Anda di halaman 1dari 13

NAMA : ANNISA ANILDA S.

NIM : A031171008
RMK METODOLOGI PENELITIAN
EPISTEMOLOGI ISLAM
A. EPISTEMOLOGI BARAT
Harus diakui, bahwa dunia Barat sekarang ini telah mencapai kemajuahn yang
pesat. Berbagai belahan dunia merasa tertarik menjadikan Barat sebagai referensi dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Barat dianggap mampu menyajikan
berbagai temuan baru secara dinamis dan varian, sehingga memberikan sumbangan yang
besar terhadap sains dan teknologi modern.
“Kunci rahasia” yang penting diungkapkan adalah bahwa kemajuan Barat itu
disebabkan oleh pendekatan sainsnya pada epistemologi. Epistemologi yang dikuasai
ilmuwan Barat benar-benar dimanfaatkan unctk mewujudkan temuan-temuan baru dalam
sains dan teknologi. Tradisi untuk menawarkan teori-teori ilmiah yang dibangun
berdasarkan penalaran dan pengamatan tampak bcgitu subur di kalangan mereka, sehingga
menghasilkan temuan baru yang silih berganti, baik bersifat menyempurnakan temuan
lama, temuan baru, maupun menentang temuan lama sama sekali.
Epistemologi yang dikembangkan ilmuwan Barat itu selanjutnya mempengaruhi
pemikiran para ilmuwan di seluruh dunia seiring dengan pengenalan dan sosialisasi sains
dan teknologi mereka. Epistemologi itu djjadikan acuan dalam mengembangkan pemikiran
para ilmuwan di masing-masing negara, akhirnya secara praktis mereka terbaratkan; pola
pikirnya, pijakan berpikirnya, metode bcrpikimya. caranya mempersepsi terhadap
pengctahuan dan sebagainya, mengikuti gaya Barat semuanya.
Imperialisme Epistemologi
Imperialisme epistimologi barat telah berlangsung selama beberapa abad yang lalu.
Ziauddin Sardar mengatakan, Epistimologi Barat yang dipandang oleh para pakar muslin
dan non-muslim sebagai epistimologi universal, telah menjadi cara mengetahui dan
menyelidiki yang dominan dewasa ini, telah mengesampingkan cara-cara mengetahui
dengan alternatif lain. Oleh karena sangat dominannya epistimologi barat ini, maka
masyarakat muslim seluruhnya dan manusia di planet bumi ini, sesungguhnya dibentuk
oleh image manusia barat. Ia telah menyebabkan terjadinya apa yang dinamakan
imperialisme epistimologi. Imperialisme ini telah berjalan sekitar 300 tahun, sejak
kolonialisme Eropa di dunia Islam. Selama ini epistimologi barat selalu dimanfaatkan
untuk mempengaruhi dan menanamkan keyakinan secara apriori, bahwa Baratlah sumber
pengetahuan, cara-cara berpikir model Baratlah yang bisa diandalkan, dan Barat sebagai
pusat metode ilmiah. Akibat pernyataaan ini, para ilmiah menjadi terbiasa meyakini
sesuatu yang dianggap baku, padahal semestinya masih dapat dikembangkan atau bahkan
bisa dipertentangkan dengan cara-cara kerja ilmiah model lainnya. Akibatnya, mereka akan
terbelenggu daya kreativitasnya dengan sekedar mengharap produk-produk sains Barat,
tanpa disertai upaya mencari solusi yang mungkin bisa memberikan jawaban yang lebih
baik.
Hasan Hanafi mengungkap perlunya menentang peradaban Barat, sehingga dia
mengusulkan “oksidentalisme” sebagai jawaban terhadap “orientalisme” dalam rangka
mengakhiri mitos peradaban Barat. Pemikiran Islam sepenuhnya terpinggirkan pada zaman
modern ini, karena pemikiran Islam itu tidak dapat memberikan gagasan yang cerdas
terhadap bangunan “fisik” dan khazanah intelektual di dalam wacana ilmu pengetahuan
kontemporer. Islam hanya “puas” dengan mengadaptasi pemikiran-pemikiran Barat yang
seolah-olah tidak berdaya sama sekali menghadapi gempuran pemikiran dan gagasan dari
Barat.
Pernyataan Ahmad Anees sebagai bukti pemasungan terhadap pemikiran muslim “
sekarang ini, pembaruan-pembaruan di seluruh dunia Islam lebih dipacu untuk membangun
tiruan-tiruan terhadap tonggak intektual Barat, daripada membentuk kembali sumber aql-
nya sendiri.” Kondisi dunia Islam yang terbelakang itu terpaksa harus menghadapi Barat
yang memiliki segala-galanya. Positivisme menjadi bagian yang mempengaruhi para
cendekiawan muslim. Tetapi teori Kuhn (1970) menyebutkan bahwa “ Positivisme itu
bukan menjadi lawan dari negativisme, melainkan menjadi lawan dari metafisika.
Pemikiran Islam tidak hanya kaya aspek metafisika, tetapi metafisika itu sendiri adalah
sebagai rangkaian dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, ketika sebagian pemikir Islam
terpengaruh oleh positivisme, maka sebenarnya membawa konsekuensi bahwa pemahaman
mereka selama ini bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam yang mereka pedomani.
