Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIK TAWAR-MENAWAR DALAM KEGIATAN JUAL BELI DI

PASAR TRADISIONAL MALANGBONG-GARUT DITINJAU DARI


PERSPEKTIF ISLAM

Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Ulangan Akhir


Semester Mata Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi
Islam

Oleh:

Rianti Ramadhani 181002068

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021M/1442H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................2

A. Latar Belakang Masalah.................................................................3

A. Rumusan Masalah..........................................................................5

B. Tujuan Penelitian............................................................................5

C. Manfaat Penelitian..........................................................................6

BAB II..........................................................................................................7

KERANGKA TEORITIS............................................................................7

A. Landasan Teori....................................................................................7

B. Penelitian Terdahulu....................................................................13

C. Kerangka pemikiran.....................................................................15

BAB III......................................................................................................17

METODOLOGI PENELITIAN.................................................................17

A. Metodologi penelitian..................................................................17

B. Sumber data..................................................................................17

C. Teknik pengumpulan data............................................................18

D. Instrumen penelitian.....................................................................19

E. Uji kredibilitas data......................................................................20

F. Teknik analisis data......................................................................21

G. Waktu dan tempat penelitian........................................................21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................23
A. Latar Belakang Masalah
Dalam ilmu ekonomi, bisnis merupakan suatu organisasi yang menjual
barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya tujuannya yaitu untuk
mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahsa inggris bussines dari kata
“busy” yang berarti sibuk dalam konteks individu, komunitas, ataupun
masyarakat. Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya.
Dengan saling percaya, kegiatan bisnis akan berkembang baik. Dunia bisnis yang
bermoral akan mampu mengembangkan etika yang menjamin kegiatan.

Dalam islam bisnis dikenal dengan muamalah dimana muamalah ini


merupakan konsep dalam hukum islam yang cukup luas meliputi, tukar menukar
barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang telah ditentukan,
seperti jual beli, sewa-menyewa, upah-mengupah,pinjam-memijam, urusan
bercocok tanam, berserikat dan usaha lainnya. Terwujudnya konsep muamalah
harus sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur dalam fiqih muamalah yang
didalamnya mencakup kumpulan hukum yang mengatur terciptanya rasa aman,
adil, dan menyeimbangkan berbagai kepentingan yang akan terjadi dalam
kehidupan sosial manusia. Manusia adalah makhluk Allah yang terbaik diantara
semua makhluk-Nya. Pada manusialah terletak dimensi rohani dan jasmani
dengan kelengkapan akal, naluri, emosi, hidayah sebagai bagian dari amanah sang
pencipta. Karena itu muslim sebagai pelaku bisnis harus memiliki akhlak mulia,
sebenarnya bukan hanya mengejar keuntungan duniawi tetapi juga mengejar
keuntungan ukhrawi. Itulah hakikat dari pelaku bisnis yang berhasil.

Dasar yang paling kuat adalah firman Allah dalam surat Al;Qassas:77
yang bermakna sebagi berikut : “carilah dengan karunia Rabbmu, untuk
kebahagiaanmu di akhirat, tapi jangn lupakan nasibmu di dunia, dan berbuat
baiklah kamu sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan janganlah berbuat
jahat sesungguhnya Allah tidak suka kepada hamba-Nya yang berbuat jahat’.
Berdasarkan ayat tersebut,maka perlaku bisnis dalam perilakunya akan selalu
bersandar pada tujuan utama yaitu keseimbangan (equilibrium) untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Tawar-menawar dalam jual beli hukum tawar menawar dalam islam
adalah boleh selama keduanya saling ridho dan ikhlas. Karena salah satu syarat
sah dalam transaksi jual beli adalah keikhlasan antara ledua belah pihak (penjual
dan pembeli). Ayat yang mengatur tentang ini ada dalam surat An-Nisa ayat 29
yang berbunyi :

“ hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan harta


sesamamu dengan cara yang Bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu, Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu “

Hukum Tawar Menawar dalam Islam Selain itu, ada kaidah lain yang
memperbolehkan untuk memberikan harga produk di bawah harga pasar pada
pembeli. Yakni sebuah kaidah Dr. Erwandi Tarmizi dalam buku harta haram
Muamalat Kontemporer yang menyatakan :“Bersedekah dengan keseluruhan
harga barang dibolehkan syariat maka bersedekah dengan sebagian harga barang
tentu dibolehkan.” Jadi bila kita mengiyakan tawaran pembeli untuk membeli
produk di bawah harga pasar maka kita bisa dianggap bersedekah. Begitupun
sebaliknya, saat kita berada di posisi pembeli, maka kita bisa bersedekah bila
membeli barang di atas harga pasar. Bahkan, ada keutamaannya bila kita sebagai
pembeli melebihkan harga. Namun, perlu diingat bahwa di sini tidak boleh ada
keterpaksaan. Pembeli dan Penjual harus saling ikhlas bila ingin mengubah harga
produk dari besaran asalnya. Karena bila kita sampai menawar harga dengan tidak
adanya persetujuan sama saja merampas hak penjual tersebut dan jatuhnya ialah
haram. Begitupun jika kita menawar harga yang jatuhnya tidak masuk akal
sebaiknya jangan dilakukan. Contohnya jika harga barang 100 ribu kemudian kita
menawarnya menjadi 50 ribu, itu tidak boleh. Memang, kita tidak langsung
berdosa. Namun, selain ditinjau dari
sisi hukumnya, kita bisa melihat hal yang demikian rupa dari adabnya. Meski tidak
berdosa namun hal demikian tidak elok untuk kita lakukan.

Etika bisnis islam dalam jual beli tawar berdasarkan firman Allah SWT
dalam Al-quran adalah halal atau diperbolehkan selama dijalankan sesuai syariat
Islam.Tak apa jika berada dalam suatu perniagaan dilakukan tawar menawar harga
hingga tercapai kesepakatan kedua belah pihak agar tidak ada rasa keterpaksaan
dalam urusan jual beli tersebut. Pada etikanya tawar-menawar harus di landasi
dengan suka sama suka antara penjual dan pembeli sehingga tidak terjadinya
ketidak relaan dalam jual beli. Tawar-menawar harus sesuai dengan prinsip islam
dan tidak keluar dari norma-norma agama.

Banyak dijumpai permasalahan pada praktik tawar-menawar di pasar


tradisional Malangbong yang belum sesuai dengan etika berbisnis dalam islam
baik dari pembeli maupun dari penjual itu sendiri maka dari itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai fenomena jual beli di pasar
tradisonal Malangbong dalam pandangan ideal islam .

A. Rumusan Masalah
Sebagai batasan pembahasan dan fokus dalam penelitian peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut .

1. Bagaimana praktik tawar-menawar dalam jual beli di


pasar tradisional Malangbong ?
2. Mengapa dilakukan praktik tawar-menawar dalam jual beli di
pasar tradisional Malangbong?
3. Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap praktik tawar-
menawar dalam jual beli di pasar tradisonal Malangbong?

B. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran yang
sesungguhnya tentang :
1. Untuk medeskripsikan dan menganalisis permasalahan
dalam tawar-menawar dalam jual beli di pasar tradisional
Malangbong.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis dilakukannya tawar-
menawar dalam jual beli dipasar tradisional Malangbong.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara tawar
menawar dalam jual beli di pasar tradisional Malangbong.

C. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menjadi titik tolak bagi penelitian selanjutnya, baik bagi
penelitian yang berhubungan atau yang lain, sehingga kegiatan
penelitian berkesinambungan, dan
b. Sebagai bahan bacaan dan sumbangan pemikiran dalam
memperkaya khazanah literatur Fakultas Agama Islam
bagi kepustakaan Fakultas Agama Islam Universitas
Siliwangi
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberaikan sumbangan pemikiran
dan pandangan pihak-pihak terkait khususnya bagi pelaku jual
beli yang ada di pasar tradisional Malangbong
b. Sebagai bahan rujukan bagi pelaku jual beli dalam
melakukan tawar menawar di pasar tradisional.
c. Penelitian dapat berguna untuk memperbaiki dalam praktik tawar-
menawar yang dilakukan penjual dan pembeli di pasar tradisional
Malangbong
BAB II

KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Penawaran
a. Pengertian penawaran
Penawaran adalah barang atau jasa yang ditawarkan pada
jumlah dan tingkat harga tertentu dan dalam kondisi tertentu 1.
Penawaran tidak akan lepas dari harga barang/jasa yang
ditawarkan. Jika barang/jasa mengalami kenaikan harga maka
jumlah penawaran juga mengalami kenaikan, begitu pula
sebaliknya. Penawaran merupakan suatu proses yang tidak dapat
dihindarkan. Hal itu disebabkan adanya dua kepentingan yang
saling bertolak belakang. Pihak penjual, tentu saja menginginkan
untuk dapat menjual barangnya dengan harga yang tinggi.
Sedangkan di satu sisi, pihak pembeli saja menginginkan dapat
membeli barang dengan harga yang rendah.
b. Teori penawaran
Hukum penawaran yakni semakin tinggi harga suatu
barang, semakin banyak jumlah barang tersebut yang ditawarkan
(ceteris paribus). Dengan demikian, apabila harga naik, maka
jumlah barang atau jasa yang ditawarkan meningkat. Jika harga
barang atau jasa turun, maka jumlah barang atau jasa menurun.
Maka jumlah barang atau jasa berbanding lurus dengan barang/jasa
yang ditawarkan
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran
Ada beberapa hal yang sangat signifikan untuk dapat
mempengaruhi penawaran yakni:

1
Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 19.
a) Harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang naik, maka
produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang
dihasilkan. Hal ini, kembali lagi pada hukum penawaran.
b) Harga barang lain yang terkait Apabila harga barang
substitusi naik, maka penawaran suatu barang akan
bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang
complement, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang
komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang,
atau sebaliknya.
c) Harga faktor produksi Kenaikan harga faktor produksi akan
menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih
sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya
akan mengurangi laba perusahaan sehingga produsen akan
pindah ke industri lain dan akan mengakibatkan
berkurangnya penawaran barang
d) Biaya produksi Kenaikan harga input juga mempengaruhi
biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka
produsen akan mengurangi hasil produksinya, berarti
penawaran barang berkurang.
e) Teknologi produksi Kemajuan teknologi menyebabkan
penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang-barang
baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran
barang.
f) Jumlah pedagang/penjual Apabila jumlah penjual suatu
produk tertentu semakin banyak, maka penawaran barang
tersebut akan bertambah
g) Tujuan perusahaan Tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan laba buka hasil produksinya. Akibatnya
tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas
produksinya secara maksimum, tetapi akan
menggunakannya pada tingkat produksi yang akan
memberikan keuntungan maksimum.
h) Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah untuk
mengurangi komoditas impor menyebabkan supply dan
keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri
sehingga dapat meningkatkan penawaran.
Melihat faktor-faktor di atas, harga barang dianggap
sebagai faktor terpenting dan sering dijadikan acuan untuk
melakukan analisis penawaran. Harga berbanding lurus dengan
jumlah penawaran. Jika harga tinggi, maka produsen akan
berlomba-lomba menjajakan barangnya sehingga penawaran
meningkat. Sementara itu, jika harga turun, maka produsen akan
menunda penjualan atau menyimpan produknya di gudang
sehingga jumlah penawaran akan berkurang
2. Etika penawaran dalam islam
a. Penawaran dalam islam
Proses yang biasa dilakukan oleh pihak yang terlihat dalam
kegiatan perdagangan adalah penawaran pada penjualan biasa. Hal
yang membedakan penawaran Islam dengan penawaran
konvensional adalah barang atau jasa yang ditawarkan harus
transparan dan dirinci spesifikasinya, bagaimana keadaan barang
tersebut, apa kelebihan dan kekurangan barang tersebut. Jangan
sampai penawaran yang kita lakukan merugikan pihak yang
mengajukan permintaan.
Adapun Rasulullah dalam melakukan penawaran selalu
merinci tentang spesifikasi barang dagangannya, sampai-sampai
harga belinya pun disebutkan dan menawarkan dengan harga
berapa barang tersebut dibeli dan yang akan diperoleh olehnya.
Beliau juga menjelaskan bahwa lain hal tersebut, ada pula masa
khiyar dalam jual beli, dan Rasulullah juga melarang menawar
tawaran orang lain. Islam sebenarnya sudah memberikan
pengaturan tentang hak pilih
yang terangkum dalam bahasan tentang khiyar. Dan ini akan
membawa kemaslahatan bagi konsumen dan kepuasan bagi
penjual, karena aktivitas jual beli tidak hanya bertujuan untuk
mendapatkan profit dan benefit yang diperoleh seorang penjual.
Demikian juga dalam proses tawar-menawar, ada suatu cara
penawaran yang harus ditaati dalam bertransaksi jual beli. Cara
penawaran tersebut, diperjelas dari Ibnu Umar berkata, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
Dari Abdullah Ibn Umar ra, yang keduanya diridhoi Allah
SWT bahwa, “Janganlah seseorang menjual di atas jualan
saudaranya.” (HR. Bukhori) Hadis di atas menjelaskan bahwa
rekayasa demand terjadi ketika pembeli menciptakan permintaan
palsu, seolah-olah terdapat banyak permintaan terhadap suatu
produk sehingga harga jual produk itu akan naik. Berdasarkan
hadis di atas, ada yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak
yang terlibat dalam transaksi.
Larangan membeli atas penjualan orang lain atau menawar
atas tawaran orang lain bukan hanya ditunjukkan kepada pihak
pembeli, tetapi juga pada penjual. Setiap transaksi di dalam Islam
harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak.
Mereka harus mempunyai informasi yang sama tentang barang
yang diperdagangkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya,
begitu juga dengan harga jual dan waktu penerimaannya. Sehingga
tidak ada yang merasa dirugikan, dan tidak ada pihak yang merasa
dicurangi. Karena di dalam Islam memaksa seseorang untuk
menjual ataupun membeli barang adalah suatu hal yang sangat
dilarang, agar tidak merugikan pihak-pihak tertentu.
Contoh tadlis (penipuan) dalam kuantitas adalah pedagang
yang mengurangi timbangan. Contoh tadlis dalam kualitas adalah
pedagang yang menyembunyikan cacat barang yang sedang
ditawarkan. Contoh tadlis dalam harga adalah memanfaatkan
ketidaktahuan pembeli akan harga suatu produk, kemudian
pedagang menaikkan harga tersebut. Imam Malik dan Imam
Ahmad menyatakan bahwasanya seorang murtasil (yang menawar
barang itu) punya hak untuk mengembalikan barang yang telah
dibeli jika ketahuan telah terjadi penipuan. Apabila terjadi jual beli
dengan proses penawaran yang dilarang ini, maka terdapat
perbedaan pendapat tentang hukum jual beli, yaitu:
a. Menurut jumhur, jual belinya sah tapi berdosa.
b. Menurut Hanafiyah dan Malikiyah dalam satu riwayat
mereka dan Ibn Hazm menyatakan bahwa jual belinya tidak
sah Terjadi perbedaan pendapat tersebut mungkin
disebabkan oleh karena sah atau tidaknya jual beli biasanya
dilihat dari lengkap atau tidaknya syarat rukun jual beli.
Bagi fuqaha yang menyatakan bahwa jual belinya sah tapi
berdosa, maka fokusnya adalah terpenuhi syarat rukun jual
beli tersebut.
Akan tetapi yang mengatakan hukum jual belinya tidak
sah, karena menganggap salah satu unsur dalam hadis tidak
sempurna. Persaingan yang sehat menjadi prioritas utama dalam
hadis ini. hal itu terlihat dari aturan mengenai penawaran dalam
proses jual beli. Dalam penawaran ada hal yang harus diperhatikan
oleh pihak-pihak yang melakukan transaksi jual beli yaitu:
a. Calon pembeli dilarang menawar barang yang sedang
ditawar seseorang dengan penawaran yang lebih tinggi.
b. Penjual dilarang menawarkan barang kepada calon
pembeli yang sedang menawar barang penjual lain, dengan
memberikan penawaran yang lebih rendah atau dengan
memberikan penawaran yang sama terhadap barang yang
dinyatakan memiliki kualitas lebih baik.
c. Ada aturan yang sangat jelas untuk melakukan
persaingan yang sehat dengan tidak mengecawakan apalagi
merugikan orang lain
b. Adab tawar menawar
Adapun adab saat tawar menawar yaitu:
a) Iktikad baik Kemauan, maksud atau tepatnya
keyakinan yang baik untuk melakukan bisnis dan
memenuhi hal-hal yang bertalian dengan berbisnis2.
Niat membeli (bila tidak niat membeli jangan
menawar dan membatalkan kesepakatan harga)
tindakan membatalkan kesepakatan itu kurang
beradab, mengecewakan dan bisa menyakiti hati
penjual.
b) Penjual harus jujur
c) Jangan menawar barang yang sedang dalam proses
ditawar orang lain
d) Jangan kamu saling dengki dan iri dan jangan pula
mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling
benci dan jangan saling bermusuhan serta jangan
saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang
lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya
dengan tidak menzhaliminya, tidak
mengecewakannya, tidak membohonginya dan tidak
merendahkannya. Letak takwa ada di sini (Nabi
Saw menunjuk ke dada beliau sampai diulang tiga
kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan
saudaranya yang muslim. Seorang muslim haram

2
M. Amin Suma, Menggali Akar Serat Ekonomi Dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam
Publishing, 2008), h. 309.
menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai
kehormatan muslim lainnya. (HR. Muslim)
e) Penjual Jangan terlalu banyak sumpah Di antara hal
yang sering dijumpai di pasar ialah kata-kata
sumpah atau yang sejenisnya yang biasa meluncur
dari mulut-mulut pedagang dalam upaya
menawarkan dan mempengaruhi calon pembeli
(konsumen). Permainan kata-kata apalagi dengan
sumpah yang melibatkan nama Allah, merupakan
perbuatan yang dilarang oleh Nabi Muhammad
SAW melalui sabdanya: “Hindari olehmu
memperbanyak (membiasakan) sumpah dalam
berbisnis; karena sumpah itu (boleh jadi)
memperlaris perdagangan, tetapi kemudian akan
menghapuskan.” (HR. Muslim)
f) Pembeli jangan mencela dagangan g. Bila sudah
Deal/OK harus beli, agar penjual tidak kecewa

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pertama yaitu dari Ahmad Syarif
Abdullah dengan judul skripsi “PRAKTIK TAWAR-MENAWAR
DALAM JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL BLAURAN/ PASAR
BESAR PALANGKA RAYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM “

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang praktik tawar


menawar dalam jual beli di pasar tradisional blauran/ pasar besar Palangka
Raya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebgai berikut:

1. Praktik tawar-menawar yang ada di pasar tradisional blauran/ pasar


besar Palangka Raya dengan berdasarkan data hsil penelitian dan
analisis dapat peneliti simpulkan bahwa; dalam praktiknya penjual
dan pembeli melakulan tawar-menawar melaukan komunikasi yang
intens untuk dapat mencapai akad jual beli mereka. dalam
pelaksanaanya terdapat pelayanan yang baik oeleh penjual,
kejujuran penjual, penetpan harga tawar dan harga jual, dan hak
pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi tersebut
(khiyar).
2. Tujan praktik tawar-menawar dalam juaal beli yang ada di psar
tradisional balauran/ pasar besar Palangka Raya adalah
kesepakatan atau keridhoan antara penjual dan pembeli yang di
capai dengan komunikasi yang intens dalam negosiasinya dan
peluang mendapatkan keuntungan yang besar dari sisi penjual, dari
sisi pembeli, mereka beranggapan dapat menurunkan harga
menjadi lebih murah atau rendah sehingga pembeli dapat barang
yang diperlukannya dengan harga yang miring.
3. Tinjauan dalam hukum Islam praktik tawar-menawar yang ada di
pasar tardisional blauran/ pasar besar Palangka Raya berdasarkan
data hasil penelitian dan analisis peneliti adalah boleh namun,
kebolehan yang di maksud tetap harus ada batasan yaitu seperti
yang di sebutkan dalam surah An-Nisa ayat 29; bahwa perniagaan
atau jual beli tidak boleh memakan harta sesama dengan cara yang
batil. Batil dalam hal ini jiaka di lihat dari sisi praktiknya tidak
melanggar ketentuan-ketentuan dalam etika bisinis Islam
sedangkan dari sisi tujuan harus tercapainya kesepakatan antara
kedua belah pihak tanpa adanya unsur keterpaksaan.

Dalam praktiknya larangan tersebut sehingga mengakibatkan hal batil


berasal dari praktek dan tujuan dilakukannya jual beli dengan cara tawar-
menawar.

Penelitian terdahulu yang kedua yaitu dari Ayi Solehudin dengan


skripsi yang berjudul “TAWAR-MENAWAR DALAM JUAL BELI ONLINE
DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM CASH ON DELIVERY DITINJAU
DARI ETIKA BISNIS ISLAM (STUDI KASUS MAHASISWA JURUSAN
EKONOMI SYARIAH ANGKATAN 2012)”

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat


menarik kesimpulan bahwasanya tawar-menawar mahasiswa IAIN Metro
jurusan ekonomi syariah angkatan 2012 dalam jual beli menggunakan sistem
Cash On Delivery ditinjau dari bisnis Islam dalam praktiknya masih ada yang
belum menerapkan proses penawaran dalam prinsip Islam. Tawar menawar
yang dilakukan dalam sistem Cash On Delivery dilihat dari prinsip kejujuran,
iktikad baik, dan tidak melakukan penawaran di atas penawaran orang lain
yang tidak sesuai dengan prinsip etika bisnis Islam adalah prinsip iktikad baik
dan melakukan penawaran di atas penawaran orang lain. Melihat hal tersebut
bahwa belum semuanya prinsip dalam penawaran tersebut mengacu pada etika
bisnis Islam

C. Kerangka pemikiran
Tawar-menawar adalah komunikasi proses negosiasi untuk
mendapat sebuah kesepakatan yang mana nantinya kesepakatan tersebut
harus realisasikan atau dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan
komunikasi tersebut.
Jual beli adalah pertukaran benda yang tujuannya adalah
memindahkan hak suatu benda antara kedua belah pihak untuk dapat
memenuhi kebutuhannya dengan alat tukar yang di sepakati kedua belah
pihak. Jual beli dan tawar-menawar memiliki hubungan yang sangat erat,
karena dalam jual beli yang menjadi pusat dan tujuan adalah kesepakatan
antara pihak-pihak yang melakukan jual beli.
Apabila kesepakatan tidak tercapai dalam transaksi jual beli maka
jual beli akan batal, atau jual beli tetap terjadi namu transaksinya cacat.
Oleh sesbab itu tawar-menawar adalah salah satu cara yang paling tepat
untuk mencapai kesepakatan dalam jual beli.
Jual beli dalam hukum Islam di sebut al-bai’ yang mana yang
mana istilah ini berasal dari dalam fiqih muamalah, jual beli dan tawar
menawar
tentu saja boleh dengan melihat ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis yang
menjadi dalil dalam pembahasan fiqih muamalah. Adapun beberapa ayat
dan hadis yang telah disebutkan diatas adalah sebagian kecil yang
membahas mengenai jual beli dalam fiqih muamalah. Pasar Tradisional
Malangbong adalah salah satu pusat perbelanjaan tradisional yang dalam
transaksi jual belinya menggunkan tawar-menawar untuk mencapai tujuan
transaksinya. Meskipun jual beli dan tawar-menawar diperbolehhkan
dalam hukum Islam tetap saja ada ketentuaan yang nantinya akan
menentukan apakah transaksi jual beli tersebut sah dan boleh , atau batal
dan cacat yang terjadi di pasar tradisional Malangbong.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),
yaitu penelitian yang langsung berhubungan dengan subjek penelitian
yaitu penjual dan pembeli serta objek penelitian yaitu praktek tawar-
menawar yang ada di pasar tradisional Malangbong. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan
akurat fakta dan karakteristik bidang tertentu. Sedangkan penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang relevan untuk memahami fenomena
sosial (tindakan manusia) di mana data hasil penelitian tidak diolah
melalui prosedur statistik melainkan analisis data dilakukan secara
induktif.
Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual
yang mana peneliti beranjak dari pandangan-pandangan para fuqaha dan
doktrin para ahli mengenai tawar-menawar dalam hukum Islam yang
nantinya akan menjadi pijakan peneliti untuk membangun argumentasi
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapai peneliti. Selain itu
karena dalam hukum Islam yang menjadi dalil utama dalam permsalahan
hukum adalah Al-Qur’an dan Hadis, maka peneliti harus menyertakan dalil
hukum tersebut.

B. Sumber data
Sumber data ialah subjek data yang diperoleh peneliti dari sumber
penelitian.Berdasarkan teori tersebut, peneliti menggunakan sumber data
yakni:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer ialah sumber data yang diperoleh
peneliti dari sumber asli. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah subjek penelitian (informan) itu sendiri yang berkaitan
dengan pelaksanaan tawar-menawar dalam jual beli. Adapun
informan dalam penelitian ini peneliti mengambil 10 orang yang
melakukan praktik jual beli dipasar tradisional Malangbong, yaitu
5 orang pembeli dan 5 orang penjual.10 orang tersebut diambil
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive
sampling adalah sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan strata, random atau daerah
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.Teknik ini biasanya
dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat
mengambil
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder ialah bahan-bahan atau data yang menjadi
pelengkap dari sumber data primer.Berdasarkan pengertian tersebut,
maka dalam mengumpulkan data tentang tawar-menawar dalam jual
beli tidak hanya bergantung pada sumber primer, tetapi juga melalui
sumber lain yang dapat memberikan informasi tentang objek yang
diteliti. Dalam hal ini, sumber data sekunder dalam penelitian ini
berupa buku-buku sebagai literatur pokok atau penunjang, jurnal,
internet dan laporan hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan
penelitian.

C. Teknik pengumpulan data


Pengumpulan data merupakan bagian dari proses pengujian data
yang berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh data penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan:
1. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau
lebih secara langsung. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.
Jenis wawancara ada dua, yaitu wawancara terpimpin dan
wawancara tak terpimpin. Wawancara tidak terpimpin ialah
wawancara yang tidak terarah. Sedangkan wawancara terpimpin
ialah tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data-data
yang relevan saja.Berdasarkan uraian tersebut peneliti melakukan
wawancara dengan jenis wawancara tak terpimpin hal ini
dilakukan karena pertanyaan yang tidak tersusun secara sistematis
akan ada penambahan pertanyaan jika memang hal tersebut
diperlukan dalam penelitian. Hal ini akan mudah untuk diolah
kembali, pemecahan masalah lebih mudah dan kesimpulan yang
diperoleh lebih reliabel. Wawancara tersebut dilakukan kepada
pembeli yang sering melakukan transaksi jual beli di pasar
tradisional malangbong pada akun facebook secara langsung untuk
mencari responden yang terkait dengan tawar-menawar dalam jual
beli.
2. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, berarti: “barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,
penulis menyelediki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian dan sebagainya.” Dokumentasi dalam penelitian ini yang
digunakan adalah dokumen-dokumen atau arsip-arsip, baik itu
berupa sejarah, visi dan misi dan sebagainya di perpustakaan
Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi.

D. Instrumen penelitian
Alat pengumpul data atau instrumen utama dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti sendiri, selanjutnya akan dikembangkan instrumen penelitian
untuk menghasilkan data yang jelas, bermakna dan mendalam. Berikut
beberapa bentuk instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
ini, antara lain:

1. Lembar Observasi Instrumen penelitian


pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi, yang mana instrumen ini sebagai acuan dalam
pengamatan saat penelitian. Adapun kisi-kisi dari lembar
observasi.
2. Lembar Panduan Wawancara Penelitian ini juga menggunakan
instrumen lembar panduan wawancara, hal ini berguna untuk
mengecek data-data yang diperoleh dari temuan dilapangan dengan
berbagai instrumen lain.

E. Uji kredibilitas data

Pengabsahan data digunakan untuk menjamin bahwa semua data


yang telah diamati dan diteliti relevan dengan yang sesungguhnya, agar
penelitian ini menjadi sempurna.
Untuk keabsahan data peneliti menggunakan Triangulasi yaitu
mengadakan perbandingan, antara teori dan hasil di lapangan pada sumber
data yang satu dengan yang lain.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber yaitu membandingkan data dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
disebut metode kualitatif3. Menurut Patton sebagaimana dikutip oleh
Moeleong tentang keabsahan data dapat dicapai dengan cara sebagai
berikut :
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara;
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
dengan apa yang dikatakan secara pribadi;
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
yang

3
0Triangulasi adalah salah satu dari banyak teknik dalam pemeriksaan keabsahan bahan
dan data hukum yang sudah terkumpul. Lihat Sabian Utsman, Metodologi Penelitian Hukum
Progesif, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2014, h. 110.
berpendidikan menengah atau tinggi, orang yang berada dan orang
pemerintahan;
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Adapun dalam teknik ini peneliti akan membandingkan antara
data hasil wawancara tentang bentuk dan proses tawar-menawar yang
terjadi, tujuan dilakukannya tawar-menawar dan observasi dengan
mengamati subjek selama dilakukan wawancara. Selain itu peneliti akan
membandingkan data hasil wawancara dan observasi tersebut dengan
pengalaman peneliti di pasar tradisional Malangbong.

F. Teknik analisis data


Penggunaan teknik analisis data dalam suatu penelitian sangatlah
tergantung pada tujuan penelitian. Teknik analisis data merupakan upaya
yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, menemukan pola,
memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Adapun teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini ialah
teknik analisa deskriptif dengan cara berpikir induktif. Peneliti melakukan
kajian data normatif yang ditemukan pada referensi yang kemudian
dianalisis secara deskriptif dengan rujukan bahan pustaka.

G. Waktu dan tempat penelitian


1. Waktu
Waktu yang digunakan dalam penelitian tentang praktik
tawar-menawar dalam jual beli di pasar tradisional Malangbong
dalam perspektif Hukum Islam selama 1 bulan. Lamanya penelitian
ini terhitung sejak diterimanya judul yang dilakukan Tim seleksi
Judul Proposal Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi.
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Malangbong
dengan beberapa alasan dan faktor yang subtansial di antaranya,
karena di pasar tersebut memang terjadi praktik tawar-menawar,
pasar tersebut adalah salah satu pasar tradisional yang ada di
Kabupaten Garut, dan pasar tersebut adalah pasar yang sangat
pluralistik dilihat dari sisi budaya, suku, agama.
DAFTAR PUSTAKA

Albani, Muhammad Najarudin Ali, penerjemah Ahmad Taufik Abdurahman,


Shahih Sunan Ibnu Majah jilid 3, Jakarta Selatan, Pustak Azzam, 2007.
Ali, H. Zainuddin, metode Penelitian Hukum, cet. 6, Jakarta; Sinar
Grafika, 2015.
Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqih
Muamalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.
Arifin, Johan, Etika Bisnis Islam, Semarang;Walisongo Press, 2009.
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta; Amzah, 2003.
Asy-Syiddiqy, Muhammad habsi, Falsafah Hukum Islam, Jakarta;
Bulan Bintang, 1993.
Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islam Wa-Adillatuhu, Jakarta; Gema Insani,
2007, jilid IV, cet.ke-10.
Badroen, Faisal, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta;Prenada Media
Group, 2006.
Beekum, Rafik Issa, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta; Pustaka Pelajar,
2004.

Anda mungkin juga menyukai