Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JUAL BELI DALAM ISLAM

Disusun oleh : 1. Choirul Rachman (202122040)


2. Muhammad Iqbal Ramadhan (202226031)
3. Prisilia Maharani (202226035)
4. Randi Putra Chaniago (202226039)

Program Studi Teknik Informatika


INSTIUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
2022/2023
Bismillahirrahmanirrahim

Salam sejahtera dan salam pengetahuan yang berkembang dalam keberkahan. Dalam
kesempatan ini, dengan rendah hati kami mempersembahkan makalah yang membahas topik
yang sangat penting dalam ajaran Islam, yaitu "Jual Beli dalam Islam".
Dalam kehidupan sehari-hari, jual beli merupakan aktivitas yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Aktivitas ini melibatkan interaksi sosial, pertukaran nilai, dan pengelolaan sumber daya
ekonomi. Dalam Islam, jual beli juga diatur oleh prinsip-prinsip yang mengedepankan keadilan,
kesetaraan, dan keberkahan.
Makalah ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis prinsip-prinsip dasar dalam jual beli
menurut perspektif agama Islam. Kami akan menjelaskan konsep-konsep utama seperti halal dan
haram, riba, gharar, serta etika yang terkait dengan transaksi jual beli. Selain itu, kami juga akan
membahas pentingnya menjaga keadilan dan menghindari penipuan dalam jual beli.
Selama proses penulisan makalah ini, kami telah merujuk kepada sumber-sumber yang
terpercaya, termasuk Al-Qur'an, Hadis, serta pendapat para ulama dan cendekiawan Islam
terkemuka. Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
mengenai jual beli dalam konteks agama Islam, serta memberikan panduan yang bermanfaat
bagi individu muslim dalam bertransaksi.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang berharga dan membantu kita
semua untuk memahami konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari jual beli dalam Islam. Kami
juga mengharapkan bahwa makalah ini dapat memotivasi pembaca untuk menerapkan nilai-nilai
Islam dalam aktivitas ekonomi sehari-hari, sehingga dapat membawa keberkahan dan
kesejahteraan bagi individu dan masyarakat.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi sumbangan
kecil kami dalam memperluas pemahaman tentang jual beli dalam Islam.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua
dalam perjalanan kita mencari ilmu dan mengamalkan ajaran-Nya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tangerang Selatan, 20 Mei 2023


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam agama Islam, kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan sosial dan interaksi
ekonomi. Salah satu aspek penting dari interaksi ekonomi adalah jual beli. Jual beli merupakan
aktivitas yang telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan terus menjadi bagian tak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam.

Konsep jual beli dalam Islam memiliki peran yang sangat penting. Jual beli bukan hanya
sekadar tindakan transaksi, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai agama, etika, dan keadilan yang
ditegakkan dalam ajaran Islam. Dalam Islam, jual beli diatur oleh prinsip-prinsip yang bertujuan
untuk memastikan kesetaraan, keadilan, dan keberkahan dalam segala transaksi ekonomi.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
prinsip-prinsip jual beli dalam Islam. Kami akan mengulas konsep dasar seperti halal dan haram,
riba, gharar, serta pentingnya etika dalam setiap transaksi jual beli. Selain itu, kami juga akan
mengeksplorasi peran jual beli dalam membangun masyarakat ekonomi yang berkeadilan serta
kontribusinya terhadap kesejahteraan umat Islam.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengacu pada sumber-sumber yang sahih dan
terpercaya, termasuk Al-Qur'an, Hadis, dan pendapat ulama yang terkemuka dalam bidang
ekonomi Islam. Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang jelas dan
mendalam bagi pembaca mengenai prinsip-prinsip jual beli dalam Islam.

Selain itu, kami juga berharap makalah ini dapat mendorong pembaca untuk
mengimplementasikan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan
nilai-nilai Islam dalam setiap transaksi jual beli, kita dapat menciptakan ekonomi yang
berkeadilan, menghindari praktek-praktek yang merugikan, serta menjaga hubungan yang
harmonis antara penjual dan pembeli.

Melalui penelitian dan analisis yang teliti, kami berharap makalah ini dapat memberikan
kontribusi positif dalam memperkuat pemahaman kita tentang jual beli dalam Islam. Selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menjadi pijakan bagi pembaca untuk menjalankan
aktivitas jual beli dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab etis yang dimiliki oleh setiap
muslim.

