١٠٥( ‫ون‬ َ ُ‫َف ُي َن ِّب ُئ ُكمـ ِب َما ُكن ُتمۡ َت ۡع َمل‬
(105) Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.
TAFSIR :

Dengan bekerja dan menjadi produktif maka kita dapat meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi. tenaga kerja mempengaruhi sebuah aktifitas bisnis dan
perekonomian. Pengangguran dapat menjadikan sebuah ancaman karena meningkatnya
tindakan kriminal akibat masyarakat yang tidak tahu harus melakukan apa. Dan ternyata
hal ini sangat serius dalam bidang ekonomi, karena dapat menurunkan peroduktivitas
dan pendapatan masyarakat. Tingginya tingkat pengangguran ini biasanya dapat
menimbulkan bermacam-macam masalah  lainnya, seperti kemiskinan, banyaknya
kriminalitas dan masalah sosial lainnya. Belum lagi kalau misalnya si pekerja
merupakan tulang punggung keluarga, maka anggota keluarga lainnya akan terkena
dampak dari menganggurnya kepala keluarga. Bahkan hal ini bisa menyebabkan anak-
anak yang harusnya penerus bangsa menjadi putus sekolah dan dampak lainnya bahkan
ke psikologis anak. Yang pasti akan sangat membahayakan negara bila sumber daya
manusianya menjadi pengguran struktural. Dalam suatu negara, pengangguran yang
berpengaruh besar karena menimbulkan masalah terhadap perekonomian negara
dinamakan pengangguran struktural. Pengangguran struktural itu dihasilkan dari
ketidakcocokan antara keterampilan yang dimiliki oleh para pekerja dan keterampilan
yang dibutuhkan perusahaan untuk mempekerjakan pekerja.

3. PEMASARAN
- QS. At-Taubah [9] : 94

َۡ َ ۚ
ُ ‫ارڪ ُۚمۡ‌ َو َس َي َرى ٱهَّلل‬
ِ ‫ُون إِلَ ۡي ُكمۡ إِ َذا َر َج ۡع ُتۡـم إِلَ ۡي ِہمۡ‌قُل اَّل َت ۡع َت ِذرُو ْا لَن ُّن ۡؤم َِن لَڪُمۡ َق ۡد َنبَّأ َنا ٱهَّلل ُ م ِۡن أخ َب‬
‫َي ۡع َت ِذر َـ‬
)٩٤( ‫ون‬ ِ ‫ون إِلَ ٰى َع ٰـل ِِم ۡٱل َغ ۡي‬
َ ُ‫ب َوٱل َّش َه ٰـ َد ِة َف ُي َن ِّب ُئ ُكم ِب َما ُكن ُتمۡ َت ۡع َمل‬ َ ‫َع َملَ ُكمۡ َو َرسُولُ ُه ُث َّم ُت َر ُّد‬
( 94 )   Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan 'uzurnya kepadamu, apabila
kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah: "Janganlah kamu
mengemukakan 'uzur; kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah
telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-
Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.
- QS. At-Taubah [9] : 96
َ ‫ض ٰـى َع ِن ۡٱل َق ۡو ِم ۡٱل َف ٰـسِ ق‬
َ)٩٦( ‫ِين‬ َ ‫ض ۡو ْا َع ۡنہُمۡ َفإِنَّ ٱهَّلل َ اَل َي ۡر‬
َ ‫ض ۡو ْا َع ۡنہ ُۖمۡ‌ َفإِن َت ۡر‬ َ ُ‫ۡحلِف‬
َ ‫ون لَڪُمۡ لِ َت ۡر‬

(96) Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika
sekiranya kamu ridha kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-
orang yang fasik itu.

TAFSIR :

Pada masa sekarang ini sering dijumpai cara pemasaran yang tidak etis, curang
dan tidak profesional. Berbagai iklan di media televisi atau dipajang di media cetak,
media indoor maupun  outdoor, atau lewat radio sering kali memberikan keterangan
palsu. Mereka mengetahui bahwa cara pemasaran yang seperti itu salah dan dilarang
dalam Islam, tetapi mereka tetap saja melakukan itu demi memaksimalkan profit. Model
promosi tersebut melanggar akhlaqul karimah. Islam sebagai agama yang menyeluruh,
mengatur tata cara hidup manusia, setiap bagian tidak dapat dipisahkan  dengan bagian
yang lain. Demikian pula pada proses  marketing, jual beli  harus berdasarkan etika
Islam. Bentuk manipulasi tersebut antara lain dengan menunjukkan seakan-akan produk
yang dijual itu sangat bagus atau menyamarkan aibnya. Atau memuji produknya dengan
hal yang tidak ada padanya. Semua itu termasuk hal yang tidak dibolehkan. Kegiatan
pemasaran seharusnya dikembalikan pada karakteristik yang sebenarnya. Yakni religius,
beretika, realistis dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang
dinamakan marketing syariah. Pemasaran syariah meyakini, perbuatan seseorang selalu
diawasi oleh Allah SWT dan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

