DALAM ISLAM
DISUSUN OLEH:
PUTRI NURAINI
21493206361
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mu’amalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan
peradaban Islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari
maliyah atau interaksi sesama manusia yang berkaitan dengan uang dan
harta dengan segala bentuk macam transaksinya. Hal ini tidak dapat kita
manusia tidak dapat hidup sendiri. Oleh sebab itu manusia saling
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, atau disebut juga dengan
Islam melihat konsep jual beli itu sebagai suatu alat untuk
tempat aktivitas jual beli harus dijadikan sebagai tempat pelatihan yang
tepat bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Maka sebenarnya jual
Manusia sebagai makhluk sosial yang diciptakan Allah SWT yang saling
membutuhkan satu dengan yang lain tak lepas dalam urusan jual beli guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Jual beli juga merupakan aktivitas sehari-hari setiap orang untuk
memenuhi kebutuhan kehidupannya, dan setiap orang yang terjun dalam bidang jual beli
harus mengetahui hukum jual beli agar jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, yang
dilakukan sesuka dan sekehendak manusia, seperti lepas kendali. Adab dan etika bisnis dalam
Islam harus dihormati dan dipatuhi jika para pedagang dan pebisnis ingin termasuk dalam
golongan para Nabi, Syuhada dan Shiddiqien. Ummat Islam dalam kiprahnya mencari
kekayaan dan menjalankan usahanya diharuskan menjadikan Islam sebagai dasarnya dan
Dalam pandangan Islam bisnis merupakan sarana untuk beribadah kepada Allah dan
merupakah fardlu kifayah, oleh karena itu bisnis dan perdagangan (jual beli) tidak boleh lepas
dari peran Syari’ah Islamiyah. Sistem Islam melarang setiap aktivitas perekonomian, tak
terkecuali jual beli (perdagangan) yang mengandung unsur paksaan, mafsadah (lawan dari
manfaat), dan gharar (penipuan). Sedangkan, bentuk perdagangan Islam mengijinkan adanya
Dalam kaitannya dengan jual beli yang terlarang dalam islam, hal ini lah yang
melatar belakangi adanya pembahasan ini dimana munculnya konsep jual beli yang dilarang,
faktor-faktor penyebab larangan jual beli dalam Islam, serta hikmah dari kegiatan jual beli.
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dapat diuraikan
sebagai berikut :
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan jual beli dilarang dalam Islam ?
3. Apa saja hikmah yang dapat diambil dari kegiatan jual beli ?
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada pembahasan makalah ini adalah penulis membatasi
pembahasan konsep jual beli yang dilarang, faktor-faktor yang menyebabkan jual beli
dilarang dalam Islam, serta hikmah dari kegiatan jual beli saja menurut beberapa literatur.
D. Metode
Metode pengambilan isi dalam makalah ini adalah metode secara tinjauan pustaka.
E. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan dan pembahasan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep jual beli yang dilarang dalam Islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan jual beli dilarang dalam
Islam.
3. Untuk mengetahui dan memahami hikmah dari kegiatan jual beli.
BAB II
PEMBAHASAN
permasalahan manusia, tak terkecuali dengan jual beli. Jual beli telah
dilanggar. Seperti jual beli yang dilarang yang akan kita bahas ini, karena
telah menyelahi aturan dan ketentuan dalam jual beli, dan tentunya
halal, maka hal yang semestinya dikenali adalah hal-hal yang menjadikan
Walaupun Islam mendorong umatnya untuk berdagang, bukan berarti dapat dilakukan
sesuka dan sekehendak manusia, seperti lepas kendali. Adab dan etika bisnis dalam Islam
harus dihormati dan dipatuhi jika para pedagang dan pebisnis ingn termasuk dalam golongan
Konsep Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari
segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang. Kemudian konsep jual beli
1
Diantara bentuk-bentuk jual-beli yang diharamkan karena
Pengertian
pengertian terminologi, najsy berarti jika seseorang meninggikan harga sebuah barang,
namun tidak bermaksud untuk membelinya, melainkan hanya untuk membuat orang lain
tertarik dengan barang tersebut sehingga dia terjebak di dalamnya, atau dia memuji
yaitu :
1) Seseorang menaikkan harga pada saat lelang sedangkan dia tidak
berniat untuk membeli; baik ada kesepakatan sebelumnya antara dia dan
3) Penjual berkata," harga pokok barang ini sekian," padahal dia
berdusta2[2].