1. Pendekatan-Pendekatan Epistemologi Barat
Kazuo Shimogaki menyebutkan kecenderungan epistemologi Barat modern menjadi
5 macam, yaitu :
a. Pemisahan antara bidang sakral dengan bidang duniawi
b. Keenderungan ke arah reduksionisme
c. Pemisahan antara subjektivitas dan objektivitas
d. Antroposentrisme
e. Progresivisme
Ziauddin Sardan menyatakan adanya perbedaan antara yang subjektif dan objektif,
antara pengamatan dan dunia luar (yang diamati), antara keadaan subjektif serta emosi dan
realitas yang hanya dapat diketahui melalui observasi dan penalaran.
a. Pendekatan Skeptis
Ciri skeptis atau keragu-raguan menjadi warna dasar bagi epistemologi barat.
Skeptisme pertama kali diperkenalkan oleh Rene Descartes (1596-1650). Bagi Descartes,
filsafat dan ilmu pengetahuan dapat diperbaharui melalui metode dengan menyangsikan
segala-galanya. Tidak ada sesuatu yang pasti, kecuali ilmu pasti. Di kalangan ilmuan
Barat, keraguan menjadi salah satu ciri epistemologinya.Sikap skeptis merupakan
karakteristik seorang ilmuan, artinya dia tidak pernah menerima kebenaran suatu
pernyataan sebelum penjelasan mengenai isi pernyataan itu dapat dia terima, dan
konsekuensi kebenaran penyataan tersebut dapat disaksikan secara empirik.Melalui sikap
skeptis ini, para ilmuan cenderung bersikap menunggu dan meragukan sebelum terbukti
kebenarannya.
b. Pendekatan Rasional-Empiris
Sesudah Descartes, rasionalisme dikembangkan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz
(1646-1716) dan Christian Wolff (1679-1754). Kedua tokoh ini banyak mempengaruhi
penggunaan istilahontologi, kosmologi, teologi, dan psikologi.dalam epistemologi barat,
metode rasionalis memiliki tempat yang cukup istimewa, terutama pada saat mengukur
keabsahan kebenaran ilmu pengetahuan. Betapa pun bagusnya temuan ilmu pengetahuan,
bila tidak rasional kebenarannya, maka temuan tersebut tidak akan diakui sebagai
kebenaran ilmiah.
Dalam mekanisme kerja epistemologi Barat, penggunaan rasio menjadi mutlak
dibutuhkan.Rasio memberikan pertimbangan dan sekaligus penguji paling awal terhadap
segala konsep untuk memperoleh pengetahuan.pertimbangan dan pengujian rasio tersebut
berfungsi menentukan dan memperlancar pengakuan terhadap konsep, apakah diterima
sebagai suatu kebenaran ataukah ditolak sebagai suatu kesalahan.
Pada saat rsionalisme di Eropa dianggap mecapai kejayaannya, dalam waktu yang
bersamaan pula ternyata rasionalisme menyiimpan keretakan, sehingga menimbulkan
reaksi balik berupa kelahiran gerakan pemikiran anti-rasionalisme modern. Tokoh-tokoh
rasionalisme memiliki keyakinan yang kuat, bahwa metode rasional adalah metode yang
terandalkan dalam ilmu pengetahuan dan telah teruji keandalannya itu.Sambil memegangi
keyakinannya itu mereka memandang rendah terhadap metode lainnya, termasuk metode
empiris. Aliran pemikiran empirisme dirintis oleh Francis Bacon, Thomas Hobbes, John
Locke, George Barkeley, dan David Hume. Pada Hume ini aliran empirisme mencapai
puncaknya, sebab Hume menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling
radikal. Melalui pemikiran tokoh-tokoh tersebut empirisme diakui sebagai salah sattu
pendekatan dalam ilmu pengetahuan.Bahkan metode induktif dari Bacon yang
mendasarkan pada fakta-fakta menjadi alternatif dalam menggerakkan kemajuan barat
modern.
c. Pendekatan Dikotomik
Dikotomi adalah pembagian atas dua konsep yang saling bertentangan. Dikotomi
pengetahuan lahir dari sekulerisasi. Barat memisahkan kemanusiaan dari ilmu-ilmu sosial,
karena pertimbangan-pertimbangan metodologi. Selanjutnya, epistemologi barat
memisahkan antara pengamat dengan yang diamati, karena objek yang diamati
menyatakan fakta adanya, sedangkan pengamat selalu dipengaruhi oleh latar belakang
intelektualnya, sudut pandangnya, dan kecenderugannya dalam melihat suatu objek,
sehingga pada pengamatan ini terdapat berbagai penafsiran.
d. Pendekatan Positif-Objektif
Ciri positif yang terdapat pada epistemologi Barat dipengaruhi oleh positivisme,
suatu aliran pemikiran filsafat yang digagas oleh Auguste Comte.Filsafat positif
merupakan lawan filsafat spekulatif atau metafisika, yaitu berdasarkan fakta. Dalam
bentuknya yang baku, pengetahuan sains memiliki paradigma dan metode tertentu.
Paradigmanya adalah paradigma sains sedangkan metodenya juga metode sains.Paradigma
dan metode sains itu diturunkan dari filsafat positivisme. Oleh karena itu, positivisme
memegang peranan yang penting dalam mewarnai corak pengetahuan yang berkembang
sekarang ini, sehingga pengetahuan Barat yang mendominasi seluruh dunia ini bersifat
empiris, material, kausal, kuantitatif, dualistik, reduksional, proporsional, verivikatif, dan
bebas nilai. Implikasi pengetahuan sekarang ini akin jauh dari cita rasa moral dan spiritual.
e. Pendekatan yang Menentang Dimensi Spiritual (Anti-Metafisika)
Metafisika biasa digunakan filosof dengan makna sesuatu yang berada di balik
alam.Dari pengertian agama, metafisika berkaitan dengan persoalan-persoalan akhirat atau
alam baka, yang ditolak positivisme karena tidak dalam bentuk fakta, tidak bisa duikur,
tidak bisa duiji, tidak bisa dikuantitatifkan, dan tidak bisa diamati secara inderawi.