Meskipun dengan menggunakan cara pemasaran yang terkesan nelebih-


melebihkan itu dapat memikat konsumen dan membeli produk yang kita jual dan
memdatangkan keuntungan yang besar, akan tetapi Allah todak akan pernah ridha
dengan orang-orang yang seperti itu. Allah SWT juga menegaskan bahwa tidak
sepatutnya kaum Muslimin senang dan rida kepada kaum munafik, karena Allah sendiri
tidak senang kepada kaum yang fasik.

- QS. At-Taubah [9] : 102


‫وب َعلَ ۡي ِہ ۚمۡ‌ إِنَّ ٱهَّلل َ َغفُو ۬ ٌر‬ َ ‫ص ٰـلِ ۬حً ا َو َء‬ ۬
َ ‫اخ َر َس ِّي ًئا َع َسى ٱهَّلل ُ أَن َي ُت‬ ُ َ‫وبہمۡ َخل‬
َ ً‫طو ْا َع َمال‬ ُ
ِ ِ ‫ٱع َت َرفُو ْا ِبذ ُن‬
ۡ ‫ُون‬ َ ‫و َء‬
َ ‫اخر‬
)١٠٢( ‫رَّ حِي ٌم‬

(102) Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka
mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-
mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
maha Penyayang.

TAFSIR :

Ayat diatas memiliki makna bahwa Mereka ini telah mencampuradukkan antara
perbuatan yang baik dengan perbuatan yang buruk, sehingga perbuatan mereka itu tidak
seluruhnya baik dan tidak pula seluruhnya buruk. Misalnya pada seorang sales atau
pemasar yang bermaksud baik ingin menjual produknya demi memenuhi kebutuhan
banyak orang akan tetapi dengan cara melebih-lebihkan kelebihan dari produk yang
mereka jual. Selanjutnya dalam ayat ini diterangkan bahwa golongan ini masih
mempunyai harapan bahwa tobat mereka akan diterima Allah. Tobat mereka adalah
kunci untuk memperoleh keampunan dan rahmat-Nya.

4. PRODUKSI
- QS. At-Taubah [9] : 94

َۡ َ ۚ
ُ ‫ارڪ ُۚمۡ‌ َو َس َي َرىـ ٱهَّلل‬
ِ ‫ُون إِلَ ۡي ُكمۡ إِ َذا َر َج ۡع ُتۡـم إِلَ ۡي ِہمۡ‌قُل اَّل َت ۡع َت ِذرُوْـا لَن ُّن ۡؤم َِن لَڪُمۡ َق ۡد َنبَّأ َنا ٱهَّلل ُ م ِۡن أخ َب‬
َ ‫ي َۡع َت ِذر‬
)٩٤( ‫ون‬ ِ ‫ون إِلَ ٰى َع ٰـل ِِم ۡٱل َغ ۡي‬
َ ُ‫ب َوٱل َّش َه ٰـ َد ِة َف ُي َن ِّب ُئ ُكم ِب َما ُكن ُتمۡ َت ۡع َمل‬ َ ‫َع َملَ ُكمۡ َو َرسُولُ ُه ُث َّم ُت َر ُّد‬

( 94 )   Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan 'uzurnya kepadamu, apabila


kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah: "Janganlah kamu
mengemukakan 'uzur; kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah
telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-
Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.
TAFSIR :

Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk mengadakan atau untuk


meningkatkan nilai barang dan jasa. Produksi dilakukan untuk memenuhi kosumsi
masyarkat.  Produksi harus beririgan dengan konsumsi. Contoh zaman sekarang banyak
sekali proses produksi yang menyalahi ajaran Islam misalnya bakso yang diproduksi
menggunakan boraks daging babi. Para pedagang tersebut sebenarnya mengetahui
bahwa haram bagi kaum muslim untuk mengkonsumsi daging babi, akan tetapi demi
mengejar keuntungan semata tanpa memperhatikan falahdan maslahah yang menjadi
tujuan utam dalam produksi. Tujuan produksi yang benar menurut Islam bukan saja
untuk mencari keuntungan melainkan untuk membantu pengadaan barang atau jasa
yang dibutuhkan dan diperlukan oleh umat agar bisa dimanfaatkan dengann baik, serta
mendapatkan keuntungan yang baik dan halal. Kegiatan produksi juga harus
berdasarkan kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah. Pedagang yang islami adalah
pedagang yang percaya bahwa semua tindakan yang dilakukan akan selalu diawasi oleh
Allah SWT dan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat nanti.

