Anda di halaman 1dari 11

Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Ummat

Pendahuluan
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak dapat terlepas dari manusia
yang lain. Salah satu bentuk interaksi yang terjadi adalah aktifitas perdagangan. Hal
ini karena ada satu manusia yang membutuhkan pemenuhan dalam hidupnya
sementara sumber pemenuhan itu bisa jadi terdapat pada orang lain. Allah SWT
telah menjadikan harta sebagai salah satu sebab untuk menciptakan berbagai
kemaslahatan di dunia. Dan Allah juga mensyariatkan mekanisme perdagangan
untuk meraih berbagai kemaslahatan tersebut. Mekanisme dibutuhkan agar tidak
terjadi kekacauan seperti bentuk kekerasan dan perampasan dalam upaya
mendapatkan kemaslahatan tersebut. Maka, bentuk perekonomian dalam islamlah
yang layak untuk digunakan dalam mencapai kesejahteraan ummat.
Sebenarnya sistem ekonomi Islam sudah pemah diterapkan secara nyata sejak
Rasulullah SAW mendirikan negara Islam di Madinah hingga menjelang runtuhnya
Daulah Khilafah Islamiyah di Turki. Sistem ekonomi Islam selama berabad-abad
diterapkan secara praktis dalam kehidupan individu, masyarakat dan bemegara.
Baru ketika undang-undang yang berasal dari Barat tentang keuangan dan
perdagangan masuk ke negeri Islam pada tahun 1276 H (1858 M), kemudian sistem
ekonomi Islam tidak diterapkan secara utuh. Pada saat itu Daulah Khilafah
Utsmaniyah mulai mengambil undang-undang keuangan dan perdagangan (Qanun
Al Huquuq wat Tijarah) yang berasal dari Barat. Bahkan setelah runtuhnya Daulah
Khilafah Islamiyah di Turki pada tahun 1924 M, maka sistem ekonomi Islam, seperti
halnya sistem politik pemerintahan Islam, sistem pendidikan Islam dan lain-lain
sudah ditinggalkan. Akibatnya umat hingga saat ini hanya mengenal sistem ekonomi
yang berasal dari barat namun tidak mengenal sistem ekonomi Islam secara utuh.
Bagaimanakah konsep dan system dalam ekonomi islam? Apa peran Negara dalam
mensejahterakan ummat?

 Pembahasan
Konsep dan Sistem Dalam Ekonomi Islam
A.Perdagangan dan Jual Beli
Perdagangan di dalam masyarakat terjadi atas dua aktifitas yaitu jual beli dan riba.
Allah SWT telah menetapkan bahwa perdagangan yang halal adalah jual beli,
sedangkan perdagangan yang diharamkan adalah riba. Dalam fakta masyarakat
saat ini pun masih ada upaya untuk menyamakan jual beli dengan riba. Hal ini
seperti di dalam firman Allah di dalam QS. Al-Baqarah : 275
Hal itu karena mereka benar-benar telah mengatakan bahwa jual beli itu juga seperti
riba

Dengan demikian kita pahami bahwa jual beli dan riba keduanya termasuk dalam
perdagangan (tijaroh), dan terdapat perbedaan dari sisi syara’ dalam memandang
bahwa, yang halal hanyalah aktifitas jual beli. Akad atau terjadinya jual beli
ditentukan oleh adanya ungkapan ijab dan qobul.
Serta adanya aku menjual (bi’tu) dan aku membeli (isytaraytu).
Jenis Perdagangan
1. Jual beli
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sementara
pembayaran dilakukan di muka. Mekanismenya seseorang datang kepada penjual
untuk memesan suatu barang dengan karakteristik yang jelas dan dengan harga
yang disepakati. Waktu pengambilan ditentukan beberapa bulan sesudah disepakati.
Jual beli ini diperbolehkan untuk setiap barang yang ditakar, ditimbang atau dihitung.
Seperti hadith yang diriwayatkan dari al-hakim dan ad-Daruquthni
“Siapa saja yang melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan maka ber-salaflah
dalam takaran yang diketahui, timbangan yang diketahui, dan sampai waktu yang
diketahui”.