Penentangan epistemologi barat terhadap dimensi spiritual menjadi krisis sains modern,
sehingga kehilangan orientasi kemanusiaan, terutama ketuhanan.Sains modern yang
sifatnya materialistis pada dasarnya berusaha secara lagsung maupun tidak langsung
membawa manusia untuk mengingkari Tuhan.
B. EPISTEMOLOGI ISLAM
Akibat epistemologi Barat yang mengistimewakan peranan manusia dalam
memecahkan “segala sesuatu”, dan dalam waktu bersamaan menentang dimensi spiritual
yang kemudian menjadi sumber utama krisis epistemologi yang berimplikasi pada krisis
pcngetahuan, maka ada upaya untuk mencari pemecahan dengan mempertimbangkan
epistemologi lain. Di kalangan pemikir Muslim menawarkkan pemecahan itu dengan
epistemologi Islam. Mereka sedang mencoba menggagas bangunan epistemologi Islam
tersebut yang diformulasikan berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebagai wahyu
Tuhan. Jadi, gagasan epistemologi Islam merupakan respons kreatif terhadap tantangan-
tantangan mendesak dari ilmu pengetahuan .modern yang membahayakan kehidupan dan
keharmonisan manusia scbagai akibat epistemologi Barat.
Gagasan epistemologi Islam itu bertujuan untuk memberikan ruang gerak bagi umat
Muslim khususnya, agar bisa keluar dari belenggu pemahaman dan pengembangan ilmu
pengctahuan yang berdasarkan episrcmologi Barat. Kesalahan yang mereka alami selama
ini lantaran terpengaruh oleh epistemologi Barat perlu diluruskan untuk menghindari
kesalahan pemahaman dan tindakan yang lebih parah lagi. Dalam dataran idealisme,
gagasan membentuk epistemologi Islam adalah upaya penyelamatan umat dari
“keterjebakan intelektual”, tetapi secara konseptual formulasi-formulasi yang ditawarkan
bisa saja diperdebatkan dan didiskusikan secara serius.
1. Konsep Ilmu Pengetahuan
Dalam konteks islam, sains tidak menghasilkan kebenaran absolut. Istilah yang
paling tepat untuk mendefinisikan pengetahuan adalah al-‘ilm, karena memiliki dua
komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah wahyu atau al-quran
yang mengandung kebenaran absolut. Kedua, bahwa metode mempelajari pengetahuan
yang sistematis dan koheren semuanya sama-sama valid; semuanya menghasilkan bagian
dari satu kebenaran dan realitas bagian yang sangat bermanfaat untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi. Dua komponen ini menunjukkan, bahwa al-‘ilm memiliki
akar sandaran yang lebih kuat dibanding sains dalam versi barat. Akar sandaran al-‘ilm
justru berasal langsung dari yang maha berilmu, Tuhan yang secara teologis diyakini
sebagai sang penguaa segala-galanya.
Ilmu dalam islam memiliki persepsi, bahwa Tuhan sebagai pencipta sedangkan
manusia sebagai makhluk atau hamba, tetapi makhluk yang bisa mencapai derajat tinggi
apabila mampu memfungsikan potensi akalnya. Atas dasar persepsi ini, kita harus selalu
tampil ke tingkat pengetahuan yang benar tentang islam dan pandangan dunia islam,
sehingga pengetahuan tentang ilmu-ilmu apa pun yang dapat kita cari akan senantiasa
berada dalam keseimbangan yang wajar dengan pengetahuan tentang islam dan pandangan
dunia islam sesungguhnya.
2. Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Hegemoni sains dan teknologi barat atas masyarakat negara-negara seluruh dunia
membawa pengaruh yang sangat besar terhadap gaya, corak dan pandangan kehidupan
masyarakat. Mereka seperti tak sadarkan diri mengikuti pola-pola pemikiran dari sains
barat, sehingga cara-cara berpikirnya, cara pandangnya, dan persepsinya terhadap sains dan
hal-hal terkait yang menjadi implikasinya menjadi terbaratkan. Ketika mengikut arus
perkembangan sain moderen dari Barat, mereka secara sadar maupun terpaksa harus
menggantikan nilai-nilai religius mereka dengan nilai-nilai sekuler yang sangat kontras.
Selama ini agama islam yang dipedomani sebagai juklak dalam menempuh kehidupan
sehari-hari. Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan para pemikir muslim, sebab dapat
membahayakan keimanan (akidah) islam.
Dalam kasus ini, kita tidak dapat menyelamatkan muka kita hanya dengan
menambahkan awalan yang tidak berarti islamisasi terhadap seluruh batang tubuh
pengetahuan Barat. Maka, upaya islamisasi harus menyentuh akar persoalannya yang
paling utama, sehingga bisa jadi dialakukan pembongkaran-pembongkaran terhadap konsep
ilmu pengetahuan selama ini yang kita pegangi untuk ditransformasikan ke dalam konspe
yang dipengaruhi oleh islam. Sebenarnya islamisasi pengetahuanitu masih menjadi polemik
dikalangan umat islam, seolah-olah layaknya barang antik yang baru diperkenalkan.
