Anda di halaman 1dari 4

Sdm

Nama perawi: Shahih Bukhari

Nomor Hadits: 2164

Allah menciptakan manusia dengan maksud agar memakmurkan bumi, dalam arti
memanfaatkan sumber daya alam dibumi dan menjadi tenaga-tenaga yang bertugas
mengelola dan memproduksi hasil-hasil bumi sehingga tercapai kesejahteraan hidup.
Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang paling penting dari eberapa faktor
produksi yang lain, karena manusialah yang memiliki inisiatif atau ide dan memmpin
semua faktor produksi. Dalam kata lain, yang dimaksud dengan istilah tenaga kerja
mmanusia bukanlah kekuatan manusia untuk mencangkul, menggergaji dll. Tetapi yang
dimaksud adalah tenaga kerja tersebut bermakna lebih luas yakni sumber daya manusia.
Pemasaran

Sunan Ibnu Majah hadis nomor 2194

Al-qur'an mengajarkan untuk senantiasa berwajah manis, berperilaku baik dan simpatik.Al-Qur’an juga
mengajarkan untuk senantiasa rendah hati dan bertutur kata yang manis. Jadi dalam pemasaranpun
seseorang harus berperilaku baik dan simpatik, karena apabila seorang marketer itu baik dan simpatik
maka akan banyak di sukai orang banyak termasuk si konsumen.

Produksi

Shahih Bukhari hadis nomor 2171

Hadits di atas menjelaskan tentang pemanfaatan faktor produksi berupa tanah yang merupakan
faktor penting dalam produksi. Tanah yang dibiarkan dan tidak diolah tidak disukai oleh Nabi
Muhammad SAW karena tidak bermanfaat bagi yang punya dan orang sekelilingnya. Dalam
hadits di atas, Nabi menganjurkan agar umat Islam menggarap tanah yang dimilikinya agar
terproduksi biji-bijian dan buah-buahan sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan hajat hidup
banyak orang. Nabi melarang mebiarkan aset produksi yang berupa tanah menganggur tanpa
sentuhan penggarapan karena di samping mubadzir juga dapat mengurangi tingkat produksi
pertanian.

Shahih Bukhari hadis nomor 1910

Islam melarang seseorang memproduksi atau mengkonsumsi produk atau barang yang haram
seperti alkohol, babi, anjing, bangkai, heroin, narkotika, binatang yang disembelih tidak atas
nama Allah dan binatang buas. Sedangkan dalam ekonomi produksi konvensional ialah tidak
menganal yang halal ataupun yang haram, yang terpenting ialah mengumpulkan laba sebanyak-
banyaknya dan memenuhi keinginan pribadi seseorang. Rasulullah memperingatkan dengan
keras agar menghindari barang-barang atau produk-produk yang haram.

Musnad Ahmad hadis nomor 16628

Rasulullah mengatakan bahwa mata pencaharian yang baik adalah pekerjaan seorang laki-laki yang
menggunakan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur. Pekerjaan dengan menggunakan
tangan sendiri seperti menulis, bertani, berkebun,menmpa besi yang kesemua itu dilakukan dengan
tangan yang merupakan bagian dari proses produksi. Umar Radhiyallahu Anhu berpendapat bahwa
melakukan aktivitas produksi lebih baik daripada mengkhususkan waktu untuk ibadah-ibadah sunnah,
dan mengandalkan manusia dalam mencukupi kebutuhannya.

Keuangan

Sunan Abu Daud hadis nomor 2944

Pada masa jahiliyah jika seseorang menyewa tanah, maka dia tidak perlu membayar uang pada waktu
akan sewa, tetapi.dengan upah apa yang tumbuh di kedua sisi saluran air, dan rumput-rumput sungai
serta berbagai hal dari pertanian. Inilah yang dilarang oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan
diganti dengan harga yang jelas pada waktu akad sewa, yaitu dengan uang yang pada masa itu adalah
emas dan perak

Sunan Ibnu Majah hadis nomor 2434

Hadits ini merupakah anjuran untuk menyegerakan membayar upah.yang dimaksud memberikan gaji
sebelum keringat si pekerja kering adalah ungkapan untuk menunjukkan diperintahkannya memberikan
gaji setelah pekerjaan itu selesai ketika si pekerja meminta walau keringatnya tidak kering atau
keringatnya telah kering. bersegera menunaikan hak si pekerja setelah selesainya pekerjaan, begitu juga
bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan pemberian gaji setiap bulan.