Dengan demikian, mari kita bersama-sama menjelajahi konsep dan prinsip-prinsip jual
beli dalam Islam, dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menjalankan
aktivitas ekonomi kita dengan cara yang Islami dan bermanfaat bagi diri kita sendiri, umat Islam,
dan masyarakat secara keseluruhan.

Bismillahirrahmanirrahim, semoga Allah SWT memberikan petunjuk dan keberkahan


atas upaya kita dalam mempelajari dan mengamalkan prinsip-prinsip jual beli dalam Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep halal dan haram dalam jual beli menurut perspektif agama Islam, dan
bagaimana penerapannya dalam praktek jual beli di masyarakat muslim?
2. Apa yang dimaksud dengan riba dalam konteks jual beli Islam, dan bagaimana prinsip-
prinsip riba ini dapat dihindari dalam transaksi ekonomi yang Islami?
3. Bagaimana konsep gharar (ketidakpastian) memengaruhi sah atau tidaknya suatu
transaksi jual beli dalam Islam, dan bagaimana cara menghindari gharar dalam praktik
jual beli sehari-hari?
4. Apa saja etika yang harus diperhatikan dalam jual beli menurut ajaran Islam, dan
mengapa penting bagi umat Muslim untuk mempraktikkan etika ini dalam setiap
transaksi jual beli?
5. Bagaimana peran jual beli dalam membangun masyarakat ekonomi yang berkeadilan
dalam perspektif Islam, dan apa saja dampak positif yang dapat dihasilkan jika prinsip-
prinsip Islam diterapkan dalam aktivitas jual beli?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep dan prinsip-prinsip jual beli
dalam Islam: Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang
jelas dan komprehensif tentang konsep jual beli dalam Islam. Hal ini mencakup
pemahaman tentang halal dan haram, riba, gharar, serta etika yang terkait dengan
transaksi jual beli menurut ajaran Islam.
2. Membahas penerapan prinsip-prinsip jual beli dalam praktek sehari-hari: Selain
memahami konsep dan prinsip-prinsip jual beli dalam Islam, tujuan lainnya adalah
membahas bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan dalam praktek jual beli sehari-
hari. Makalah ini akan memberikan contoh-contoh praktis dan panduan bagi pembaca
dalam menjalankan aktivitas jual beli yang sesuai dengan ajaran Islam.
3. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keadilan dalam jual beli: Salah satu
tujuan penting dari makalah ini adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya
menjaga keadilan dalam jual beli. Makalah ini akan menjelaskan bagaimana keadilan
harus menjadi landasan utama dalam setiap transaksi jual beli, dan mengapa menjaga
keadilan adalah kewajiban yang diamanahkan oleh ajaran Islam.
4. Menghindari praktek-praktek yang merugikan dalam jual beli: Tujuan lainnya adalah
memberikan pemahaman tentang praktek-praktek yang merugikan dalam jual beli dan
bagaimana menghindarinya. Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai praktek riba,
gharar, penipuan, manipulasi harga, dan lain sebagainya, serta pentingnya menghindari
praktek-praktek ini dalam jual beli yang Islami.
5. Mendorong masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam aktivitas ekonomi:
Tujuan akhir dari makalah ini adalah mendorong masyarakat untuk menerapkan nilai-
nilai Islam dalam aktivitas ekonomi, khususnya dalam jual beli. Makalah ini akan
mengajak pembaca untuk mempertimbangkan dampak positif dari menerapkan prinsip-
prinsip Islam dalam jual beli, baik untuk diri sendiri, umat Islam, maupun masyarakat
secara keseluruhan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Jual Beli Dalam Islam

Jual beli secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad
saling mengganti. Sedangkan menurut istilah adalah akad saling menganti dengan harta yang
berakibat kepada kepemilikan terhadap suatu benda atau manfaat untuk tempo waktu
selamanya. Dengan kata “saling mengganti” maka tidak termasuk di dalamnya hibah, dan yang
lain yang tidak ada saling menganti, dan dengan kata “harta” tidak termasuk akad nikah sebab
walaupun ada saling ganti namun ia bukan menganti harta dengan harta akan tetapi halalnya
bersenang senang dengan istri, dan dengan kata “kepemilikan harta dan manfaatnya untuk
selama lamanya”,maka tidak termasuk di dalamnya akad sewa karena hak milik dalam sewa
bukan kepada bendanya akan tetapi manfaatnya.