3. Karateristik Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam
Adapun karateristik ilmu pengetahuan dalam perspektif islam
a. Bersandar Pada Kekuatan Spiritual.
b. Hubungan Yang Harmonis antara Wahyu dan Akal.
c. Interpedensi Akal dan Intuisi.
d. Memiliki Orientasi Teosentris.
e. Terikat Nilai.
4. Epistemologi Islam
Para ilmuwan tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan sendiri
pengetahuan dari pengaruh ini. Selain itu, penelitian yang melibatkan penelitian, pemeran,
atau subjek penelitian, penelitian para peneliti tidak akan mampu membahas tentang
keterpengaruhan. Oleh karena itu, Hidayarataatmadja yang diterima, itulah yang dimaksud
dengan bis yang digunakan untuk memperoleh ilmu yang benar tentang manusia sebagai
bjek. Untuk mengenal manusia sebagai subjek tidak ada jalan lain Ecuali menggunakan
ilmu supra-subjektif. Antara karakter sasaran Penelitian untuk dikenali cukup lengkap
dengan fasilitas yang dibutuhkan Terkait dengan mudah untuk memudahkan proses
pengenalan, untuk karakter dengan kontras. Kemudian Hidayat Nataatmadja memberikan
kepastian tentang ilmu supra-subjekrif ini memiliki validitas yang lebih tinggi daripada
ilmu-ilmu tujuan Ilmu supra-subjektif dihasilkan melalui pertimbangan yang lebih
mendalam
Para ilmuwan Muslim juga ikut serta tidak jarang yang mengandalkan epistemologi
Barat tanpa koreksi sama sekali, maka cara intelektual sebenarnya umat Islam menjadi
terjajah oleh Barat. Sebagai "penjajah" epistemologi Barat dapat memaksakan
kehendaknya melalui berbagai argumen dan logis, sedang sebagai "terjajah" Islam
semacam memerlukan tidak memiliki kekuatan yang sama sekali. Kondisi umat Islam
sekarang ini sangat memprihatinkan. Secara matrik politik mereka dipermainkan oleh
kekuatan Barat, terbelakang sosial mereka, dan mengenaskan, intelektual mereka hanya
menjadi konsumen yang terlambat. Kalaulah mereka mendalami ilmu pengetahuan,
mereka terlelap dalam kerangka paradigma berpikir, tradisi dan kultur ilmiah Barat yang
dalam berbagai hal bertentangan dengan Islam. Mereka tidak memiliki kiat-kiat atau
terobosan, bagaimana membangun kembali ilmu-imu Islam, sehingga semakin tidak
dikenali dan selanjutnya tidak diperhitungkan orang lain. M. Arkoun melaporkan, "Sangat
bertentangan dengan ini semua cabang ilmu keislaman boleh dikata menggunakan
kelumpuhan, stagnasi, tidak ada lagi perkembangan yang berarti, baik tmu kalam, fiqh,
tasawuf atau ilmu-ilmu tafsir. Hadis dan lain-lain." Realitas ini, sudah siap dicarikan
pemecahan atau solusi yang strategis agar ilmu keislaman tidak dapat larut. Dalam hal ini,
kaum intelektual Muslimlah yang paling bertanggung jawab untuk mencabut alternatifnya.
Amrullah Achmad berpandangan, itulah tugas cendekiawan Muslim yang mendesak dan
harus segera mengembangkan yang mengembangkan episternologi Islam. Epistemologi ini
merupakan inti setiap pandangan dunia mana pun juga. Epistemologi ini terbukti mampu
mengantarkan zaman Islam klasik menuju pada kemampuan membangun ilmu dan
perjuangan yang tidak dikotomik. Al-Ghazali, misalnya telah memberikan fondasi yang
kuat bagi tegaknya epistemologi Islam pada zamannya dan sangat kuat aplikatif.52 Seruan
yang sama juga disuarakan oleh Ziauddin Sardar. Dia menyatakan, "Pengembangan yang
berakar pada epistemologi dan sistem nilai Islam.
Berbagai hubungan dunia islam dengan memerankan kaum intelektual maslim.
Manakala mereka tidak mampu menjawab tantangan-antangan itu dan mengembangkan
suatu epistemologi yang memadai dan mengakomodir tantangan-tantangan tersebut,
mereka tetap akan erlewati (untuk dilalui). Kesempatan untuk melembagakan ievivalisme
Islam akan lenyap, demikian juga, prospek untuk memperkaya peradaban Islam masa
depan yang dinamis, juga akan pudar. Kejayaan Islam yang diharapkan terwujud kembali
hanya menjadi impian belaka tanpa pernah, malah berubah jadi nyata sama sekali.
Malapetaka peradaban ini terjadi karena kaum intelektual Muslim tidak segera sadar
dengan membangun epistemologi alternatif, yairu epistemologi yang dijiwai oleh nilai-nilai
ketauhidan.
Tauhid yang mendasari epistemologi Islam yang dibangun dibangun, merupakan
salah satu disiplin dasar yang sangat penting dalam mengembangkan ilmu-ilmu Islam,
sebab epistemologi merupakan operator walikota yang mentransformasikan visi tauhid dan
visi dunia e dalam realita. Upaya mentransformasikan Islam yang ideal menjadi
'manajeman' dalam proses belajar menjadi perilaku dan perlembagaannya dalam kehidupan.
Dalam perspektif keimanan, landasan tauhid ditemukan pada landasan teori epistemologi
Islam mulai dari premis mencari tahu semula adalah milik Allah. Dia mengajarkan Adam,
'kata-kata-Nya' dan 'nama-nama-Nya' Selanjutnya dia mengajarkan kepada Adam nama
segala sesuatu. Doktrin ini mempertimbangkan bentuk pendidikan dan evaluasi yang
pertama kali dilakukan Allah kepada manusia.