Investasi

Konsumsi

Kecurangan

Shahih Muslim hadis nomor 147


Pemahaman Hadis :. Ketika Rasulullah melewati sebuah pasar, beliau mendapatkan penjual
makanan yang menumpuk bahan makanannya. Bisa jadi seperti tumpukan biji-bijian, ada yang di atas
ada yang di bawah. Bahan makanan yang di atas tampak bagus, tidak ada cacat/rusaknya. Namun ketika
memasukkan jari-jemari beliau ke dalam tumpukan bahan makanan tersebut, beliau dapatkan ada yang
basah karena kehujanan (yang berarti bahan makanan itu ada yang cacat/rusak). Penjualnya
meletakkannya di bagian bawah agar hanya bagian yang bagus yang dilihat pembeli. Rasulullah pun
menegur perbuatan tersebut dan mengecam demikian kerasnya. Karena hal ini berarti menipu pembeli,
yang akan menyangka bahwa seluruh bahan makananan itu bagus.Seharusnya seorang mukmin
menerangkan keadaan barang yang akan dijualnya, terlebih lagi apabila barang tersebut memiliki cacat
ataupun aib.

Syarih berkata : hadis di atas menunjukkan harmnya menyembunyikan cacat dan wajibnya menerangkan
cacat itu kepada pembeli. Perkataan “maka dia bukan termasuk dari golongan kami” menunjukkan
haramnya menipu dan itu telah menjadi ijma’ ulama.[

Sunan Nasai hadis nomor 4429

Bahwasannya Rasulullah Saw. melarang kita untuk menawar barang untuk mengecoh pembeli yang lain,
maksudnya adalah menawar yang dimaksud bukan untuk membeli tetapi mempengaruhi pembeli yang
lain supaya pembeli itu membeli barang tersebut dengan harga tinggi yang ditawarkannya. Orang yang
tidak berminat untuk membeli dan tidak tertarik hendaknya tidak ikut campur dan tidak menaikkan
harga. Biarkan para pengunjung (pembeli) yang berminat untuk tawar menawar sesuai harga yang
diinginkan. Sedangkan dalam hadits ini jelas dilarang, dimana ada perhitungan untuk menguntungkan
penjual ataupun adanya kesepakatan antara si penjual dengan beberapa kawannya untuk menaikkan
harga barang. Harapannya agar pembeli yang datang menawar dengan harga yang lebih tinggi, tentunya
ini haram karena ada unsur penipuan dan mengambil harta dengan cara batil.

Ini dilarang karena yang pertama perbuatan ini perbuatan menipu yang memang dilarang dalam Islam,
yang kedua karena dapat menimbulkan harga dari barang tersebut tidak stabil, karena semisal barang
tersebut harganya hanya Rp 15.000,- tetapi karena terkecoh harga justru menjadi Rp 20.000,- atau
bahkan 30.000,- yang berarti 2x lipatnya ini tentunya akan merusak harga pasar. Apalagi seharusnya sisa
dari uang tersebut dapat digunakan untuk membeli kebutuhan lain justru hilang. Dan yang akan
ditimbulkan selanjutnya adalah apabila si pembeli asli mengetahui harga sebenarnya maka akan
menimbulkan kekecewaan dan ketidak percayaan terhadap penjual atau bahkan memberitahukan
kepada pembeli lain untuk tidak berbelanja atau membeli di tempat penjual tersebut yang pada
akhirnya si penjual justru akan kehilangan pelanggan lainnya

Sunan Ibnu Majah hadis nomor 2144

Rasulullah telah melarang praktik ikhtikar, yaitu secara sengaja menahan atau menimbun (hoarding)
barang, khususnya pada saat terjadi kelangkaan barang, dengan tujuan untuk menaikkan harga di
kemudian hari. Akibat dari ikhtikar adalah masyarakat luas dirugikan, karena masyarakat harus
membayar harga yang tidak wajar. Apalagi jika barang terebut sangat dibutuhkan, seperti saat ini
masker dan pensuci kuman yang benar-benar dibutuhkan untuk menjaga dari penularan wabah virus
korona. Perbuatan mereka dapat dikategorikan haram, dan dipastikan juga dianggap tidak etis oleh
siapapun yang berpikir normal.

Anda mungkin juga menyukai