Najasy menurut syara’ berarti penambahan pada barang, dan ini terjadi atas
pembuatan penjual maka keduanya menanggung dosa, atau dengan ibarat yang lain;
penambahan pada harga barang yang di tawarkan untuk di jual tapi bukan dengan maksud
untuk membelinya, hanya untuk membuat orang lain tertarik, dan najasy pada orang (jual beli
itu) dinamakan najasy, karena dia membangkitkan kemauan pembeli dan mengangkat
harganya, para ulama sepakat bahwa pelaku najasy adalah pelaku maksiat.3[3]
2
3
Contoh dari jual beli najsy sebagai berikut: Misalnya, dalam suatu transaksi atau
pelelangan, ada penawaran atas suatu barang dengan herga tertentu, kemudian ada sesorang
yang menaikkan harga tawarnya, padahal ia tidak berniat untuk membelinya.. Dia hanya
ingin menaikkan harganya untuk memancing pengunjung lainnya dan untuk menipu para
Hukum
demikian, hukum akad jual-beli tetap sah dan pembeli berhak memilih
Dalil
نهى النبي صلى اهلل عليه و سلم عن النجش: عن ابن عمر رضي اهلل عنهما قال
Bukhari- Muslim)4[4].
Penegrtian
Ihtikar berasal dari kata hakara yang arti az-zulm (aniaya) dan isa' al-mu'asyarah
(merusak pergaulan). Secara istilah berarti menyimpan barang dagangan untuk menunggu
lonjakan harga5[5].
merupakan syarat pelarangan penimbunan barang. Apabila hal itu terjadi, barang dagangan
4
5
hasil timbunan tersebut harus dijual dan keuntungan dari hasil penjualan ini disedekahkan
sebagai pendidikan terhadap para pelaku ihtikar. Adapun para pelaku Ihtikar itu sendiri hanya
berhak mendapatkan modal pokok mreka. Selanjutnya, pemerintah memperingati para pelaku
ihtikar agar tidak mengulangi perbuatannya. Apabila mereka tidak mempedulikan peringatan
tersebut, pemerintah berhak menghukum mereka dengan memukul, mengelilingi kota dan
memenjarakannya6[6].
Para ahli fikih menghukumkan ihtikar sebagai perbuatan terlarang dalam agama. Dasar
hukum pelarangan ini adalah kandungan Alquran yang menyatakan bahwa setiap perbuatan
aniaya, termasuk di dalamnya kegiatan ihtikar, diharamkan oleh agama. Firman Allah Swt
7
2) Barang yang ditimbun merupakan hajat orang banyak dan mereka
c. Ghisyhy
Pengertian
yang penting.
rusak, hanya karena pembeli tidak mengerti harga dan tidak cakap
menawar, pembeli tertipu dengan harga yang jauh diatas harga pasar. Ini
10
Dalil
Firman Allah Swt dalam QS. Al-Muthafifiin ayat 1-3 yang berbunyi :
orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Oleh karena itu,
berbunyi :
س ِمنَّا َّ ََم ْن غ
َ شنَا َفلَْي
Artinya : “Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR.
Muslim)13[13].
Contoh praktek ghisysy (penipuan) ternyata bukan saja dipraktikkan di dunia niaga.
