MAKALAH
Oleh:
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II : Pembahadan
2.1 Epistemologi
2.1 Paham-paham
2.3 Sumber Ilmu Pengetahuan
2.4 Metode Ilmu Pengetahuan
2.5 Verifikasi Ilmu Pengetahuan
Dafar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Epistemologi
Pengertian Epistemologi dapat diartikan atau didefinisikan sebagai mempelajari asal
usul atau sumber atau struktur, metode validitas pengetahuan dan epistemologi adalah teori
pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek
yang ingin dipikirkan. Pengertian epistemologi ditinjau dari etimologi dan terminologinya,
secara etimologi, epistemologi berasal dari bahasa yunani episteme, yang berarti ilmu, dan
logos berarti ilmu sistematika atau teori, uraian, dan alasan jadi epistemologi adalah teori
tentang ilmu yang membahas ilmu dan bagaimana memperolehnya kemudian membahasnya
secara mendalam.
Epistemologi menurut pakar Dagobert D. Runes, ia mengatakan bahwa epistemologi
adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validas
pengetahuan. Menurut Azyumardi Azra menyatakan bahwa epistemologi sebagai Ilmu yang
membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan 1.
Amsal Baktiar menyatakan, epistemologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya, serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan
menurut buku Prof. Dr. Mujamil Qomar M.Ag. menyatakan epistemologi merupakan cabang
filsafat yang membahas tentang hakikat, keaslian, sumber, metode dan struktur pregetahuan.
Epistemologi secara global memiliki pengaruh terhadap wujud peradaban manusia,
sedangkan seacara khusus berpengaruh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Epistemologi merupakan sub sistem filsafat yang cakupannya luas. Jika memadukan
rincian aspek-aspek epistemologi, maka teori pengetahuan bisa meliputi
hakikat,keaslian,sumber,struktur,metode,validasi,unsur,tampuan,batas,sasaran,dasar,penganda
ian,kodrat,pertanggungjawaban dan skope pengetahuan. Epistemologi bisa menjadikan
sebagai penyaring.
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dibagi dalam tiga babak(periodesasi).
Pertama, sebelum 1500 SM dengan cirri utama manusia belajar dengan alam sekitarnya.
Manusia menemukan cara-cara untuk tetap bertahan dengan cara mempelajari alam. Dengan
cara seperti ini, manusia mampu menundukan alam melalui daya nalarnya yang pada saat
itu masih dapat dikatakan terbatas. Sekatar 1.500 600 SM, periode awal,peradaban manusia
telah mulai mengenal membaca,menulis,berhitung. Dalam kurun waktu yang relative panjang
sejarah peradaban telah banyak melahirkan para filosof terkenal seperti
Socrates,Aristoteles,Plato,Thales,Archimedes,Aristachus,dan lain-lain. Pada masa ini telah
dikenal apa yang disebut dengan logika deduktif dan silogismo
Kedua, periode atau abad pertenghan diwarnai oleh para pemikiran Arab-Islam yang
membawa corak pemikiran seperti Al-Kindi(Filosof Islam Pertama),Al-
Khawarijmi(Aljabar),Al-Idris(Astronomi),Ibnu Sina atau Avisena,Ibnu Rusdi atau
Averus,Umar Kayam,dan lain-lain.
Ketiga adab modern pada saat ini ilmu pengetahuan berkembang pesat sebagai hasil
interaksi berbagai ilmu pengetahuanyang disebut dengan proses sistesa. Abad modern pun
2.2 Paham-paham
Di era modern ditandai dengan usaha manusia untuk mengoptimalkan potensi diri dalam
mengindra, berpikir, dan melakukan berbagai eksperimen dalam mengolah alam. Pada era
modern ini muncul dua aliran besar yang dikenal Empirisisme dan Rasionalisme.
1. Empirisisme
Para penganut aliran empirisime dalam berfilsafat bertolak belakang dengan
para penganut aliran rasionalisme. Menurut aliran empirisisme metode ilmu
pengetahuan bukanlah bersifat a riori, tetapi a posteriori yaitu metode yang
berdasarkan peristiwa yang datangnya kemudian. Bagi penganut empirisme, sumber
pengetahuan yang memadai adalah pengalaman, yakni pengalaman lahir(sensation)
yang menyangkut dunia dan pengalaman batin(reflection) yang menyangkut pribadi
manusia. Sedangkan akal manusia hanya bertugas untuk mengatur dan mengolah
bahan-bahan atau data yang peroleh melalui pengalaman. Oleh karena itu, para
penganut aliran empirisisme berkeyakinan, bahwa manusia tidak mempunyai ide-ide
bawaan atau innate ideas. Manusia ibarat kertas putih yang belum terisi apa-apa, dan
c. Metode positivisme.
Metode ini dikeluarkan oleh august comte (1798-1857). Metode ini
berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang actual, yang positive. Ia
mengenyampingkan segala uraian atau persoalan diluar yang ada sebagai
fakta.oleh karna itu, ia menolak metfidika. Apa yang diketahui secara positif
adalah segala yang tampak dan segala gejala yang ada. Dengan demikan metode
ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengatahuan dibatasi pada bidang gejala-gejala
saja. Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3
tahap : Teologis,metafisis,dan positif. Pada tahap teologis orang berkeyakinan
bahwa dibalik segala sesuatu tersirat pernyataan kehendak khusus.
d. Metode contemplative
Metode ini menyatakan adanya keterbatasan indra dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan,sehingga objek yang dihasikanpun akan bebeda-beda
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan cara
berkontemplasi seperti yang dilakuka oleh Al-ghazali. Intuisi dalam tasawuf
disebut dengan marifa. Yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui
pencerahan dan penyinaran. Al-ghazali menerangkan bahwa pengetahuan intuisi
atau marifa yang disinarkan oleh Allah secara langsung merupakan pengetahuan
yang paling benar. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini hanya bersifat
individual dan tidak bisa dipergunakan untuk mencari keuntungan seperti
pengetahuan yang dewasa ini bisa dikomersilkan.
e. Metode dialegtis.
Dalam filsafat dialekta mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat.Metode ini diajarkan oleh sokrates. Namun pelato
mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika,myang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis
sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam
pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari dialegtika berarti percakapan untuk
melakuakan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk
pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam
percakapan, bertolak paling kurang 2 kutub.7
2.5 Verifikasi Ilmu Pengetahuan
Secar umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai
kebenaran. Namun, masalahnya tidak hanya samoai disitu saja. Problem kebenaran
inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya epistemologi. Teori yang menjelaskan
kebenaran epistemologi adalah sebagai berikut.
1. Teori Korespondensi
Teori korespondensi adalah kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan
objek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Dengan
demikian,kebenaran epistemologi adalah kemanunggalan antara subjek dan objek.
Pengetahuai itu dikatakan benar apabila di dalam kemanunggalan yang sifatnya
intrinsic,intensional, dan pasif-aktif terdapat kesesuaian antara apa yang ada
didalam pengetahuan subjek dengan apa yang ada di dalam objek. Hal ini karena
puncak dari proses kognitif manusia terdapat didalam budi aau pikiran
manusia(intelectus) , maka pengetahuan adalah benar bila apa yang terdapat di
dalam budi pikiran subjek itu benar sesuai dengan apa yang di dalam objek.
Teori kebenaran ini umumnya dianut oleh para pengikuti realism. Diantara
pelopor teori korespondesi ini adalah Plato,Aristoteles,Russel,Moore,Ramsey, dan
Tarski. Teori ini dikemangkan oleh Bertrand Russell(1872-1970). Teori ini
mengenal dua hal yaitu pernyataan dan kenyataan. Contohnya : Jakarta adalah
Ibu Kota Republik Indonesia. Pernyataan ini disebuat benar karena kenyataannya
Jakarta memang Ibukota Republik Indonesia
2. Teori Pragmatisme Tentang Kebenaran
Pragmatis berasal dari kata bahasa Yunani pragam , artinya yang dikerjakan,
yang dilakukan,perbuatan,tindakan,sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh
BAB III
8 Ibid 111-122
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian dalam epistemologi barat acara memperoleh dikenal dengan dua
paham, yaitu Empirisme paham yang berpendapat bahwa manusia seperti kerta putih yang
tidak mengetahui segala hal dan Rasionalisme paham bahwa pengetahuan terjadi karena
bahan pemberian panca indera dan batin yang diolah oleh akal. Epistemologi menurut
pakar Dagobert D. Runes, ia mengatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang
membahas sumber, struktur, metode-metode dan validas pengetahuan. Menurut Azyumardi
Azra menyatakan bahwa epistemologi sebagai ilmu pengetahuan terdapat sumber,metode,dan
verifikasi ilmu kebenaran. Sumber ilmu pengetahuan memiliki berbagai sumber antara lain
Empirisme memperoleh pengetahuan dari pengalamannya, Rasionalisme adalah akal dasar
kepastian pengetahuan, Intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Kemampuan ini mirip dengan insting, Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh
Allah kepada lewat perantaraan para Nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya,
tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
Ilmu pengetahuan memiliki metode antara lain Metode induktiv yang menyimpulkan
pernyantaan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih
umum., Metode contemplative metode yang menyatakan adanya keterbatasan indra dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan, metode dialegtisn metode tanya jawab untuk
mencapai kejernihan filsafat, metode deduksi metode yang menyimpulkan bahwa data-data
empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtun,dan metode positivism
mengenyampingkan segala uraian atau persoalan diluar yang ada sebagai fakta. Ilmu
pengetahuan epistelologi juga memiliki teori kebanaran yang masing verifikasi ilmu
pengetahuan juga memiliki bagian-bagiannya sesuai dengan teori-teori yang ada.
3.1 Saran
Dengan perkembangan epistemologi barat yang dari masa kemasa mengalami
perkembangan yang pesat diharapkan bisa menjadikan ini sebagai pedoman bagaimana cara
mendapatkan ilmu pengetahuan dari metode,sumber,dan verikikasi ilmu pengetahuan
tersebut.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Mujamil Qomar M. Ag.Epistemologi Pendidikan Islam.hal 4. Jakarta:
Erlangga.