Anda di halaman 1dari 6

EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM

1
Pendahuluan

Dalam pengertian terminologis ini, Miska


Muhammad Amin, mengatakan bahwa
epistemologi terkait dengan masalahmasalah yang meliputi : a) filsafat, yaitu
sebagai cabang filsafat yang berusaha
mencari hakekat dan kebenaran
pengetahuan, b) Metoda, sebagai metoda,
bertujuan mengantar manusia untuk
memperoleh pengetahuan, dan c) sistem,
sebagai suatu sistem bertujuan
memperoleh realitas kebenaran
pengetahuan itu sendiri.3

Seluruh disiplin ilmu pengetahuan ilmiah


mestilah memiliki landasan epistemologis.
Dengan kata lain sebuah ilmu, baru dapat
dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu jika ia
memenuhi syarat-syarat ilmiah (scientific).
Salah satu syarat dalam kajian filsafat
adalah epistemologi. Epistemologi adalah
cabang filsafat yang membahas secara
mendalam segenap proses untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
Epistemologi pada hakikatnya membahas
tentang filsafat pengetahuan yang
berkaitan dengan asal-usul (sumber)
pengetahuan, bagaimana memperoleh
pengetahuan tersebut (metodologi) dan
kesahihan (validitas) pengetahuan tersebut.

Empirisme
Metode Empiris pada mulanya dirintis oleh
Aristoteles dan akhirnya mendapat
sambutan yang besar pada zaman klasik
Islam oleh para filosof muslim, seperti Ibnu
Sina, Al-Faraby, Al-Kindy, Ibnu Rusydi, Ibnu
Maskawaih dan lain sebagainya. Bahkan
Ibnu Taymiyah juga sesungguhnya banyak
mengembangkan metode empirisme
walaupun beliau tidak dipengaruhi filsafat
Yunani.

Ilmu ekonomi Islam (Islamic economics)


sebagai sebuah disiplin ilmu, jelas memiliki
landasan epistemologis. Membahas
epistemologi ekonomi Islam berarti
mengkaji asal-usul (sumber) ekonomi Islam,
metodologinya dan validitasnya secara
ilmiah. Inilah yang akan dibahas dalam
tulian ini.

Metode empirisme selanjutnya


dikembangkan pada zaman Renaisans
dengan tokoh utamanya Francis Bacon
(1561-1626). Filsafat Bacon ini mempunyai
peran penting dalam metode induksi dan
sistematisasi prosedur ilmiah, bersifat
praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan
pada manusia atas alam melalui
penyelidikan ilmiah. Karena itu, usaha yang
dilakukannya pertama kali adalah
menegaskan tujuan pengetahuan.
Menurutnya, pengetahuan tidak akan
mengalami perkembangan dan tidak akan
bermakna kecuali apabila ia mempunyai
kekuatan yang dapat membantu manusia
meraih kehidupan yang lebih baik.

Pengertian Epistemologi
Secara etimologi, epistemologi berasal dari
kata Yunani epiteme dan logos.
Episteme berarti pengetahuan,
sedangkan logos berarti teori, uraian atau
alasan. Jadi epistemologi dapat diartikan
sebagai teori tentang pengetahuan. 1
Secara terminology, Dagobert D. Renes
dalam kamusnya Dictionary of Philosophy,
(1971) menjelaskan bahwa : epistemology
is the branch of philosophy which
investigates the origin, structure, methods,
and validity of knowledge. (Runes, 1971:
94)

Sikap Bacon mengenal ciri dan tugas


filsafatnya terdapat dalam Novum
Organum(organum baru) pengetahuan.
Menurutnya alam tidak dapat dikuasai
kecuali dengan jalan mentaatinya dengan
cara mengenalnya lebih dulu dan
diperlukan observasi, pengukuran,
penjelasan, dan pembuktian.

Dengan demikian, epistemologi merupakan


salah satu cabang filsafat yang mengkaji
secara mendalam dan radikal tentang asal
mula pengetahuan, struktur, metode, dan
validitas pengetahuan. Epistemologi ini
pada umumnya disebut filsafat
pengetahuan. Dalam bahasa Inggris
dipergunakan istilah theory of
knowledge. Istilah Epistemologi untuk
pertama kalinya muncul dan digunakan
oleh J.F Ferrier pada tahun 1854

Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah
dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan
yang benar diperoleh dan diukur dengan
1

akal. Manusia menurut aliran ini yakni


memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
akal menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran
empirisme, adalah kelemahan alat indera
yang terbatas. Kelemahan itu dapat
dikoreksi seandainya akal digunakan.

lebih efisien dan memprediksikan


kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi.
2. Deduksi
Membuat kesimpulan partikulir dari
pernyataan umum.
Deduktif merupakan proses berpikir dengan
metode rasional untuk mendapatkan
kebenaran guna menartik kesimpulan yang
bersifat individual dari yang bersifat
umum.
Metode qiyas dalam ushul fiqh
sesungguhnya mirip dengan metode
deduksi ini
Membuat kesimpulan umum dari
pernyataan2/kenyataan2 khusus. Para
Ulama banyak melakukan metode induksi,
Ibnu Taymiyah, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusydi
bahkan Imam Syafii.

Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan


indera dalam memperoleh pengetahuan,
pengalaman indera diperlukan untuk
merangsang akal dan memberikan bahanbahan yang menyebabkan akal dapat
bekerja. Akan tetapi untuk sampainya
manusia kepada kebenaran diperlukan akal
Laporan indera menurut rasionalisme
merupakan bahan yang belum jelas, belum
sistimatis atau masih chaos. Bahan
pengalaman inderawi harus
dipertimbangkan oleh akal. Akal mengatur
dan mensistimatoisasi pengalaman itu
secara logis sehingga terbentuklah
pengetahuan.

3. Induksi

Metode-Positivisme

Membuat kesimpulan umum dari


pernyataan2/kenyataan2 khusus. Para
Ulama banyak melakukan metode induksi,
Ibnu Taymiyah, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusydi
bahkan Imam Syafii.
Sementara itu menurut Jujun S. Sumantri,
pada dasarnya metode ilmiah merupakan
cara ilmu memperoleh dan menyusun body
of knowledge dengan berdasarkan pada:

Metode ini dikemukankan oleh August


Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal
dari gejala yang faktual, yang positif. Ia
mengenyampingkan berbagai persoalan di
luar fakta. Karena itu Ia menolak
metafisika dan agama. Apa yang diketahui
secara positif adalah segala yang tampak
dan segala gejala. Dalam bidang filsafat
ilmu pengetahuan,positivisme terbatas
pada gejala-gejala empiris saja

1.

Epstemologi ilmu pengetahuan terdiri dari


tiga bagian, yaitu

2.

1.Observasi
3.

Observasi merupakan upaya untuk melihat,


mengamati, dan mengevaluasi kenyataan
yang ada, kemudian menetapkan asumsi,
klasifikasi, abstraksi, tipe ideal dengan
menunjukkan generalisasinya. Observasi
merupakan proses yang harus dilakukan
guna mendapatkan informasi selengkap
mungkin mengenai suatu obyek.

Kerangka Pemikiran yang bersifat


logis dengan argumentasi yang
bersifat konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah
berhasil disusun.
menjabarkan hipotesis yang
merupakan deduksi kerangka
pemikiran tersebut.
Melakukan verifikasi terhadap
hipotesis tersebut untuk menguji
kebenaran pernyataan secara factual

Epistemologi Islam
Epistemologi di dalam Islam memiliki
beberapa macam antara lain : (a)
perenungan (contemplation) tentang
Sunnatullah sebagaimana dianjurkan
didalam Alquran, (b) penginderaan
( sensation),
(c) Tafaqquh (perception , concept), (d)
penalaran (reasoning).

Ilmu pengetahuan tidak mungkin terlepas


dari realitas. Observasi diperlukan untuk
mengamati realitas, perilaku dan femonena
secara berulang. Pengetahuan tentang
realitas dan fenomena menjadi
pengalaman. Observasi juga diperlukan
sebagai bukti akan keberadaan suatu
fenomena yang berhubungan erat dengan
aktivitas manusia. Dengan observasi
manusia bias melakukan aktivitas yang

Epistemologi di dalam Islam tidak berpusat


kepada manusia yang menganggap
manusia sendiri sebagai makhluk mandiri
dan menentukan segala-galanya, melainkan
1

berpusat kepada Allah, sehingga berhasil


atau tidaknya tergantung setiap usaha
manusia, kepada iradat Allah.

hakiki. Kebenaran hakiki adalah ujung dari


kebenaran.
Sumber Ilmu Ekonomi Islam

Epistemologi Islam mengambil titik tolak


Islam sebagai subjek untuk membicarakan
filasafat pengetahuan, maka di satu pihak
epistemologi Islam berpusat pada Allah,
dalam arti Allah sebagai sumber
pengetahuan dan sumber segala
kebenaran. Di lain pihak, epistemology
Islam berpusat pula pada manusia, dalam
arti manusia sebagai pelaku pencari
pengetahuan ( kebenaran ). Di sini manusia
berfungsi subyek yang mencari kebenaran.
Manusia sebagai khalifah Allah berikhtiar
untuk memperoleh pengetahuan sekaligus
memberi interpretasinya. Dalam Islam,
manusia memiliki pengetahuan, dan
mencari pengetahuan itu sendiri sebagai
suatu kemuliaan.