Di dunia pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi praktik ghisysy
tidak asing lagi, dilakukan oleh perorangan ataupun massal. Praktik ini dikenal dengan
curang, menyontek pada saat ulangan umum. Juga termasuk dalam bentuk ghisysy tindakan
plagiat dalam karya ilmiah yang menjadi syarat kelulusan. Ghisysy yang lebih tinggi lagi
11
12
13
Tradisi ghisysy ini telah mengakar dan membudaya di tengah sebagian masyarakat
Indonesia, sehingga pada saat ada salah seorang yang membongkar praktik ghisysy pada
Ujian Nasional disalah satu Sekolah Dasar di sebuah kota, bukannya ia mendapat dukungan
dari masyarakatnya, malah ia dikucilkan dan diusir dari rumahnya sendiri oleh orang-orang di
sekitarnya. Dan di salah satu daerah lainnya agar ghisysy tidak terjadi di sekolah-sekolah
pasukan keamanan dengan seragam lengkap harus mengawal pendistribusian soal ujian.
melarang orang lain meniru barang produksi atau merek mereka. Mereka
dalam hal ini materi-materi ilmiah dan informasi seperti buku, kaset, dan
program komputer.
Merampas atau pencurian atas hak cipta menurut hukum Islam juga
kerugian materi lainnya terhadap orang lain. Yang jelas agama Islam
lain14[14].
14
Bagaimana kalau pencurian atas hak cipta tersebut dilakukan untuk
kemaslahatan lain yang lebih besar, Ini memerlukan kajian yang lebih
bisa menerapkan qaidah yang artinya: ”Apabila terjadi dua maslahat yang
Karena hak cipta adalah hak yang diakui syariat maka haram
(CD) lalu dijual tanpa seizin penulis. Jika tetap dilakukan sungguh
menjual sesuatu yang masih dalam proses transaksi dengan orang lain,
atau menawar barang yang masih ditawar orang lain. Di antara bentuk
aplikatif menjual sesuatu dalam transaksi orang lain misalnya: Ada dua
orang yang berjual beli dan sepakat pada satu harga tertentu. Lalu datang
berkualitas lebih baik dengan harga sama atau bahkan lebih murah.
ada larangan tegas terhadap perbuatan itu dari Sunnah Nabi yang shahih.
15
Hadits Rasulullah Saw :
Umar dari Sabda Rasulullah, "Tidak sah menjual sesuatu dalam transaksi
yang masih dipinang oleh orang lain, kecuali bila mendapatkan izin dari
seperti dua pihak yang melakukan transaksi jual beli lalu sama-sama
sepakat pada satu harga tertentu, lalu datang pembeli lain yang menawar
barang yang menjadi objek transaksi mereka dengan harga lebih mahal,
atau dengan harga yang sama, hanya saja karena ia orang yang
16
17
kepada orang yang menjual barang haram, seperti kaset musik atau
Firman Allah Swt QS. Al-Maidah ayat 2 yang artinya “Dan tolong-
maksiat18[18].
Aturan-aturan syariah mengenai gharar telah digambarkan oleh ulama syariah dalam
kaidah-kaidah tertentu; kaidah yang paling populer salah satunya adalah menjual barang yang
tidak dia miliki adalah haram (Jula beli yang tidak ada).
Secara asasnya, jual beli dalam Islam mesti melibatkan kewujudan barang jualan
(mahal al-aqd atau ma'qud allaih) ketika transaksi berlaku. Transaksi-transaksi yang berlaku
tanpa kewujudan barang jual beli disebut bai' al- ma'dum yang biasanya dikaitkan dengan
transaksi 'futures contracts' dan 'warrants' dalam konteks transaksi modern pada hari ini.
Rasulallah saw melarang bai' al ma'dum yaitu jual-beli yang barangnya tidak ada di
tempat transaksi, Sementara itu, sebagian ulama membolehkan Istishna' yaitu jual-beli barang
yang belum dibuat, seperti memesan baju dan celana. Padahal Istishna’ sama seperti menjual
sesuatu yang tidak ada, karena barangnya juga tidak ada di tempat.