Jual beli salam diperbolehkan dengan catatan, jenisnya harus sudah ditentukan dan
harga ditentukan pula sesuai dengan harga pasar saat akad jual-beli bukan pada
saat penyerahan barang.
2. Jual beli dan kredit
Dalam transaksi perdagangan atau jual beli, adakalanya berlangsung dengan tunai.
Namun juga terkadang dengan tangguh atau utang. Seorang penjual berhak untuk
memberi pilihan harga, yaitu harga tunai dan hutang sekaligus atau harga kredit
dengan cicilan. Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al Baqarah ayat 282.

B. Etika Bisnis
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pemimpin agama, seorang negarawan
sekaligus sebagai seorang pedagang yang sukses. Dimana beberapa posisi ini
jarang dimiliki secara sekaligus oleh nabi yang lain. Sebagai seorang pedagang,
beliau memberikan contoh yang sangat baik dalam transaksi bisnisnya. Beliau
melakukan transaksi yang jujur, adil, memuaskan konsumen, menepati janji dan
memberikan barang dagangan dengan standar kualitas yang sesuai dengan
permintaan pelanggan.
Beberapa hadith yang dapat dijadikan acuan dalam berdagang :
- “Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan suatu kewajiban,
disamping tugas-tugas lain yang diwajibkan” Diriwayatkan dari al-Baihaqi

- “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya termasuk golongan para nabi, orang-
orang yang benar-benar tulus, dan para syuhada” Diriwayatkan dari al_Tirmidzi, al-
Darimi, al-Daruquthni
- “Allah memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang bersikap baik ketika
menjual, membeli dan membuat suatu pernyataan” Diriwayatkan dari al-Bukhari -
Khulafa ar-Rashidun mereka adalah para pedagang, seperti abu bakar, memiliki
usaha dagang bahan pakaian. Umar ibn Khatab,pernah menjadi pedagang jagung,
uthman ibn-affan dikenal sebagai konglomerat tekstil.
Secara umum, etika dalam berdagang adalah :
a. Memiliki kepribadian spiritual (taqwa)
b. Berperilaku baik dan simpatik (Shidq)
c. Berlaku adil dalam bisnis (al-‘adl)
d. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah)
e. Menepati janji dan tidak curang
f. Jujur dan terpercaya (al-amanah)
g. Tidak suka berburuk sangka (suudzan)
h. Tidak suka menjelek-jelekkan (ghibah)
i. Tidak melakukan sogok (riswah)
Ada beberapa persyaratan yang harus ada dalam jual beli agar transaksi menjadi
sah.
a. Penjual dan pembeli harus tamyiz dan berakal
b. Ijab dan qabul disertai dengan keridhaan
c. Kesempurnaan perdagangan
Kaidah Pokok Dalam Perdagangan
a.Segala sesuatu yang diharamkan, haram pula memperjual belikannya
b.Haram menjual atau membeli barang yang telah dijual
c.Tidak diperbolehkan menjual barang yang tidak dimiliki
d.Tidak boleh ada dua akad dalam satu jual beli
Transaksi-transaksi yang dilarang dalam islam adalah transaksi yang disebabkan
oleh faktor:
1) haram zatnya (objek transaksinya).
2) haram selain zatnya (cara bertransaksi-nya).
3|Page

• Tadlis. Tadlis adalah sebuah situasi di mana salah satu dari pihak yang
bertransaksi
berusaha untuk menyembunyikan informasi dari pihak yang lain (unknown to one
party) dengan maksud untuk menipu pihak tersebut atas ketidaktahuan atas
informasi tersebut.
Hal ini bisa berbentuk kuantitas (quantity), kualitas (quality), harga (price), ataupun
waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang ditransaksikan.
• Ikhtikar. Ikhtikar adalah sebuah situasi di mana produsen/penjual mengambil
keuntungan
di atas keuntungan normal dengan cara mengurangi supply (penawaran) agar harga
produk yang dijualnya naik.
Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier (hambatan masuk
pasar),
yakni menghambat produsen/penjual lain masuk ke pasar agar ia menjadi pemain
tunggal di pasar (monopoli), kemudian mengupayakan adanya kelangkaan barang
dengan cara menimbun stock (persediaan), sehingga terjadi kenaikan harga yang
cukup tajam di pasar.