Menurut M. Akram Khan, sumber


pembentukan ilmu ekonomi Islam adalah :
1. Al-quran
2. As-Sunnah
3. Hukum Islam dan Yurisprudensinya
(Ijtihad)
4. Sejarah Peradaban Umat islam
5. berbagai data yang berkaiatan
dengan kehidupan ekonomi
Sementara itu Masudul Alam Chowdhury,
merumuskan metodologi islamic economic
dengan istilah shuratic
process. Penggunaan
istilah shuratic berasal dari dari
kata syura/musyawarah, untuk
menunjukkan bahwa proses ini bersifat
konsultatif dan dinamis. Metodologi ini
merupakan upaya untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan yang bersifat transenden,
sekaligus didukung oleh kebenaran empiris
dan rasional yang merupakan tolak ukur
utama kebenaran ilmiah saat ini.
Sementara seorang muslim meyakini
bahwa kebenaran utama dan mutlak
berasal dari Allah, Sedangkan kebenaran
dari manusia bersifat tidak sempurna. Akan
tetapi manusia dikaruniai akal dan
berbagai fakta empiris di sekitarnya
sebagai wahana untuk memahami
kebenaran dari Allah. Perpaduan kebenaran
wahyu dan kebenaran ilmiah akan
menghasilkan suatu kebenaran yang
memiliki tingkat keyakinan yang tinggi.

Ada beberapa perbedaan antara Filsafat


Pengetahuan Islam ( Epistemologi Islam )
dengan Epistemologi pada umumnya. Pada
garis besarnya, perbedaan itu terletak pada
masalah yang bersangkutan dengan
sumber pengetahuan dalam Islam,
yakni wahyu dan ilham. Sedangkan
masalah kebenaran epistemologi pada
umumnya menganggap kebenaran hanya
berpusat pada manusia sebagai makhluk
mandiri yang menentukan kebenaran.
Epistemologi Islam membicarakan
pandangan para pemikir Islam tentang
pengetahuan, di mana manusia tidak lain
hanya sebagai khalifah Allah, sebagai
makhluk pencari kebenaran. Manusia
tergantung kepada Allah sebagai pemberi
kebenaran.
Menurut pandangan Syed Nawab Haider
Naqvi, ada empat aksioma etika yang
mempengaruhi ilmu ekonomi Islam, yaitu
tawhid, keadilan, kebebasan dan tanggung
jawab[1]

Menurut Chouwdhury sumber utama dan


permulaan dari segala ilmu
pengatahuan (primordial stock of
knowledge) adalah Al-quran, sebab ia
merupakan kalam Allah. Pengetahuan yang
ada dalam Al-Quran memiliki kebenaran
mutlak (absolute), telah mencakup segala
kehidupan secara
komprehensif (complete) dan karenanya
tidak dapat dikurangi dan
ditambah (irreducible).

Pengaruh asumsi dan pandangan yang


dipakai dalam penelitian ekonomi Islam
harus terbukti faktual, berbagai dimensi
manusia adalah kenyataan
faktual.Metodologi ekonomi Islam
mengungkap permasalahan manusia dari
sisi manusia yang multi dimensional
tersebut. Keadaan ini digunakan untuk
menjaga obyektifitas dalam
mrngungkapkan kebenaran dalam suatu
femomena.

Akan tetapi, Al-quran pada dasarnya tidak


mengetahui pengetahuan yang praktis,
tetapi lebih pada prinsip-prinsip umum.
Ayat-ayat Alquran diimplementasikan dalam
perilaku nyata oleh Rasulullah, karena itu
as-Sunnah juga adalah sumber ilmu

Sikap ini melahirkan sikap dinamis dan


progressif untuk menemukan kebenaran
1

pengetahuan berikutnya. Al-Quran dan


Sunnah kemudian dapat dielaborasi dalam
hokum-hukum dengan menggunakan
metode epistemological deduction, yaitu
menarik prinsip-prinsip umum yang
terdapat dalam kedua sumber tersebut
untuk diterapkan dalam realitas individu.
Selanjutnya dalam epistemology ekonomi
Islam diperlukan ijtihad dengan
menggunakan rasio/akal. Ijtihad terbagi
kepada dua macam, yaitu ijtihad istimbathi
dan ijtihad tathbiqi. Ijtihad istimbathi
bersifat deduksi, sedangkan ijtihad tathbiqi
bersifat induksi.