Melalui dua jalur penghubung pengetahuan tersebut, yaitu jalur luar dan jalur
dalam, maka epistemologi Islam membawa ciri khas yang sangat berbeda dengan ciri
epistemologi lainnya. Ziauddin Sardar mengemukakan sembilan ciri dasar epistemologi
Islam yaitu:
a. Yang berbasis atas Kerangka Pedoman Mutlak
b. Dalam pengarahan pedoman ini, epistemologi Islam berfungsi aktif dan tidak
terkombinasi
c. Dia mencari tujuan sebagai masalah umum dan bukan masalah pribadi
d. besar bersifat deduktif
e. Dia memadukan pengetahuan dengan nilai-nilai Islam
f. Dia ingin tahu apa yang dimaksud dengan inklusif dan tidak eksklusif, yaitu
menganggap pengalaman manusia yang subjektif sama sahnya dengan penilaian yang
objektif
g. Dia membutuhkan pengalaman subyektif dan mendorong pengalaman akan
pengalaman ini,yang berasal dari sini nilai dasar mereka
h. Dia memadukan konsep tingkat kesadaran, atau tingkat pengalaman penilaian,
memahami rupa sehingga konsep dan konsep-kiasan yang sesuai dengan satu tingkat
tidak harus sesuai dengan tingkat lainnya. (ini sama dengan menang dari pembahasan
proses 'kesadaran yang dikenal dan termasuk dalam bidang kreativitas dan pengalaman
mistis serta spiritual)
i. Tidak setuju dengan pandangan holistik, menyatu dan manusiawi dari pemahaman dan
pengalaman manusia. Dengan begitu dia sesuai dengan pandangan yang lebih menyatu
dari perkembangan pribadi dan pertumbuhan intelektual.
Dalam membangun epistemologi Islam itu seyogyanya mempersiapkan paradigma
mengambil paradigma-paradigma itu adalah prasyarat untuk merumuskan kembali
epistemologi Islam. Pada dasarnya, paradigma- paradigma ini perlu diperhatikan bidang-
bidang pengetahuan yang memerlukan perhatian dari pemikir (ilmuwan) Muslim,
pemahaman wawasan-wawasan tentang dari dunia Islam, dan menentukan parameter-
parameter moral dan etik Paradigma terseburdalah paradigma Alquran. Selain
memberikan gambaran aksiologis, Alquran naradigma juga dapat memberikan wawasan
epistemologis. "Dengan pemahaman mengenai struktur ransendental Alquran, yaitu
membahas kita mengenai bangunan ide yang membahas tentang, ide tentang apa yang
dimaksud dengan metahistoris, Alquran menyediakan informasi yang berarti besar untuk
Dibuat sebagai cara berpikir. Cara berpikir itulah yang kita namakan paradigma Al-Qur’an,
paradigma Islam. " Ketetapan-ketetapan Alquran, karena ketetapan-ketetapan Alquran itu
sifatnya masih normatif Al-Qur’an secara langsung menunjukkan potensi-potensi yang
dapat dikembangkan yang mestinya harus disyukuri. Jamil Farooqui menyatakan, ada tiga
anugerah utama yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu sama (pendengaran), bayar
(penglihatan), dan fuad (hati). Mereka membantu manusia memahami dan memahami, dan
memperbolehkan agar dia mengendalikan kehidupan sesuai sistem ketuhanan. Fu'ad adalah
kemampuan manusia yang unggul yang membantu memahami perasaan, mempercayakan
pikirannya pada mereka, dan meringkaskan pandangan-pandangan dari mereka. Fu'ad
memainkan tiga macam peran penting dalam memperoleh pengetahuan, yaitu:
a. Ia menemukan kesesuaian antara kemampuannya sendiri dengan
kemampuan (sama dan basar),
b. la mencari dan menemukan perintah luar di esensi.
5. Metodologi Islam
Dalam sistematika filsafat terdapat tiga macam sub sistem yaitu ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Epistemologi mencakup pembahasan tentang batas
pengetahuan, sumber pengetahuan, validitas pengetahuan, metode untuk mendapatkan
pengetahuan dan lain-lain. Metode untuk mendapatkan pengetahuan menjadi pembahasan
sendiri yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga menjadi ilmu yang berdiri sendiri
yang kemudian disebut metodologi. Filsafat mencakup epistemologi, lanjutnya
epistemologi mencakup metodologi. Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa metodologi
merupakan salah satu perwujudan operasional dari epistemologi. Demikian juga kronologi
struktur dalam metodologi Islam, yaitu berangkat dari filsafat Islam yang mencakup
epistemologi Islam sedang epistemologi Islam melahirkan metodologi Islam. Mungkin
timbul pertanyaan mengapa metodologi Islam? Padahal metode itu berlaku secara umum,
tidak ada kekhususan-kekhususan tertentu yang dialirkan dengan nilai-nilai agama.
Berpijak dari perbedaan antara filsafat Islam dan filsafat Barat, akhirnya melahirkan
epistemologi dan selanjutnya metodologi yang berbeda. Namun ketika berpijak pada
kesamaan antara keduanya, maka terdapat titik pertemuannya. Dari perbedaan keduanya
diperoleh kenyataan bahwa filsafat Islam di samping berdasarkan akal juga berdasarkan
wahyu, dan wahyu ini mewarnai epistemologi Islam, sehingga ia mencakup dimensi
spiritual, seperti intuisi. Selanjutnya epistemologi yang berdasarkan nilai-nilai transendental
ini melahirkan metodologi yang juga dipengaruhi nilai-nilai transendental yang kemudian
disebut metodologi Islam. Mengingat filsafat Islam berdasarkan wahyu, maka epistemologi
Islam lalu metodologi Islam juga didasarkan Alquran dan al-sunnah. Mohammad Anwar
menegaskan bahwa quran dan hadis adalah sumber fundamental metodologi Islam.