18
19
Pada dasarnya, Ba'i Al-Ma'dum merupakan bentuk jual-beli yang diperdebatkan
kebolehannya oleh para ulama fiqih. Sebagian ada yang berpendapat bahwa ba'i al ma'dum
merupakan bentuk jual-beli yang haram dengan alasan adanya dalil yang melarang jual-beli
gharar atau jual-beli yang mengandung unsur penipuan. Ba'i al ma'dum masuk dalam kategori
jual-beli gharar, karena ketiadaan barang yang dijual akan menimbulkan perselisihan
Sehingga kaidah yang berlaku dalam ba'i al ma'dum adalah: Segala yang tidak ada dan
tidak dapat direalisasikan keberadaannya di masa datang maka tidak boleh diperjual-belikan.
Dan segala yang tidak ada namun keberadaannya dapat direalisasikan di masa datang, sesuai
Pengertian
Gharar secara bahasa berarti khatar (resiko, berbahaya), dan tahgrir berarti melibatkan
diri dalam sesuatu yang gharar. Gharar dalam terminologi para ulama fiqih telah
merumuskan bebrapa definisi mengenai gharar menurut ciri dan karakteristiknya yang
1) Menurut Ibn Rusyd : “Gharar ditemukan dalam akad-akad jual beli ketika
kekurangtahuannya tentang kriteria penting dalam akad, barang yang ia jual, kualitas barang
Dari definisi diatas dapat dimbil kesimpulan bahwa gharar berisi kharakteristik-
karakteristik tertentu seperti risiko, bahaya, spekulasi, hasil yang tidak pasti, dan keuntungan
20
mendatang yang tidak diketahui21[21]. Atau dapat dikatakan jual beli secara gharar (yang
tidak jelas sifatnya) yaitu segala bentuk jual beli yag didalamnya terkandung jahalah (unsur
Sebuah akad melibatkan gharar, menyebabkan keuntungan dan kekayaan yang tak
pantas pada satu pihak atas tanggungan kerugian pihak lain. Oleh karena itu, Nabi Saw telah
transaksi sebagai teransaksi gharar apabila transaksi-transaksi itu melibatkan elemen ketidak
pastian, risiko, judi, tidak adanya ketentuan, dan kurangnya pengetahuan mengenai fakta-
Jual beli gharar dilarang dalam Islam berdasarkan Al-Quran didasarkan kepada ayat-
ayat yang melarang memakan harta orang lain dengan cara yang bathil. Sebagaimana yang
Alasan pelanggaran jual beli gharar tersebut selain karena memakan harta orang lain
dengan cara bathil, juga merupakan transaksi yang mengandung unsur judi, seperti menjual
burung diudara, onta dan budak yang kabur, buah-buahan sebelum tampak buahnya, jual beli
21
22
23
Adapun larangan jual beli gharar dalam hadits Nabi Saw adalah sebagai berikut :
Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi melarang jual beli
Hashah (jual beli tanah yang menentukan ukurannya sejauh lemparan
batu) dan juga melarang jual beli Gharar”. (HR. Muslim)24[24].
Nabi SAW juga mengharamkan jual beli mulamasah dan munabadhah. Mulamasah
adalah jual beli dengan harga pasti atas barang-barang yang disentuh si pembeli tanpa
diperiksanya. Sedangkan Munabadhah adalah jual beli yang memberi akibat pada dua pihak
penerimaan instrumen pada masa yang akan datang yang disebut dengan
1) Penyerahan barang dan uang tidak tunai. Dan para ulama sepakat
3) Pada umumnya saat kontrak terjadi, penjual belum memiliki barang yang
Misalnya:
24
25
26
Pak Ahmad membeli 100 saham dari pak Ali dengan harga 10 juta
rupiah pada hari Kamis tanggal 4 Januari, dimana saham dan uang
d. Asuransi
Asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak
yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas
akan terjadi27[27].
