Anda di halaman 1dari 16

EPISTEMOLOGI

Fajar Yumanhadi Aripin, M.Pd


Epistemologi
Epistomologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu:


kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau
alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam
bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah epistemologi secara
etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa
Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah teori
mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan
Ruang Lingkup Epistemologi
Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh
pengetahuan, Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah
sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi artinya pertanyaan
epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan. Hal ini
menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen untuk menggambar manusia
berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah
yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam epistemologi
adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat membedakan antara satu
ilmu dengan ilmu yang lainnya.
Objek dan Tujuan epistemologi
Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa “ segenap proses
yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh
pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi
mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang
harus dilalui dalam mewujudkan tujan

Jacques Martain mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk
menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat
yang memungkinkan saya dapat tahu.”hal ini menunjukkan, bahwa tujuan epistemologi
bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan
tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah hal lebih penting dari
itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan
Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan
ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan
merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum dalam metode
ilmiah.
Metode Dalam Teori Pengetahuan
1. Metode induktif
Induksi merupakan suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Menurut David Hume (1711-1716),
pernyataan yang berdasarkan observasi tunggal betapa pun besar jumlahnya, secara logis tak dapat
menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas.
2. Metode Deduktif
Deduksi merupakan  suatu metode yang menyimpulkan bahwa data empirik diolah lebih lanjut dalam
suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
3. Metode Positivisme
  Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan di luar
yang ada sebagai fakta.
4 Metode Kontemplatif 

           Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda harusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.

5 Metode Dialektis

Merupakan metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.


ALIRAN-ALIRAN EPISTEMOLOOGI
1. Empirisme
Empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata
empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata
yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia
tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis karena manusia
mencicipinya
Metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode
eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena
keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil,
sebenarnya benda itu kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari
dekat benda itu besar
Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia, menurut
aliran ini, menmperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek.
Bapak aliran ini adalah Descartes (1596-1650)

Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastic yang
pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh
kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru,
yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam
keragu-raguan itu jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu
ada dan jelas ia sedang erang menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir, maka
saya ada).
Positivisme
Tokoh aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia menganut paham
empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh
pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen.
Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak
hanya indera yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang selalu berubah,
demikian bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap.
Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek
bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia
tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang
tetap pada objek. Misalnya manusia menpunyai pemikiran yang berbeda-beda.
Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal maka bergson
mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu
intuisi
Kritisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli
pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004)
mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant mengikuti
rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant mengakui
peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis.
Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya
pengertian timbul dari pengalaman (empirime).

Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun ia mendasarkan diri


dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa adanya persoalan-
persoalan yang melampaui akal
Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil
dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato
dan pada filsafat modern.

Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu,


tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak
disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang
digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan
rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa
pengetahuan apriori atau deduktifdapat diperoleh dari manusia denganakalnya
Pengaruh Epistemologi
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis
secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus
berkembang terus, sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau
disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian.
Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-
teori yang ada. Penguasaan epistemologi, terutama cara-cara memperoleh pengetahuan
sangat membantu seseorang dalam melakuakan koreksi kritis terhadap bangunan
pemikiran yang diajukan orang lain maupun dirinya sendirinya. Sehingga perkembangan
ilmu pengetahuan relatig mudah dicapai, bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban
sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologilah yang menentukan
kemajuan sains dan teknologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat strategis
dalam merekayasa pegembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi meskipun
teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh ternyata teknologi
sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi. 
Kesimpulan
Epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang
benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi
epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat
tentang pengetahuan.
Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa “ segenap
proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.”
Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut? Jacques Martain
mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab
pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
memungkinkan saya dapat tahu.”
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan 
sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu
disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif.
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas
menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Epistemologi
juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
• Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 53
• Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan, 1990), h. 105
• Mujammil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: dari metode rasional hingga
metode kritik, ( Jakarta: Erlangga 2005), h. 7
• Constructivism: Theory, Perspectives, and Practice. NewYork: Teachers College.
• Cognition , DC: American Psychological Association. Washintong
• Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

Vygotsky, L.S. 1978. Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press.

Anda mungkin juga menyukai