5. KEUANGAN
- QS. At-Taubah [9] : 98

ِ ‫و َم َِن ٱأۡل َ ۡع َرا‬


( ‫ب َمن َي َّتخ ُِذ َما يُنف ُِق َم ۡغ َر ۬ ًما َو َي َت َربَّصُ ِب ُك ُم ٱل َّد َوٓا ِِٕـٕٮ َۚ‌ر َعلَ ۡي ِهمۡ دَٓا ِِٕـٕٮ َرةُ ٱلس َّۡو ِۗ‌ء َوٱهَّلل ُ َسمِي ٌع َعلِي ۬ ٌم‬
)٩٨

(98) Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang memandang apa yang
dinafkahkannya (di jalan Allah), sebagi suatu kerugian, dan dia menanti-nanti
marabahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.

TAFSIR :

Orang yang munafik, yaitu mereka yang menyumbangkan sebagian dari harta
benda mereka untuk berjihad di jalan Allah, akan tetapi dengan jalan riya. Mereka
menganggap harta benda yang mereka berikan, baik karena ketaatan mereka maupun
karena terpaksa demi menjaga keselamatan diri dan kaum mereka dari hal-hal yang
tidak mereka inginkan. Mereka memandang bahwa infak tersebut sama sekali tidak
mendatangkan kemanfaatan apapun bagi mereka di akhirat kelak, karena mereka tidak
beriman pada adanya hari kebangkitan, di mana setiap orang akan menerima balasan
atas segala perbuatan yang telah dilakukannya di dunia ini.

- QS. At-Taubah [9] : 99

‫ُول‌ أَٓاَل إِ َّن َہا‬ ٍ ‫ب َمن ي ُۡؤمِنُ ِبٱهَّلل ِ َو ۡٱل َي ۡو ِم ٱأۡل َخ ِِر َو َي َّتخ ُِذ َما يُنف ُِق قُ ُر َب ٰـ‬
َ ‫ت عِ ندَ ٱهَّلل ِ َو‬
‫صلَ َوٲ ِـ‬
ِ ‫ت ٱلرَّ س ۚـ‬ ِ ‫و َم َِن ٱأۡل َ ۡع َرا‬
۬
)٩٩( ‫قُ ۡر َب ٌة لَّه ُۚمۡ‌ َسي ُۡد ِخلُ ُه ُم ٱهَّلل ُ فِى َر ۡح َم ِت ِهۦۤ‌ۗ إِنَّ ٱهَّلل َ َغفُو ۬ ٌر رَّ حِي ۬ ٌم‬

(99) Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai
jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa
Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk
mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam
rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

TAFSIR :

Apa yang orang-orang infakkan itu dipandang sebagai suatu jalan atau cara
untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan doa Rasulullah saw,
karena Rasulullah senantiasa mendoakan kebaikan untuk orang-orang yang suka
bersedekah dan menginfakkan harta bendanya di jalan Allah. Rasulullah saw juga selalu
memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka. Doa kepada Allah adalah suatu
perbuatan baik yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memintakan manfaat kepada
Allah bagi orang lain. Misalnya doa dari anak yang saleh untuk ibu bapaknya.
Selanjutnya ayat ini menjelaskan bahwa keimanan dan keikhlasan mereka serta infak
yang mereka berikan dengan niat yang suci diterima Allah sebagai amal saleh yang bisa
mendekatkan diri mereka kepada-Nya, Allah akan memberikan pahala kepada mereka,
yaitu dengan mengaruniakan kepada mereka rahmat yang khusus diberikannya kepada
orang-orang yang diridhai-Nya, berupa petunjuk ke jalan yang lurus yang harus mereka
tempuh agar mereka bisa masuk surga Jannatun-na'im. Di sini mereka akan hidup
bahagia dalam naungan rahmat dan kasih sayang-Nya.
- QS. At-Taubah [9] : 103

١٠( ‫ك َس َك ۬نٌ لَّهُمۡ ۗ‌ َوٱهَّلل ُ َسمِي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ً ۬ َ ۡ‫ُخ ۡذ م ِۡن أَ ۡم َوٲل ِِهم‬
َ ‫صلَ ٰو َت‬
َ َّ‫ص ِّل َعلَ ۡي ِهمۡ ۖ‌ إِن‬ ِ ‫ص َد َقة ُتط ِّه ُرهُمۡ َو ُت َز ِّك‬
َ ‫يہم ِب َہا َو‬

(103) Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.