asuransi dilarang dalam islam adalah dengan dasar yaitu segala asuransi dalam segala
aspeknya adalah haram, termasuk asuransi jiwa. Pendapat ini didukung oleh kalangan ulama
seperti Sayid Sabiq, Abdullah Al- Qalqili, Muhammad Yusuf Qordawi, dan Muhammad
1. Pada dasarnya asuransi itu sama atau serupa dengan judi.
2. Asuransi mengandung ketidakpastian.
3. Asuransi mengadung riba.
4. Asuransi bersifat eksploitasi karena jika peserta tidak sanggup melanjutkan pembayaran
premi sesuai dengan perjanjian maka premi hangus / hilang atau dikurangi secara tidak adil
(peserta dizalimi).
5. Premi yang diterima oleh perusahaan diputar atau ditanam pada investasi yang mengandung
bunga /riba.
6. Asuransi menjadikan hidup/mati seseorang sebagai obyek bisnis, yang berarti mendahului
takdir Allah28[28].
Jenis Asuransi
perjanjian antara dua belah pihak antara perusahaan asuransi dan pihak
27
28
tertanggung yang menyatakan bahwa pihak tertanggung berkewajiban
Kontrak ini tidak bertujuan kooperatif atau solidaritas, akan tetapi semata-
mata bertujuan mencari laba. Dan laba tersebut diperoleh dari selisih total
dibagikan kembali kepada para anggota dan jika total iuran kurang dari
jumlah uang ganti-rugi maka ditarik iuran tambahan dari seluruh anggota
tertanggung.
29
Salah satu aplikasi Asuransi Syariah pada saat sekarang ini adalah
didasarkan pada syariat Islam dengan mengacu pada al-Quran dan as-
Sunnah. Sebagai sebuah asuransi yang digali dari prinsip dan nilai Islam,
musyarakah) .
Akhirnya asuransi itu sebenarnya diperbolehkan dalam islam namun dengan catatan
bahwa asuransi tersebut harus mengacu pada nilai-nilai serta ketentuan-ketentuan dalam
islam. Maka asuransi syariah merupakan solusi ditengah kebimbangan akan kehalalan dan
kemudian unta yang dilahirkan itu bunting. Dan, habalul habalah yaitu
unta yang dikandung itu lahir, kemudian unta yang dilahirkan itu bunting,
Bari IV: 356 no: 2143, Muslim III: 1153 no: 1514, ‘Aunul Ma’bud IX: 233 no:
3365, 64, Tirmidzi II: 349 no: 1247 secara ringkas, Nasa’i VII: 293 dan Ibnu
30
31
f. Jual Beli secara ‘Inah.
Yang dimaksud jual beli secara ‘inah ialah seseorang menjual sesuatu
kepada orang lain dengan harga bertempo, lalu sesuatu itu diserahkan
tadi secara kontan sebelum harganya diterima, dengan harga yang lebih
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Nabi saw bersabda, "Apabila kamu berjual
no:3445)32[32].
secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa
pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli
meupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam
Islam33[33].
32
33
Mengenai hal ini, Allah Swt mengingatkan dalam firman-Nya dalam QS. An-Nisa’ : 29
Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang
berutang (muqtaridh).
Contoh :
pak Khalid sebanyak 50 juta rupiah, yang akan dibayar setelah 1 tahun.
rupiah.
Utang dibayar lebih dari pokoknya kerena sipeminjam tidak mampu membayar
Contoh :
Pak Saleh membeli mobil pak Khalid seharga 50 juta rupiah yang
akan dilunasi dalam waktu 3 tahun. Tatkala jatuh tempo pembayaran pak
Saleh tidak memiliki uang untuk membayar, maka pak Khalid berkata,
34
35
"Aku beri tenggang waktu satu tahun lagi dengan syarat hutang
Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda,
Contoh :
- Menukar satu gantang kurma jenis sukari dengan 2 gantang kurma jenis
barhi dengan cara tunai.