Pengetahuan quran dan hadis adalah pangkal (inti, dasar, permulaan) metodologi Islam.
Pangkal itu merupakan pusat pertumbuhan pengetahuan. Pangkal itu memuat beberapa
pengetahuan yang relevan dengan setiap disiplin. Pangkal itu memberikan pengarahan dan
membimbing perumusan-perumusan metode dan aplikasinya. Dengan berpijak pada
pengetahuan Alquran dan hadis diharapkan penyimpangan-penyimpangan, baik langsung
maupun tidak langsung dari penerapan sesuatu metode dapat ditekan secara maksimal.
Metodologi Islam tersebut secara prinsipil berbeda dengan metodologi Barat. Metodologi
sains dalam Islam didasarkan pada epistemologi yang secara mendasar berbeda dengan
epistemologi
Penggunaan metodologi Islam akan membawa konsekuensi lebih lanjut;
pengetahuan yang dicapai dari metodologi ini merupakan pengetahuan yang dipengaruhi
oleh nilai-nilai Islam. Sebaliknya, pengetahuan yang dihasilkan dari metodologi Barat tidak
bisa diakui sebagai pengetahuan yang islami.
Selanjutnya, metodologi Islam karena dibedakan dengan metodologi lainnya
termasuk metodologi Barat, maka metodologi Islam memiliki ciri tertentu. "Barangkali ciri
paling khusus dari metodologi Islam adalah prinsip Kesatuan Kebenaran (Unity of Truth).
Landasan prinsip ini adalah bahwa kebenaran adalah suatu kadar perasaan akan Tuhan, dan
tidak dapat dipisahkan dari-Nya. "Prinsip metodologi Islam ini menambahkan sesuatu yang
khas islami, yaitu prinsip Ummatisme. Landasan prinsip ini adalah bahwa tiada nilai,
tiada kewajiban yang semata-mata pribadi. Islam menegaskan, bahwa perintah Tuhan,
atau kewajiban moral, perlu bagi masyarakat." Komunitas mendapatkan perhatian yang
lebih besar, daripada individu- individu. Prinsip demikian ini akan mengarahkan ilmu untuk
masyarakat, bukan hanya ilmu untuk ilmu. Jadi, ilmu dari metodologi Islam memiliki jiwa
populis, memasyarakat atau untuk kepentingan masyarakat. Dengan demikian, Islam tetap
akan dipengaruhi wahyu kendati juga dipengaruhi akal. Sesungguhnya metode islami
dalam memperoleh pengetahuan dengan sengaja berpegang pada wahyu (naql) dan akal
(aql) bersama-sama, dan menolak sikap ekstrim. Meskipun metode islami sarat dengan
dihasilkan yang etodologi Islam tddak bebas nilai. Metode nilai-nilai yang diperoleh dari
wahyu Allah, masih mempertimbangkan keseimbangan, schingga Pemahaman yang benar-
benar tidak menjadikan wahyu dan akal dalam kondisi berbenturan, tetapi membuat wahyu
memberikan bantuan atau menyelesaikan akal. Ketika wahyu memberikan bantuan yang
dianggap sebagai nilai, karena wahyu memberi pelajaran yang tidak diketahui oleh akal
manusia. Dalam sejarahnya, dibahas Islam klasik dari ilmu upul yang membahas metode
yang digunakan untuk mengambil dalil-dalil syari'ah dari sumber-sumber Islam. Di antara
berbagai penggunaan terminologi dari kata usal, ada tiga istilah yang lebih
Dalam perkembangan berikutnya seiring dengan perjalanan pengetahuan modern,
metode Barat mengatasi penjernihan. Bagi metode Islam kesimpulan yang menarik
dicermati. Menurut Hasan Langgulung, metode induktif adalah ciri-ciri peradaban Islam
modern. Kesimpulan ini perlu dikritisi lagi akurasinya. Kesimpulan ini muncul karena,
salah satu di antara dua faktor: Pertama, Hasan Langgulung sendiri yang disetujui oleh
Barat, sebab metode induktif ini dipopulerkan oleh Francis Bacon untuk membahas metode
deduktifnya Aristoteles, kendatipun metode yang paling populer untuk diketahui sekarang
ini adalah metode ilmiah, yaitu gabungan antara versi induksi FrancisBacon dan deduksi
versi Aristoteles. Penggabungan dua metode inilah yang dipraktekkan oleh Carles Darwin.
Kedua, mungkin karena disemangati oleh modernisasi yang terjadi di Barat. Pada abad ke-
19 dunia Islam diadakan sambil mempertimbangkan, jadi pemikir-pemikir Muslim dapat
mengambil alih perubahan yang dilakukan Barat. Kemudian mereka mengklaim, itulah
metode induktif adalah metode yang paling tepat untuk peradaban Islam modern, padahal
diperlukan tidak tentu demikian. Ketika mengambil kesimpulan, Hasan Langgulung, maka
harus membuktikan bukti-bukti konkrit. Namun, menolak kesimpulan itu, maka harus
membuktikan alternatifnya, misalnya deduksi, tetapi benar metode deduksi mewakili ciri
peradaban Isalm modern. Jadi, sungguh metode ini merupakan tantangan yang rumit.