TAFSIR :

Dijelaskan bahwa Allah memerintahkan Rasulullah sebagai pemimpin


mengambil sebagian dari harta benda mereka sebagai sedekah atau zakat dan zakat
tersebut akan membersihkan diri mereka dari dosa yang timbul karena mangkirnya
mereka dari peperangan dan untuk mensucikan diri mereka dari sifat "cinta harta" yang
mendorong mereka untuk mangkir dari peperangan itu. Selain itu sedekah atau zakat
tersebut akan membersihkan diri mereka pula dari semua sifat-sifat jelek yang timbul
karena harta benda, seperti kikir, tamak, dan sebagainya. Orang yang mengeluarkan
zakat terbebas dari sifat kikir dan tamak. Menunaikan zakat akan menyebab-kan
keberkahan pada sisa harta yang masih tinggal, sehingga ia tumbuh dan berkembang
biak. Sebaliknya bila zakat itu tidak dikeluarkan, maka harta benda seseorang tidak akan
memperoleh keberkahan.

- QS. At-Taubah [9] : 105

ِ ‫ون إِلَ ٰى َع ٰـل ِِم ۡٱل َغ ۡي‬


‫ب َوٱل َّش َہ ٰـدَ ِة َف ُي َن ِّب ُئ ُكمـ ِب َما‬ ‌َۖ ‫ٱع َملُو ْا َف َس َي َرىـ ٱهَّلل ُ َع َملَ ُكمۡ َو َرسُولُ ُه ۥ َو ۡٱلم ُۡؤ ِم ُن‬
َ ‫ون َو َس ُت َر ُّد‬ ۡ ‫و َقُ ِل‬
)١٠٥( ‫ون‬ َ ُ‫ُكن ُتمۡ َت ۡع َمل‬

(105) Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.
TAFSIR :

Ayat ini memberikan penjelasan mengenai perintah untuk bekerja. Bekerja


adalah bentuk amalan ibadah yang memiliki nilai lebih dimata Allah SWT. Karena
dengan bekerja, kita menunjukkan usaha kita untuk mendapatkan rezeki sebagaimana
yang telah diatur oleh Allah SWT. Dan bekerja dengan niat lillah, dan menafkahi
keluarga, Allah SWT janjikan pahala untuk mereka yang bekerja untuk menafkahi
keluarga dan ikhlas lillahi ta’ala. Allah memang telah berjanjiakan memberikan rizki
kepada semua makhluq-Nya. Akan tetapi janji ini tidakdengan “cek kosong”, seseorang
akan mendapatkan rizki kalau ia mau berusaha, berjalandan bertebaran di penjuru-
penjuru bumi. Karena Allah menciptakan bumi danseisinya untuk kemakmuran
manusia. Siapa yang mau berusaha dan bekerja ialah yangakan mendapat rizki dan
rahmat dari Allah.

6. AKUNTANSI DAN AUDIT


- QS. Yunus [10] : 41

َ ُ‫ون ِممَّٓا أَ ۡع َم ُل َوأَ َن ۟ا َب ِر ٓى ۬ ٌء ِّممَّا َت ۡع َمل‬


)٤١( ‫ون‬ َ ‫ُوك َفقُل لِّى َع َملِى َولَ ُكمۡ َع َملُ ُك ۖمۡ‌ أَن ُتم َب ِر ٓئـ ُُٔـ‬
َ ‫وَإِن َك َّذب‬

( 41 )   Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan


bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun
berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".

TAFSIR :

Ayat diatas menerangkan bahwa seorang akuntan atau seorang auditor harus
memiliki sikap independensi atas pekerjaannya. Dalam bekerja, mereka tidak boleh
terpengaruh oleh tekanan dari beberapa pihak. Misalnya seorang akuntan dalam
menyusun laporan keuangan harusnya melakukannya dengan jujur tanpa tekanan dari
pihak ataupun hal lainnya yang dapat mempengaruhi kejujurannya dalam menyusun
laporan keuangan. Biasanya ketika seorang akuntan dihadapkan dengan tekanan dari
berbagai pihak maupun berbagai hal mereka akan melakukan yang namanya creative
accounting yang dimana seorang akuntan dapat merekayasa angka-angka dalam laporan
keuangan agar terlihat cantik. Hal ini dapat terjadi karena kemauan dari akuntan itu
sendiri maupun permintaan dari manajemen. Adapun seorang auditor, dalam melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan misalnya harus memiliki sikap independensi
yang tinggi dan tidak bisa terpengaruh oleh pihak-pihak manapun. Mereka harus
memeriksa laporan keuangan tersebut dan mengungkapkan hasilnya dengan jujur tanpa
intervensi dari berbagai pihak baik yang memiliki hubungan dengannya maupun tidak.

Anda mungkin juga menyukai