Penjelasan tersebut serupa dengan apa yang tertulis dalam Shahih fiqh sunah, namun ada
beberapa penambahan yaitu: “ bukan kebutuhan mendesak dan dengan sesuatu yang setara dari
salah satunya.” Pernyataan “bukan kebutuhan mendesak” untuk mengecualikan dari sesuatu
yang boleh dimanfaatkan karena kebutuhan mendesak atau darurat, seperti bolehnya
memanfaatkan bangkai karena darurat, atau anjing pemburu karena kebutuhan mendesak.
Pernyataan “ dengan sesuatu yang setara dari salah satunya” artinya pertukaran harta,
walaupun berupa jaminan atau manfaat, dengan yang setara dari salah satunya. Untuk lebih
jelas tentang pengertian jual beli dapat dilihat di bawah ini:

a. Menurut Hanafiah, menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti yaitu arti khusus dan
arti umum. Arti khusus yaitu Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang
(emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan uang atau
semacam menurut cara yang khusus. Arti umum yaitu Jual beli adalah tukar menukar
harta dengan harta menurut cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang.3
b. Menurut syafi’iyah memberikan definisi jual beli dengan aqad yang mengandung tukar
menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untuk
memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya.
c. Menurut Hanabilah memberikan definisi jual beli sebagai berikut; tukar-menukar harta
dengan harta tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk
waktu selamanya, bukan riba dan bukan hutang.
d. Menurut Hasbi ash-shiddiqie adalah aqad yang tegak atas dasar pertukaran harta dengan
harta, maka jadilah harta penukaran milik secara tetap.

Dari paparan definisi di atas sedikit tidak kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan jual beli adalah tukar menukar sesuatu yang memiliki manfaat dan nilai yang
baik, yang dengan tukar menukar uang tersebut menjadikan kepemilikan penuh dan selamanya
terhadap sesuatu yg ditukarkan tersebut asal tidak termasuk dalam hitungan riba dan hutang.

2.2 Dasar Hukum Jual Beli

Abu Sa’id bin Abu Amr mengabarkan kepada kami, Abu Abbas Al Asham mengabarkan
kepada kami, Ar-Rabi’ mengabarkan kepada kami, Syafi’i mengabarkan kepada kami, dia
berkata, Allah berfirman:
‫س ٰذِﻟَك ِﺑﺎ َﻧﱠُﮭْم ﻗَﺎﻟ ُْٓوا ِاﻧﱠَﻣﺎ اْﻟﺑَْﯾُﻊ ِﻣﺛُْل اﻟِّرٰﺑوۘا َوا ََﺣﱠل‬ ّ ۗ ِ ‫ﺷْﯾٰطُن ِﻣَن اْﻟَﻣ‬ ‫ي ﯾَﺗ ََﺧﺑﱠطُﮫ ُ اﻟ ﱠ‬ْ ‫ا َﻟﱠِذْﯾَن ﯾَﺄ ْﻛُﻠ ُْوَن اﻟِّرٰﺑوا َﻻ ﯾَﻘ ُْوُﻣْوَن ِاﱠﻻ َﻛَﻣﺎ ﯾَﻘ ُْوُم اﻟﱠِذ‬
ۤ
‫ب اﻟﻧﱠﺎِر ۚ ھُْم ِﻓْﯾَﮭﺎ‬ ُ ‫ﺻٰﺣ‬ْ َ ‫ﯨَك ا‬X‫ ۗ َوَﻣْن َﻋﺎدَ ﻓَﺎ ُوٰﻟ‬R ِ ‫ف َوا َْﻣُر ٗ ٓه ِاﻟَﻰ ا ﱣ‬ َ ۗ َ ‫ﺳﻠ‬ َ ‫ُ اْﻟﺑَْﯾَﻊ َوَﺣﱠرَم اﻟِّرٰﺑوۗا ﻓََﻣْن َﺟۤﺎَءٗه َﻣْوِﻋ‬R‫اﱣ‬
َ ‫ظﺔ ٌ ِّﻣْن ﱠر ِﺑّٖﮫ ﻓَﺎْﻧﺗ َٰﮭﻰ ﻓَﻠَٗﮫ َﻣﺎ‬
‫ٰﺧِﻠد ُْوَن‬

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah[2]: 275)

Penghalalan jual beli oleh Allah itu mengandung dua kemungkian makna, yaitu:
Pertama, Allah menghalalkan setiap jual beli yang biasa diteransaksikan manusia
dengan sikap saling rela dengan keduanya. Ini adalah maknanya yang paling kuat.

Kedua, Allah menghalalkan jual beli apa bila tidak dilarang oleh Rasulullah s.a.w.
sebagai penerang dari Allah tentang makna yang dia kehendaki.
Dengan demikian, jual beli itu termasuk hukum mujmal yang telah ditetapkan hukumnya
oleh Allah dalam kitabnya dan dijelaskan tata caranya melalui lisan Nabinya atau termasuk
hukum umum yang dimaksudkan berlaku khusus, lalu Rasulullah s.a.w. menjelaskan apa yang
dimaksud dengan kehalalannya serta apa yang diharamkam darinya; atau dia masuk ke katagori
keduanya; atau termasuk hukum umum yang dibolehkan Allah kecuali yang diharamkannya
melalui lisan nabinya dan sumber hukum yang semakna. Oleh karena Rasulullah melarang
beberapa jenis jual beli meskipun penjual dan pembeli saling rela, maka kami menjadikannya
dalil bahwa jual beli halal yang dimaksut Allah adalah yang tidak ditunjukkan keharamannya
melalui lisan Nabinya, bukan diharamkan Allah secara langsung.

Allah telah mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara batil yaitu tanpa ganti
dan hibah, yang demikian itu adalah batil berdasarkan Ijma umat dan termasuk di dalamnya juga
semua jenis akad yang rusak yang tidak boleh secara syara’ baik karena unsur riba atau tidak
diketahui, atau karena kadar ganti yang rusak seperti minuman keras, babi dan yang lainnya dan
jika yang diakadkan itu adalah harta perdagangan, maka boleh hukumnya, sebab pengecualian
dalam ayat di atas adalah terputus karena harta perdagangan bukan termasuk harta yang tidak
boleh dijual belikan.

Hadis lain yang menerangkan tentang jual beli yaitu.

Dari Jabir bin Abdillah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda di Mekah saat penaklukan kota Mekah,

‫ﺷُﺤﻮَم اْﻟَﻤْﯿﺘ َِﺔ ﻓَﺈ ِﻧﱠَﮭﺎ‬ُ ‫ﺖ‬ َ ‫ أ ََرأ َْﯾ‬، ِI


‫ﺳﻮَل ﱠ‬ ْ َ ‫ﺳﻮﻟَﮫُ َﺣﱠﺮَم ﺑَْﯿَﻊ اْﻟَﺨْﻤِﺮ َواْﻟَﻤْﯿﺘ َِﺔ َواْﻟِﺨْﻨِﺰﯾِﺮ َواﻷ‬
ُ ‫ ﻓَِﻘﯿَﻞ ﯾَﺎ َر‬. « ‫ﺻﻨَﺎِم‬ ُ ‫َ َوَر‬I‫إِﱠن ﱠ‬
– ِI ‫ﺳﻮُل ﱠ‬ ُ ‫ ﺛ ُﱠﻢ ﻗَﺎَل َر‬. « ‫ ُھَﻮ َﺣَﺮاٌم‬، َ‫ ﻓَﻘَﺎَل » ﻻ‬. ‫س‬ ْ َ ‫ َوﯾَْﺴﺘ‬، ُ‫ َوﯾُْﺪَھُﻦ ﺑَِﮭﺎ اْﻟُﺠﻠُﻮد‬، ‫ﺴﻔُُﻦ‬
ُ ‫ﺼﺒُِﺢ ﺑَِﮭﺎ اﻟﻨﱠﺎ‬ ْ ُ‫ﯾ‬
‫ﻄﻠَﻰ ﺑَِﮭﺎ اﻟ ﱡ‬
ُ‫ﻋﻮهُ ﻓَﺄ ََﻛﻠُﻮا ﺛ ََﻤﻨَﮫ‬ ُ ‫ﺷُﺤﻮَﻣَﮭﺎ َﺟَﻤﻠُﻮهُ ﺛ ُﱠﻢ ﺑَﺎ‬ُ ‫َ ﻟَﱠﻤﺎ َﺣﱠﺮَم‬I ‫ إِﱠن ﱠ‬، َ‫ُ اْﻟﯿَُﮭﻮد‬I
‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ – ِﻋْﻨﺪَ ذَِﻟَﻚ » ﻗَﺎﺗ ََﻞ ﱠ‬
“Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan
patung.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu mengenai jual beli lemak
bangkai, mengingat lemak bangkai itu dipakai untuk menambal perahu, meminyaki kulit, dan
dijadikan minyak untuk penerangan?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
boleh! Jual beli lemak bangkai itu haram.” Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Semoga Allah melaknat Yahudi. Sesungguhnya, tatkala Allah mengharamkan lemak
bangkai, mereka mencairkannya lalu menjual minyak dari lemak bangkai tersebut, kemudian
mereka memakan hasil penjualannya.” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim, no. 4132).

Kaidah yang telah diuraikan di atas dapat dijdikan dasar atau hujjah dalam menetapkan
hukum berbagai masalah berkenaan dengan keuangan syariah. Dari dasar hukum sebagaimana
tersebut di atas bahwa jual beli itu adalah hukumnya mubah.Artinya jual beli itu diperbolehkan
asal saja di dalam jual beli tersebut memenuhi ketentuan yang telah ditentukan di dalam jual beli
dengan syarat-syarat yang sesuaikan dengan hukum Islam. Kebutuhan manusia untuk
mengadakan transaksi jual beli sangat urgen, dengan transaksi jual beli seseorang mampu untuk
memiliki barang orang lain yang diinginkan tanpa melanggar batasan syari’at. Oleh karena itu,
praktek jual beli yang dilakukan manusia semenjak masa Rasulullah saw, hingga saat ini
menunjukan bahwa umat telah sepakat akan disyariatkannya jual beli.

Agama Islam melindungi hak manusia dalam pemilikan harta yang dimilikinya dan
memeberi jalan keluar untuk masing-masing manusia untuk memiliki harta orang lain dengan
jalan yang telah ditentukan, sehingga dalam Islam perinsip perdagangan yang diatur adalah
kesepakatan keduabelah pihak yaitu penjual dan pembeli. sebagaimana yang telah digariskan
oleh prinsip muamalah adalah sebagai berikut.

1. Prinsip Kerelaan.
2. Prinsip bermanfaat.
3. Prinsip tolong menolong.
4. prinsip tidak terlarang.

2. 3 Anjuran Dalam Jual Beli

a. Bermurah hati dalam berjual beli, diriwayatkan dari jabir bin Abdullah bahwasanya
Nabi bersabda, yang artinya: “semoga Allah merahmati orang yang tenggang rasa
ketika menjual, ketika membeli, dan tenggang rasa ketika menuntut.” (HR. Bukhori)
b. Bersikap jujur, Nabi bersabda, yang artinya: “dua orang yang melakukan jual beli
berhak untuk khiyar selama belum berpisah. Jika kedua orang yang berjual beli itu
berlaku jujur dan terbuka, maka jual beli kedunya akan diberkahi, sedangkan jika
keduanya saling tertutup dan berdusta, maka boleh jadi mereka mendapatkan
keuntungan namun dihapuskan keberkahan jual beli mereka. Sumpah palsu itu bisa
membuat laku barang dagangan tapi menghilangkan keberkahan usaha.
c. Bersedekah untuk menebus dosa yang pernah dilakukan dalam jual beli seperti menipu,
menyembunyikan cacat barang atau akhlak yang buruk. Nabi bersabda: “ wahai
sekalian pedagang, sesungguhnya jual beli ini diliputi oleh kelalaian dan sumpah, maka
campurilah dengan sedekah sebagai penawarnya.

2.4 Rukun Jual Beli

Rukun jual beli ada tiga: kedua belah pihal yang berakad, yang diakadkan dan lafal (shigat).

1) Shigat adalah ijab dan qabul. Ijab diambil dari kata aujaba yang artinya
meletakkan, dari pihak penjual yaitu pemberian hak milik, dan qabul yaitu
orangyang menerima hak milik.
Mengenai hal ini ada tiga pendapat ahli fiqh:
Pertama, transaksi jual beli tidak sah kecuali dengan ucapan serah dan terima, dan ini adalah
hukum asal akad baik dalam jual beli, sewa menyewa, hibah dan nikah.

Kedua, akad hukumnya sah hanya dengan perbuatan untuk hal-hal yang akadnya banyak
dilakukan dengan perbuatan, seperti orang yang menyerahkan pakaiannya kepada tukang jahit
atau orang yang membangun masjid dan mengizinkan khalyak untuk sholat di dalamnya.

Ketiga, akad dianggap sah dengan segala hal yang menunjukkan pada tujuannya, baik
dengan perkataan ataupun perbuatan. Jadi, setiap hal yang dianggap oleh manusia sebagai jual-
beli dan persewaan, maka itu adalah jual beli dan persewaan, walaupun manusia berbeda-beda
dalam pengungkapan dan perbuatan.

a. Pihak yang Berakad


Jika dikatakan pihak yang berakad maka perhatian tertuju kepada penjual dan pembeli
karena kedunya mempunyai andil dalam terjadinya pemilikan dengan harga dan syarat yang
dikatakan oleh penulis ada empat: bebas berbuat, tidak ada pemaksaan tanpa kebenaran,
keislaman orang yang membeli mushaf atau kitab hadits, atau kitab ilmu yang di dalamnya ada
ucapan kaumsalaf, terjamin pembeli jika yang dijual adalah peralatan perang.

b. Barang yang diakadkan

Yaitu harta yang akan dipindahkan dari tangan salah seorang yang akan berakad kepada pihak
lain, baik harga atau barang berharga.

2.5 Contoh Jual Beli yang Dilarang dalam Islam

a. Jual beli Anjing dan Hewan yang Tidak dapat Dimakan

Imam Syafi’i berkata: sesungguhnya rasul melarang untuk mengambil hasil dari penjualan
Anjing, pelacuaran dan juru ramal. Sesungguhnya rasulullah s.a.w. bersabda. yang artinya “
barang siapa yang memelihara anjing, kecuali anjing yang dapat dimanfaatkan untuk
menjaga ternak dan anjing untuk berburu, maka pahala amal perbuatan akan berkurang
dua qirathsetiap hari.”

Tidak diperbolehkan mengambil uang hasil dari penjualan anjing secara langsung. Apa
bila tidak diperbolehkan mengambil uang hasil penjualan anjing, maka konsekuensinya tidak
diperbolehkan pula untuk memeliharanya kecuali orang yang suka berburu, petani atau orang
yang sengaja memeliharanya untuk menjaga ternak miliknya.

b. Jual beli mukhadlaroh atau al-Muhaqalah

mukhadlaroh, yaitu memperjual belikan buah-buahan atau biji-bijian yang masih hijau Atau
dalam buku lain dinamakan al-Muhaqalah yaitu menjual hasil pertanian sebelum tampak atau
menjualnya ketika masih kecil.
bahwasanya jual beli buah-buahan atau hasil pertanian yang masih hijau, belum nyata
baiknya dan belum dapat dimakan adalah salah satu diantara barang-barang yang terlarang
untukdiperjual-belikan.
c. Jual beli benda najis dan penipuan

Dalam hadis nabi saw, banyak menjelaskan tentang larangan mengkonsumsi dan
memperjual belikan benda-benda najis ini, antara lain:

“Dari jabir Ibn Abdullah r.a. ia mendengar Rasulullah saw bersabda pada waktu tahun
kmenangan, ketika itu beliau di Makkah: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi dan berhala. Kemudian ditanyakan
kepada beliau: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda tentang lemak bangkai,
karena ia dapat digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit, dan dapat
digunakan oleh orang-orang untuk penerangan. Beliau bersabda: Tidak, ia adalah
haram. Kemudian beliau bersabda: Allah melaknat orabr-orang Yahudi. Sesungguhnya
Allah tatkala mengharamkan lemaknya, mereka mencairkan lemak itu, kemudian
menjualnya dan makanhasil penjualannya”. (HR. al-Jama’a)

Gharar artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan pihak
lain.Para ulama fiqh mengemukakan beberapa definisi gharar :

Imam Al-Qarafi mengemukakan gharar merupakan suatu akad yang tidak diketahui
dengann tegas, apakah efek akad terlaksana atau tidak, seperti melakukan jual beli ikan di dlam
air.

Ibnu Qayyim Al- Jauziyah mengatakan bahwa gharar adalah objek akad yang tidak
mampu diserahkan, baik objek itu ada atau tidak, seperti menjual sapi yang sedang lepas.

2.6 Bentuk-Bentuk Jual Beli Gharar


Menurut ulama fikih jual beli gharar yang dilarang adalah;
a. Tidak ada kemampuan menjual untuk menyerahkan objek akad pada waktu terjadi
akad, baik objek akad itu sudah ada maupun belum ada.
b. Menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual. Apabila barang
yang sudah dibeli dari orang lain belum diserahkan ke pada pembeli, maka pembeli
belum boleh menjual barang itu kepada pembeli lain.
c. Tidak ada kepastian tentang jenis pebayaran atau jenis benda yang dijual. Wabah
Zulaili berpendapat, bahwa ketidakpastian tersebut adalah bentuk gharar yang terbesar
laranganya.
d. Tidak ada kepastian tentang sifat tertentu dari barang yang dijual.

e. Tidak ada kepastian tentang jumlah harga yang harus dibayar.

f. Tidak adaketegasan bentuk transaksi, yaitu ada dua macam atau lebih yang berbeda
dalam satu objek akad tanpa menegaskan bentuk transaksi mana yang dipilih waktu
terjadi akad.
g. Tidak ada kepastian objek akad,karena ada dua objek akad yang berbeda dalam satu
transaksi.

h. Kondisi objek akad,tidak dapat dijamin kesesuaianyadengan yang ditentukan dalam


transaksi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Melalui penelitian dan pembahasan mengenai jual beli dalam Islam, beberapa
kesimpulan dapat diambil:

1. Jual beli dalam Islam melibatkan persetujuan dan kesepakatan yang sah antara penjual
dan pembeli. Transaksi harus didasarkan pada kejujuran, keadilan, dan menghormati
hak-hak satu sama lain.
2. Jual beli dalam Islam mengikuti prinsip-prinsip syariah yang melarang riba, gharar, dan
transaksi dengan barang haram. Transaksi semacam itu dianggap tidak sah dalam Islam.
3. Pentingnya memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika dalam jual beli, seperti
tidak melakukan penipuan, manipulasi, atau praktik-praktik tidak adil lainnya.
4. Jual beli dalam Islam bukan hanya sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga merupakan
ibadah yang dapat mendatangkan berkah dan rahmat Allah SWT jika dilakukan dengan
niat yang tulus dan dalam ketaatan terhadap hukum agama.
5. Jual beli dalam Islam memiliki peran penting dalam membangun masyarakat ekonomi
yang berkeadilan, melalui penegakan prinsip keadilan, pembagian yang adil, dan
pemberdayaan ekonomi umat Muslim.

Dengan memahami prinsip-prinsip jual beli dalam Islam dan menerapkannya dalam praktek
sehari-hari, umat Muslim dapat menjalankan aktivitas ekonomi yang Islami dan memberikan
manfaat yang lebih luas bagi individu, masyarakat, dan umat secara keseluruhan.

Namun, tantangan masih ada dalam menerapkan jual beli yang Islami di tengah pengaruh
budaya dan faktor ekonomi. Oleh karena itu, pendidikan dan kesadaran akan prinsip-prinsip jual
beli dalam Islam perlu ditingkatkan agar umat Muslim dapat menjalankan aktivitas ekonomi
mereka dengan berlandaskan pada ajaran agama dan mendapatkan berkah serta kesuksesan yang
hakiki.

Saran

a. Menganalisis Praktik Jual Beli Kontemporer: Berikan analisis mendalam tentang praktik
jual beli kontemporer yang umum dilakukan dalam masyarakat Muslim. Tinjau
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Islam dalam praktik jual beli tersebut, serta
identifikasi masalah yang mungkin timbul.
b. Mengkaji Pengaruh Globalisasi: Teliti pengaruh globalisasi terhadap praktik jual beli
dalam masyarakat Muslim. Tinjau perubahan yang terjadi dalam tren konsumsi,
teknologi, dan hubungan ekonomi global, serta dampaknya terhadap prinsip-prinsip jual
beli dalam Islam.
c. Menyediakan Panduan Praktis: Berikan panduan praktis bagi umat Muslim tentang
bagaimana menjalankan jual beli dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam. Sertakan contoh-contoh transaksi yang halal, etika yang harus
diperhatikan, serta cara menghindari praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran
agama.
d. Menganalisis Peran Institusi Keuangan: Teliti peran dan kontribusi institusi keuangan
Islam, seperti bank syariah dan lembaga keuangan mikro, dalam memfasilitasi jual beli
yang Islami. Tinjau prinsip-prinsip yang digunakan oleh institusi tersebut, serta
dampaknya terhadap pemberdayaan ekonomi umat Muslim.
e. Mendorong Kesadaran dan Pendidikan: Berikan saran untuk meningkatkan kesadaran
dan pendidikan mengenai prinsip-prinsip jual beli dalam Islam. Diskusikan upaya yang
dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dan komunitas Muslim
untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang jual beli Islami kepada umat
Muslim.
f. Mengembangkan Inisiatif Ekonomi yang Berkeadilan: Diskusikan tentang inisiatif
ekonomi yang berkeadilan yang dapat diterapkan dalam praktik jual beli dalam Islam.
Tinjau model-model ekonomi alternatif, seperti ekonomi berbasis keadilan,
pemberdayaan ekonomi lokal, dan perdagangan adil, yang sejalan dengan nilai-nilai
Islam.
g. Menganjurkan Kerjasama dan Dialog: Sarankan adanya kerjasama antara para pelaku
jual beli, akademisi, dan ulama dalam mengembangkan pedoman dan panduan praktis
yang lebih baik. Ajak untuk menjalin dialog antara pelaku ekonomi dan ulama dalam
merumuskan kebijakan dan praktik yang memadukan prinsip-prinsip agama dan tuntutan
ekonomi.
Mendorong Penelitian Lanjutan: Sarankan perlunya penelitian lanjutan dalam bidang jual beli
dalam Islam. Tinjau isu-isu baru yang muncul, tantangan yang dihadapi, dan potensi solusi yang
dapat dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan jual beli yang Islami.