6. Akuntansi dalam Islam
Klaim kemunculan ilmu akuntansi dari Italia oleh Luka Pacilo tidak diterima
oleh cendekiawan Muslim. Karena sumber yang lebih valid menyatakan bahwa
seorang tokoh Muslim bernama ‘Abd Allâh al-Mazindâranî telah mendahului Luca
Pacioli dalam bidang Akuntansi. Melalui bukunya, Risâlah al-Falaqi- yyah Kitab
al-Siqayah, pada tahun 1363 al-Mazindâranî telah membuat rumusan mengenai
akuntansi. Dan Pacioli hanyalah seorang penukil dari informasi akuntansi yang
sudah beredar saat itu. Atau dia hanyalah mendeskripsikan secara sederhana
metode yang digunakan oleh para pedagang di Venesia selama jaman Renaisance
Italia.
Jadi sudah sepantasnya jika teknik tata buku berpasangan yang diklaim
sebagai penemuannya digugat kebenarannya oleh para ilmuan, karena Luca Pacioli
bukan pencipta atau perumus sistem tersebut. Bahkan, Littlelon dan Yame (1978)
menduga kalau sistem tata buku berpasangan ini berasal dari Spanyol dengan
alasan bahwa kebudayaan dan teknologi Spanyol pada abad pertengahan tersebut
jauh lebih maju dan unggul dibandingkan dengan pera- daban Eropa, dan pada saat
itu Spanyol adalah negara Muslim yang menjadi pusat kebudayaan dan teknologi
Eropa.
Artinya, proses penumbuhan akuntansi di dunia Islam telah digunakan
sekitar 745 tahun sebelum kemunculan buku Pacioly yang berjudul, Summa De
Arithmetica, Geometry, proportion. Kemudian barulah akuntansi Islam mene-
mukan puncak kegemilangannnya di tahun 765 H/1363 M dengan sebuah manus-
krip yang disusun oleh ‘Abd Allâh ibn Muhammad ibn Kayah al-
Mazindâranî, bertajuk Risâlah Falaqiyyah Kitâb al-Siyâqah. Walaupun sebelum al-
Mazindâranî menyusun manuskripnya tersebut. Penulis Muslim lainnya yang juga
telah menyusun sebuah karya tentang perkembangan akuntansi dan penggunaaanya
dalam masyarakat Islam juga telah dimulai oleh al-Nuwairî (734H/1336M) dan Ibn
Khaldûn (167H/784M).
Sebagaimana pemaparan pada paragrap sebelumnya, jauh sebelum pen- deta
Kristen pada tahun 1494 M yang bernama Lucas Pacioli dalam jangka perbedaan
waktu Selama 131 tahun, tahun 1363 M al-Mazindâranî telah merentas pembukuan
dua belas kolom atau kolom tunggal, dan disempurnakan olehnya untuk
selanjutnya dapat diaplikasikan dalam sistem akuntansi yang tengah po- pular saat
itu tahun 765 H/1363 M: (1) akuntansi bangunan, (2) akuntasi per- tanian, (3)
akuntansi pergudangan, (4) akuntansi pemuatan uang, (5) akuntasi pemeliharaan
binatang.
Bahkan di antara yang sangat unik dalam pencatatan pembukuan pada masa
tersebut dan juga merupakan pembeda antara akuntansi yang murni syariah dengan
konvensional adalah sebagai berikut:
a. Pertama, sebelum menyiapkan laporan atau dimuat di buku-buku
Akuntansi harus dimulai dengan basmallah. Hal inilah yang juga
disebutkn oleh Lucas Pacioli 131 tahun ke- mudian10.
b. Kedua, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta buku akuntansi
yang digunakan, di antara laporan keuangan yang pernah dibuat di
Negara Islam yang terkenal adalah al-Khitâmah dan al-Khitamah al-
Jâmi'ah. Al-Khitâmah merupa- kan sebuah laporan keuangan tiap
akhr bulan dan juga memuat pemasukan serta pengeluaran sesuai
kelompok jenisnya sedangkan al-Khitâmaah al-Jâmi'ah laporan
keuangan yang ditujukan untuk orang yang lebih tinggi derajatnya
untuk kemudian diberi persetujuan laporan keuangan yang
persetujuanya diberi nama al-Muwâfaqah, namun apabila ia tak
disetujui maka ia dinamakan Muhâsabah karena adanya perbedaan
pada data-data yang dimuat dalam laporan keuangan.
c. Ketiga, ketika melakukan transaksi jual beli, tanda terima diberikan
kepada pembeli atau disebut juga dengan Thiraz sedangkan
copiannya atau salinan disebut sebagai syahîd yang kemudian
disimpan oleh Akuntan untuk kemudian dipertanggungjawabkan dan
disetujui oleh pimpinan kantor, menteri, atau sultan dan apabila
transaksi perdagangan terjadi di luar kota salinan syahid tersebut
dikirim ke ibukota wilayah Islam untuk kemudian diberikan
persetujuan oleh Sultan dan disimpan sebagai dasar pembukuan dasar
kantor pusat.
d. Keempat, pada akhir tahun buku, seorang akuntan harus
mengirimkan laporan keuangan dalam setahun dan secara rinci.
Kelima, harus mengelom- pokkan transaksi-transaksi keuangan dan
mencatatnya sesuai dengan karakter- nya dalam kelompok-kelompok
yang sejenis.
Akuntasi termasuk dalam kerangka ilmu sosial ekonomi, adapun eksistensi
akuntasi dalam Islam dapat kita lihat dari berbagai bukti sejarah maupun dari
pedoman suci Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan pegangan dan sumber hukum
utama dari Islam. Oleh karenanya, wajib hukumnya bagi pemeluk agama Islam
untuk menaati dan mengamalkan petunjuk dan perintahnya. Dalam Alquran surah
al-Baqarah [2] ayat 282 yang merupakan ayat terpanjang dalam Alquran.
Isi kandungan: Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti
Rasul-Nya, Muhammad sholallohu alaihi wasalam, bila kalian mengadakan transaksi
hutang piutang sampai waktu tempo tertentu, maka lakukanlah pencatatan demi menjaga
harta orang lain dan menghindari pertikaian. Dan hendaknya yang melakukan pencatatan
itu adalah seorang yang terpercaya lagi memiliki ingatan kuat, dan hendaknya orang yang
telah mendapatkan pelajaran tulis menulis dari Allah tidak menolaknya, dan orang yang
berhutang mendiktekan nominal hutang yang menjadi tanggungannya, dan hendaklah dia
menyadari bahwa dia diawasi oleh Allah serta tidak mengurangi jumlah hutangnya sedikit
pun. Apabila penghutang termasuk orang yang diputuskan tidak boleh bertransaksi
dikarenakan suka berbuat mubadzir dan pemborosan, atau dia masih anak-anak atau hilang
akal, atau dia tidak bisa berbicara lantaran bisu atau tidak mempunyai kemampuan normal
untuk berkomunikasi, maka hendaklah orang yang bertanggung jawab atas dirinya
mengambil alih untuk mendiktekannya. Dan carilah persaksian dari dua orang lelaki
beragama islam, baligh lagi berakal dari orang-orang yang shalih. Apabila tidak ditemukan
dua orang lelaki, maka cari persaksian satu orang lelaki ditambah dengan dua perempuan
yang kalian terima persaksian mereka. Tujuannya, supaya bila salah seorang dari wanita itu
lupa, yang lain dapat mengingatkannya. Dan para saksi harus datang ketika diminta untuk
bersaksi, dan mereka wajib melaksanakannya kapan saja dia diminta untuk itu. Dan
janganlah kalian merasa jemu untuk mencatat hutang piutang, walaupun berjumlah sedikit
atau banyak hingga temponya yang telah ditentukan. Tindakan itu lebih sejalan dengan
syariat Allat dan petunjukNya, dan menjadi faktor pendukung paling besar untuk
menegakkan persaksian dan menjalankannya, serta cara paling efektif untuk menepis
keraguan-keraguan terkait jenis hutang, kadar dan temponya. Akan tetapi, apabila
transaksinya berbentuk akad jual beli, dengan menerima barang dan menyodorkan harga
secara langsung, maka tidak dibutuhkan pencatatan, dan disunahkan mengadakan
persaksian terhadap akad tersebut guna mengeliminasi adanya pertikaian dan pertentangan
antara dua belah pihak. Kewajiban saksi dan pencatat untuk melaksanakan persaksian dan
pencatatan ssebagaimana yang diperintahkan oleh Allah. Dan tidak boleh bagi pemilik
piutang dan penghutang melancarkan hal-hal buruk terhadap para pencatat dan para saksi.
Begitu juga tidak diperbolehkan bagi para pencatat dan para saksi berbuat keburukan
kepada orang yang membutuhkan catatan dan persaksian mereka. Apabila kalian
melakukan perkara yang kalian dilarang melakukannya, maka sesungguhnya tindakan itu
merupakan bentuk penyimpangan dari ketaatan kepada Allah, dan efek buruknya akan
menipa kalian sendiri. Dan takutlah kepada Allah dalam seluruh perkara yang
diperintahkan-Nya kepada kalian dan perkara yang kalian dilarangNya untu melakukannya.
Dan Allah mengajarkan kepada kalian semua apa-apa yang menjadi urusan dunia dan
akhirat kalian. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, maka tidak ada satupun dari
urusan-urusan kalian yang tersembunyi bagiNya, dan Dia akan memberikan balasan kepada
kalian sesuai dengan perbuatan-perbuatan itu.
Maksud dari bermuamalah dalam ayat ini adalah kegiatan jual-beli, ber- utang-
piutang, sewa-menyewa, gadai, dan sebagainya. Berutang-piutang tentu mempunyai
pengertian yang luas dalam bisnis pendirian perusahaan pemilik modal menyakut utang-
piutang antara dia dan manajemennya. Pengelolaan harta pemilik modal oleh manajemen
merupakan hubungan utang-piutang (agency relationship). Hubungan transaksi dagang me-
rupakan konteks utang-piutang, pinjaman ke lembaga keuangan mempunyai hubungan
hutang-piutang. Oleh karena itu maka setiap lembaga perusahaan sarat dengan kegiatan
muamalat sebagai mana dimaksud dalam ayat 282 di atas.
Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa pemiliharaan akuntasi wajib hukumnya
dalam suatu perusahaan. Karena sistem akuntansi dapat menjaga agar asset yang dikelola
terjaga accountability-nya sehingga tidak ada yang dirugikan. Dalam kaidah fikih
disebutkan untuk mencapai sesuatu yang diwajibkan maka sarana untuk mencapainya pun
menjadi wajib. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa memelihara pencatatan baik
sebagai informasi, untuk menyasikan, untuk pertang- gungjawaban, untuk pemeliharaan
hak, atau untuk keadilan maka hukumnya termasuk menjadi wajib.

Anda mungkin juga menyukai