Ketika harga telah naik, produsen tersebut akan menjual barang tersebut dengan
mengambil keuntungan yang melimpah.
demand (permintaan) palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu
produk sehingga harga jual produk itu akan naik.
Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam, seperti menyebarkan isu, melakukan
order pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik maka yang bersangkutan
akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali barang yang sudah
dibeli, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang besar.
ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi.
Taghrir terjadi bila pihak yang bertransaksi merubah sesuatu yang seharusnya
bersifat pasti menjadi tidak pasti. Dalam hal ini ada beberapa hal yang bersifat tidak
pasti, yaitu (time of delivery) atas objek yang ditransaksikan.
• Riba. Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis, baik
transaksi
hutang piutang maupun jual beli.
Riba dalam hutang piutang dimaksudkan untuk meminta kelebihan tertentu atas
utang yang dipinjamkan pada saat awal transaksi (riba qard), atau memberikan
tambahan pembayaran atas utang yang tidak bisa dikembalikan pada waktu jatuh
tempo (riba jahiliyah). Riba dalam jual beli dikenakan atas pertukaran dua barang
sejenis dengan timbangan/takaran yang berbeda (riba fadl), atau memberikan
tambahan atas barang yang diserahkan kemudian (riba nasiah).
4e

Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam


Risalah tentang jual beli yang dilarang dalam Islam ini kami adaptasi dari kitab Fiqh
Wa Fatawa Al Buyu’; hlm. 125 a/d 137, karya Syaikh Shalih Al Fauzan bin Fauzan.
Awalnya merupakan ceramah beliau di masjid Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz Alu
Su’ud, Riyadh, bulan Jumadil Ula 1411 H. Kami angkat ke hadapan pembaca,
supaya kaum muslimin mengerti dan kemudian menjauhi perniagaan yang
terlarang. Sehingga dalam melakukan jual beli, seorang muslim harus
memperhatiakn ketentuan-ketentuan syari’at, hendaklah menjauhi muamalah dan
usaha-usaha yang buruk yang diharamkan. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
melarang jual beli, yang dilakukan dengan cara yang buruk, mendatangkan
madharat (bahaya) bagi orang lain, serta mengambil harta seseorang dengan cara
yang bathil. Berikut beberapa transaksi
perniagaan atau jula beli yang dilarang.
1. Jika akad jual beli itu menyulitkan ibadah, misalnya mengambil waktu shalat.
Seorang pedagang sibuk dengan jual beli sampai terlambat melakukan shalat
jama’ah di masjid, baik tertinggal seluruh shalat atau masbuq. Berniaga yang sampai
melalaikan seperti ini dilarang. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,
apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.” (QS. Al Jumu’ah: 9-10)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Munafiqun:9)
“Maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. Allah menyatakan mereka mengalami
kerugian, meskipun mereka kaya, berhasil mengumpulkan banyak harta dan
memiliki banyak anak.
Sesungguhnya harta dan anak-anak mereka tidak akan bisa menggantikan dzikir
yang terlewatkan. Seorang pedagang akan meraih keuntungan yang hakiki, jika
mampu meraih dua kebaikan, yaitu memadukan antara rezeki dengan ibadah
kepada Allah. Melangsungkan akad jualbeli pada waktunya, dan menghadiri shalat
pada waktunya. Allah berfirman: “Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan
sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” (QS. Al An kabut :

Kesimpulan
Islam dengan jelas mendudukkan konsep yang tepat tentang kepemilikan (al
milkiyah). Kepemilikan (property) hakikatnya seluruhnya adalah milik Allah secara
absolute.
Kemudian Allah SWT memberikan wewenang kepada manusia untuk menguasai
(istikhlaf) hak milik tersebut dan memberikan izin kepemilikan pada orang tertentu
yang sifatnya real. Allah
SWT berfirman:
“ Berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan Nya
kepadamu”. (TQS An Nur:33)
Untuk itu Allah telah memberikan serangkaian aturan ekonomi untuk memberikan
sumberdaya itu. Islam juga menjelaskan konsepsi kebahagiaan sebagai meraih
ridha Allah serta konsepsi pahala dan siksa di akhirat. Seorang muslim akan merasa
bahagia, baik miskin atau kaya, selama mendapat ridha Allah. Ia zakat, sedekah dan
sejenisnya, meski tidak ada imbalan materi. Konsepsi itu mendorong seorang
muslim senantiasa terikat dengan syariat dalam mendapatkan dan mengumpulkan
harta atau kegiatan ekonomi lainnya. Ini juga akan menghalanginya dari melakukan
kejahatan ekonomi seperti mencuri, menipu, korupsi, menimbundll.
