Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENERAPAN KEBIJAKAN DEVIDEN PADA SUMBER DANA SYARIAH

Dosen Pembimbing:
Novien Rialdy, SE, MM
Disusun Oleh:
SAFRIANI (2001270029)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH SUMATERA UTARA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PERBANKAN SYARIAH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENERAPAN KEBIJAKAN
DEVIDEN PADA SUMBER DANA SYARIAH”. Makalah ini saya susun sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah. Tak Luput
makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta dorongan dari orang tua, Dosen Pengampu
dan Teman-teman seperjuangan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih terdapat kekurangan, Oleh karena itu semua kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat Saya harapkan guna perbaikan selanjutnya. Akhirnya Saya
berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.,

MEDAN, 29 Jun. 22
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah .............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Kebijakan Deviden Syariah ............................................................................... 4


B. Bentuk Kebijakan Deviden ............................................................................................. 8
C. Faktor Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Deviden ................................................... 9
D. Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Saham ..................................................... 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan dividen dapat menentukan penempatan laba. Laba ditahan merupakan salah
satu sumber dana untuk biaya pertumuhan dalam perusahaan. Sedangkan dividen
merupakan arus kas yang disimpan untuk diberikan kepada pemegang. Dividen adalah
pembagian laba pemegang saham dari sebuah perusahaan secara proporsional sesuai dengan
jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik saham.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kebijakan deviden syariah?
2. Apa saja teori kebijakan deviden?
3. Bagaimana bentuk kebijakan deviden?
4. Faktor-faktor apa yang memengaruhi kebijakan dividen?
5. Bagaimana dampak kebijakan deviden terhadap harga pasar saham syari’ah?

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep kebijakan deviden
2. Mengetahui teori kebijakan deviden
3. Mengeetahui bentuk kebijakan deviden
4. Mengetahui faktor faktor yang memengaruhi kebijakan deviden
5. Mengetahui dampak kebijakan deviden terhadap harga pasar saham syariah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebijakan Deviden Syari’ah


1. Kebijakan Deviden

Kebijakan deviden merupakan suatu keputusan laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan untuk pembiayaan investasi pada masa yang akan datang.

Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning)


antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau digunakan di perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di
perusahaan.1

Kebijakan dividen merupakan corporate action yang harus dilakukan perusahaan.


Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, semakin baik perusahaan
tersebut. Perusahaan yang baik dianggap menguntungkan dan tentunya penilaian terhadap
perusahaan akan semakin baik pula, biasanya tecermin melalui peningkatan harga saham
perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, hal tersebut diartikan
sebagai sinyal positif membaiknya kinerja perusahaan pada masa yang akan datang
sehingga kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Dividen dalam Perspektif Syari’ah

Kerja sama dalam bentuk syirkah amwal dikenal dengan syirkah musahammah.
Syirkah musahammah adalah penyertaan modal usaha yang dihitung dengan jumlah lembar
saham yang diperdagangkan di pasar modal sehingga pemiliknya dapat berganti-ganti
dengan mudah dan cepat. Pertanggungjawaban pemegang saham sesuai dengan jumlah
saham yang dimiliki, keuntungan dan kerugian yang diterima oleh pemegang saham
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.

Landasan dalam Al Quran dan Hadist


QS. An-Nisa ayat 29
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar
suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang kepadamu.”
H.R. al-Baerzar dan Al-Hakim

“Nabi Muhammad SAW pernah ditanya. Apakah profesi yang paling baik?Rasulullah
menjawab: “Usaha tangan manusia tersendiri dan setiap jual beli yang diberkati”. (H.R.al-
Barzar dan Al-Hakim)

1
Loc. Cit., Riyanto Bambang, Dasar-dasar....., 1990, hlm. 265.
Pelaksanaan syirkah musahamah harus tunduk pada kriteria (dhawabith) berikut.2

1) Apabila harta yang di-syirkah-kan berupa modal yang dinilai dengan uang secara
tunai, perpindahan kepemilikan saham dilakukan dengan akad sharf (pertukaran
uang).
2) Apabila harta yang di-syirkah-kan berupa utang, hukum yang berlaku adalah
hukum utang, yaitu utang tidak boleh dipindahtangankan dengan cara dijual karena
menjual piutang dilarang oleh syari’ah.
3) Apabila modal yang di-syirkah-kan berupa barang dagangan atau manfaat tidak ada
halangan untuk memindahtangankan dengan cara dijual, dan keuntungannya boleh
diterima secara tunai (tidak boleh dengan cara tangguh).
4) Apabila modal yang di-syirkah-kan berupa barang dagangan, manfaat, uang dan
utang yang disatukan, yang dijadikan pasar hukum adalah hukum barang dagangan
dan manfaat, yaitu boleh dipindahtangankan dengan cara dijual, dan keuntungannya
boleh diterima secara tunai (tidak boleh dengan cara tangguh).
5) Orang atau badan hukum yang ber-syirkah membentuk persekutuan perdata.
Persekutuan perdata setidaknya memiliki tiga unsur, yaitu:
- persetujuan timbal balik sebagai dasar pendirian;
- adanya penyertaan, yaitu masing-masing sekutu diwajibkan menyertakan
uang, barang dan lainnya atau keahliannya ke dalam persekutuan. Wujud
penyertaan dapat berupa uang, barang, dan tenaga, baik fisik maupun
ide/gagasan/pikiran;
- tujuannya adalah membagi keuntungan di antara orang/ pihak yang terlibat.

3. Teori Dividen Tidak Relevan

Beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh Dermawan Sjahrial (2002),
antara lain sebagai berikut.3
- Teori dividen tidak relevan

Modigliani dan Miller (MM) berpendapat, nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh
besar kecilnya dividend payout ratio, tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak dan
kelas risiko perusahaan. Jadi, menurut MM, dividen tidak relevan untuk diperhitungkan
karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM, kenaikan
nilai perusahaan keuntungan atau earning power dari aset perusahaan. Pernyataan MM ini
didasarkan pada beberapa asumsi seperti:4

a) pasar modal sempurna yang para investor bersikap rasional;


b) tidak ada biaya emisi saham;

2
Op. Cit., Muhamad, Manajemen.... 2014, hlm. 538.
3
Dermawan Sjahrial, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi 2, Jakarta: Mitra Wacana Medina, 2002, hlm.
53.
4
M. Miller, dan F.Modigliani, “Dlividend Policy, Growth and the Valuation of Shares”, The Journal of
Business,Vol.34,No 4 Oct,1961,hlm.411.
c) tidak ada pajak;
d) leverage tidak berpengaruh terhadap biaya modal;
e) para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama;
f) distribusi pendapatan di antara dividen dengan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap
biaya ekuitas;
g) kebijakan capital budgeting terlepas dari kebijakan dividen.

Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan dengan


menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan memengaruhi nilai perusahaan.
Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika
modal sendiri berasal dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks (biaya modal sendiri
dari laba ditahan). Jika berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah Ke (biaya
modal sendiri dari saham biasa baru).
- Teori the bird in the hand

Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika
dividend payout rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital
gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti daripada capital
gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba
ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Ks adalah
keuntungan dari dividen (dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gains (capital
gains yield).5
Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada
menundanya untuk direalisasi dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk “capital
gain” sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang
lebih menyukai dividen saat ini karena dengan pembayaran dividen sekarang maka
penerimaan uang tersebut sudah pasti. Apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang
diharapkan meleset.

Menurut Modigliani dan Miller, pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu
kesalahan karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima
di perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.
- Teori perbedaan pajak

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy yang menyatakan bahwa karena
adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai
capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.6 Oleh karena itu, investor
mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan
dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari saham dengan dividend yield rendah,

5
Myron Gordon dan Lintner,”Optimal Investment and Financing Policy”.Journal Finance, 1963,hlm.334
6
R.H Litzenberger dan K. Ramaswamy,”The Effects of Personal Texes and Devidends On Capital Asset Prices”,
Journal of Financial Economic, Vol. XXXI, No. 5, 1979, hlm. 55.
capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains,
perbedaan ini akan semakin terasa.
- Teori signaling hypothesis

Teori ini menyatakan bahwa kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga
saham. Hal ini dapat dibuktikan secara empiris. Sebaliknya, penurunan dividen pada
umumnya menyebabkan penurunan harga saham. Fenomena ini dapat dianggap sebagai
bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gains. Adapun MM
berpendapat bahwa kenaikan dividen yang di atas biasanya merupakan sinyal kepada para
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan penghasilan yang baik pada masa
mendatang.

Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan dividen yang di bawah kenaikan normal
(biasanya) diyakini investor sebagai sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit
dividen waktu mendatang
- Teori clientele effect

Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan
memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok
pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai dividend
payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok pemegang saham yang tidak begitu
membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba
bersih perusahaan.

B. Bentuk Kebijakan Dividen


Beberapa bentuk kebijakan dividen adalah sebagai berikut.7
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap
per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan
berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun. Apabila laba yang
diperoleh meningkat dan peningkatannya baik dan stabil, dividen juga akan ditingkatkan
untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun.

Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan karena
beberapa alasan berikut:
- meningkatkan harga saham karena dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap
mempunyai risiko yang kecil;
- memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang
baik pada masa yang akan datang;
- menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi karena
dividen selalu dibayarkan.

7
Loc. Cit., Sutrisno,Manajemen............,2011, hlm. 77.
b. Kebijakan Dividen yang Meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham
dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
c. Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang
diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar dividen yang
dibayarkan. Demikian pula sebaliknya, jika laba kecil, dividen yang dibayarkan juga kecil.
Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio (DPR).
d. Kebijakan Pemberian Dividen Regular yang Rendah Ditambah Ekstra
Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah
pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan
ekstra dividen jika keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

Pada pihak lain, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran dividen yang tinggi
untuk menyalurkan dana yang tidak dibutuhkan untuk investasi.8

C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen


Faktor yang memengaruhi kebijakan dividen adalah sebagai berikut.
- Kebutuhan Dana bagi Perusahaan
- Likuiditas Perusahaan
- Kemampuan untuk Meminjam
- Pembatasan dalam Perjanjian Utang
- Pengendalian Perusahaan
- Stabilitas Laba
- Kesempatan Investasi
- Profitabilitas dan Likuiditas
- Akses ke Pasar Keuangan
- Stabilitas Pendapatan

D. Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Nilai Saham


Kebijakan deviden akan berpengaruh positif terhadap nilai saham melalui
penciptaan keseimbangan di antara deviden saat ini dan laba ditahan sehingga mampu
memaksimalkam nilai saham. Jika perusahaan menjalankan kebijakan untuk
membagikan tambahan tunai, ia akan cenderung meningkatkan harga saham. Namun,
jika nilai deviden tunai meningkat, semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi
sehingga tingkat pertumbuhan perusahaan yang diharapkan untuk masa mendatang
akan rendah. Hal ini akan menurunkan harga saham. Nilai saham akan maksimal jika
terjadi keseimbangan antara deviden saat ini dan laba ditahan.
Adanya tujuan perusahaan untuk memaksimalkan harga atau nilai saham,
menuntut perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk selalu memperhitungkan

8
J. Fred Weston dan Thomas E.Copeland, Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Yohanes Lamarto dan Mariana
Andinata, Edisi Kedelapan, Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 1988, hlm.81.
akibatnya terhadap nilai atau harga sahamnya. Jika perusahaan ingin mencapai
tujuannya, setiap keputusan harus dievaluasi pengaruhnya terhadap harga saham.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dividen adalah pembagian laba pemegang saham dari sebuah perusahaan secara
proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik saham.

al-Mishri menegaskan bahwa pertanggungjawaban pemegang saham sesuai dengan jumlah


saham yang dimiliki, keuntungan dan kerugian yang diterima oleh pemegang saham sebanding
dengan jumlah saham yang dimiliki. Syirkah musahamah bermanfaat bagi pengembangan
bisnis karena saham disebar dalam jumlah yang besar. Modal syarik (orang yang bersyirkah)
tidak berubah karena keluarnya pemegang saham lama dengan cara dijual atau masuknya
pemegang saham baru denagn cara membeli. Syirkah musahamah dilakukan guna menciptakan
kesejahteraan umum (bukan hanya kesejahteraan pemegang saham). Sesuai dengan sepirit
syirkah, bahwa syirkah termasuk dalam akad mu’awadhat yang tujuannya adalah mencari
untung. Dengan demikian, pihak yang melakukan syirkah berarti melakukan kegiatan bisnis
yang bertujuan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagikan kepada
yang bersyirkah. Secara sunatullah yang namanya bisnis akan mengandung dua konsekuensi
yitu untung dan rugi. Jika demikian, maka dalam syirkah dua konsekuensi hasil tersebut akan
ditanggung oleh para pihak. Pembagian atas untung dan rugi dalam bisnis disesuaikan dengan
ketentuan hukumnya, yaitu: jika untung maka dibagi sesuai dengan nisbah dan jika rugi dibagi
berdasarkan penyertaan para pihak yang bersyirkah. Dividen merupakan bagian dari
keuntungan usaha yang dibagikan kepada para pihak yang bersyirkah. Faktor-aktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen yaitu undang-undang, posisi likuiditas, kebutuhan untuk
melunasi hutang, larangan dalam perjanjian hutang, tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba dan
stabilitas laba, aktiva ke pasar modal dan pajak atas laba yang diakumulasikan secara salah.
Teori kebijakan dividen juga ada dua yaitu yang tanpa pajak dan kena pajak. Teori preferensi
investor ada tiga yaitu teori ketidakrelevanan dividen , teori Bird in the Hand dan teori
preverensi pajak.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/38058185/Kebijakan_Dividen_dalam_Keuangan_Syariah
A. M. Sadeq. 1989. “Factor Pricing and Income Distribution from
an Islamic Perspective.” Dipublikasikan dalam Journal of Islamic
Economics.
A. Rizwan et.al. 2006. “Effect of Ethanol Extract of Coccinia Grandis
Lin Leaf on Glucose and Cholesterol Lowering Activity” Journal of
Islamic Banking and Finance.
A. Rusdiana dan A. Ghozin. 2014. Manajemen: Berwawasan Global.
Bandung: Pustaka Setia.
Abdul ‘Azhim Jalal. 2004. Fiqh Ar-Riba Dirasah Muqaranah wa
Syamilah li-At-Tathbiqat Al-Mu’ashirah. Bairut: Muassasah Ar-
Risalah.
Abdul Aziz. 2010. Manajemen Investasi Syari’ah. Bandung: Alfabeta.
Abdul Halim dan Sarwoko. 1995. Analisis Manajemen Keuangan. Edisi
Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Anda mungkin juga menyukai