metodologi dengan pendekatan


rasionalisme dan empirisme, dengan
demikian sumbernya adalah rasio dan
pengalaman belaka. Sedangkan ilmu
ekonomi Islam bersumber dari syariah
(Alquran dan Sunnah). Oleh karena itu
dalam beberapa hal metodologi ilmu
ekonomi Islam berbeda dengan ilmu
ekonomi konvensional, namun dalam
beberapa hal keduanya dapat
menggunakan metodologi yang sama,
khususnya pada tataran penggunaaan
ijtihad.
Dalam sejarah bahkan, para ilmuwan
muslim klasik telah banyak memberikan
konstribusi yang besar terhadap metodologi
ilmiah modern. Ibnu Taymiyah (w.11110
dikenal sebagai ilmuwan yang banyak
menggunakan metode induktif. Demikian
pula Ibnu Khaldun (1332-1406) sering
menggunakan metode induktif dalam
menganalisis ekonomi sosial.

Dari segi kuantitas orang yang berijtihad,


ijtihad dibagi kepada dua, yaitu ijtihad fardi
(individu) dan ijtihad jamaiy (kumpulan
orang banyak). Ijtihad yang dilakukan
secara bersama disebut ijma dan dianggap
memiliki tingkat kebenaran ijtihad yang
paling tinggi.
Dalam membicarakan epistemology
ekonomi Islam, digunakan metode desuksi
dan induksi. Ijtihad tahbiqi yang banyak
mengunakan induksi akan menghasilkan
kesimpulan yang lebih operasional, sebab ia
didasarkan pada kenyataan empiris.
Selanjutnya, dari keseluruhan proses ini
yaitu kombinasi dari elaborasi kebenaran
wahyu Allah dan As Sunnah dengan
pemikiran dan penemuan manusia yang
dihasilkan dalam ijtihad akan menghasilkan
hukum dalam berbagai bidang kehidupan.
Jika diperhatikan, maka
sesungguhnya Shuratic proses ini
merupakan suatu metode untuk
menghasilkan ilmu pengetahuan yang
memiliki akar kebenaran empiris (truth
based on empirical process).

Ibnu Rusydi atau Averros yang tinggal di


Spanyol adalah ilmuwan muslim yang
paling berjasa mengajarkan pemikiran
rasionalisme di Eropa, ketika di Eropa
sedang berlangsung kejumudan
pemikiran.Upaya itu pada gilirannya
mengilhami para ilmuwan Eropa untuk
meretas kejumudan pemikiran yang pada
akhirnya melahirkan era renaisance.
Muhammad Anas Zarqa (1992),
menjelaskan bahwa ekonomi Islam itu
terdiri dari 3 kerangka
metodologi. Pertama adalah presumptions
and ideas, atau yang disebut dengan ide
dan prinsip dasar dari ekonomi Islam. Ide ini
bersumber dari Al Quran, Sunnah, dan
Fiqih Al Maqasid. Ide ini nantinya harus
dapat diturunkan menjadi pendekatan yang
ilmiah dalam membangun kerangka berpikir
dari ekonomi Islam itu
sendiri. Kedua adalah nature of value
judgement, atau pendekatan nilai dalam
Islam terhadap kondisi ekonomi yang
terjadi. Pendekatan ini berkaitan dengan
konsep utilitas dalam Islam. Ketiga, yang
disebut dengan positive part of economics
science. Bagian ini menjelaskan tentang
realita ekonomi dan bagaimana konsep
Islam bisa diturunkan dalam kondisi nyata
dan riil. Melalui tiga pendekatan metodologi
tersebut, maka ekonomi Islam dibangun.

Metodologi Ekonomi Islam


Dalam perspektif Islam, eksistensi suatu
metodologi merupakan sebuah
keniscayaan, sebab prinsip dasar ajaran
Islam adalah kebenaran. Manusia
diperintahkan untuk mengikuti kebenaran
dan dilarang mengikuti persangkaan. Untuk
memperoleh kebenaran itu manusia harus
memiliki pengetahuan. Ekonomi Islam
sebagai sebuah disiplin ilmu yang
bersumber dari syariah memiliki
metodologi tertentu sesuai dengan nilainilai ajaran Islam itu sendiri.