Disamping itu, Allah SWT telah menetapkan rizki bagi setiap orang, tidak akan bisa
ditambah atau dikurangi oleh orang lain, dan seseorang tidak akan mati sebelum
semua rizki yang telah ditetapkan itu diberikan kepadanya. Hal ini memberikan
keyakinan bahwa sumberdaya yang ada pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan
seluruh manusia. Ini juga menjadikan manusia tidak berpikir, “saya atau anda yang
bisa makan,” tetapi berpikir, ”saya dan anda sama-sama bisa makan.” Dengan itu,
Sistem Ekonomi Islam(SEI) tidak akan menjadi seperti Sistem Ekonomi Sosialis
(SES) yang menghalangi manusia menikmati kekayaan ; juga tidak seperti Sistem
Ekonomi Kapitalis (SEK) yang menghalalkan segala cara demi materi dan
menjadikan manusia sebagai serigala bagi manusia lain. SEI akan menjadi sistem
yang istiqomah, benar, dan menyejahterakan manusia.
Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Ummat Pendahuluan Dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia tidak dapat terlepas dari manusia yang lain. Salah
satu bentuk interaksi yang terjadi adalah aktifitas perdagangan. Hal ini karena ada
satu manusia yang membutuhkan pemenuhan dalam hidupnya sementara sumber
pemenuhan itu bisa jadi terdapat pada orang lain. Allah SWT telah menjadikan harta
sebagai salah satu sebab untuk menciptakan berbagai kemaslahatan di dunia. Dan
Allah juga mensyariatkan mekanisme perdagangan untuk meraih berbagai
kemaslahatan tersebut. Mekanisme dibutuhkan agar tidak terjadi kekacauan seperti
bentuk kekerasan dan perampasan dalam upaya mendapatkan kemaslahatan
tersebut. Maka, bentuk perekonomian dalam islamlah yang layak untuk digunakan
dalam mencapai kesejahteraan ummat. Sebenarnya sistem ekonomi Islam sudah
pemah diterapkan secara nyata sejak Rasulullah SAW mendirikan negara Islam di
Madinah hingga menjelang runtuhnya Daulah Khilafah Islamiyah di Turki. Sistem
ekonomi Islam selama berabad-abad diterapkan secara praktis dalam kehidupan
individu, masyarakat dan bemegara. Baru ketika undang-undang yang berasal dari
Barat tentang keuangan dan perdagangan masuk ke negeri Islam pada tahun 1276
H (1858 M), kemudian sistem ekonomi Islam tidak diterapkan secara utuh. Pada
saat itu Daulah Khilafah Utsmaniyah mulai mengambil undang-undang keuangan
dan perdagangan (Qanun Al Huquuq wat Tijarah) yang berasal dari Barat. Bahkan
setelah runtuhnya Daulah Khilafah Islamiyah di Turki pada tahun 1924 M, maka
sistem ekonomi Islam, seperti halnya sistem politik pemerintahan Islam, sistem
pendidikan Islam dan lain-lain sudah ditinggalkan. Akibatnya umat hingga saat ini
hanya mengenal sistem ekonomi yang berasal dari barat namun tidak mengenal
sistem ekonomi Islam secara utuh. Bagaimanakah konsep dan system dalam
ekonomi islam? Apa peran Negara dalam mensejahterakan ummat? Pembahasan
Konsep dan Sistem Dalam Ekonomi Islam A.Perdagangan dan Jual Beli
Perdagangan di dalam masyarakat terjadi atas dua aktifitas yaitu jual beli dan riba.