Dengan mengimplementasikan saran-saran ini, makalah Anda akan memberikan kontribusi yang
berarti dalam memperluas pemahaman tentang jual beli dalam Islam dan merangsang diskusi
serta tindakan yang lebih baik dalam menjalankan aktivitas ekonomi yang sesuai dengan prinsip-
prinsip agama.

Makalah ini telah menguraikan definisi jual beli dalam Islam, memaparkan pentingnya
mematuhi prinsip-prinsip syariah, dan menekankan pentingnya keadilan, etika, dan keberkahan
dalam setiap transaksi. Kami juga telah mengidentifikasi tantangan yang mungkin dihadapi
dalam menjalankan jual beli yang Islami serta memberikan saran-saran untuk mengatasi hal
tersebut.

Dalam konteks globalisasi dan perubahan sosial-ekonomi yang terus berkembang,


penting bagi umat Muslim untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip jual beli dalam
Islam dengan bijak. Dengan demikian, umat Muslim dapat berkontribusi dalam membangun
masyarakat ekonomi yang adil, berkeadilan, dan beretika.

Namun, perlu diingat bahwa makalah ini hanyalah awal dari pembahasan yang lebih luas
dan mendalam tentang jual beli dalam Islam. Masih ada banyak aspek yang dapat dieksplorasi
lebih lanjut, seperti peran institusi keuangan syariah, pengaruh teknologi, dan upaya-upaya
pemberdayaan ekonomi dalam konteks jual beli Islami.

Diharapkan makalah ini dapat menjadi pijakan untuk diskusi yang lebih mendalam,
refleksi pribadi, serta tindakan nyata dalam menjalankan jual beli sesuai dengan ajaran agama
Islam. Dengan kesadaran dan kesungguhan dalam menerapkan prinsip-prinsip jual beli dalam
Islam, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, berkeadilan, dan sejahtera sesuai
dengan visi Islam yang luhur.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan inspirasi bagi
pembaca untuk menjalankan jual beli yang Islami dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Marilah kita terus belajar, berdiskusi, dan berupaya mewujudkan ekonomi yang berlandaskan
pada nilai-nilai agama dan berdampak positif bagi semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an - Al-Baqarah, 2:275

Jurnal.iaihnwpancor.ac, Jurnal Hukum Dan Etika Bisnis Syariah VOL. 1 NO. 1 (2022)
Al-Sarakhsi, Abu Bakr Muhammad ibn Ahmad. (1997). Al-Mabsut. Beirut: Dar al-Fikr.

Ibn Qudamah, Muwaffaq al-Din. (2002). Al-Mughni. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah.

Ibn Rushd, Abu al-Walid Muhammad. (2009). Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid.
Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah.

Al-Jaziri, Abu Bakr Jabir. (2004). Kitab al-Fiqh 'ala al-Madhahib al-Arba'ah. Beirut: Dar al-
Kutub al-'Ilmiyyah.

Al-Nawawi, Yahya ibn Sharaf. (2003). Riyad al-Salihin. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah.

Siddiqi, Muhammad Nejatullah. (2008). Muslim Economic Thinking: A Survey of


Contemporary Literature. Leicester: The Islamic Foundation.

Al-Qaradawi, Yusuf. (1999). Fiqh al-Buyu': Mu'amalat al-Mal wa al-Tijarah fi al-Islam. Cairo:
Maktabah Wahbah.

Siddiqi, Muhammad Nejatullah. (2014). Islamic Economics: Theory and Practice. Kuala
Lumpur: Islamic Research and Training Institute.

Iqbal, Munawar, and Philip Molyneux. (2006). Thirty Years of Islamic Banking: History,
Performance and Prospects. London: Palgrave Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai