Anda di halaman 1dari 3

Nama : Risna Dwi Agustin

NPM : 10020221065

Kelas : Filsafat Islam A

Tugas 5: Persamaan dan Perbedaan Epistimologi Islam dengan


Epistimologi Barat, Yunani, Timur, dan Arab

1. Epistimologi Islam

Gagasan epistimologi islam itu bertujuan untuk memberikan ruang gerak bagi umat
muslim pada khususnya, agar bisa keluar dari belenggu pemahaman dan pengembangan
ilmu pengetahuan yang berdasarkan epistimologi Barat. Dikalangan pemikir muslim
menawarkan segala sesuatu berdasarkan epistimologi Islam. Di dalam islam epistimologi
berkaitan erat dengan metaffisika dasar islam yang terformulasikan sejalan dengan
wahyu, hadits, akal, dan intuisi.

Prinsip-prinsip Epistimologi Islam, sebagai berikut:

 Didasarkan kepada kajian metafisika


 Sumber kepada wahyu, akal sehat, panca indera, dan intuisi
 Pendekatannya bersifat tauhid
 Objeknya fisik dan sekaligus metafisik
 Ilmu syarat dengan nilai (value full)
 Validitas kebenaran konteks (data dan fakta) diselaraskan dengan teks (wahyu)
 Berorientasi dunia dan akherat.

2. Epistimologi Barat

Barat sekarang ini telah mencapai kemajuan yang begitu pesat, berbagai belahan dunia
merasa tertarik menjadikan Barat sebagai referensi dalam mengembangkan ilmu
oengetahuan dan tenologi. Barat dianggap mampu menyajikan berbagai temuan baru
secara dinamis dan varian, sehingga memberikan sumbangan yang besar terhadap sains
dan teknologi modern. Pengaruh barat ini makin meluas, bukan saja dari segi wilayahnya,
melainkan disamping sains dan teknologi, juga sampai persoalan gaya hidup, gaya
berpakaian dan sebagainya.
Prinsip-prinsip Epistimologi Barat, sebagai berikut:

 Didasarkan kepada praduga-praduga


 Sumber hanya kepada akal (rasio) dan data/fakta empiris
 Pendekatannya bersifat dikothomi
 Objeknya fisik, observable dan penalaran
 Ilmu bebas nilai (free value)
 Validitas kebenarannya hanya bertumpu kepada rasio-empiris
 Berorientasi kepada dunia semata

3. Epistimologi Yunani

Berdasarkan penulis sejarah filsafat, orang pertama yang membuka lembaran kajian
epistemologi adalah Parmenides. Hal ini karena iamenempatkan dan menekankan akal itu
sebagai tolok ukur hakikat. Pada dasarnya, iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain
dari epistemologi yang merupakan sumber dan alat ilmu, akal dipandang sebagai yang
valid, sementara indra lahiriah hanya bersifat penampakan dan bahkan terkadang menipu.

Epistemologi di zaman Yunani kuno dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan


kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda dalam filsafat. Dan semua persoalan,
keraguan, jawaban, dan solusinya hadir dalam bentuk yang semakin kuat dan sistimatis
serta terlontarnya pembahasan seputar probabilitas pengetahuan, sumber ilmu, dan tolok
ukur kesesuaian dengan realitas eksternal.

4. Epistimologi Timur

Pemahaman ilmu pengetahuan pada dunia Timur lebih mementingkan


keselarasan, harmoni dan kesatuan antara manusia dengan lingkungan eksternal baik
secara ekologi maupun sosial. Disamping itu, peran dari masing-masing organisme baik
sebagai subyek maupun sebagai obyek mendapatkan porsinya secara proporsional.
Pandangan hidup pada dunia Timur, melihat dunia dalam pengertian hubungan dan
integrasi. Hubungan sebagai sistem adalah suatu keseluruhan yang terintegrasi yang
mana sifat-sifatnya tidak dapat direduksi menjadi sifat-sifat unit yang lebih kecil.
Pendekatan sistem ini tidak memusatkan pada balok-balok bangunan dasar atau zat-zat
dasar, melainkan lebih menekankan pada prinsip-prinsip organisasi dasar.
Skemata yang sering digunakan untuk melukiskan realitas ini adalah sejumlah
lingkaran konsentrik; mulai dari lingkaran terluar yakni jagad raya materi (makrokosmos)
yang melingkari alam-alam berikutnya yang lebih kecil. Sehingga lingkaran jagad kecil
jasad insan (mikrokosmos) yang seterusnya membungkus pikiran, jiwa dan akhirnya titik
pusat semua lingkaran konsentrik, inti realitas adalah roh. Namun pandangan semacam
itu menjadi terdengar asing bagi pemikiran modern Barat, yang mana dalam
kenyataannya peradaban Barat modern adalah peradaban besar pertama dalam sejarah
yang menolak keberadaan struktur hierarkhi realitas. Struktur hierarkhis ini digantikan
konsepsi realitas datar yang tersusun dari materi belaka, karena realitas material
memang paling cocok diselidiki melalui sains.

Anda mungkin juga menyukai