Secara garis besar metodologi ilmu


ekonomi Islam tersusun secara sistimatis
sebagai berikut :
Pertama, Al-Quran adalah sumber
kebenaran yang paling utama, sehingga ia

Dengan demikian, epistemologi ilmu


ekonomi konvensional jelas berbeda
dengan ilmu ekonomi Islam. Ilmu ekonomi
konvensional disusun berdasarkan
1

merupakan sumber primer ilmu ekonomi


Islam. Al-quran yang merupakan wahyu dari
Allah tidak saja memuat dalil-dalil normatif
tetapi juga fakta empiris yang bersifat
empiris, faktual dan obyektif. Al-quran
tersebut selanjutnya dijelaskan oleh Sunnah
Nabi Saw yang juga dipandang sebagai
wahyu ghairu matlu sesuai dengan Firman
Allah, Muhammad itu tidak bertutur
menurut hawa nafsunya.(An-najm: 4).
Dengan demikian, Al-Quran dan sunnah
merupakan sumber utama ajaran Islam.
segala metodologi harus bersumber dari Alquran dan Sunnah tersebut. Dari
persepektif ini, epistemologi ekonomi
konvensional dan ekonomi Islam memiliki
perbedaan yang sangat mendasar.

Pada umumnya orang tidak akan


melakukan sesuatu apabila tidak dapat
dirasakan manfaatnya. Kebenaran suatu
ilmu pengetahuan menurut Islam adalah
sebanding dengan kemanfaatan (aksilogis)
suatu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
yang bermanfaat adalah apabila :
1). Mendekatkan pada kebenaran Allah dan
bukan menjauhkannya.
2). Dapat membantu umat manusia
merealisasikan tujuan-tujuannya.
3). Dapat memberikan pedoman bagi
sesama.
4). Dapat menyelesaikan persoalanpersoalan kemanusiaan.
Penutup

Kedua, Setelah Al-Quran dan Sunnah,


ekonomi Islam digali dan dikembangkan
dengan menggunakan ijtihad, yaitu
penggunaan rasio untuk menemukan
kebenaran. Pada tataran ijtihad inilah
epistemologi ekonomi konvensional
memiliki kesamaan dengan ekonomi Islam.
Ijtihad adalah upaya penggunaaan rasio
untuk merumuskan dan menyimpulkan
suatu hukum atau menghasilkan suatu
teori. Dalam ilmu ushul, metodologi ijtihad
antara lain mengunakan qiyas, maslahah,
sadduz zariah, istihsan, urf, dsb. Dengan
ijtihad para ulama melakukan penelitian
induktif.

Berdasarkan kajian epistemologi ekonomi


Islam di atas, jelaslah bahwa ekonomi Islam
bukanlah hanya suatu system atau norma
saja sebagaimana yang pernah
disangkakan orang di masa lampau.
Ekonomi Islam adalah sebuah disiplin ilmu
yang ditemukan melalui metodologi
keilmuan ilmiah. Karena itu para imuwan
kontemporer menyebutnya Islamic
economics (ilmu ekonomi Islam). Akan
tetapi sumber ilmu pengetahuan dalam
Islam bukan semata rasio dan empiris
sebagaimana yang diajarkan aliran
positivisme. Ekonomi Islam memiliki sumber
utama yaitu Alquran dan Sunnah.
Sedangkan ijtihad (penggunaan rasio)
adalah sumber ilmu berikutnya. Ekonomi
Islam dapat menerima metode ilmiah
ekonomi konvensional yang berdasarkan
rasio dan pengamalan empiris. Penerimaan
ini karena Islam memberikan peluang
ijtihad bagi manusia untuk melakukan
observasi dan penelitian ilmiah (istiqra)
baik melalui deduktif maupun induktif.

Ekonomi Islam dapat menerima metode


ilmiah ekonomi konvensional sepanjang
metodologi itu tidak bertentangan ajaran
Islam. Metode ilmiah melalui istiqra akan
menghasilkan suatu kebenaran yang
didasarkan atas realitas obyektif dan
empiris.Kebenaran ilmiah versi Barat hanya
mengakomodir kebenaran yang bisa
ditangkap pancaindra, sementara
kemampuan rasio dan pancaindra banyak
memiliki keterbatasan.

3 Miska Muhammad Amien, op. cit., h. 3.


[1]Syed Nawab haider Naqvi, Ethics and
Economics an Islamic Synthesis, The Islamic
Foundation, London, p.48056

Ilmu ekonomi Islam kontemporer disusun


dengan mengikuti aturan main (rule of
game) syariah dan juga kaedah-kaedah
ilmiah keilmuan modern.
Aksilogi
Membicarakan aksilogi semata tidak
sempurna, tanpa mengkaji aksiologisnya.
Karena itu mengkaji epistemology islam
harus mengikutsertakan kajian
aksilogis.Kajian aksilogis ekonomi Islam
ialah membicarakan ekonomi islam dari
segi nilai dan manfaat dari ilmu
1

Anda mungkin juga menyukai