Allah SWT telah menetapkan bahwa perdagangan yang halal adalah jual beli,
sedangkan perdagangan yang diharamkan adalah riba. Dalam fakta masyarakat
saat ini pun masih ada upaya untuk menyamakan jual beli dengan riba. Hal ini
seperti di dalam firman Allah di dalam QS. AlBaqarah : 275
Hal itu karena mereka benar-benar telah mengatakan bahwa jual beli itu juga seperti
riba Dengan demikian kita pahami bahwa jual beli dan riba keduanya termasuk
dalam perdagangan (tijaroh), dan terdapat perbedaan dari sisi syara‟ dalam
memandang bahwa, yang halal hanyalah aktifitas jual beli. Akad atau terjadinya jual
beli ditentukan oleh adanya ungkapan ijab dan qobul. Serta adanya aku menjual
(bi‟tu) dan aku membeli (isytaraytu). Jenis Perdagangan 1. Jual beli salam (salaf)
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sementara
pembayaran dilakukan di muka. Mekanismenya seseorang datang kepada penjual
untuk memesan suatu barang dengan karakteristik yang jelas dan dengan harga
yang disepakati. Waktu pengambilan ditentukan beberapa bulan sesudah disepakati.
Jual beli ini diperbolehkan untuk setiap barang yang ditakar, ditimbang atau dihitung.
Seperti hadith yang diriwayatkan dari al-hakim dan ad-Daruquthni “Siapa saja yang
melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan maka ber-salaflah dalam takaran yang
diketahui, timbangan yang diketahui, dan sampai waktu yang diketahui”. Jual beli
salam diperbolehkan dengan catatan, jenisnya harus sudah ditentukan dan harga
ditentukan pula sesuai dengan harga pasar saat akad jual-beli bukan pada saat
penyerahan barang. 2. Jual beli dengan hutang dan kredit (Murabahah) Dalam
transaksi perdagangan atau jual beli, adakalanya berlangsung dengan tunai. Namun
juga terkadang dengan tangguh atau utang. Seorang penjual berhak untuk memberi
pilihan harga, yaitu harga tunai dan hutang sekaligus atau harga kredit dengan
cicilan. Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur‟an surat al Baqarah ayat 282. B. Etika
Bisnis Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pemimpin agama, seorang
negarawan sekaligus sebagai seorang pedagang yang sukses. Dimana beberapa
posisi ini jarang dimiliki secara sekaligus oleh nabi yang lain. Sebagai seorang
pedagang, beliau memberikan contoh yang sangat baik dalam transaksi bisnisnya.
Beliau melakukan transaksi yang jujur, adil, memuaskan konsumen, menepati janji
dan memberikan barang dagangan dengan standar kualitas yang sesuai dengan
permintaan pelanggan. Beberapa hadith yang dapat dijadikan acuan dalam
berdagang :
- “Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan suatu kewajiban,
disamping tugas-tugas lain yang diwajibkan” Diriwayatkan dari al-Baihaqi “Pedagang
yang jujur dan dapat dipercaya termasuk golongan para nabi, orang-orang yang
benar-benar tulus, dan para syuhada” Diriwayatkan dari al_Tirmidzi, al-Darimi, al-
Daruquthni “Allah memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang bersikap baik
ketika menjual, membeli dan membuat suatu pernyataan” Diriwayatkan dari al-
Bukhari - - Khulafa ar-Rashidun mereka adalah para pedagang, seperti abu bakar,
memiliki usaha dagang bahan pakaian. Umar ibn Khatab,pernah menjadi pedagang
jagung, uthman ibn-affan dikenal sebagai konglomerat tekstil. Secara umum, etika
dalam berdagang adalah : a. Memiliki kepribadian spiritual (taqwa) b. Berperilaku
baik dan simpatik (Shidq) c. Berlaku adil dalam bisnis (al-„adl) d. Bersikap melayani
dan rendah hati (khidmah) e. Menepati janji dan tidak curang f. Jujur dan terpercaya
(al-amanah) g. Tidak suka berburuk sangka (suudzan) h. Tidak suka menjelek-
jelekkan (ghibah) i. Tidak melakukan sogok (riswah) Ada beberapa persyaratan yang
harus ada dalam jual beli agar transaksi menjadi sah. a. Penjual dan pembeli harus
tamyiz dan berakal b. Ijab dan qabul disertai dengan keridhaan c. Kesempurnaan
perdagangan Kaidah Pokok Dalam Perdagangan a.Segala sesuatu yang
diharamkan, haram pula memperjual belikannya b.Haram menjual atau membeli
barang yang telah dijual c.Tidak diperbolehkan menjual barang yang tidak dimiliki
d.Tidak boleh ada dua akad dalam satu jual beli Transaksi-transaksi yang dilarang
dalam islam adalah transaksi yang disebabkan oleh faktor: 1) haram zatnya (objek
transaksinya).
2) haram selain zatnya (cara bertransaksi-nya). • Tadlis. Tadlis adalah sebuah
situasi di mana salah satu dari pihak yang bertransaksi berusaha untuk
menyembunyikan informasi dari pihak yang lain (unknown to one party) dengan
maksud untuk menipu pihak tersebut atas ketidaktahuan atas informasi tersebut. Hal
ini bisa berbentuk kuantitas (quantity), kualitas (quality), harga (price), ataupun
waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang ditransaksikan. • Ikhtikar.
Ikhtikar adalah sebuah situasi di mana produsen/penjual mengambil keuntungan di
atas keuntungan normal dengan cara mengurangi supply (penawaran) agar harga
produk yang dijualnya naik. Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan membuat entry
barrier (hambatan masuk pasar), yakni menghambat produsen/penjual lain masuk
ke pasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar (monopoli), kemudian
mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara menimbun stock
(persediaan), sehingga terjadi kenaikan harga yang cukup tajam di pasar. Ketika
harga telah naik, produsen tersebut akan menjual barang tersebut dengan
mengambil keuntungan yang melimpah. • Bai‟ Najasy. Bai‟ Najasy adalah sebuah
situasi di mana konsumen/pembeli menciptakan demand (permintaan) palsu,
seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual
produk itu akan naik. Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam, seperti
menyebarkan isu, melakukan order pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah
naik maka yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas
kembali barang yang sudah dibeli, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang
besar. • Taghrir. Taghrir adalah situasi di mana terjadi incomplete information karena
adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi. Taghrir terjadi bila
pihak yang bertransaksi merubah sesuatu yang seharusnya bersifat pasti menjadi
tidak pasti. Dalam hal ini ada beberapa hal yang bersifat tidak pasti, yaitu kuantitas
(quantity), kualitas (quality), harga (price), ataupun waktu penyerahan (time of
delivery) atas objek yang ditransaksikan. • Riba. Riba adalah tambahan yang
disyaratkan dalam transaksi bisnis, baik transaksi hutang piutang maupun jual beli.
Riba dalam hutang piutang dimaksudkan untuk meminta kelebihan tertentu atas
utang yang dipinjamkan pada saat awal transaksi (riba qard), atau memberikan
tambahan pembayaran atas utang yang tidak bisa dikembalikan pada waktu jatuh
tempo (riba jahiliyah). Riba dalam jual beli dikenakan atas pertukaran dua barang
sejenis dengan timbangan/takaran yang berbeda (riba fadl), atau memberikan
tambahan atas barang yang diserahkan kemudian (riba nasiah).

Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam Risalah tentang jual beli yang dilarang dalam
Islam ini kami adaptasi dari kitab Fiqh Wa Fatawa Al Buyu‟; hlm. 125 a/d 137, karya
Syaikh Shalih Al Fauzan bin Fauzan. Awalnya merupakan ceramah beliau di masjid
Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz Alu Su‟ud, Riyadh, bulan Jumadil Ula 1411 H.
Kami angkat ke hadapan pembaca, supaya kaum muslimin mengerti dan kemudian
menjauhi perniagaan yang terlarang. Sehingga dalam melakukan jual beli, seorang
muslim harus memperhatiakn ketentuan-ketentuan syari‟at, hendaklah menjauhi
muamalah dan usaha-usaha yang buruk yang diharamkan. Rasulullah Shalallahu
„Alaihi Wassalam melarang jual beli, yang dilakukan dengan cara yang buruk,
mendatangkan madharat (bahaya) bagi orang lain, serta mengambil harta
seseorang dengan cara yang bathil. Berikut beberapa transaksi perniagaan atau jula
beli yang dilarang. 1. Jika akad jual beli itu menyulitkan ibadah, misalnya mengambil
waktu shalat. Seorang pedagang sibuk dengan jual beli sampai terlambat melakukan
shalat jama‟ah di masjid, baik tertinggal seluruh shalat atau masbuq. Berniaga yang
sampai melalaikan seperti ini dilarang. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum‟at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah di tunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al Jumu‟ah: 9-10)
Dalam ayat lain Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al
Munafiqun:9) “Maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. Allah menyatakan
mereka mengalami kerugian, meskipun mereka kaya, berhasil mengumpulkan
banyak harta dan memiliki banyak anak. Sesungguhnya harta dan anak-anak
mereka tidak akan bisa menggantikan dzikir yang terlewatkan. Seorang pedagang
akan meraih keuntungan yang hakiki, jika mampu meraih dua kebaikan, yaitu
memadukan antara rezeki dengan ibadah kepada Allah. Melangsungkan akad jual
beli pada waktunya, dan menghadiri shalat pada waktunya. Allah berfirman: “Maka
mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.”
(QS. Al An kabut :17) “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah.” (QS. Al Jumu‟ah:10)

Jadi, perniagaan itu ada dua, yaitu perniagaan dunia dan akhirat. Perniagaan dunia
menggunakan harta dan usaha. Sedangkan perniagaan akhirat menggunakan amal
shalih. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang
pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya,
niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke
tempat tinggal yang baik di surga „And. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada
lagi) karunia lain yang kamu sukai, (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan
yang dekat (waktunya). Dan sampailah berita gembira kepada orang-orang yang
beriman.” (QS. Ash Shaf:10-13). Inilah perniagaan yang menguntungkan, jika
ditambah lagi dengan perniagaan dunia yang diperbolehkan, maka itu berarti
kebaikan di atas kebaikkan. Jika seseorang hanya melakukan perdagangan di dunia
dan mengabaikan perdagangan di akhirat, inilah orang-orang yang rugi.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya “mereka itulah orang-orang yang rugi”.
Seandainya seseorang melakukan ibadah, shalat , dzikir dan melaksanakan
kewajibankewajibannya, niscaya Allah membukakan pintu rezeki baginya. “Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi
rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS.
Thaha:132) Shalat yang di anggap oleh sebagian orang sebagai penghalang
mencari rezeki, ternyata sebaiknya, ia bisa membuka pintu rezeki, kemudahan dan
barakah. Jika engkau berdzikir dan beribadah kepada Allah, maka Allah akan
memberikan kemudahan dan membukakan pintu rezeki buatmu, dan Allah adalah
sebaik-baik Pemberi rezeki. (QS. Al Jumu‟ah :11) Allah menjelaskan sifat-sifat
hamba-Nya yang beriman, “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah
diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu
pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat.
Mereka takut pada suatu hari yang (hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.”
(QS. An Nur:36-37) Ketika menafsirkan ayat ini, sebagian ulama salaf mengatakan,
oaring-orang mukmin itu melakukan akad jual beli. Jika salah seorang diantara
mereka mendengar adzan, sedangkan timbangan masih ada di tangannya, maka dia
akan menurunkan timbangan itu dan pergi mengerjakan shalat. Kesimpulannya, jika
jual beli menghalangi seseorang dari shalat, maka hal itu termasuk jual beli yang
dilarang, batil dan hasilnya haram.

2. Di antara jual beli yang di larang dalam Islam, yaitu menjual barang yang
diharamkan. Jika Allah sudah mengahramkan sesuatu, maka Dia juga
mengharamkan hasil penjualannya. Seperti menjual sesuatu yang terlarang dalam
agama. Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wassalam telah melarang menjual bangkai,
khamr, babi, patung. Barangsiapa yang menjual bangkai, maksudnya daging hewan
yang tidak disembelih dengan cara yang syar‟i, inii berarti ia telah menjual bangkai
dan memakan hasil yang haram. Begitu juga hukum khamr, maksudnya segala yang
bisa memabukkan sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wassalam:
“Semua yang memabukkan itu adalah khamr, dan semua khamr itu haram.”
Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wassalam melaknat sepuluh orang yang berkaitan
dengan khamr. “Sesunggunhnya Allah melaknat khamr, pemerasnya, yang minta
diperaskan, penjualnya, pembelinya, peminum, pemakan hasil penjualannya,
pembawanya, orang yang minta dibawakan serta penuangnya.” (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majah) Termasuk dalam masalah ini, bahkan lebih berat lagi hukumnya, yaitu
menjual narkoba, ganja, opium, dan jenis obat-obat psikotropika lainnya yang
merebak pada saat ini. Orang yang menjualnya dan orang yang menawarkannya
adalah mujrim (pelaku criminal). Karena narkoba merupakan senjata pemusnah bagi
manusia. Jadi orang yang menjual narkoba, melariskannya serta para
pendukungnya terkena laknat Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wassalam. Hasil
penjualannya merupakan harta haram. Orang yang membuatnya laris berhak
dijatuhi hukuman mati, karena ia termasuk pelaku kerusakan di muka bumi. 3. Di
antara jual beli yang dilarang ialah, menjual berbagai macam alat musik. Seperti
seruling, kecapi, perangkat-perangkat musik dan semua alat-alat yang dipergunakan
untuk perbuatan sia-sia. Meskipun alat-alat itu diberi istilah lain, seperti alat-alat
kesenian. Maka haram bagi kaum mulim untuk menjual semua alat dan perangkat-
perangkat itu. Seharusnya alat-alat tersebut dimusnahkan dari negeri kaum muslimin
agar tidak tersisa. 4. Di antara jual beli yang dilarang ialah, menjual gambar. Nabi
Shallallahu „Alaihi Wassalam melarang berjualan ashnam, maksudnya ialah gambar.
Pada dasarnya ashnam itu adalah gambar patung, baik patung khayalan, burung,
binatang ternak atau manusia. Semua gambar makhluk yangbernyawa itu, haram
untuk dijual dan hasil penjualannya juga haram. Rasulullah Shallallahu „Alaihi
Wassalam melaknat para pelukis dan memberitahukan, mereka adalah manusia
yang paling berat siksanya pada hari Kiamat nanti. Begitu juga, tidak boleh menjual
majalah-majalah yang bergambar-gambar ini, terutama yang memuat gambar-
gambar cabul. Gambar, disamping diharamkan, ia juga menebar fitnah. Karena
tabiat seorang manusia, jika melihat gambar atau photo gadis cantik yang
menampakkan sebagian kecantikan atau sebagian anggota tbujnya, biasanya akan
membangkitkan syahwatnya, yang kadang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan keji dan tindakan kriminal. Begitulah yang diinginkan setan yang berwujud
jin dan manusia dengan menebarkan dan memperjual-belikan gambar ini. Apalagi
menjual film porno atau video yang berisi gambargambar wanita telanjang serta
berperilaku bejat dan keji. Gambar-gambar inilah yang telah memfitnah (menipu)
banyak wanita dan para pemuda serta membuat mereka menyukai perbuatan keji.
Film-film seperti ini tidak boleh dijual, bahkan wajib atas seorang muslim untuk
mencegah, memusnahkan dan menyingkirkannya dari tengah-tengah kaum
muslimin. Orang yang membuka tempat untuk menjual film porno, berarti telah
membuka tempat untuk bermaksiat dan mengusahakan harta haram, dan
mengundang murka Allah. Bahkan ia berarti telah membuka tempat fitnah dan
tempat mangkal bagi setan. 5. Termasuk jual beli yang dilarang, yaitu menjual kaset-
kaset berisi lagu-lagu cabul, suara penyanyi yang diiringi musik. Isinya bercerita
tentang asmara, cinta atau menyanjung wanita. Lagu-lagu ini haram untuk didengar,
direkan, dijual. Hasil penjualannya termasuk dalam kategori hasil yang haram dan
dilarang oleh Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wassalam. Karena lagu-lagu ini
menebarkan kerusakan, perbuatan nista, merusak akhlak, serta membuka jalan bagi
keburukan agar sampai ke rumah-rumah kaum muslimin. 6. Termasuk jual beli yang
dilarang adalah, menjual barang yang dimanfaatkan oleh pembeli untuk sesuatu
yang haram.

Anda mungkin juga menyukai