- Menukar 100 gram emas baru dengan 200 gram emas usang dengan
cara tunai.
- Menukar Rp. 10.000,- kertas dengan Rp. 9.800,- logam dengan cara
tunai.
dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya perbedaan,
perubahan atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.
Contoh :
macam, yaitu :
1. Emas,
2. Perak,
3. Gandum,
4. Syair,
5. Kurma,
6. Garam36[36].
Para Ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa muamalah dengan cara riba hukumnya
haram. Keharaman riba ini dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits
Rasulullah Saw37[37]. Riba adalah usaha yang haram menurut syariat Islam, sesuai dengan
1) Tahap pertama ini Allah Swt mengharamkan riba secara total dengan segala
bentuknya. Firman Allah Swt dalam QS. Al-Baqarah : 275 yang berbunyi :
Artinya : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... “39[39]
masyarakat Yahudi. Firman Allah Swt dalam QS. An-Nisa’ : 161 yang berbunyi :
36
37
38
39
40
3) Tahap ketiga, Allah Swt menunjukkan bahwa riba itu bersifat
yang berbunyi :
....
Artinya : “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia
bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi
Allah....” 41[41]
Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-Qur’an, melainkan juga al-
Hadits. Hal ini sebagaimana posisi umum hadits yang berfungsi untuk menjelaskan lebih
lanjut aturan yang telah digariskan melalui Al-Qur’an, pelarangan riba dalam hadits lebih
lebih terinci.
1) Alasan keharaman riba dalam Sunnah Rasulullah Saw diantaranya adalah dari
Artinya : “Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima riba, orang
yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau
2) Alasan keharaman riba dalam Sunnah Rasulullah Saw selanjutnya adalah
42
( ) رواه أبو داود
Artinya : “Rasulullah Saw melaknat para pemakan riba, yang memberi makan dengan cara
riba, para saksi dalam masalah riba, dan para penulisnya. “ (HR. Abu Daud)43[43].
mereka telah berkonsensus dalam hal itu pada setiap masa dan tempat.
Para ulama Ahli Fikih seluruh madzhab telah menukil ijma’ tersebut.
apakah termasuk riba atau tidak dari segi praktisnya, namun tidak
itu.
Ijma’ hal 103, Ibnu Rusyd dalam Al Muqaddimah wal Mumahadah 2/8, Al
hikmah, Begitu juga dengan kegiatan jual beli. Adapun hikmah dari
1. Individu
43
44
b. Penjual
1) Mendapat rahmat dan keberkahaan dari Allah SWT dengan mengikut apa
b. Pembeli
1) Merasa puas dengan kegiatan jual beli yang dijalankan sesuai syariat
islam,
2. Masyarakat
3. Negara
45
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep jual beli yang dilarang pelbagai jenis sesuai dengan cabang-
cabangnya dan sifatnya. Hal ini dapat dibagi kedalam : ditinjau dari sudut
Faktor yang menyebabkan jula beli dilarang dalam Islam adalah adanya unsur
kezhaliman (Al-Zhulum) yang meliputi masalah Jual beli Najsy, Ihtikar, Ghisysy, merampas
hak cipta, menjual barang yang masih dalam proses transaksi dengan orang
atau menawar barang yang masih di-tawar orang lain, menjual barang
yang digunakan untuk maksiat. Kemudian adanya unsur bai’ Al-Ma’dum, bai’ Al-
Gharar, Transaksi berjangka dan Asuransi yang dilarang dalam Islam, jual beli barang
secara habalul habalah dan jual beli secara ‘inah. Kemudian adanya unsur Riba.
Adapun hikmah dari kegiatan jual beli adalah bagi penjual dan pembeli mendapat
tenggang rasa, jujur dan ikhlas. Serta bagi Negara adalah meningkatkan
B. Saran
Demikianlah makalah ini, kami sebagai penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya